Sunday, January 18, 2015

Muktamar Persatuan Sunni-Syiah, Tapi Shalatnya Pisah-pisah

                         
                           Muktamar Persatuan Sunni-Syiah, Tapi Shalatnya Pisah-pisah

Di kota Teheran, Iran, diadakan Muktamar Lembaga Taqrib yang ke-28 pada 15-17 Rabiul Awwal 1436 Hijriyah. Acara ini dihadiri perwakilan lebih dari 60 negara yang bertujuan menyatukan Islam (Sunni) dengan agama Syiah.
Namun, pada kenyataannya ketika mereka melaksanakan shalat berjamaah tetap saja tidak bisa bersatu alias berpisah,sesuai dengan Imam shalat masing-masing.

Hal ini terjadi karena orang Islam  yang bersedekap tidak mau berimam dengan Imam Syiah, demikan pula orang Syiah yang tidak bersedekap tidak bakalan mau berimam dengan imam orang Islam yang tidak mengimani adanya 12 imam yang ma’shum.
Ulama Sunni, Imam Asy Syafi’i ditanya oleh Al-Buwaiti (murid Imam Syafi’i), “Bolehkah aku shalat di belakang orang Syiah?” Imam Syafi’i berkata, “Jangan shalat di belakang orang Syi’ah, orang Qadariyyah, dan orang Murji’ah.” Lalu Al-Buwaitiy bertanya tentang sifat-sifat mereka, Lalu Imam Syafi’i menyifatkan, “Siapasaja yang mengatakan Abu Bakr dan Umar bukan imam, maka dia Syi’ah.”
Demikian pula Syiah menyatakan tidak sah shalat di belakang orang Sunni. Dalam banyak literatur Syiah dikemukakan, bahwa orang-orang Syiah yang shalat di belakang (menjadi makmum) imam Sunni tetap dihukumi batal, kecuali dengan menerapkan konsep taqiyyah… “Suatu ketika, tokoh Syiah terkemuka, Muhammad Al Uzhma Husain Fadhlullah, dalam Al Masa’il Fiqhiyyah, ditanya: “Bolehkah kami (Syiah) shalat bermakmum kepada imam yang berbeda mazhab dengan kami, dengan memperhatikan perbedaa-perbedaan di sebagian hukum antar shalat kita dan shalat mereka?” Muhammad Husain Fadhlullah menjawab: “Boleh, asalkan dengan menggunakan taqiyyah.”
Seorang dai Syiah, Muhammad Tijani, mengungkapkan, bahwa “Mereka (orang-orang Syiah) seringkali shalat bersama Ahlus Sunnah wal Jama’ah dengan menggunakan taqiyyah dan bergegas menyelesaikan shalatnya. Dan barangkali kebanyakan mereka mengulangi shalatnya ketika pulang.”
Gambar ini mentertawakan siapapun yang mengajak menyatukan Syiah dengan Islam.

Ulama Al Azhar: Syiah dan Sunni Berbeda dalam Pokok Agama

Syiah tidaklah sama dengan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, dalam permasalahan pokok agama. Hal itu disampaikan  Prof. Dr. Thaha Hibisyi, Guru Besar Ilmu Akidah dan Filsafat Universitas al Azhar dalam seminar dengan tajuk “Syiah dan Problematika Takfir”, Rabu (26/3) di Rumah Limas, Kairo, Mesir.
Acara ini digelar Mahasiswa Jawa Timur (Gamajatim) dan Jawa Tengah (KSW), Senat Ushuludin Al-Azhar,  PCI Muhammadiyah, serta PCINU Mesir.
Prof. Dr. Thaha Hibisyi menjelaskan tentang mulai mencuatnya Syiah yang berawal dari perselisihan yang terjadi antara Ali  dengan Muawiyah, hingga menyebabkan terpecahnya kelompok Ali menjadi dua bagian: Syiah dan Khawarij.
Ia menjelaskan bahwa pada awal kemunculannya, Syiah lebih didominasi sebagai gerakan politik dari pada agama, hingga semakin lama berkembang menjadi aliran agama untuk melegitimasi kekuasan Ali dan keturunannya.
“Sifat ma’shum dimunculkan oleh kaum Syiah hanya untuk melegimitasi kepemimpinan Ali sepeninggal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dengan cara  mengkafirkan para Sahabat yang lain, seperti Abu Bakar, Umar, dan Ustman Radhiyallahu ‘Anhum,” tulis Ruwaq Al Azhar.
“Syiah meyakini  bahwa para imam dua belas yang mereka agungkan adalah ma’shum (terjaga dari dosa). Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa hanya para Nabi dan Rasul yang memiliki sifat ma’shum,” jelasnya.

Kementerian Agama Mesir Larang Penyebaran Syiah di Seluruh Wilayah
Jumat, 28 Desember 2012 (9:16 am) / Bumi Islam

Menteri Wakaf (Menteri Agama) Mesir DR. Thal’at Afifi, menegaskan bahwa seluruh masjid di Mesir harus tunduk dibawah pengawasan departemennya dan tidak diizinkan sama sekali mengajarkan prinsip-prinsip yang bertentangan dengan mazhab Ahlus Snnah wal Jamaah.
Diapun mengabarkan bahwa departemennya secara praktis telah mengadakan beberapa pelatihan bagi para ulama dan imam untuk menghadapi arus pemikiran Syiah yang sama sekali tidak dibolehkan penyebarannya. Demikian dikutip Islamedia dari almoslim.net.
Terkait dengan informasi keikutsertaan salah seorang penasehat Departeman Wakaf pada acara seremonial yang disebut sebagai peringatan kematian Imam Husain, atau perayaan Asyura di Iran pada bulan lalu, menteri menjelaskan bahwa keikutsertaannya merupakan sikap pribadi dan tidak mewakili departemennya. Itupun sudah dilakukan investigasi terhadap yang bersangkutan.
Menteri tersebut juga menjelaskan bahwa departemennya telah menyusun panduan-panduang tertentu untuk pengangkatan imam baru, agar tidak ada basa basi terhadap seseorang atau perantara atau jual beli dalam proses penetapan.
Beliau juga menyambut penyebaran dakwah secara massif dan luas yang dahulu hal ini tidak dapat disaksikan. Kini, menurutnya, departemennya sedang menyiapkan aturan kerjasama dengan lembaga-lembaga dakwah, di antaranya lembaga Anshar Sunah dan Jam’ah Syar’iyah  untuk menyebarkan dakwah dan wawasan agama secara moderat. Karena lembaga-lembaga tersebut banyak memiliki masjid yang besar serta lembaga pendidikan pengkaderan dai.
Kini juga sedang diadakan penyeleksian untuk mengangkat 3 ribu imam. Yang sudah mendaftar mencapai 57 ribu orang. Proses pemilihan akan dilakukan berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Yang paling utama adalah hafal Al-Quran dan mengerti bahasa Arab (fushah) serta memahami permasalah kontemporer dan wawasan ilmiah.
Sebelumnya, Sekjen Dewan Tinggi Urusan Islam Mesir, DR. Shalah Sulthan telah menyatakan penolakannya terhadap segala bentuk pemikiran yang bersumber dari berbagai aliran Syiah. Karena berdasarkan UU Mesir, standar  dalam masalah Aqidah, Akhlak dan Syariah harus bersumber dari mazhab Ahlussunnah wal Jamaah.

Dilarang Al Azhar, Syiah Mesir Gagal Merayakan Asyura

Seorang tokoh Syiah Mesir yang bernama Thariq Al Hasyimi menyinggung peringatan Asyura di negara ini gagal dilaksanakan sesuai rencana dengan mengatakan, “Upaya pelaksanaan peringatan Asyura yang menurut rencana akan digelar di masjid Ra’sul Husein gagal.”
FNA (26/11) melaporkan, warga Syiah Mesir di berbagai propinsi gagal melaksanakan peringatan Asyura akibat seruan Al Azhar serta Departemen Urusan Wakaf Mesir (Kementerian Agama). Warga Syiah pun melaksanakan perayaan Asyura di rumah-rumah.
Acara Asyura di Mesir yang digelar di rumah-rumah warga Syiah, menurut Al Hasyimi, berupa pembacaan narasi pembunuhan (maqtal) di Padang Karbala.
Awal Oktober lalu, Al-Azhar membentuk sebuah komite ilmiah yang terdiri dari ulama dan Khatib untuk menghadapi gelombang Syiah di Mesir. Komite ini dibentuk setelah pertemuan Al-Azhar dengan ulama dari gerakan Salafi, Ikhwanul Muslimin, dan Shufi untuk bersama-sama menghadapi Syiah.