BUKTI
PENGKAFIRAN sahabat Nabi oleh syiah:
“Sesungguhnya
Abu Bakar dan Umar adalah kafir, kafir pula setiap yang mencintai keduanya….”
(“Biharul Anwar” Al-Majlisi, 69/137,138)
Al-Kulaini
di dalam kitab Ar-Raudhah minal Kafi 8/245-246 meriwayatkan dari Abu Ja’far
bahwa dia berkata: “Para shahabat adalah orang-orang yang telah murtad, kecuali
tiga orang saja.” Maka aku bertanya: “Siapa tiga orang itu?” Maka dia menjawab:
“Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari dan Salman Al-Farisi.”
Muhammad
Baqir Al-Majlisi di dalam kitab Haqqul Yaqin hal. 519 berkata: “Aqidah kami
dalam hal kebencian adalah membenci empat berhala yaitu Abu Bakar, ‘Umar,
‘Utsman, Mu’awiyah dan empat wanita yaitu ‘Aisyah, Hafshah, Hindun, Ummul Hakam
serta seluruh orang yang mengikuti mereka. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk
Allah di muka bumi ini. Tidaklah sempurna iman kepada Allah, Rasul-Nya dan para
imam (menurut keyakinan mereka) kecuali setelah membenci musuh-musuh tadi.”
TUJUAN
PENGKAFIRAN :
Syaikh
DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan berkata dalam kitab beliau Syarh Al-Manzhumah
Al-Haa’iyah berkata:“ Adapun ar-rafidhah –semoga Alloh menghinakan mereka-,
tujuan mereka (mencela sahabat Nabi) adalah MENIKAM AGAMA. Karena jika mereka
mencela para sahabat dan mencaci mereka, maka di antara kita dan Rasulullah
TIDAK ADA PERANTARA. Sedangkan Islam tidaklah sampai kepada kita kecuali
melalui para sahabat. Dan mereka menurut pandangan kaum rafidhah adalah tidak
bisa diterima ucapannya! Dengan demikian (perbuatan rafidhah tersebut)
merupakan celaan terhadap agama. Ini tujuan rafidhah.”
Beliau
juga berkata: “Merekalah (para sahabat Nabi) perantara antara kita dan
Rasulullah. Merekalah yang telah menyampaikan agama setelah mereka terima dari
Rasulullah. Lalu mereka sampaikan agama tersebut kepada kita dengan amanah.
Setiap hadits, anda dapati dari jalan fulan, dari, fulan, dari sahabat. Maka
mereka adalah perantara antara kita dan Rasulullah dalam menyampaikan agama;
yaitu orang-orang yang telah menjaga sunnah beliau untuk kita, menjaga
Al-Qur’an untuk kita dan menyampaikannya kepada kita.”
Beliau
juga berkata: “Jika mereka (syiah rafidhah) berhasil menikam para sahabat, yang
merupakan perantara antara kita dan Rasulullah dalam menyampaikan agama, maka
berarti mereka berhasil untuk mencela agama Islam, bahwa agama tersebut tidak
benar datangnya dari Rasulullah; karena orang-orang yang membawa agama tersebut
(para sahabat Nabi) tidak bisa dijadikan hujjah (tidak bisa dipercaya)! Ini
adalah tujuan mereka.”
KESIMPULAN
:
Syiah
ropidoh ingin MENGHANCURKAN AGAMA ISLAM DARI DALAM.
SIKAP kaum
muslimin terhadap agama syi’ah:
Al-Imam
Sufyan Ats-Tsauri ketika ditanya tentang seorang yang mencela Abu Bakr dan
‘Umar, beliau berkata: “Ia telah kafir kepada Allah.” Kemudian ditanya: “Apakah
kita menshalatinya (bila meninggal dunia)?” Beliau berkata: “Tidak, tiada
kehormatan (baginya)….” (Siyar A’lamin Nubala, 7/253)
Al-Imam
Malik ketika ditanya tentang mereka (Syiah Rafidhah) beliau berkata: “Jangan
kamu berbincang dengan mereka dan jangan pula meriwayatkan dari mereka, karena
sungguh mereka itu selalu berdusta.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam
Adz-Dzahabi)
Al-Buwaitiy
(murid Imam Syafi’i) bertanya kepada Imam Syafi’i, “Bolehkah aku shalat di
belakang orang Syiah?” Imam Syafi’i berkata, “Jangan shalat di belakang orang
Syi’ah, orang Qadariyyah, dan orang Murji’ah” Lalu Al-Buwaitiy bertanya tentang
sifat-sifat mereka, Lalu Imam Syafi’i menyifatkan, “Siapasaja yang mengatakan
Abu Bakr dan Umar bukan imam, maka dia Syi’ah”. (Siyar A’lam Al-Nubala 10/31)
Al-Imam
Al-Bukhari berkata: “Bagiku sama saja apakah aku shalat di belakang Jahmi, dan
Rafidhi atau di belakang Yahudi dan Nashara (yakni sama-sama tidak boleh).
Mereka tidak boleh diberi salam, tidak dikunjungi ketika sakit, tidak dinikahkan,
tidak dijadikan saksi, dan tidak dimakan sembelihan mereka.” (Khalqu Af’alil
‘Ibad, hal. 125)
NASEHAT
kepada orang yang ingin mendekatkan penganut agama Islam dengan syi’ah:
Syaikh
Al Walid bin Muhammad Nabih An Nashr berkata, “Hendaklah bertakwa kepada Alloh
orang-orang yang berusaha mengadakan pendekatan antara Ahlussunnah dan Syiah.
Mereka (yang mengadakan pendekatan) adalah seperti apa yang difirmankan Alloh
Subhanahu wa Ta’ala: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan
rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan
kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan
itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir)” (An
Nisaa: 150)
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak
masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada
golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat
jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (An-Nisaa: 143)
“Perumpamaan orang munafik adalah bagaikan kambing yang kebingungan antara dua
kambing lainnya. Sekali ia mengarah ke sana dan sekali juga mengarah ke kambing
lainnya. Ia tidak tahu harus mengikuti siapa.” (HR. Muslim) -(Syarh
Ushulussunnah Imam Ahmad bin Hanbal)-