Dalam
kunjungannya ke Solo 25 Januari lalu, Ust. Anung Al-Hamat, Lc., M.Pd.I sempat
memberikan ceramah di Gedung Islamic Centre Dewan Dakwah Islam Indonesia,
Pabelan Kartasura. Pada kesempatan itu, Direktur Forum Studi Sekte-Sekte Islam
itu membeberkan cara mudah mengenali ajaran Syiah.
Materi
ini penting, mengingat akidah taqiyah yang dilakukan oleh Syiah mengkaburkan
jati diri mereka. Akibatnya, banyak yang menganggap mereka adalah Ahlus Sunnah
karena yang dikaji adalah kitab-kitab mu’tabar Ahlus Sunnah, padahal itu
hanyalah perantara untuk mengenalkan akidah mereka sesungguhnya.
Berikut
ini rangkuman ceramah Ust. Anung Al-Hamat, Lc., M.Pd.I yang dikirimkan
kontributor kiblat.net di Surakarta:
Orang Syiah akan mengajarkan pemahaman Syiah dengan cara
bertingkat. Pada tingkat awal belum diajarkan pemahaman Syiah, justru yang
diajarkan bagaimana membahas kitab-kitab Ahlussunnah seperti membahas Kitab
Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Bulughul Maram, Sunan Abu Dawud dan Kitab Sunnah
lainnya. Namun pada setiap sesi pemberian pemahaman kitab-kitab tersebut akan
terus digiring untuk diberikan doktrin tentang mazhab Ahlul Bait.
Penggunaan
Mazhab Ahlul Bait (Mazhab keluarga Nabi) merupakan ciri tersendiri bagi orang
Syiah. Mereka tidak menamakan Mazhab Syiah agar menarik dan tidak membuat gusar
orang yang sedang belajar kepada mereka.
Setelah
pada tahapan semisal akhir kelas 5, maka mulailah diajarkan perbandingan
Syiah-Sunni. Kemudian baru diajarkan hakikat Syiah pada kelas 6. Hal ini
seperti yang dinyatakan oleh kalangan yang pernah berinteraksi dengan Pesantren
YAPI Bangil atau Yayasan Muthahhari Bandung. Dan metode ini tidak menutup
kemungkinan digunakan juga di pondok pesantren yang terindikasi Syiah yang ada
di Solo atau daerah lainnya. Meskipun tidak semua santrinya mendapatkan materi
seputar pemahaman Syi’ah. Dalam arti hanya santri atau kalangan-kalangan
tertentu saja yang diberikan materi tersebut.
Isu Persatuan
Isu
persatuan akan terus dikampanyekan oleh orang Syiah sebagaikamuflase manakala mereka belum mempunyai kekuatan
secara jumlah dan persiapan sarana pra sarana. Hal ini terjadi pada revolusi
Iran dan peristiwa di Iraq. Ketika jumlah mereka sedikit maka kata persatuan
terus diucapkan. Tetapi ketika jumlah sudah mencukupi untuk mengalahkan
kelompok Ahlus Sunnah, maka isu persatuan akan mereka tenggelamkan dan yang ada
memilih: Syiah atau mati. Bahkan tidak tangung-tanggung mereka mengikat kerja
sama dalam persenjataan dengan Amerika dan Zionis Israel.
Misionaris Syiah di Indonesia
Di
Indonesia ada 2 organisasi besar Syiah
1. Wadah
ABI (Ahlul Bait Indonesia) yang menaungi para Habaib dan keturunan Arab
Indonesia dengan menjadikan Iran sebagai marja’nya.
2.Wadah
IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) dengan salah satu tokoh kuncinya
adalah Jalaluddin Rahmat dengan menjadikan Libanon sebagai marja’nya.
Para penyebar
Syiah terdapat dua golongan
1.Misionaris
Syiah yang jahr, terus terang dihadapan umat
bahwa dirinya Syiah seperti Jalaluddin Rahmat, Ahmad Baraqba dan seterusnya.
Mereka berani mengatakan di khalayak karena mereka sudah mempersiapkan diri
sebagai sebuah bentuk kesatuan.
2.Misionaris
Syiah yang taqiyah dan bersifat abu-abu. Misionaris ini lebih berbahaya
daripada yang pertama, karena membuat subhat dikalangan umat Muslimin. Golongan
kedua ini selalu:
· Memberikan pernyataan bahwa Syiah dan Sunni itu sama,
tidak perlu untuk diperdebatkan.
· Syiah itu tidak sesat sebagaimana yang dinyatakan
perwakilan IJABI Medan dalam debatnya dengan Prof. Dr. Muhammad Baharun dan
Kiyai Idrus Romli.
· Senantiasa mengangkat isu untuk mencintai Ahlul Bait versi
Syiah yakni keluarga Nabi jalur Keturunan Ali bin Abi Thalib RA saja.
· Mengatakan Sahabat Muawiyah bin Abi Sofyan RA bukan sahabat
Nabi saw, seorang munafiq dan berbagai celaan lainnya.
· Menyampaikan bahwa dalam riwayat Imam Bukhari ada para perawi
Syi’ah. Siapa yang menghujat atau menyesatkan Syi’ah berarti menghujat Bukhari.
· Mereka berani menyatakan kelompok Ahmadiyah itu sesat bahkan
kafir, tetapi kepada Syiah tidak. Padahal Syi’ah dan Ahmadiyah sama-sama
sesatnya, bahkan Syiah justru lebih besar dan komplek kesesatannya. Sehingga
MUI JATIM menyatakan bahwa 10 kriteria aliran sesat ada semua dalam ajaran
Syi’ah dan semuanya diamalkan.
· Tipe Misionaris yang kedua ini bila dikatakan kepadanya bahwa
dirinya Syiah, maka dia akan marah dan menyatakan diri bahwa dirinya seorang
muslim.
· Dalam
pembahasan kajian fikih yang diadakan selalu saja mengangkat pendapat Mazhab
Ahlul Bait sebagai pengganti kata Syiah. Kalangan ini akan menyampaikan bahwa
pendapat Abu Hanifah, Malik, Syafi’I dan Ahmad demikian. Adapun menurut
pendapat Ahlul Bait demikian. Dan yang rajih adalah pendapat Ahlul Bait. Atau
menggunakan kalimat yang semisalnya; madzhab keluarga Nabi, pendapat Amirul
Mukminin Ali dan seterusnya.
Mubahalah
Bekasi
Pernah
diadakan peristiwa dialog di Bekasi yang kemudian dilanjutkan dengan mubahalah antara Dr. Haidar Bawazir dengan Habib
Husein Alatas karena tidak ada titik temu dalam masalah sahabat Mu’wiyah. Dr.
Haidar Bawazir menyatakan Mu’waiyah merupakan sahabat Nabi SAW dengan mempunyai
beragam keutamaan lainnya. Sementara Husain Alatas menyatakan Muawiyah bin Abi
Sofyan dari sisi istilah bukanlah sahabat Nabi saw, bahkan dia seorang munafiq
yang terkutuk.[1]
Padahal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
mendoakan beliau dengan doa yang mulia “Ya Allah, jadikanlah Mu’awiyah sebagai
orang yang memberi petunjuk dan mendapat hidayah. Jadikanlah manusia mendapat
hidayah melalui dirinya.” (HR. Tirmidzi). Hadits ini, secara sanad ditolak oleh
orang-orang Syiah.
Keistimewaan
Muawiyah juga disebutkan, yaitu ketika Ibnu Abbas ditanya tentang Muawiyah yang
melakukan shalat witir satu raka’at. Ibnu Abbas menjawab, “Dia Benar, dia
adalah seorang yang fakih.” (HR. Bukhari).
Sikap seseorang terhadap Mu’awiyah adalah barometer yang
menunjukkan sikapnya terhadap para shahabat lainnya. Apabila ia lancang dalam
mencela atau merendahkan beliau, maka ia akan lancang pula dalam mencela
shahabat lainnya. Abu Taubah Ar-Rabi’ bin Nafi’ rahimahullah berkata, “Mu’awiyah
bin Abi Sufyan adalah tirai bagi shahabat-shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa yang berani
menyingkap tirai itu, niscaya ia akan berbuat lancang terhadap yang berada di
baliknya.” (Tarikh
Dimasyq).
Al-Imam
Ibnul Mubarak rahimahullah juga berkata,
“Mu’awiyah di sisi kami (Ahlus Sunnah, Ahlul Hadits) adalah tolok ukur. Siapa
yang kita lihat ia memandang Mu’awiyah dengan pandangan jelek, kita
berprasangka bahwa orang ini juga berpandangan jelek kepada seluruh shahabat
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Tarikh Dimasyq).
[1]Lihat juga kalangan Syiah
lainnya dalam menghujat Mu’awiyah;
Acara “Mubahalah” Haidar dengan Husein bin Hamid Alatas di Radio
Silaturrahim
Bermula dari sebuah
artikel di situs Voa-Islam.com terkait pernyataan aktivis dakwah Haidar
Abdullah Bawazir yang menyatakan ustadz Husein bin Hamid Alatas dalam
ceramah-ceramahnya di Radio Silaturrahim sering menyampaikan dan menyebarkan
fikroh sesat Syiah dan akhirnya kemudian berkembang meluas menjadi “perang
dingin” di media.
Haidar Abdullah
Bawazir, aktivis dakwah yang juga dokter ahli penyakit dalam ini, menegaskan
bahwa dirinya tidak menuduh Husein bin Hamid Alattas sebagai Syiah. Ia hanya
mempertanyakan, kenapa Husein menyebarkan fikroh Syiah.
Haidar bahkan menantang
mubahalah Husien bin Hamid Alatas, yang merupakan da’i tetap di radio
Silaturrahim, di mana melalui media itu, Husien menyebarkan pemikirannya yang
dianggap sebagai fikroh Syiah oleh Haidar. Haidar sendiri dengan tegas
menyampaikan sikapnya agar Husien menghentikan sikapnya yang menghujat para
sahabat serta segera bertaubat.
Masalah kemudian
semakin berkembang dengan adanya saling “serang” lewat media antara Haidar
dengan kru dari radio Silaturrahim yang memberikan hak jawab dan bantahan atas
pernyatan-pernyataan Haidar. Sampai akhirnya keluar lah pernyataan dari pihak
radio Silaturrahim yang secara terbuka siap melakukan Mubahalah dengan Haidar
Abdullah Bawazir.
Dalam pernyataan
terbukanya di situs Rasil (www.radiosilaturrahim.com), pihak rasil menyatakan:
Agar permasalahn fitnah ini
cepat selesai dan tidak berlama lama sesuai dengan pernyataan Haidar Bawazir
yang SIAP untuk BERMUBAHALLAH DI RADIO SILATURAHIM maka Ustadz Husin telah lama
menyetujui. untuk bermubahallah, Adapun yang dikatakan oleh Haidar bahwa Haidar
hanya mau bermubahallah dalam kaitan menghujat sahabat, mengajarkan firqoh
syiah. Padahal TUDINGAN HAIDAR SANGAT JELAS BERKONOTASI MENUDUH USTADZ HUSIN
BERFAHAM SYIAH.
Tuduhan menghujat sahabat
adalah tuduhan yang dinisbatkan pada kaum syiah, langsung saja pada tuduhan
BERFAHAM SYIAH tanpa perlu beretorika sebagaimana tuduhan yang sudah berlaku
selama ini yang sudah beberapa kali dikutip di media online, dijadikan judul
berita bahkan menjadi materi ceramah oleh satu dua orang, ditulis dalam blog dll.
Kami management Rasil dan
Ustadz Husin berketetapan bahwa Mubahallah dimaksud adalah terkait pada fitnah
kepada Ustadz Husin Alatas berfaham Syiah bukan yang lain. Alasan kami tersebut
sangat logis dengan bukti-bukti yang terang benderang.
Bahasa hanya mau bermubahallah
dalam soal menghujat sahabat, mengajarkan firqoh syiah dan sebagainya adalah
dramatisasi dan retorika, tidak ada sedikitpun baik Ustadz Husin maupun seluruh
ustadz di rasil am 720, melakukan penghujatan. Kami menolak persepsi demikian yang
menjadi alasan Haidar Bawazir dan itu menjadi finah untuk Ustadz Husin Alatas
juga untuk RASIl am 720
Bukan hanya Ustadz Husin Alatas
tapi kami semua pengelola dan seluruh Ustadz-Ustadz penceramah di rasil am 720,
Baik Habib Rizieq Shihab, Ustadz Zaid Bachmid, Ustadz Umar Rasyid, Ustadz Abdul
Hakim, Ustadz Abul Hidayat (Pompes Alfatah) dan seluruhnya yang tergabung di
radio silaturahim menolak secara tegas tudingan Haidar Bawazir,
Sudah terlalu lama muncul
kebiasaan setiap pemikiran yang berbeda dengan mudahnya di VONIS SYIAH, DI
VONIS SESAT DIVONIS LIBERAL DIVONIS SEKULER, DIVONIS KHAWARIJH DSB. Termasuk
tuduhan MEYEBARKAN FIRQOH SYIAH. Walaupun hanya berbeda dalam PEMIKIRAN dan
bukan AQIDAH. Akan menjadi legitimasi ditengah ummat bila setiap yang berbeda
lalu dengan mudahnya divonis dan dihakimi, kami tidak ingin Ummat mendapat
pelajaran saling memvonis kami menginginkan ummat berada dalam kasih sayang
sebagaimana yang Rasulullah contohkan.
Akhirnya pada hari Rabu
lalu (27/6) bertempat di Radio Silaturahim, Jl. Masjid Silaturahim no.36,
Cibubur, Bekasi, digelarlah acara yang rencana awalnya adalah MUBAHALAH antara
dr.Haidar Abdullah Bawazir dengan ustadz Husein bin Hamid Alatas.
Awalnya pihak ustadz
Husein tidak terima dengan kehadiran awak media dalam acara tersebut karena
dianggap hanya akan memperpanjang masalah dan acara pun adalah acara yang
tertutup, namun Haidar menegaskan tidak ada masalah dengan kehadiran media.
Eramuslim.com, Arrahmah.com, Voa-islam.com adalah media online yang hadir dalam
acara itu. sebagai media kami hadir karena memang informasi acara Mubahalah ini
diumumkan secara terbuka di situs resmi Rasil.
Acara kemudian
berlanjut dengan paparan Haidar terkait keberatan dirinya atas ceramah-ceramah
ustadz Husein yang dianggapnya menghujat sahabat nabi Muamiyah Ra dan dia minta
ustadz Husein menanggapi pernyatan yang dia sampaikan. Dan ustadz Husein
sendiri memberikan jawaban-jawaban atas keberatan dari Haidar. Dan dalam
menanggapi Haidar, Husein dengan tegas mengakui bahwa dirinya tetap dengan
pendiriannya bahwa boleh menghujat Muawiyah Ra karena banyaknya “kesalahan”
dari sosok sahabat ini dan ia menegaskan bahwa Muamiyah Ra sahabat nabi hanya
dalam konteks “lughowi” (bahasa) tapi dalam tataran syar’i ia tetap menyatakan
bahwa Muawiyah bukanlah sahabat. (Baca: Husein bin Hamid Alattas
Akui Muawiyah Ra Bukan “Sahabat” Nabi )
Acara sebenarnya
berlangsung sangat ilmiah, saling memberikan dalil-dalil serta argumen untuk
memperkuat masing-masing pendapat antara dokter Haidar dengan ustadz Husein. Namun
sayangnya, acara yang harusnya menjadi ajang untuk mencari kebenaran tersebut
harus sedikit “dirusak” oleh banyaknya komentar atau tanggapan dari tim ustadz
Husein terhadap penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh Haidar. Bahkan
Haidar sampai mengeluh, dia baru mau menanggapi apa yang disampaikan ustadz
Husein sudah langsung disela, dipotong oleh timnya ustadz Husein. Seharusnya
menurut kami sebagai media yang hadir dalam acara tersebut, biarkan saja mereka
berdua yang saling berargumentasi dan setelah selesai masing-masing memberikan
paparan, barulah masing-masing pihak memberikan masukan ataupun tanggapan. Toh,
yang menjadi pokok acara adalah antara dokter Haidar dengan ustadz Husein.
Belum lagi ada
tanggapan dari tim ustadz Husein yang menolak adanya Mubahalah dengan alasan
bahwa Mubahalah antara dokter Haidar dengan ustadz Husein adala Bid’ah dan
Sunnah Sayyi’ah. Pernyataan ini jadi aneh karena dengan jelas di situs resmi
Radio Silaturrahim, tim Rasil dengan tegas menyatakan siap bermubahalah, yang
artinya ustadz Husein sendiri tidak ada masalah dengan Mubahalah dan siap untuk
melakukannya.
Acara yang berlangsung
lebih kurang tiga jam ini sempat “memanas” dan kemudian reda kembali, akhirnya
berakhir sekitar pukul 2 siang di mana dokter Haidar dan ustadz Husein tetap
dengan pendirian mereka masing-masing. Bahkan Haidar menegaskan dia akan tetap
mengkritisi ustadz Husein selama masih menyampaikan ceramah-ceramahnya yang
menghujat beberapa sahabat Nabi yang dianggapnya menyebarkan fikroh Syiah dan ustadz
Husein sendiri tetap berpegang teguh dengan sikapnya bahwa bolehnya menghujat
Muawiyah Ra.
Kedepannya, mungkin
sebaiknya acara mencari “kebenaran” ini berlangsung secara terbuka untuk umum
dan dialog hanya antara dokter Haidar dengan ustadz Husein, sehingga masyarakat
bisa menilai dengan obyektif.
KALAU Ustadz Husen
Alatas salah satu narasumber Radio Silaturahim AM720 selalu menyangkal bahwa
dirinya berpaham sesat Syi’ah, itu amat sangat biasa. Semua misionaris paham
sesat Syi’ah juga selalu menggunakan alasan itu. Namun, ibarat kata
pepatah never judge a book by its cover, untuk menilai sebuah buku
jangan lihat sampulnya tapi bacalah isinya.
Oleh karena itu,
perhatikanlah isi ceramah mereka. Pasti ada saja pesan-pesan atau
pemikiran-pemikiran sesat Syi’ah yang mereka munculkan. Namun berhubung
sebagian (besar) audiensnya tidak paham, akibatnya para pendengar itu kurang
menyadari. Sehingga, membuat sasaran dakwah paham sesat Syi’ah yang mereka
bawakan tidak efektif sama sekali. Subhanallah.
Kenyataanya, para
misionaris Syi’ah yang punya kesempatan berdakwah di media publik (seperti TV
dan Radio), tidak melepaskan peluang untuk menyampaikan misi Syi’ah, misalnya
Ustadz Omar Shihab di Trans TV, Husen Alatas di Rasil AM720. Bau sesat paham
Syi’ah yang ditebarkan melalui frekwensi AM720, selain dilakukan oleh Ustadz
Husen Alatas, juga oleh Ustadz Zen Al-Hady. (lihat tulisan berjudul Radio
Silaturahim Pro Syi’ah? di http://nahimunkar.com/10988/radio-silaturahim-pro-Syi’ah/)
Mengenai Ustadz Zen
Al-Hady, masyarakat sudah lama mengenali beliau sebagai misionaris Syi’ah,
antara lain melalui kedudukannya sebagai Dewan Pembina di Yayasan Fathimah yang
bermarkas di Jalan Batu Ampar III No.14, Condet, Jakarta Timur 13520. Yayasan
Fathimah adalah salah satu dari sekian puluh Yayasan Syi’ah yang bertebaran di
Indonesia (http://fatimah.org/pengurus/).
Indikasi syi’ah yang
bisa ditemukan pada diri Ustad Husen Alatas antara lain ketika Ustadz Husen Alatas
menjawab sebuah pertanyaan dari pendengar yang dibacakan pembawa acara Rasil
AM720, yang terjadi pada Selasa malam (sekitar jam 23:00 wib) tanggal 25
Oktober 2011 (28 Dzulqa’dah 1432H), ia menggunakan kesempatan itu untuk
melampiaskan syahwat paham sesat Syi’ah yang cenderung
meremehkan Imam Bukhari dan Muslim yang diakui otoritasnya oleh ummat Islam di
dunia sebagai perawi hadits shahih.
Ustadz Husen
Alatas kala itu pernah mengatakan salah satu hadits riwayat Muslim dengan
tudingan sebagai hadits palsu. Yaitu, hadits yang isinya antara lain mengatakan
bahwa “orang tua Nabi di neraka”. Juga, ada satu hadits riwayat Bukhari yang
dikatakannya menjijikkan. Yaitu, salah satu hadits yang mengatakan bahwa
“Fathimah datang ke Nabi Muhammad dan berkata agar Nabi bersikap adil kepada
istri-istrinya sebagaimana kepada Aisyah, dan ketika Fathimah datang kepada
Nabi Muhammad, beliau sedang berada di pangkuan Aisyah”.
Bahkan,
ustadz Husen Alatas seperti tidak mengakui eksistensi dan otoritas Imam Bukhari
dan Muslim dengan seolah-olah memposisikan keduanya sebagai bukan termasuk
ulama yang berhak menilai shahih tidaknya hadits. Karena menurut Husen Alatas,
Bukhari dan Muslim hanya mengumpulkan riwayat. Sedang yang menentukan shahih
atau tidaknya hadits adalah ulama rabbaniyyin berdasarkan Al-Qur’an dan akal.
Husen Alatas mereduksi otoritas Imam Bukhari dan Muslim hanya sebagai pengumpul
riwayat (hadits). Ini salah satu ciri khas watak penganut paham sesat Syi’ah
yang senantiasa menentang hadits Bukhari dan Muslim. Bila dia menolak dianggap
sebagai orang Syi’ah atau bermisi Syi’ah, faham yang disuntikkannya kepada
pendengar Rasil itu sendiri sama sekali tidak menghargai ulama hadits paling
terpercaya, sekaligus manafikan ilmu hadits dalam menentukan shahih tidaknya hadits.
Hingga untuk menentukan shahih tidaknya hadits, yang dianggap berhak adalah
ulama rabbaniyyin berlandaskan Al-Qur’an dan akal. Padahal kitab-kitab ulama
hadits sendiri sering merujuk kepada persyaratan dua syaikh (Syaikhani –
Bukhari dan Muslim) ini dalam menentukan shahihnya hadits.
Dari
pernyataan Husen Alatas itu, kalau diikuti, berarti Imam Bukhari dan Muslim pun
tidak termasuk apa yang dia sebut ulama rabbaniyyin. Ketika hadits shahih
Bukhari dan Muslim ditolak oleh Husen Alatas dengan alasan seperti itu, berarti
Imam Bukhari dan Muslim dianggapnya tidak mengerti Al-Qur’an, dan akalnya juga
tidak bisa dipakai, makanya Husen tolak. Atau dengan kata lain, Husen Alatas
secara tidak langsung berarti mendudukkan dirinya sebagai ulama rabbani (karena
tidak dia sebutkan siapa ulama rabbaniyyin yang dia maksud), dan dia mengerti
betul isi Al-Qur’an dan akalnya memenuhi syarat yang dia bikin, sehingga berani
menolak hadits shahih Bukhari dan Muslim seperti tersebut.
Tidak usah disifati
apa-apa, itu sudah jelas. Hanya orang bodoh saja yang mau untuk dibodohi.
Bila di
Rasil AM720 Ustadz Husen Alatas meremehkan Imam Bukhari dan Muslim, di tempat
lain ia pernah menghujat Abu Hurairah secara terang-terangan. Padahal Abu
Hurairah adalah salah satu perawi hadits terkemuka. Hujatan itu kemudian mendapat
bantahan dari ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, seorang guru hadits.
Menurut
ustadz Farid Ahmad Okbah, ternyata landasan ustadz Husen Alatas di dalam
menghujat Abu Hurairah adalah buku karya Abu Rayyah berjudul Adhwau ‘alas
Sunnatil Muhammadiyah (Sorotan Terhadap Sunnah Muhammadiyah) yang telah
dibantah oleh Dr Musthafa As Siba’i dengan judul As Sunah wa Makaanatuha
fit Tasyri’il Islami.
Selain As
Siba’i masih ada sekitar sepuluh ulama terkemuka lainnya yang membantah Abu
Rayyah. Antara lain Shalih Abdul Mun’im dengan bukunyaDifa’an Abi Hurairah yang
merupakan sanggahan terbagus.
Contoh lain yang
mempertegas kaitan ustadz Husen Alatas dengan Syi’ah adalah sebagaimana
diungkap dalam buku berjudul Aliran dan Paham Sesat di Indonesia yang
terbit sejak 2002, bahwa ustadz Husen Alatas cukup aktif menghadiri acara-acara
yang diselenggarakan kalangan syi’ah di gedung Darul Aitam, Tanah Abang,
Jakarta Pusat.
Ketika Imam Bukhari,
Imam Muslim, dan Abu Hurairah –sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
yang didoakan khusus untuk mendapatkan karunia dari Allah Ta’ala sehingga hafal
banyak hadits– itu semua telah diremehkan sama sekali oleh Husen Alatas, maka
pihak Rasil yang mengusung Husen Alatas untuk menceramahi Ummat Islam mesti
bertanggung jawab. Ummat Islam mestinya yang menuntut pihak mereka, bukan
sebaliknya. Karena mereka sudah melukai dan menjerumuskan Ummat
Islam. (haji/tede/nahimunkar.com)
Kontroversi adanya
media-media khusus sebagai corong atau sarana propaganda syi’ah kali ini
menimpa Radio Silaturahim (Rasil), sebuah radio berlabel Islam yang mengudara
pada frekwensi AM 720. Radio Silaturahim atau yang biasa disingkat Rasil,
dinamakan demikian,karena beralamat di jalan Masjid Silaturrahim No. 36
Halimanggis, Cibubur, Bekasi.
Kontroversi mencuat
ketika artikel berjudul “Radio Rasil Pro Syiah?” tulisan Ustadz Hartono Ahmad
Jaiz yang dikirim ke situs Eramuslim dimuat di situs tersebut. Tulisan itu
mengundang pihak Rasil AM 720 melayangkan bantahan dan klarifikasi melalui Geisz
Chalifah, Manager Humas Radio Silaturahim (Rasil AM 720).
Isi bantahan dari fihak
Rasil maupun tanggapan dari fihak Eramuslim bisa dibaca lebih detail di http://www.eramuslim.com/suara-kita/suara-pembaca/bantahan-dan-klarifikasi-radio-silaturahim.htm
Artikel berjudul “Radio
Rasil Pro Syiah?” bisa dibaca lengkap di situs nahimunkar.com, tepatnya
di http://nahimunkar.com/10988/radio-silaturahim-pro-syiah/ Dalam
artikel tersebut, Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, mengkritisi siaran Rasil yang
bermoto “Untuk Islam Yang Satu” khususnya Tausiah Sore, dengan nara sumber
Ustadz Zen Al-Hady, yang berlangsung sejak pukul 16.00 WIB hingga menjelang
adzan magrib, di edisi 02 Februari 2011.
Dalam tulisan tersebut,
Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menangkap kesamaan pandangan Ustadz Zen Al-Hady,
dengan pendukung syi’ah sebelumnya, seperti Said Agil Siradj, Umar Shihab, yang
mengatakan syi’ah sudah ada sejak dulu, dan mereka bagian dari Islam karena
orang Syi’ah diizinkan ber-Haji ke tanah suci. Alasan lainnya, Republik Syi’ah
Iran merupakan anggota OKI dan anggota Rabithah Alam Islami (Liga Muslim
Sedunia).
Banyak lagi yang
diungkapkan oleh Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, mengomentari Ustadz Zen Al Hady,
yang menurutnya ingi membentuk sebuah opini yang bagus, namun klise.
Kesimpulannya menyesatkan!
Dari sinilah Ustadz
Hartono Ahmad Jaiz merasakan bahwa Radio Silaturahim (Rasil) pro syi’ah. Dan
menurutnya hal ini bukan hanya didasarkan pada pernyataan ustadz Zen Al-Hady
saja, tetapi selama ini di Rasil ada sosok narasumber bernama ustadz Husin Alatas yang oleh umat Islam diidentifikasi
sebagai salah satu misionaris Syi’ah.
Menurut Ustadz Hartono,
indikasi syi’ah yang bisa ditemukan pada diri Ustad Husen Alatas antara lain
ketika Ustadz Husen Alatas menjawab sebuah pertanyaan dari pendengar yang
dibacakan pembawa acara Rasil AM720, yang terjadi pada Selasa malam (sekitar
jam 23:00 wib) tanggal 25 Oktober 2011 (28 Dzulqa’dah 1432H), ia menggunakan
kesempatan itu untuk melampiaskan syahwat paham sesat Syi’ah yang cenderung
meremehkan Imam Bukhari dan Muslim yang diakui otoritasnya oleh ummat Islam di
dunia sebagai perawi hadits shahih.
Ustadz Husen Alatas
kala itu pernah mengatakan salah satu hadits riwayat Muslim dengan tudingan
sebagai hadits palsu. Yaitu, hadits yang isinya antara lain mengatakan bahwa
“orang tua Nabi di neraka”. Juga, ada satu hadits riwayat Bukhari yang
dikatakannya menjijikkan. Yaitu, salah satu hadits yang mengatakan bahwa
“Fathimah datang ke Nabi Muhammad dan berkata agar Nabi bersikap adil kepada
istri-istrinya sebagaimana kepada Aisyah, dan ketika Fathimah datang kepada
Nabi Muhammad, beliau sedang berada di pangkuan Aisyah”.
Bahkan, ustadz Husen
Alatas seperti tidak mengakui eksistensi dan otoritas Imam Bukhari dan Muslim
dengan seolah-olah memposisikan keduanya sebagai bukan termasuk ulama yang
berhak menilai shahih tidaknya hadits. Karena menurut Husen Alatas, Bukhari dan
Muslim hanya mengumpulkan riwayat. Sedang yang menentukan shahih atau tidaknya
hadits adalah ulama rabbaniyyin berdasarkan Al-Qur’an dan akal. Husen Alatas
mereduksi otoritas Imam Bukhari dan Muslim hanya sebagai pengumpul riwayat
(hadits). Ini salah satu ciri khas watak penganut paham sesat Syi’ah yang
senantiasa menentang hadits Bukhari dan Muslim.
Contoh lain yang
mempertegas kaitan ustadz Husen Alatas dengan Syi’ah adalah sebagaimana
diungkap dalam buku berjudul Aliran dan Paham Sesat di
Indonesia yang terbit sejak 2002, bahwa ustadz Husen Alatas cukup
aktif menghadiri acara-acara yang diselenggarakan kalangan syi’ah di gedung
Darul Aitam, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Sementara itu, mengenai
Ustadz Zen Al-Hady, yang juga pernah menjadi nara sumber di Rasil AM 720,
masyarakat sudah lama mengenali beliau sebagai misionaris Syi’ah, antara lain
melalui kedudukannya sebagai Dewan Pembina di Yayasan Fathimah yang bermarkas
di Jalan Batu Ampar III No.14, Condet, Jakarta Timur 13520. Yayasan Fathimah
adalah salah satu dari sekian puluh Yayasan Syi’ah yang bertebaran di
Indonesia.
Dengan keberadaan
Ustadz Zen Al-Hady, dan Ustadz Husen Alatas yang track recordnya
telah dikenali sebagai misionaris faham sesat syi’ah, dan jika keduanya
dijadikan nara sumber oleh Rasil AM 720, maka munculah pertanyaan apakah Radio
Silaturrahim Pro Syi’ah?
Wallahu’alam bis
showab!
(M Fachry/arrahmah.com)
Mubahalah
Atas Pemikiran SYIAH Husein bin Hamid Al Attas
Haidar: Saya
Tak Menuduh Syiah,Tapi Pertanyakan Kenapa Sebarkan Syiah?
Haidar Abdullah
Bawazir, aktivis dakwah yang juga ahli penyakit dalam, hendak mengklarifikasi
pernyataan sebelumnya di Voa-Islam, bahwa dirinya tidak menuduh Husein bin
Hamid Alattas sebagai Syiah. Ia hanya mempertanyakan, kenapa Husein menyebarkan
fikroh Syiah.
Haidar bahkan menantang
mubahalah Husien bin Hamid Alatas, yang merupakan da'i tetap di radio
Silaturrahim, dan melalui media itu, Husien menyebarkan pemikirannya. Haidar
dengan sangat jelas menyampaikan sikapnya agar Husien menghentikan sikapnya yang
menghujat para sahabat serta bertaubat.
Haidar mengaku kenal
dengan Husein al Attas sejak lama, bahkan Haidar pernah mengagumi dan menjadi
penggemarnya (Husein). Haidar bahkan ketika itu pernah berkunjung ke rumahnya,
dari pagi hingga sore. Itu dulu, tapi belakangan, Haidar baru “ngeh”, bahwa
Husein memiliki kecenderungan terhadap Syiah. Wallohu’alam.
“Saya mengenal
beliau sudah lama, sempat menjadi penggemarnya. Ketika itu Husein sering
ceramah di Matraman (Ummahat). Belakangan, ketika saya tinggal di Jawa Timur,
saya banyak mengoreksi statemen-statemen beliau yang menyimpang. Banyak hal-hal
subhat yang Husein sampaikan, seperti halnya kaum Syiah dan oritentalis yang
suka menyampaikan hal yang subhat,” kata Haidar.
Menurut
Haidar, apa yang disampaikan Husein adalah sebuah perkara yang penting,
menyangkut hal yang prinsip dalam agama (Din). Husein sendiri tidak pernah
mengakui bahwa ia Syiah, bahkan ia menantang untuk mubahalah kepada orang yang
menuduh dirinya Syiah.
“Persoalannya,
bukan karena dia Syiah atau bukan Syiah. Bagi saya itu tidak penting. Namun,
yang saya pertanyakan, kenapa Husein menyerukan pemikiran dan mendakwahkan
Syiah di tengah Ahlus Sunnah. Sekali lagi, saya tidak masuk ke area apakah
Husein itu Ahlusunnah atau Syiah. Yang saya permasalahkan adalah kenapa beliau
menyerang Abu Hurairah ra, Muawiyah ra, Abu Sofyan ra yang mereka semuanya
adalah sahabat,” ungkap Haidar.
Haidar berkali-kali
mendengar statemen Husein, katanya, kalau ada orang yang mengatakan Muawiyah
sebagai sahabat, saya (kata Husein) akan tuntut di Yaumil Kiamah. Kalau ada
pejahat di Indonesia, maka Muawiyah lebih jahat.
Padahal, Muawiyah
adalah salah satu sahabat Rasulullah Saw yang diberi amanah untuk menulis
wahyu, pernah berjihad bersama Rasulullah, ia pernah didoakan Rasululah agar
diberi hidayah. Bahkan, dimasa Umar ra dan Utsman ra, Muawiyah pernah diangkat
sebagai Gubernur di Syam. Tapi, kenapa Husein malah melaknat dan mencerca
Muawiyah?
Lebih lanjut Haidar pun
mengatakan, Husein menjadi ikon untuk membawa pemikirannya, dan berusaha
membentuk masyarakat dengan pemikiran dia yang sangat berbahaya. “Memang Husein
tidak mengkaji dengan tema atau topik tertentu tentang sahabat yang dihujat.
Tapi ketika pembahasan soal Tafsir atau pertanyaan dari jamaah, Husein akan
membelokkannya ke arah sana.”
Yang
lebih bahaya lagi, selain menghujat sahabat, adalah Husein kerap membuat tasykik atau
membuat upaya keragu-raguan terhadap sunnah, dengan mengatakan bahwa sunnah
tidak bisa dipercaya 100% walau pun shahih sanadnya. Juga dikatakan, sunnah itu
harus diukur dulu dengan akal dan Al-Qur’an, itu statemen secara umum.
“Tapi
ketika dibawa kasus per-kasus, yang ngukur adalah akalnya dia, bukan ulama, dan
itu bahaya. Husein memberi subhat dengan mengatakan, walaupun hadits itu
shahih, tapi hadits itu ditulis seratus sekian tahun, setelah meninggalnya
Rasulullah. Katanya lagi, kendati shahih tidak bisa dipercaya 100%. Ini namanya
menimbulkan keragu-raguan terhadap sunnah, padahal kita berpegang pada
Qur’an dan Sunnah Rasul.”
Sanad Lebih
Penting Daripada Tulisan
Dikatakan Haidar, logika yang disampaikan
Husein bagi orang awam sepintas memang masuk akal, tapi sangat lemah
hujjahnya. Karena pada masa Rasullah ada yang menulis, bukan tidak ada
yang menulis, seperti sahabat Abdullah bin Amru bin Ash. “Pertanyaanya, mana
yang lebih penting, tulisan atau sanad. Yang jelas, sanad itu lebih penting
daripada tulisan. Itulah sebabnya, para ulama meneliti sanad satu persatu,
bagaimana si fula ihwal daya ingatnya maupun akhlaknya.”
Lalu kenapa Husein menyerang Abu Hurairah, Muawiyah,
Marwan Bin Hakam, dan Abu Sofyan? “Tujuannya adalah bukan pada Abu Hurairahnya,
tapi pada sunnahnya. Bisa jadi, ujung-ujungnya yang diserang adalah sunnah,
atau lebih dari itu menyerang Islam. Pada hakekatnya, apa yg dilakukan Husein
terkait penyerangannya kepada sahabat adalah sebuah penistaan terhadap agama
juga. Abu Hurairah yang telah meriwayatkan ribuan hadits, kenapa dihujat?”
Haidar mengingatkan, bahwa yang dibawa Husein
itu bukan barang baru, tapi sudah disampaikan oleh orang Syiah dan Orientalis.
Sahabat yang dicela, seperti Abu Hurairah, Muawiyah, sesungguhnya ditemukan
dalam bukunya oleh Abu Roiyya, orang Mesir yang liberal pemikirannya. Semua
pemirannya diambil dari Syiah dan orietalis , tujuannya untuk menyerang Islam,
seperti halnya orang Liberal.
Para ulama sudah
selesai membahas tentang subhat tersebut. Sebab itu, Husein diminta agar
membaca buku yang ditulis Mustofa as-Sibai yang berjudul “Sunnah dan
kedudukannya dalam Syariat Islam. Mungkin Husein sudah tahu. Tapi masih saja
membuat tasykik. Husein mengatakan, Abu Hurairah pernah dicambuk oleh
Umar, padahal riwayat yang dipakai itu penuh dengan kedustaan.
Dihimbau untuk Bertobat
Sebetulnya, sudah
banyak pihak yang mengingatkan Husein, tapi ia tetap dengan keyakinannya. Tidak
soal, jika keyakinannya untuk dirinya sendiri. Tapi kalau diulang-ulang
disampaikan ke depan publik, maka ia telah menyampaikan hal yang subhat.
“Yang dihujat Husein ini bukan masyarakat awam, tapi sahabat dan tabiin.
Saya menyerukan kepada Husein untuk tobat dan berhenti menebarkan subhat.
Kembalilah pada ahlusunnah yang benar. Jika tidak, ia seperti berada di satu
parit dengan orang-orang libera yang suka menyesatkan orang,” kata Haidar.
Hingga berita
diturunkan, pihak perantara Husein Al Attas kepada Voa-Islam mengatakan,
akan memberi hak jawab untuk menanggapi pernyataan Haidar Abdullah Bawazir.
Husein juga mengajak dialog Haidar, bahkan Mubahalah yang disaksikan oleh
sejumlah tokoh dan media Islam.