Wednesday, May 27, 2015

Tanggapan Habib Husein bin Hamid Alatas ( Radio Rasil ) Terhadap Tulisan Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja

Artikel terkait :
Bantahan Ustadz Firanda : Habib Husain Al-Atas (Pengasuh Radio RASIL), antara Syi'ah, Sunnah, atau Liberal ?!

Keharusan kita untuk kembali kepada Al-Qur’an dan mengembalikan yang lainnya kepada Al-Qur’an.
Ustad Husein bin Hamid Alatas seperti biasa mengawali kajiannya dengan mukadimah berbahasa Arab, kemudian berkata:
Para ikhwan akhwat, dan  para pendengar pemirsa radio dan televisi silaturahim dimanapun anda berada
Saya ucapkan salamullahi alaikum wrwb
Alhamdulillah pagi ini kita dapat melanjutkan kembali renungan dan kajian kita sebagaimana biasa dibawah naungan Al-Qur’an
Secara khusus pada pagi hari, kita akan mengutip beberapa ayat dari Al-Qur’an yang menegaskan kepada kita semua untuk kembali kepada Al-Qur’an karena Nabi Saw kita Muhammad saw diperintahkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an, dan memberikan keputusan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan tidak menyimpang dari padanya, bahkan Allah Swt memberikan peringatan kepada Nabi Saw-Nya untuk tidak mengikuti hawa nafsu sebagian mereka yang berupaya untuk memalingkan Nabi Saw dari Al-Qur’an. Dilanjutkan oleh para keluarga dan para sahabat yang berpegang teguh kepada Al-Qur’an menempatkan Al-Qur’an diatas segala-galanya.
Kemudian di dalam mengamalkan Al-Qur’an dalam seluruh kehidpan mereka, itu betul-betul merupakan hal yang menyita sebagian besar waktu mereka, mereka berupaya untuk menghafal, mengamalkan isinya dan memerintahkan juga sahabat Nabi Saw untuk kembali kepada Al-Qur’an, oleh karena itu kita jumpai bagaimana Nabi Saw kita, sebagaimana dalam Shahih Muslim agar orang fokus pada Al-Qur’an dan tidak mencatat hadis-hadis  yang beliau ucapkan.
La taktubu anni ghairal quran Wa man katabahu fal yamhu  jangan kalian menulis dari aku selain dari alqruan barang siapa yang menulisnya hendaknya dia menghapuskan,
kita menjumpai bagaimana  Abu Bakar Siddiq ra, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Mulaikah, dia berkata kepada para sahabat, “Saya perhatikan kalian meriwayatkan hadis dari Nabi Saw, berbeda beda dan berselisih dan bertentangan, padahal ini pada masa kehidupan Abu Bakar yang baru saja ditinggalkan rasul, pasti orang-orang yang datang setelah kalian lebih akan berselisih dan berbeda-beda lebih jauh dibandingkan kalian, maka apabila orang bertanya kepada kalian, maka katakanlah, ‘ bainana wa bainakum kitaballah Swt’ diantara kami dan kalian  itu ada kitab Allah Swt. Apa yang Allah Swt halalkan kalian terima dan yang diharamkan kalian jauhkan”.
Begitu pula Khalifah kedua Umar bin Khattab ra, bagaimana beliau beristikharah selama sebulan untuk mengumpulkan hadis, ternyata hasil dari istikharahnya memutuskan untuk tidak menulis , bahkan yang telah ditulisnya kemudian dibakar dan dibersihkan.
Begitu pula kita jumpai Ibnu Masud ra dan sahabat –sahabat yang lain, semua mengajak umat agar perhatian mereka yang utamanya tertuju pada Al-Qur’an, agar mereka memiliki pedoman dan pegangan yang tidak meragukan sedikitpun karena kita tahu bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang dijamin oleh Allah Swt, kebenaran dan kesuciannya.
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji(QS.Al-Fushshilat[41]:42).
Merupakan sebuah kitab yang tidak sama sekali Mungkin saat ini atau   dimasa akan datang atau pada masa turunnya tidak akan dihinggapi oleh kebatilan, baik pada saat turunnya baik masa akan datang demikian pula sebelumnya berada di lauhil mahfudz, sebuah kitab yang benar2 amat agung dan mulia yang berada di lauhil mahfudz, Dalam ungkapan yang lain,
بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيدٌ . فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia. yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh (QS.Al-Buruj[85]:21-22).
Dalam ungkapan lainnya Allah  Swt berfirman,
فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ. لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan (QS.Al-Waqiah[56]:78-89)
Maka atas dasar ini hadirin sekalian, dengan adanya Al-Qur’an Sebagai pedoman hidup, petunjuk dan mizan  atau neraca untuk mengukur benar atau salahnya sesuatu, apabila disepakati oleh kaum muslimin apapun latarbelakang, golongan  dan kelompok mereka, mereka dengan betul –betul tulus mendengarkan apa yang dibacakan Allah Swt dalam firmannya, tanpa ada persepsi sebelumnya, tanpa ada kecondongan sebelumnya, dia mendengarkan ayat-ayat Allah Swt,menyimaknya , memahaminya, niscaya kita akan menemukan kesepakatan diantara kita. Tapi sulitnya, kebanyakan orang yang membaca dan mempelajari Al-Qur’an telah memiliki perpsepsi sebelumnya, kecondongan kepada kelompok, golongan  dan sekte, pada akhirnya  Setan telah berhasil membalikan keadaan. Al-Qur’an Yang seharusnya kita dengarkan ayat-ayatnya, tuntunanya, berbalik Kita gunakan untuk membenarkan pendapat kita, doktrin kita, golongan dan  kelompok kita, karena sebelumnya kita telah memiliki persepsi. Ini betul-betul  merupakan keadaan yang amat memprihatinkan dan membahayakan kaum muslimin, oleh karena itu jangan heran kalau perpecahan diantara umat, hari demi hari semakin tajam, permusuhannya, bahkan sampai-sampai pertumpahan darahpun dihalalkan hanya disebabkan karena pemahaman masing-masing yang mereka pertahankan, kemudian mereka berupaya untuk mencocokkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan pendapat dan pemahaman mereka. Oleh karena itu  farqun baina man yastantiqul quran fayastamiu ilaihi wayastajibu lah wa baina man yuthaiwiul quran lihawa, beda orang yang membaca Al-Qur’an, mendengarkannya lalu mengikuti petunjuknya dan bimbingannya sebagaimana adanya dengan  orang yang menyesuaikan Al-Qur’an dengan hawa nafsunya. masing-masing kembali kepada Al-Qur’an, hanya yang satu kembali seutuhnya tanpa persepsi sebelumnya, tanpa kecondongan berkelompok dan bergolongan, sedangkan yang satunya lagi justru menjadikan Al-Qur’an sebagai pembenaran, dia mengambil ayat-ayat yang cocok, kemudian ditafsirkan dengan doktrin  yang sesuai dengan golongannya, berupaya mengada-adakan berbagai macam kebohongan untuk mendukung pendapatnya
Tapi yang benar yang harus kita lakukan yaitu kita kembali kepada Al-Qur’an seutuhnya tanpa ada persespsi sebelumnya, tanpa adanya kecondongan berkelompok dan bergolongan kepada siapapun kepada golongan manapun.
Coba dengarkan firman Allah Swt pada Awal surat Al- Baqarah
الم . ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ.  الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ . وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
(QS.Al-Baqarah[2]:1-4).
Allah Swt menyebutkan tiga huruf alif, lam,  mim sebagai pembuka bagi surah Al-Baqarah dan kemudian Allah Swt menunjuk kepada kitab-Nya, kitab yang tersusun dari hurup-hurup, yang berasal dari Bangsa Arab yang  biasa mereka pergunakan untuk kata-kata dan kalimat yang mereka gunakan dalam pembicaraan mereka, baik dalam prosa maupun syair, tapi ternyata  begitu huruf tersebut disusun oleh Allah Swt  untuk menjadi media dari firman-Nya dalam menyampaikan ayat-ayat  dan firman-Nya, ternyata menghasilkan sesuatu yang berbeda, sebagaimana patung manusia  yang dibuat dari tanah dengan  manusia yang diciptakan Allah Swt dari tanah, yang satu benda yang tidak memiliki ruh, tidak memiliki denyut kehidupan dan tidak berakal, yang satunya bernyawa dan berakal , walaupun diciptakan dari asal usul sama tapi melahirkan perbedaan yang tidak dapat dibandingkan
Dzalikal kitab, menggunakan kata  isyarah  jauh  untuk demi menunjukan keagungan yang tak mungkin dapat ditandingi, pandanglah kitab itu yang  begitu agung, begitu mulia, begitu tinggi karena yang menurunkan Yang Maha Agung, Maha Mulia dan Maha Tahu, la raiba fiih tidak ada keraguan sedikitpun seluruhnya yang terdapat di dalamnya adalah seluruh kebenaran yang menyakinkan, hudan lil mutaqqin  Allah Swt jadikan kitab ini sebagai petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa, mereka orang-orang yang siap untuk menyesuaikan hawa nafsunya dengan keridhaan Allah Swt dan siap menerima petunjuk Allah Swt apa adanya, tanpa menyesuaikan ayat-ayatnya dengan persepsinya, dengan kelompoknya dengan doktrin golongannya, tapi orang-orang yang benar-benar mendengar dan menerima yang datang dari Allah Swt sebagaimana adanya.
Dengan kriteria orang yang bertakwa yang Allah Swt sebutkan pada ayat berikutnya, tapi dengan mempergunakan petunjuk kata isyarat yang jauh ‘ dzalikal kitab’ para ahli Sastra Bahasa Arab, para ahli Balaghah mengatakan, “Ismu isyarah al maudu lil ba’id  yufidu ta’zim fi hadzal maqam ini merupakan permulaan dari surah Al-Baqarah.
Kemudian Kita dengarkan pada permulaan surat Hud, Allah Swt berfirman:
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ . أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنَّنِي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ
(QS.Hud[11]:1-2)
Ini adalah sebuah kitab yang telah disempurnakan ayat-ayatnya ,ayat-ayatnya disusun dengan sempurna, begitu pula uraian-uraiannya dan petunjuk-petunjuknya,  disusun oleh Yang Maha Sempurna dan Bijaksana hingga menghasilkan benar-benar sebuah kitab yang sempurna. kemudian Diuraikan secara terperinci  min hakimin khabir dari sisi yang maha bijaksana dan maha mengetahui…alla ta’budu illa Allah hendaknya kalian tidak menyembah kecuali, sesunggunya Aku pemberi peringatan dan pemberi kabar gembira.
Dengarkan pula dalam surat Yasin, Allah Swt berfirman:
يس. وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ . إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ . عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ . تَنْزِيلَ الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ . لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ
(QS.Yasin[36]1-6).
dengan dua huruf ini Allah Swt menunjuk pada kitabnya…demi Al-Qur’an yang penuh hikmah karena yang menurunkan yang Maha  bijaksana.
Innaka laminal mursalin, kitab ini merupakan bukti nyata dan kuat dengan ayat dan  petunjuk yang didalamnya, dengan  bukti-bukti kebenaran yang terkandung didalamnya,  membuktikan bahwa engkau benar-benar salah satu Rasul yang diutus oleh Allah Swt, jadi kalau orang bertanya,  “ Mana bukti Kenabian  dan Kerasulan Nabi Saw kita?!” , maka jawab, “Al-Qur’an silahkan anda baca dan anda akan memahami bahwa kitab ini tidak mungkin diturunkan oleh selain Allah Swt. ayat –ayatnya dan petunjuknya semua membuktikan kebenaran Allah Swt dan kebenaran firman-Nya”
Karena antara Al-Qur’an dan alam raya ini, saat kita perhatikan bagaimana penuh kesereasian, dalam ayat-ayat Al-Qur’an Allah Swt mempergunakan langit, bumi, daratan dan lautan termasuk diri manusia sebagai bukti keesaan-Nya keagungan, dan kebijaksanaan-Nya. Jadi Al-Qur’an itu dengan ilmu dan fakta tidak pernah terjadi pertentangan.
Jadi Yasiin……ala shiratimmustaqim dan engkau benar-benar berada di jalan yang lurus wahai Rasulullah, di jalan lurus ini  jalan yang langsung dibimbing oleh Allah Swt melalui kitab-Nya dan kitab ini diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
Agar engkau memberikan peringatan melalui kitab ini kepada satu kaum yang belum pernah menerima peringatan sebelumnya, oleh karena itu  mereka dalam keadaan lalai.
Ini surat Yasin dengan jelas membuktikan kebenaran Rasul, disamping  membuktikan kebenaran diri-Nya yang suci juga membuktikan kebenaran Nabi  kita Muhammad Saw.
Pada awal surat Ibrahim, bagaimana Allah Swt berfirman:
الر كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ. الْحَمِيدِ  اللَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَوَيْلٌ لِلْكَافِرِينَ مِنْ عَذَابٍ شَدِيدٍ
(QS.Ibrahim[14]:1-2)
Kita lihat hadirin, bagaimana surat Hud dimulai dengan alim lam ra disini juga dimulai dengan alif lam  ra….ini sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu wahai Rasulullah agar engkau mengeluarkan umat manusia dengan bimbingan petunnjuk kitab ini  dari dalam kegelapan menuju kehidupan yang terang benderang, pencerahan, kelurusan kebersihan hidup dengan seizin Tuhan mereka, menuju kehidupan ke jalan Allah Swt yang Maha Perkasa dan lagi Maha  Terpuji. Allah Swt Dia-lah satu-satunya yang menguasai apa yang di langit dan di bumi dan kecelakaan bagi orang kafir dari azab yang maha dasyat.
Kemudian kalau kita kembali ke dalam surat Al-A’raf, Allah Swt berfirman:
المص . كِتَابٌ أُنْزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ لِتُنْذِرَ بِهِ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ . اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
Alif lam mim shad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, supaya kamu memberi peringatan dengan kitab itu (kepada orang kafir), dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya. (QS.Al-A’raf[7]1-3).
Allah Swt menggunakan kata aulia, jangan kalian mengikuti wali-wali,pembimbing-pembimbing , penuntun-penuntun, selain dari Al-Qur’an. tapi sedikit diantara kalian yang mengambil pelajaran disini, kemudian bagaimana Allah Swt berfirman dalam surat Al-A’raf pada ayat lainnya, Allah Swt menegaskan bagaimana  Al-Qur’an diturunkan dengan dasar ilmu dengan kepastian yang tidak meragukan, Allah Swt berfirman
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS.Al-A’raf[7]:52).
Orang yang siap beriman pasti dia akan mengutamakan Al-Qur’an
هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا تَأْوِيلَهُ يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ يَقُولُ الَّذِينَ نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ قَدْ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ
Tiadalah mereka menunggu-nunggu kecuali (terlaksananya kebenaran) Al Quran itu. Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al Quran itu, berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu: “Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafa’at yang akan memberi syafa’at bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?.” Sungguh mereka telah merugikan diri mereka sendiri dan telah lenyaplah dari mereka tuhan-tuhan yang mereka ada-adakan.(QS.Al-A’raf[7]53).
Ketika terjadi dan datang bukti kebenaran, orang –orang yang terdahulu, yang mencampakan dan melupakan Al-Qur’an , mereka berkata: “Telah datang utusan kami membawa kebenaran, membawa kebenaran yang pasti , apakah ada juru syafaat yang memberikan syafaat dan  menyelamatkan kami atau kami dikembalikan dan berjanji untuk mengikuti petunjuk Al-Qur’an”
Kemudian kalau kita kembali ke surat Al-Maidah, Allah Swt berfirman:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ . وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.  dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS.Al-Maidah[5]:48-49).
Kalau Allah Swt kehendaki,  Allah Swt akan jadikan kalian satu umat, jadi orang Yahudi sebelum Nabi kita Muhammad Saw diutus, mereka menerima petunjuk bimbingan yang sesuai dengan zaman mereka…begitu pula umat Nabi Saw, datang umat Nabi Saw kita yang akan menghadapi tantangan yang terbuka, ketika memasuki era globalisasi, pengetahuan yang telah berkembang dengan pesat dan Al-Qur’an merupakan kitab yang terakhir. maka Allah Swt menurunkan   kitab yang cocok untuk tantangan yang dihadapi oleh umat Nabi Muhammad Saw. Tapi kami ingin menguji kalian pada apa yang kami berikan kepada kalian. Yang diberikan oleh Allah Swt. Kalau dahulu umat Nasrani wajib beriman kepada Injil yang diberikan kepada Isa, disamping kepada kitab Taurat. Pengikut Daud beriman kepada Zabur yang diturunkan Allah Swt kepada Daud demikian pula kepada Taurat
Demikian pula Musa beriman kepada Taurat, maka pengikut umat Nabi Saw kita seluruhnya yang hidup setelah diutusnya Nabi Saw,  maka mereka diharuskan menerima kebenaran dari Allah Swt bagi orang yang tulus yang tidak fanatik terhadap kelompok dan golongan tidak akan berat untuk menerima kebenaran karn yang mereka mencintai adalah Allah Swt dan kebenaran yang datang pada-Nya. Tapi orang yang dibutakan  oleh hawa nafsu dan kesukuan, kebanggaan – Kebanggaan palsu akan berat untuk menerima kebenaran, jadi bagi masing-masing kami menetapkan syariat dan jalan hidup, bila Allah Swt kehendaki Allah Swt menjadikan kalian satu umat…..maka berlombalah dalam kebaikan.
Dalam surat Al-An’am Allah Swt menegaskan dan memerintahkan rasulnya untuk
u أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلًا وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنَزَّلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ. وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ . وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui. Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah. (QS.Al-An’am[6]:114-116).
Kalau pendapat manusia bisa berubah-berubah, pengetahuan manusia bisa berkembang, bisa saja yang dibenarkan kemarin disalahkan hari ini  dan yang disalahkan kemarin dibenarkan hari ini, kalau Allah Swt kalimat dan pengetahuan-Nya telah sempurna.
Nah para ikhwan dan akhat yang dirahmati Allah Swt swt, sengaja pada hari ini saya pilihkan beberapa ayat yang menegaskan kita kembali kepad Al-Qur’an, kemudian Allah Swt menegaskan sesuatu yang datang dari Al-Qur’an itu merupakan hal yang pasti…
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS.Al-Baqarah[2]:147).
Dan Allah Swt tegaskan dalam surat lainnya,
وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (QS.An-Nisaa[4]:82).
Saya menegaskan pada kajian tanggal 12 mai 2015  yang lalu, saya persaksikan bahwa diri saya sendiri dan para jamaah serta seluruh malaikat yang terdapat di langit, saya persaksikan kepada Allah Swt bahwa inilah satu-satunya kitab yang terjamin kebenarannya, sedangkan selain dari kitab maka tidak dapat diterima dan tidak dapat terjamin kebenarannya keccuali yang sesuai dengan Al-Qur’an.
Nah kebetulan hadirin sekalian,  saya mendapat tanggapan dari saudara saya, yang saya hormati Ust. Firanda, dalam websitenya  beliau menanggapi apa yang saya sampaikan pada tanggal 12 mei 2015 yang lalu, dalam satu judul Habib Husein meragukan keotentikan hadis-hadis Nabi Saw dari kitab-kitab hadis yang masyhur, Habib Husein berkata kebenaran yang  mutlak dan pasti  yang datang dari sisi Allah Swt oleh karena itu tidak ada jaminan   dari Allah Swt bagi buku-buku yang lain, bahwa buku-buku itu terjamin kebenarannya, maka Allah Swt berfirman
وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya (QS.An-Nisaa[4]:82).
Tiada Nash Al-Qur’an maupun  ucapan Nabi Saw yang menjamin bahwa kitab Bukhari, Shahih Muslim, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Nasa’i, Al-Darimi,  begitu pula Musnad Imam Ahmad bin Hanbal selain dari kitab Allah Swt, tidak dapat diterima kebenaranya kecuali yang sesuai dengan Al-Qur’an.
Kita jumpai bagaimana hadis yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah….ketika malam Isra dan Mi’raj beliau meraba ke sisinya menjumpai Nabi Saw tidak meninggalkan tempat tidurnya berarti yang diberangkatkan Isra bukan jasadnya tapi ruhnya, padahal kita tahu  bahwa Sayidah Aisyah Ummul Mukminin ra pada saat itu belum tidur satu ranjang dengan Nabi Saw , berkumpulnya sewaktu di Madinah bagaimana mungkin Sayidah Aisyah bisa meraba ke sisinya menjumpai Nabi Saw tidak meninggalkan tempat tidurnya, kita yakin ini hadis maudu’ walaupun  terdapat di kitab hadis shahih. Dan banyak hadis-hadis seperti yang pernah saya ceritakan sebelumhya, jadi Prinsip kita dalam meneliti hadis tidak hanya kembali pada ittishal sanad, tidak hanya kembali kepada keadilan al-rawi, tidak hanya kembali pada kecermatan tapi kita lanjutkan pada dua syarat lain yang disebutkan oleh ulama oleh ahli jarhi wa ta’dil dalam buku musthalah yaitu pertama, ‘adamu syudzudz ( hadis tersebut tidak bersifat ganjil ), yang kedua, ‘adam wujud al-illah al-qadihah  ( tidak ada penyakit yang merusak keshahihan hadis tersebut). para ulama mendefisini al-syudzudz atau al-syadz; ma khalafa tsiqatu bihi tsiqah. kalau seorang tsiqah yang dipercaya dalam riwayat ternyata bertentangan dengan banyak tsiqah, satu bertentangan dengan para tsiqah,meriwayatkan hadis yang berbeda dengan para tsiqah lainnya maka hadis ini syadzbaik dalam mata rantai sanadnya maupun dalam matan kandungan hadisnya. Kita bertanya bagaimana kalau hadis itu bertelak belakang dengan Al-Qur’an, ….kalau bertentangan dengan beberapa tsiqah saja dikatakan syadz, apalagi bertentangan dengan Al-Qur’an yang merupakan kitab yang terjamin kebenarannya
Begitu pula bagaimana satu hadis terdapat satu illat baik dalam matan maupun sanad, hingga hadis tersebut berubah menjadi munkar. seperti yang kita jumpai dalam hadis yang cukup dikenal …
يوم يكشف عن ساق ويدعون إلى السجود فلا يستطيعون  ويبقى كل منافق فلا يستطيع ان يسجد ثم يقودهم إلى الجنة
Ketika disingkap betis, dan mereka diperintahkan untuk sujud, ternyata sebagian besar manusia tidak dapat bersujud, pandangan mereka tertunduk diselimuti kegelapan padahal dulu diperintahkan, mereka diperintahkan untuk shalat mereka tidak melakukannya…akhirnya di hari kemudian nanti, mereka tidak mampu untuk sujud
Ternyata kita jumpai satu hadis dihari kemudian nanti, ketika orang-orang yang jadi ahli Neraka , orang yang beriman menanti kedatangan Tuhan dengan rombongan Malaikat. Manusia belum kenal tuhan mereka, “Apa yang kalian nanti?” mereka menjawab, “Bahwa kami menantikan Tuhan kami”.  Tuhan berkata: “Apa yang menjadi bukti?” mereka katakan, “Betis.…”menurut riwayat tersebut, akhirnya Tuhan menyingkap betisnya hingga pada saat itu orang berbondong-bondong untuk sujud di hadapan-Nya. Padahal ungkapan seperti ini dalam Bahasa Arab sebagaimana yang diriwayatkan  oleh Ibnu Abbas, adalah menggambarkan keadaan yang dasyat serta mengerikan disaat Allah Swt mengumpulkan manusia dan menyidang mereka, pada saat itu seolah mereka akan mengangkat pakaian mereka untuk melarikan diri. Kata Saq disini merupakan kata nakirah bukan marifah yang tertuju pada sesuatu tertentu, Saq menunjukan pada suatu jumlah yang memiliki makna majazi…menggambarkan hari yang sangat dasyat dan mengerikan , menakutkan, dimana manusia pada saat itu diuji, apakah mereka pernah shalat, dan menyambut dan mentaati perintah Allah Swt atau apakah mereka  adalah orang-orang yang mengabaikan perintah Allah Swt, begitu mereka diperintahkan untuk sujud yang tidak pernah shalat tidak bisa melakukan hal tersebut.
Maka terpisahlah antara orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman, yang beriman ruku dan sujud di hadapan Allah Swt.
Ada lagi riwayat yang lain, ketika penghuni neraka dimasukan satu persatu ke dalam api Neraka. Allah Swt bertanya, “Apakah sudah penuh?”, api Neraka berkata, “Apakah masih ada tambahan?” , maka Tuhan memasukan betisnya ke api Neraka, Nerakapun berkata, “Cukup,cukup wahai Tuhanku” . pada hadis ini digambarkan Allah Swt berbetis, Allah Swt menyingkap pakaian-Nya, semua ini hal yang tidak layak, kemana perginya firman Allah Swt :
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.(QS.Asy-Syura[42]:11)
Kemudian lebih aneh lagi, lebih aneh dari semua ini, yang kita jumpai dalam terjemahan Al-Qur’an yang dibagi-bagikan oleh Saudi Arabia, setiap jamaah haji yang pergi ke Saudi  yang pulang dibagikan Al-Qur’an terjemahan bhasa Indonesia. Ketika ayat berikut ini diterjemahkan
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (QS.Al-Baqarah[2]:255).
Mereka menyebutkan beberapa penafsiran di  footnote, kursi diartikan ilmu Allah Swt,  kekuasaan dan penafsiran yang paling  shahih ini, merupakan keterangan yang terdapat di footnote, bahwa kursi merupakan tempat diletakan telapak kaki Allah Swt, dari mana sumbernya, dari quran apa bukan?  Dari sebuah hadis munqati yang diriwayatkan dari Said bin Jubair bayangkan hadis terputuspun sampai dijadikan sebagai dasar untuk menafsirkan Al-Qur’an yang berhubunga dengan sifat Allah Swt Swt.
Kursi itu tempat meletakan kaki Allah Swt dan ada lagi yang lebih berani mengatakan bahwa Arys Allah Swt terbuat dari rugby…nah kalau seandainya hal hal semacam ini kita terima, padahal bertentangan dengan Al-Qur’an, apakah bukan merupakan dosa yang sangat besar, menisbatkan kepada Allah Swt apa-apa yang tidak layak dan tidak patut.
Jadi maksud dari ucapan saya, yang menerangkan bahwa kalau bukan dari Allah Swt pasti kita jumpai perselisihan dan pertentangan  yang sangat banyak
Maka hendaknya kita kembali kepada Al-Qur’an sebagai tolak ukur dan  Al-Qur’an merupakan kitab yang terjamin kebenarannya dan maka mari kita kembali pada Al-Qur’an dan  mengembalikan semua kitab-kitab  dari semua golongan yang ada, baik dari Ahlisunnah maupun Syiah, dimata saya semua itu bukan kitab suci dan tidak ada perintah dari rasul dan keluarganya dan para sahabat yang memerintahkan agar kita berpegang pada kitab-kitab tersebut. Tapi yang ma’ruf bahwa  Keluarga Nabi Saw menegaskan, dari Ahlulbait saya tidak katakan dari Syiah, dari Ahlulbait langsung dari atas,
Jika kalian meriwayatkan dari rasul dan kami maka cocokan dengan kitab Allah Swt, Yang cocok ambil dan yang tidak cocok kalian tinggalkan, karena kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang bertentangan dengan kitab Allah Swt
Sedangkan dari versi Ahlisunnah kita jumpai bagaimana Ummul Mukminin Sayidah Aisyah ra yang sering mengoreksi hadis yang diriwayatkan oleh sebagian sahabat karena   bertentangan dengan Al-Qur’an
Sebagai contoh ketika ada berita yang mengatakan ketika Nabi Saw dimi’rajkan, Nabi Saw melihat Allah Swt swt. sayidah aisyah mengatakan, sungguh dusta orang yang mengatakan bahwa Rasulullah melihat Tuhannya pd saat perjalanan Isra Mi’raj  dan di shidratil muntaha
Yang merowikan hadis ini bertanya, “Bagaimana firman Allah Swt ini wahai Sayidah Aisyah?”:
ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى .فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى . فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى
Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan ( QS.An-Najm[53]:8-10)
Sayidah Aisyah mengatakan, bahwa saya  langsung bertanya kepada Rasulullah Saw, mengenai ayat-ayat ini. Beliau mengatakan bahwa ini Jibril yang dilihat Rasul di gua hira dalam bentuk aslinya dan kemudian keduanya kalinya ketika berada di Sidratil Muntaha, jadi yang dilihat bukan Allah Swt tapi Jibril.
Kemudian Sayidah Aisyah membacakan Firman Allah Swt berikut ini:
لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui(QS.Al-An’am[6]:103).
Begitu pula kritikan Sayidah Aisyah kepada Ibnu Umar yang mengatakan seorang mayit disiksa karena tangisan keluarganya, sayidah mengatakan, “ Ibnu Umar salah dalam hal ini , bukankah Allah Swt mengatakan “
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain(QS.Fathir[35]:18)
Orang tidak akan menanggung dosa orang lain, Masa oranglain berbuat kita yang  kena dampaknya, padahal kita tidak sama sekali melakukan apa-apa
Oleh karena itu maksud dari apa yang saya sampaikan,  Ustad Firanda yang saya hormati. bukan menolak semua hadis, tapi menolak hadis-hadis yang bertentangan dengan Al-Qur’an, mari kita jadikan Al-Qur’an didepan, hadis-hadis yang berasal dari manapun kita cocokan dengan kitab Allah Swt, yang cocok kita ambil dan yang tidak cocok kita buang
Saya bukan termasuk dari orang yang ingkar sunnah dan juga bukan termasuk ahli hadis yang menerima semua hadis, karena hadis-hadis itu terdapat dalam Bukhari , Muslim, al Kafi, al Kulaini, ataupun dalam buku-buku yang lain
Saya bercuci tangan semua ini dan saya bercuci tangan dari orang-orang yang mengklaim bahwa dirinya menolak untuk menerima sunnah yang datang dari Nabi Saw, kalau betul-betul datang dari Nabi Saw kita sami’na wa atha’na. tapi persoalannya disini mengenai keraguan,Apa betul ini datang dari Nabi Saw, untuk membuktikan kebenarannya cocokan dengan kitab Allah Swt dan  yang cocok kita ambil, sedangkan yang  tidak cocok kita buang.
Ma’adzAllah Swt an nakuna minhum kita berlindung kepada Allah Swt agar tidak termasuk bagian dari mereka.
Saya juga bukanlah seorang yang gampang menerima hadis, karena hanya melihat sanadnya yang muttashil, rawinya yang adil, begitu pula kecermatan rawinya, sedangkan isi  matan hadis tersebut mengandung keganjilan dan kemunkarannya  yang tidak layak sama sekali untuk dikategorikan sebagai sabda Nabi Saw saw, karena Nabi Saw sebagai seorang mubaligh, seorang yang menyampaikan amanah Allah Swt, beliau tidak menambahkan dan mengurangi kitab-Nya. Sunnah Rasul yang sebenarnya adalah yang sejalan, seiring dan seirama dengan ayat-ayat Allah Swt. Jadi pada kali ini saya menanggapi hal ini dulu dan saya mohon maaf bukan ingin berdebat dan berbantah-bantahan, mohon maaf supaya tidak disalahfahami, yang saya sampaikan tadi  untuk  menegaskan bahwasanya selain dari kitab Allah Swt tidak dapat kita terima dan ditelan begitu saja sebelum dicocokan dengan kitab suci Al-Qur’an. jangan sampai nanti kita menyesal karena mengabaikan Al-Qur’an dan mengutamakan yang lainnya  seperti yang terjadi pada umat yahudi yang mengutamakan Talmud dari pada taurat, sampai Sayidina Umar marah ketika orang banyak meriwayatkan hadis dan melupakan  Al-Qur’an.
Apakah kalian akan menduakan kitab Allah Swt seperti yang dilakukan oleh para ahli kitab Allah Swt, lama kelamaan mereka meninggalkan kitab Allah Swt dan mengikuti Talmud yang merupakan penafsiran dari Nabi Saw- Nabi Saw dan ulama mereka yang kebanyakan telah menyeleweng dari kitab Taurat, lama kelamaan karena kitab taurat diabaikan, Akhirnya pemalsuan masuk kepada kitab Taurat, oleh karena itu kita bersyukur kepada Allah Swt yang telah memberikan kita hidayah untuk beriman kepada kitab-Nya, semoga Allah Swt menjadikan kita sebagai orang yang menjunjung tinggi kitab-Nya, mempelajari Sunnah-sunnah  Rasul agar Allah Swt memberikan petunjuk yang benar dan menjauhkan kita dari yang menyimpang, maka dengan tegas kita ucapkan bahwa kita hanya menerima dari riwayat –riwayat hadis setelah dicocokan dengan Al-Qur’an, yang cocok isinya dengan Al-Qur’an kita terima yang tidak kita tolak dari manapun dia berasal.
Dan saya berharap, mudah-mudahan Ulama Ahlisunnah dan ulama-ulama  Syiah mau membuka hati mereka agar jangan berfanatik kepada kelompok dan golongan mereka
Karena ajaran dari keluarga rasul dan dari  sahabat rasul serta istri rasul mengajak kita untuk kembali kepada Al-Qur’an dan menjadikan dia pada kedudukan yang paling utama krn Al-Qur’an kitab yang dijelaskan atas dasar  ilmu dan bukan sembarang ilmu tapi dari ilmu Allah Swt yang tidak mungkin salah.
Demikianlah para ikhwan dan akhwat, dan  mudah-mudahan Ustad Firanda baik perantara yang mendengarkan dapat memahami apa yang saya sampaikan, bahwa saya tidak termasuk dari kalangan JIL dan bukan termasuk pula dari kalangan ahli hadis yang sembarang nerima semua hadis dan bukan termasuk dari orang-orang yang menolak sunnah Nabi Saw Muhammad saw, bagaimana kita menolak sunnah Rasul sedangkan Allah Swt berfirman,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah (QS.Al-Hasyr[59]:7).
sebelum mengatakan ini Sunnah mari kitab buktikan terlebih dahulu.
Wassalamu alaikum wrwb.