Ahad, 26 Rabiul Akhir 1436 H / 15 Februari 2015 18:46 wib
artikel terkait : 27/01/2015, 28/01/2015, 29/01/2015, 31/01/2015.
Menteri Luar Negeri
Kerajaan Negeri Arab Pangeran Saud al-Faisal menegaskan bahwa tidak ada masalah
antara pemerintah Arab Saudi dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin, ungkap surat
kabar Al-Jazeera Arab.
Al-Faisal mengatakan,
“Tidak ada masalah antara Kerajaan Arab Saudi dengan Jamaah Ikhwan”, kata
Menteri Luar Negeri Pangeran Saud Al-Faisal kepada wartawan, di Riyadh, Jum’at,
13/2/2015.
Sebelumnya, selama masa
pemerintahan Raja Abdullah bin Abdul Aziz, pemerintah Arab Saudi bersama dengan
Mesir dan sejumlah negara Arab Teluk lainnya, menjatuhkan ‘vonis’ Ikhwan sebagai
"organisasi teroris".
Pemerintah Abdullah
telah membantu al-Sisi dengan dana miliaran dollar untuk menggulingkan Presiden
Mesir Mohammad Mursi yang merupakan anggota senior Gerakan Islam terbesar di
dunia itu.
Dibagian lain, seorang
anggota Dewan Syura Arab Saudi, Ahmed Al-Tuwaijri, membantah bahwa kerajaan
pernah menetapkan Jamaah Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.
Pejabat dibidang hukum
Arab Saudi, menolak pernyataan bahwa Ikhwan sebagai teroris. Karena
menurut pejabat itu, mereka yang ditetapkan sebagai teroris, yang
terang-terangan melakukan kekerasan, termasuk melakukan pemboman dan peledakan.
Berbicara kepada TV
Rotana Khalijia, Al-Tuwaijiri mengatakan bahwa Jamaah Ikhwanul Muslimin
termasuk bagian bangsa dan negara, sehingga tidak ada orang yang secara sadar
dapat menetapkan Jamaah Ikhwan sebagai organisasi teroris. Jamaah Ikhwan,
menurut Al-Tuwaijiri telah ada dan eksis mulai dari Maroko sampai ke Indonesia.
Jamaah Ikhwan hanya
melaksanakan dakwah, menyerukan reformasi masyarakat, termasuk penerapan
Hukum Syariah dalam konstitusi negara, berusaha untuk memperbaiki konsepsi
masyarakat tentang isu-isu yang berbeda dan berusaha mencapai tujuan mereka
secara damai, tegas Al-Tuwaijiri.
“Mereka tidak memiliki
masalah dengan Kerajaan," tambah al-Tuwajiri. Sebelumnya, pemerintah
Turki, Maroko, Tunisia, dan Kuwait yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin,
menyerukan membentuk aliansi strategis. Ini merupakan perkembangan baru
yang sangat penting di kawasan Teluk.
Selain itu,
Al-Tuwaijiri menekankan bahwa hubungan antara Jamaah Ikhwanul Muslimin dan
Kerajaan Arab Saudi sangat bersejarah, meskipun mengalami pasang surut.
Kerjasama yang baik antara kedua belah pihak, yaitu antara Kerajaan Arab
Saudi dengan Ikhwan "tidak boleh dilupakan," tegasnya.
Diperkirakan hubungan
antara Jamaah Ikhwanul Muslimin dan Kerajaan Arab Saudi akan pulih
kembali, dan meninggalkan kebijakan yang menempatkan Ikhwan sebagai
organisasi teroris seperti ketika di bawah almarhum Raja Abdullah.
Jamaah Ikhwan akan
dapat melakukan berbagai aktifitas secara bebas di Kerajaan
Saudi, sebelumnya ada rekomendasi dari mantan kepala ‘Royal Court’, Khalid
Al-Tuwaijri, yang melarang Ikhwan.
Khalid al-Tuwaijir
sebagai tokoh dibalik kampanye melawan Jamaah Ikhwanul Muslimin di Arab Saudi.
Sekarang Khaled Al-Tuwaijiri dikenakan tahanan rumah, dan dilarang melakukan
perjalanan keluar negeri.
Para pengamat melihat
adanya pergeseran dalam kebijakan Saudi terhadap Mesir sejak kematian Raja
Abdullah bulan lalu.
Beberapa hari yang
lalu, media Rassd corong aktivis Koptik (Kristen Ortodok) Majdi Khalil, yang
mendukung kudeta militer di Mesir, melawan Arab Saudi dan Raja Salman, dan dia
mengatakan bahwa Kerajaan Arab Saudi akan “habis dan hilang” jika tidak
membayar uang kepada Mesir.
Menurut surat kabar
Saudi Al-Riyad, Arab Saudi memberikan dana ‘cash’ kepada junta militer Abdel
Fattah Al-Sisi senilai $ 8.6 miliar dollar.
Namun, para pejabat di
Riyadh mengatakan, bahwa Arab Saudi memberikan kepada al-Sisi sebesar $ 20
milliar dollar, tahun 2014. Sekarang negara-negara Arab Teluk (GCC), mengumpulkan
dana $ 39 milliar dollar kepada al-Sisi.
Dibagian lain, sebelumnya menurut ‘The Observer Mesir’ untuk Hak Asasi
Manusia dan Kebebasan yang mengutip sumber-sumber informasi di Arab Saudi yang
mengatakan bahwa ada kemarahan di kalangan para pangeran Saudi, karena tingkat
dukungan yang diberikan oleh Kerajaan Arab Saudi, di masa Raja Abdullah kepada
junta kudeta militer di Mesir yang sangat luar biasa. Wallahu’alam
*mashadi
Raja
Salman dan Masa Depan Ikhwanul Muslimin
Tentu masa depan hanya Allah yang Mahatahu. Harapan terbaik adalah yang disandarkan kepada Allah semata. Hanya saja, jika Allah menghendaki kebaikan, maka Allah akan memilih manusia-manusia yang menjadi khalifahnya. Tidak ada salahnya kita berharap perubahan signifikan terhadap Raja baru Saudi Arabia. Kendati saat ini, tak satupun penguasa, melainkan harus mendapat restu dari Amerika dan Inggris.
Namun perubahan yang memunculkan harapan
baru, sangat terasa. Terutama kebijakan Raja Saudi tentang hubungannya dengan
Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam terorganisir dan terbesar di dunia. Banyak
yang memprediksi, Saudi akan lebih berpihak kepada Ikhwan. Alasannya ada dua:
kebijakan Saudi
yang sangat membenci Ikhwan, telah disingkirkan Raja Salman hanya dalam 2 jam
setelah Raja Abdullah diumumkan wafat. 6 Titah Raja dikeluarkan dan 30 titah
raja selanjutnya diterbitkan hanya dalam waktu kurang dari 7 hari setelah
dibaiat menjadi raja.
Raja baru Saudi lebih
mengakomodasi lembaga-lembaga keIslaman dibanding Raja Abdullah yang lebih
mengakomodasi lembaga-lembaga sekuler dan liberal. Raja Salman diprediksi akan
lebih mengapresiasi peran dan sumbangsih Ikhwan yang diakui sejak lama turut
menggairahkan dunia pendidikan di Saudi Arabia.
Peran Raja Salman yang ditunggu-tunggu
adalah, kebijakan luar negeri Saudi Arabia, khususnya terhadap negara-negara
anti-Ikhwan, misalnya Mesir, Emirates Arab, Kuwait. Kedekatan Raja Salman
dengan Presiden Turki, Erdogan berikut Emir Qatar, menjadi sinyal penting
perubahan KSA yang di masa Raja Abdullah disebut-sebut membentuk poros
koalisi setan yang dekat dengan Yahudi Israel. Membenci Ikhwan tapi membiarkan
Syiah menguasai halaman depan dan dapur Saudi Arabia.
Indikasi terkuat, Aljazeera kembali “galak”
dan berani menyerang Jenderal kudeta As-Sisi dengan lontaran berita yang lebih
garang dibanding sebelumnya. Kembalinya Qatar menjadi pendukung IM, terindikasi
kuat berkah dari meninggalnya Raja Abdullah yang beberapa bulan lalu “menjewer”
Qatar dengan ancaman-ancaman menakutkan: penarikan Dubes, penutupan jalan darat
Saudi-Qatar, bahkan pemutusan keanggotaan Kerjasama Teluk.
Pantas saja belum apa-apa Raja Salman sudah
diserang ormas-ormas atau orpol tertentu. Salah satunya yang paling nyaring
adalah pendapat Amir HT, sikap Emir Dubai, media kudeta Mesir yang sangat
negatif soal Raja Salman. Kita hanya bisa berdoa, semoga Allah mengaruniakan
taufik dan hidayahnya untuk raja-raja dan para pemimpin dunia Islam. Allaahumma qad
ballaghtu, fasyhad.
Al sisi presiden Mesir tinggal gigit jari
Oleh:
Nandang Burhanudin
Subhanallah. Walhamdulillah. Walaa Ilaaha Illallah. Wallaahu Akbar. Saya tak
henti-henti bertasbih, meyakini bahwa Allah tidak akan pernah menerlantarkan
hamba-hamba-Nya yang berjuang membela agama Allah. Terutama pejuang-pejuang di
Palestina (Gaza) yang diwakili HAMAS-Jihad Islam, di Mesir yang dikomando
Ikhwanul Muslimin, di Saudi Arabia dengan Raja Salman, juga AKP di Turki yang dipimpin
Erdogan serta Emir Qatar.
Setelah revolusi di lingkungan istana Saudi, Raja Salman kembali melakukan
gebrakan-gebrakan baru. Di antaranya:
1. Menunjuk kembali Dr. Syaikh Syuraim, sebagai imam dan khatib tetap Masjidil
Haram.
2. Membebaskan ratusan tawanan politik dari penjara-penjara Saudi Arabia.
3. Fokus mereformasi ekonomi dengan memperhatikan tunjangan sosial, pemberian
rumah gratis untuk warga Saudi, dan tentunya menutup bantuan untuk rezim-rezim
diktator.
4. Membatalkan ancaman tehadap Qatar, yang di era Raja Abdullah Saudi mengancam
akan mengisolasi Qatar dan mengeluarkan dari keanggotaan Majlis Kerjasama
Teluk.
5. Menempatkan pangeran-pangeran Saudi yang memiliki kedekatan dengan Turki. Di antaranya menunjuk Pangeran Muhammad bin Naif, sebagai penanggungjawab kerjasama dengan Turki untuk membendung arus Syiah yang membentang dari Irak, Yaman, Libanon, dan Syiria.
5. Menempatkan pangeran-pangeran Saudi yang memiliki kedekatan dengan Turki. Di antaranya menunjuk Pangeran Muhammad bin Naif, sebagai penanggungjawab kerjasama dengan Turki untuk membendung arus Syiah yang membentang dari Irak, Yaman, Libanon, dan Syiria.
Pangeran Sa'ud Saifun Nashr
Al-Saud, cucu dari Raja Suud bin Abdul Aziz bahkan terang-terangan menyerukan
untuk segera mengadili para pendukung kudeta. Di antaranya Kepala Kantor
Kerajaan Saudi, Khalid At-Tuwajiri serta melakukan penyelidikan atas penggunaan
uang 20 Milyar dollar AS yang dikirimkan kepada junta kudeta di Mesir.
Pangeran Su'ud menegaskan, "20 Milyar dollar benar-benar telah dicuri dan
sama sekali tidak menyentuh rakyat Mesir kebanyakan. Buktinya, tidak ada
satupun perubahan positif yang dialami rakyat Mesir, bahkan semakin hari makin
menderita."
"Kita harus menyelidiki pemubaziran uang rakyat Saudi yang dibagi-bagikan
kepada jendeal-jenderal kudeta di Mesir. Tanyakan, 20 milyar dollar itu
statusnya sebagai apa: pinjaman hutang, hibah, donasi, atau memang perampokan?
Bayangkan, mengapa 20 milyar dollar tidak mengubah apapun kehidupan rakyat
Mesir. Krisis listrik, gaz, bahan makanan pokok terus berlanjut. Sangat jelas,
siapa yang menjadi penikmat utama milyaran dollar uang rakyat Saudi. Siapa lagi kalau bukan mafia kudeta di Saudi
dan para jenderal di Mesir."
Demikian. Allah Swt. membiarkan kudeta terjadi di Mesir dan Ikhwanul Muslimin
menolak mengangkat senjata. Ternyata Allah bukakan hikmah-hikmah mendalam.
Membuka tabir juru-juru dakwah yang mengajak pada neraka Jahannam, dengan
menghalalkan pembantaian dan memutarbalikkan dalil demi kepentingan kudeta.
Aneh rezim Thaghut
Al sisi di Mesir dibela dengan dukungan dana untuk menggulingkan pemerintahan
yang sah dari Ikhwanul muslimin yang banyak mengganti perundangan Mesir
hingga cocok dengan al Quran sekalipun bertahap. Rezim Thaghut al
sisi adalah sekuler yang anti denngan pemeraktekan hukum al Quran.
Saya mendengar yel
– yel al ikhwan al qur an dusturuna – al quran adalah
undang - undang kami , mati sahid adalah harapan kami dan Allah
tujuan kami, beda sekali dengan selogan rezim sekuler yang mengandalkan hukum
positif yang bertentangan dengan hukum Allah untuk dibuat landasan
hukum bagi masarakat Islam. Ini selogan jahiliyah yang di budayakan dikalangan
kaum muslimin> Mestinya sebarkan saja di kalangan masarakat
kafir. Kita pegang teguh ayat ini:
أَفَحُكْمَ
الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ
يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin?
Al Azhar Tolak Kafirkan
Kelompok-Kelompok Bersenjata Di Irak Dan Suriah
zahid – Kamis,
16 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 12:03 WIB
Sekretaris
Jenderal Majma’ Buhuts Islami, Dr Mohiuddin Afifi, menyatakan bahwa kelompok
bersenjata yang mengatasnamakan Islam seperti Negara Islam, Al Qaeda, dan
lain-lain bukanlah kelompok “kafir” meskipun ia menganggap mujahidin tersebut
telah “membuat kerusakan” di muka bumi.
Dalam
wawancaranya melalui sambungan telepon di program acara Cairo Today pada Rabu
(04/02) malam, Dr Mohiuddin Afifi mengatakan, “Al Azhar menolak untuk
mengkafirkan organisasi Negara Islam, meskipun Al Azhar menganggap mereka telah
“berbuat kerusakan” di muka bumi.”
Dr Mohiuddin
Afifi menambahkan, “Al Azhar memiliki pendekatan dan cara tersendiri dalam
menyebut seseorang kafir atau tidak,” dan menjelaskan bahwa mereka tidak kafir
selama tidak keluar dari iman.
Menurut Dr
Mohiuddin Afifi Azhar bukanlah lembaga yang dengan mudah memvonis seseorang
ataupun kelompok tersebut kafir.
Majma’ Buhuts
Islami adalah lembaga milik universitas Al Azhar yang diisi oleh ulama-ulama
Islam terkemuka, yang bertugas meriset dan meneliti segala perkembangan terbaru
di dunia dan bagaimana hukumnya di dalam Islam. (Dostor/Ram)
menyeramkan !!!
Jendral Qassem Suleimani : ISIS Akan Segera
Tamat di Irak dan Suriah?
Seorang jenderal Iran yang berpengaruh, dan
berada di geris depan, menegaskan bahwa kelompok jihadis ISIS, “mendekati akhir
hidup mereka”, tegasnya. Betapa pemimpin militer Iran sudah berani sesumbar
dengan sangat lantang akan mengalahkan ISIS.
Jendral Qassem Suleimani, komandan pasukan Brigade
al-Quds yang menjadi tulangpunggung pasukan Iran, dan sekarang terjun
dalam medan perang di Irak dan Suriah menghadapi para pejuang ISIS,
jelas-jelas mengatakan ISIS akan berakhir.
Iran dan sejumlah milisi dari berbagai negara telah
memberikan dukungan kepada pasukan Irak, membebaskan Mosul. Sekarang Brigade
al-Qud bersama dengan milisi Syi'ah dari berbagai negara, termasuk Hesbollah
berada di garis depan menghadapi ISIS di Irak dan Suriah.
Suleimani bersama dengan pasukan Kurdi, pasukan Irak,
milisi Syi’ah, dan dengan dukungan Amerika Serikat, sekarang berada di garis
depan menghadapi pejuang ISIS.
"Melihat kekalahan besar yang diderita ISIS di Irak
dan Suriah, kami yakin kelompok ini mendekati akhir hidup mereka," tegas
Suleimani seperti dikutip oleh kantor berita setengah resmi Fars, dengan
menggunakan bahasa Arab.
Jendral Suleimani mengatakan pengaruh regional Teheran
semakin besar dan kuat, dan Iran akan menentukan percaturan politik secara
regional. "Hari ini kita melihat tanda-tanda revolusi Islam menyebar
ke seluruh wilayah, tambahnya.
ISIS telah menguasai sebagian besar Suriah dan Irak,
mendeklarasikan "khilafah". Suleimani dilaporkan berada di Baghdad
setelah ISIS menyerbu Mosul pada bulan Juni dan memimpin pasukan melawan ISIS,
dan memimpin komando pasukan Irak menghadapi ISIS di Irak.
Pasukan al-Quds merupakan sayap dari Garda Pengawal
Revolusi, sebuah pasukan elite Iran – yang tugasnya melakukan kontra
gerakan terhadap semua kekuatan yang dianggap membahayakan bagi keamanan
Iran di luar negeri, dan melindungi republik Islam.
Langkah strategis ini dijalankan oleh pemerintah Iran
dalam melindungi kepentingan golongan Syi’ah, di semua negera. Kekuatan ekonomi
dan militer yang mereka miliki digunakan melakukan ekspansi ideologi (Syi'ah)
ke berbagai negara.
Seperti sekarang yang dilakukan oleh Iran dalam membela
golongan Syi'ah di Lebanon, Bahrain, Kuwait, Suriah, Irak, dan Yaman.
Brigade al-Qud di terjunkan di berbagai negara, termasuk
di wilayah yang sekarang bergolak seperti di Yaman. Sementara, pemimpin Sunni
di berbagai negara, justru bersatu dengan Iran memerangi para pejuang Sunni,
yang sudah diberi lebel teroris oleh Zionis.
Sekarang negeri-negeri Muslim Sunni jatuh ke tangan
Syi’ah, dan dibawah kendali Iran, ini seperti teori ‘domino’, dan menjadi
kenyataan.
Di Indonesia Syi’ah sudah berani melakukan serangan
terhadap Az-Dzikra. Ini hanya gambaran betapa kekuatan Syi’ah di berbagai
negara sudah melakukan ofensif. Mereka tidak takut lagi, karena mereka
mendapatkan dukunga negara, Iran.Muslim Indonesia harus bersiap-siap menghadapi
skenario yang buruk ini. Wallahu'alam.
mashadi1211@gmail.com
Jenderal
Iran :
Revolusi Syiah Diekspor ke Berbagai belahan Dunia !
Sabtu, 25
Rabiul Akhir 1436 H / 14 Februari 2015 10:16 WIB
Jenderal
Qassem Suleimani, komandan militer pasukan khusus Quds yang jarang terlihat , telah menjadi bukti keterlibatan
Iran dalam pertempuran dengan Mujahidin Daulah di Irak dan Suriah.
Dia
sering terlihat di media sosial di Irak bersama dengan pasukan pro-pemerintah,
pejuang Kurdi dan milisi Syiah di daerah pertempuran.
Pernyataan
‘tanpa bukti’ itu disampaikannya dalam pidato pada hari Rabu di provinsi
Kerman untuk menandai ulang tahun ke-36 revolusi Syiah Iran.
Suleimani juga mengatakan pengaruh
Syiah di dunia semakin berkembang.
“Hari ini kita melihat tanda-tanda revolusi
(Syiah) diekspor di seluruh wilayah dunia , dari Bahrain ke Irak dan dari
Suriah ke Yaman serta Afrika Utara,” katanya.
Pasukan Quds – sayap asing Pengawal
Revolusi elit Iran – tugasnya melakukan fungsi invasi Syiah Iran keluar
negeri, termasuk intelijen, operasi khusus (pembunuhan tokoh yang dianggap
menghambat) dan tindakan politik apapun yang dianggap perlu untuk melindungi
republik Syiah Iran.
ISIS dikeroyok lima puluh
negara sunni, Syi`ah dan Yahudi berbulan bulan masih mampu bertahan, dan tiada
tanda kekalahan. Bandingkan bila negara Iran yang dikeroyok, sudah tentu akan
berantakan. Irak dimasa Sadam, Libia di masa Gadafi di
keroyok dengan kekuatan sekutu dalam jarak beberapa
minggu sudah jatuh ke tangan sekutu. Tapi Isis masih tegar dan belum
terungkap tanda kekalahan.
Kalau sumbar Jendral Qassem Suleimani,
komandan pasukan Brigade al-Quds yang menjadi tulangpunggung pasukan Iran harus
di tanggapi dengan wajar saja. Buktinya Amirika saja tidak berani
sesumbar seperti itu. Sumbar di dalam peperangan bagaikan bunga –
bunganya dan akan cepat layu. Saya ingat ayat ini:
يَقُولُونَ
لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ اْلأَعَزُّ مِنْهَا اْلأَذَلَّ
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ
لاَ يَعْلَمُونَ
Mereka berkata: "Sesungguhnya jika
kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir
orang-orang yang lemah daripadanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi
Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu'min, tetapi
tetapi
orang-orang munafik itu tiada mengetahui
هُمُ
الَّذِينَ يَقُولُونَ لاَ تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ حَتَّى
يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَوَاتِ
وَاْلأَرْضِ وَلَكِنَّ
الْمُنَافِقِينَ لاَ يَفْقَهُونَ
Mereka orang-orang yang mengatakan
(kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan
kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar
(meninggalkan Rasulullah)". Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan
langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
Mudah – mudahan pemerintah Syi`ah di Irak
dan Surialah yang akan tamat dengan segera dengan izin Allah sekalipun setan –
setan manusia membenci.