Sunday, February 15, 2015

Menlu Arab Saudi Saud Al-Faisal : Arab Saudi Tidak Ada Masalah Dengan Ikhwan

Ahad, 26 Rabiul Akhir 1436 H / 15 Februari 2015 18:46 wib
artikel terkait : 27/01/2015, 28/01/2015, 29/01/2015, 31/01/2015.

Menteri Luar Negeri Kerajaan Negeri Arab Pangeran Saud al-Faisal menegaskan bahwa tidak ada masalah antara pemerintah Arab Saudi dengan Jamaah Ikhwanul Muslimin, ungkap surat kabar Al-Jazeera Arab.
Al-Faisal mengatakan, “Tidak ada masalah antara Kerajaan Arab Saudi dengan Jamaah Ikhwan”, kata Menteri Luar Negeri Pangeran Saud Al-Faisal kepada wartawan, di Riyadh, Jum’at, 13/2/2015.
Sebelumnya, selama masa pemerintahan Raja Abdullah bin Abdul Aziz, pemerintah Arab Saudi bersama dengan Mesir dan sejumlah negara Arab Teluk lainnya, menjatuhkan ‘vonis’ Ikhwan sebagai "organisasi teroris".
Pemerintah Abdullah telah membantu al-Sisi dengan dana miliaran dollar untuk menggulingkan Presiden Mesir Mohammad Mursi yang merupakan anggota senior Gerakan Islam terbesar di dunia itu.
Dibagian lain, seorang anggota Dewan Syura Arab Saudi, Ahmed Al-Tuwaijri, membantah bahwa kerajaan pernah menetapkan Jamaah Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.
Pejabat dibidang hukum Arab Saudi, menolak pernyataan bahwa Ikhwan sebagai teroris. Karena  menurut pejabat itu, mereka yang ditetapkan sebagai teroris, yang terang-terangan melakukan kekerasan, termasuk melakukan pemboman dan peledakan.
Berbicara kepada TV Rotana Khalijia, Al-Tuwaijiri mengatakan bahwa Jamaah Ikhwanul Muslimin termasuk bagian bangsa dan negara, sehingga tidak ada orang yang secara sadar dapat menetapkan Jamaah Ikhwan sebagai organisasi teroris. Jamaah Ikhwan, menurut Al-Tuwaijiri telah ada dan eksis mulai dari Maroko sampai ke Indonesia.
Jamaah Ikhwan hanya melaksanakan dakwah,  menyerukan reformasi masyarakat, termasuk penerapan Hukum Syariah dalam konstitusi negara, berusaha untuk memperbaiki konsepsi masyarakat tentang isu-isu yang berbeda dan berusaha mencapai tujuan mereka secara damai, tegas Al-Tuwaijiri.
“Mereka tidak memiliki masalah dengan Kerajaan," tambah al-Tuwajiri. Sebelumnya, pemerintah Turki, Maroko, Tunisia, dan Kuwait yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, menyerukan membentuk  aliansi strategis. Ini merupakan perkembangan baru yang sangat penting di kawasan Teluk.
Selain itu, Al-Tuwaijiri menekankan bahwa hubungan antara Jamaah Ikhwanul Muslimin dan Kerajaan Arab Saudi  sangat bersejarah, meskipun mengalami pasang surut. Kerjasama yang baik antara kedua belah pihak, yaitu antara Kerajaan  Arab Saudi dengan Ikhwan "tidak boleh dilupakan," tegasnya.
Diperkirakan hubungan antara Jamaah Ikhwanul Muslimin dan Kerajaan Arab Saudi  akan pulih kembali, dan meninggalkan kebijakan yang menempatkan  Ikhwan  sebagai organisasi teroris seperti ketika di bawah almarhum Raja Abdullah.
Jamaah Ikhwan akan dapat melakukan berbagai aktifitas secara bebas di Kerajaan Saudi, sebelumnya ada rekomendasi dari mantan kepala ‘Royal Court’, Khalid Al-Tuwaijri, yang melarang Ikhwan.
Khalid al-Tuwaijir sebagai tokoh dibalik kampanye melawan Jamaah Ikhwanul Muslimin di Arab Saudi. Sekarang Khaled Al-Tuwaijiri dikenakan tahanan rumah, dan dilarang melakukan perjalanan keluar negeri.
Para pengamat melihat adanya pergeseran dalam kebijakan Saudi terhadap Mesir sejak kematian Raja Abdullah bulan lalu.
Beberapa hari yang lalu, media Rassd corong aktivis Koptik (Kristen Ortodok) Majdi Khalil, yang mendukung kudeta militer di Mesir, melawan Arab Saudi dan Raja Salman, dan dia mengatakan bahwa Kerajaan Arab Saudi akan “habis dan hilang” jika tidak membayar uang kepada Mesir.
Menurut surat kabar Saudi Al-Riyad, Arab Saudi memberikan dana ‘cash’ kepada junta militer Abdel Fattah Al-Sisi senilai $ 8.6 miliar dollar.
Namun, para pejabat di Riyadh mengatakan, bahwa Arab Saudi memberikan kepada al-Sisi sebesar $ 20 milliar dollar, tahun 2014. Sekarang negara-negara Arab Teluk (GCC), mengumpulkan dana $ 39 milliar dollar kepada al-Sisi.
Dibagian lain, sebelumnya menurut ‘The Observer Mesir’ untuk Hak Asasi Manusia dan Kebebasan yang mengutip sumber-sumber informasi di Arab Saudi yang mengatakan bahwa ada kemarahan di kalangan para pangeran Saudi, karena tingkat dukungan yang diberikan oleh Kerajaan Arab Saudi, di masa Raja Abdullah kepada junta kudeta militer di Mesir yang sangat luar biasa. Wallahu’alam
*mashadi

Raja Salman dan Masa Depan Ikhwanul Muslimin
Nandang Burhanudin, Lc - 05/02/15 | 15:20 | 14 Rabbi al-Thanni 1436 H

Tentu masa depan hanya Allah yang Mahatahu. Harapan terbaik adalah yang disandarkan kepada Allah semata. Hanya saja, jika Allah menghendaki kebaikan, maka Allah akan memilih manusia-manusia yang menjadi khalifahnya. Tidak ada salahnya kita berharap perubahan signifikan terhadap Raja baru Saudi Arabia. Kendati saat ini, tak satupun penguasa, melainkan harus mendapat restu dari Amerika dan Inggris.

Namun perubahan yang memunculkan harapan baru, sangat terasa. Terutama kebijakan Raja Saudi tentang hubungannya dengan Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam terorganisir dan terbesar di dunia. Banyak yang memprediksi, Saudi akan lebih berpihak kepada Ikhwan. Alasannya ada dua:
  kebijakan Saudi yang sangat membenci Ikhwan, telah disingkirkan Raja Salman hanya dalam 2 jam setelah Raja Abdullah diumumkan wafat. 6 Titah Raja dikeluarkan dan 30 titah raja selanjutnya diterbitkan hanya dalam waktu kurang dari 7 hari setelah dibaiat menjadi raja.
   Raja baru Saudi lebih mengakomodasi lembaga-lembaga keIslaman dibanding Raja Abdullah yang lebih mengakomodasi lembaga-lembaga sekuler dan liberal. Raja Salman diprediksi akan lebih mengapresiasi peran dan sumbangsih Ikhwan yang diakui sejak lama turut menggairahkan dunia pendidikan di Saudi Arabia.
Peran Raja Salman yang ditunggu-tunggu adalah, kebijakan luar negeri Saudi Arabia, khususnya terhadap negara-negara anti-Ikhwan, misalnya Mesir, Emirates Arab, Kuwait. Kedekatan Raja Salman dengan Presiden Turki, Erdogan berikut Emir Qatar, menjadi sinyal penting perubahan KSA yang di masa Raja Abdullah disebut-sebut membentuk poros koalisi setan yang dekat dengan Yahudi Israel. Membenci Ikhwan tapi membiarkan Syiah menguasai halaman depan dan dapur Saudi Arabia.
Indikasi terkuat, Aljazeera kembali “galak” dan berani menyerang Jenderal kudeta As-Sisi dengan lontaran berita yang lebih garang dibanding sebelumnya. Kembalinya Qatar menjadi pendukung IM, terindikasi kuat berkah dari meninggalnya Raja Abdullah yang beberapa bulan lalu “menjewer” Qatar dengan ancaman-ancaman menakutkan: penarikan Dubes, penutupan jalan darat Saudi-Qatar, bahkan pemutusan keanggotaan Kerjasama Teluk.
Pantas saja belum apa-apa Raja Salman sudah diserang ormas-ormas atau orpol tertentu. Salah satunya yang paling nyaring adalah pendapat Amir HT, sikap Emir Dubai, media kudeta Mesir yang sangat negatif soal Raja Salman. Kita hanya bisa berdoa, semoga Allah mengaruniakan taufik dan hidayahnya untuk raja-raja dan para pemimpin dunia Islam. Allaahumma qad ballaghtu, fasyhad.

Al sisi presiden Mesir tinggal gigit jari
Oleh: Nandang Burhanudin
Subhanallah. Walhamdulillah. Walaa Ilaaha Illallah. Wallaahu Akbar. Saya tak henti-henti bertasbih, meyakini bahwa Allah tidak akan pernah menerlantarkan hamba-hamba-Nya yang berjuang membela agama Allah. Terutama pejuang-pejuang di Palestina (Gaza) yang diwakili HAMAS-Jihad Islam, di Mesir yang dikomando Ikhwanul Muslimin, di Saudi Arabia dengan Raja Salman, juga AKP di Turki yang dipimpin Erdogan serta Emir Qatar.
Setelah revolusi di lingkungan istana Saudi, Raja Salman kembali melakukan gebrakan-gebrakan baru. Di antaranya:
1. Menunjuk kembali Dr. Syaikh Syuraim, sebagai imam dan khatib tetap Masjidil Haram.
2. Membebaskan ratusan tawanan politik dari penjara-penjara Saudi Arabia.
3. Fokus mereformasi ekonomi dengan memperhatikan tunjangan sosial, pemberian rumah gratis untuk warga Saudi, dan tentunya menutup bantuan untuk rezim-rezim diktator.
4. Membatalkan ancaman tehadap Qatar, yang di era Raja Abdullah Saudi mengancam akan mengisolasi Qatar dan mengeluarkan dari keanggotaan Majlis Kerjasama Teluk.
5. Menempatkan pangeran-pangeran Saudi yang memiliki kedekatan dengan Turki. Di antaranya menunjuk Pangeran Muhammad bin Naif, sebagai penanggungjawab kerjasama dengan Turki untuk membendung arus Syiah yang membentang dari Irak, Yaman, Libanon, dan Syiria.

Pangeran Sa'ud Saifun Nashr Al-Saud, cucu dari Raja Suud bin Abdul Aziz bahkan terang-terangan menyerukan untuk segera mengadili para pendukung kudeta. Di antaranya Kepala Kantor Kerajaan Saudi, Khalid At-Tuwajiri serta melakukan penyelidikan atas penggunaan uang 20 Milyar dollar AS yang dikirimkan kepada junta kudeta di Mesir.

Pangeran Su'ud menegaskan, "20 Milyar dollar benar-benar telah dicuri dan sama sekali tidak menyentuh rakyat Mesir kebanyakan. Buktinya, tidak ada satupun perubahan positif yang dialami rakyat Mesir, bahkan semakin hari makin menderita."

"Kita harus menyelidiki pemubaziran uang rakyat Saudi yang dibagi-bagikan kepada jendeal-jenderal kudeta di Mesir. Tanyakan, 20 milyar dollar itu statusnya sebagai apa: pinjaman hutang, hibah, donasi, atau memang perampokan? Bayangkan, mengapa 20 milyar dollar tidak mengubah apapun kehidupan rakyat Mesir. Krisis listrik, gaz, bahan makanan pokok terus berlanjut. Sangat jelas, siapa yang menjadi penikmat utama milyaran dollar uang rakyat Saudi. Siapa lagi kalau bukan mafia kudeta di Saudi dan para jenderal di Mesir."

Demikian. Allah Swt. membiarkan kudeta terjadi di Mesir dan Ikhwanul Muslimin menolak mengangkat senjata. Ternyata Allah bukakan hikmah-hikmah mendalam. Membuka tabir juru-juru dakwah yang mengajak pada neraka Jahannam, dengan menghalalkan pembantaian dan memutarbalikkan dalil demi kepentingan kudeta.
Aneh rezim Thaghut Al sisi di Mesir dibela dengan dukungan dana untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dari Ikhwanul muslimin yang banyak mengganti perundangan Mesir hingga  cocok dengan al Quran sekalipun bertahap. Rezim Thaghut al sisi  adalah sekuler yang anti denngan pemeraktekan hukum al Quran.
Saya   mendengar  yel – yel al ikhwan  al qur an dusturuna – al quran adalah undang  - undang kami , mati sahid adalah harapan kami dan Allah tujuan kami, beda sekali dengan selogan rezim sekuler yang mengandalkan hukum positif yang bertentangan dengan hukum Allah untuk  dibuat landasan hukum bagi masarakat Islam. Ini selogan jahiliyah yang di budayakan dikalangan kaum muslimin> Mestinya sebarkan saja di kalangan  masarakat kafir. Kita pegang teguh ayat ini:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?

Al Azhar Tolak Kafirkan Kelompok-Kelompok Bersenjata Di Irak Dan Suriah
zahid – Kamis, 16 Rabiul Akhir 1436 H / 5 Februari 2015 12:03 WIB

Sekretaris Jenderal Majma’ Buhuts Islami, Dr Mohiuddin Afifi, menyatakan bahwa kelompok bersenjata yang mengatasnamakan Islam seperti Negara Islam, Al Qaeda, dan lain-lain bukanlah kelompok “kafir” meskipun ia menganggap mujahidin tersebut telah “membuat kerusakan”  di muka bumi.
Dalam wawancaranya melalui sambungan telepon di program acara Cairo Today pada Rabu (04/02) malam, Dr Mohiuddin Afifi mengatakan, “Al Azhar menolak untuk mengkafirkan organisasi Negara Islam, meskipun Al Azhar menganggap mereka telah “berbuat kerusakan” di muka bumi.”
Dr Mohiuddin Afifi menambahkan, “Al Azhar memiliki pendekatan dan cara tersendiri dalam menyebut seseorang kafir atau tidak,” dan menjelaskan bahwa mereka tidak kafir selama tidak keluar dari iman.
Menurut Dr Mohiuddin Afifi Azhar bukanlah lembaga yang dengan mudah memvonis seseorang ataupun kelompok tersebut kafir.
Majma’ Buhuts Islami adalah lembaga milik universitas Al Azhar yang diisi oleh ulama-ulama Islam terkemuka, yang bertugas meriset dan meneliti segala perkembangan terbaru di dunia dan  bagaimana hukumnya di dalam Islam. (Dostor/Ram)

menyeramkan !!! 
Jendral Qassem Suleimani : ISIS Akan Segera Tamat di Irak dan Suriah?
Seorang jenderal Iran yang berpengaruh, dan berada di geris depan, menegaskan bahwa kelompok jihadis ISIS, “mendekati akhir hidup mereka”, tegasnya. Betapa pemimpin militer Iran sudah berani sesumbar dengan sangat lantang akan mengalahkan ISIS.
Jendral Qassem Suleimani, komandan pasukan Brigade al-Quds yang menjadi tulangpunggung pasukan Iran, dan sekarang terjun dalam  medan perang di Irak dan Suriah menghadapi para pejuang ISIS, jelas-jelas mengatakan ISIS akan berakhir.
Iran dan sejumlah milisi dari berbagai negara telah memberikan dukungan kepada pasukan Irak, membebaskan Mosul. Sekarang Brigade al-Qud bersama dengan milisi Syi'ah dari berbagai negara, termasuk Hesbollah berada di garis depan menghadapi ISIS di Irak dan Suriah.
Suleimani bersama dengan pasukan Kurdi, pasukan Irak, milisi Syi’ah, dan dengan dukungan Amerika Serikat, sekarang berada di garis depan menghadapi pejuang ISIS.
"Melihat kekalahan besar yang diderita ISIS di Irak dan Suriah, kami yakin kelompok ini mendekati akhir hidup mereka," tegas Suleimani seperti dikutip oleh kantor berita setengah resmi Fars, dengan menggunakan bahasa Arab.
Jendral Suleimani mengatakan pengaruh regional Teheran semakin besar dan kuat, dan Iran akan menentukan percaturan politik secara regional. "Hari ini kita melihat tanda-tanda revolusi Islam menyebar ke seluruh wilayah, tambahnya.
ISIS telah menguasai sebagian besar Suriah dan Irak, mendeklarasikan "khilafah". Suleimani dilaporkan berada di Baghdad setelah ISIS menyerbu Mosul pada bulan Juni dan memimpin pasukan melawan ISIS, dan memimpin komando pasukan Irak menghadapi ISIS di Irak.
Pasukan al-Quds merupakan sayap dari Garda Pengawal Revolusi, sebuah pasukan  elite Iran – yang tugasnya melakukan kontra gerakan terhadap semua kekuatan yang dianggap membahayakan bagi  keamanan Iran di luar negeri, dan melindungi republik Islam.
Langkah strategis ini dijalankan oleh pemerintah Iran dalam melindungi kepentingan golongan Syi’ah, di semua negera. Kekuatan ekonomi dan militer yang mereka miliki digunakan melakukan ekspansi ideologi (Syi'ah) ke berbagai negara.
Seperti sekarang yang dilakukan oleh Iran dalam membela golongan Syi'ah di Lebanon, Bahrain, Kuwait, Suriah, Irak, dan Yaman
Brigade al-Qud di terjunkan di berbagai negara, termasuk di wilayah yang sekarang bergolak seperti di Yaman. Sementara, pemimpin Sunni di berbagai negara, justru bersatu dengan Iran memerangi para pejuang Sunni, yang sudah diberi lebel teroris oleh Zionis.
Sekarang negeri-negeri Muslim Sunni jatuh ke tangan Syi’ah, dan dibawah kendali Iran, ini seperti teori ‘domino’, dan menjadi kenyataan.
Di Indonesia Syi’ah sudah berani melakukan serangan terhadap Az-Dzikra. Ini hanya gambaran betapa kekuatan Syi’ah di berbagai negara sudah melakukan ofensif. Mereka tidak takut lagi, karena mereka mendapatkan dukunga negara, Iran.Muslim Indonesia harus bersiap-siap menghadapi skenario yang buruk ini. Wallahu'alam. 
mashadi1211@gmail.com


Jenderal Iran : 
Revolusi Syiah Diekspor ke Berbagai belahan Dunia !
Sabtu, 25 Rabiul Akhir 1436 H / 14 Februari 2015 10:16 WIB

Jenderal Qassem Suleimani, komandan militer pasukan khusus Quds yang jarang terlihat , telah menjadi bukti keterlibatan  Iran dalam pertempuran dengan Mujahidin Daulah di Irak dan Suriah.
Dia  sering terlihat di media sosial di Irak bersama dengan pasukan pro-pemerintah, pejuang Kurdi dan milisi Syiah di daerah pertempuran.
Pernyataan ‘tanpa bukti’ itu disampaikannya dalam pidato pada hari Rabu di provinsi  Kerman untuk menandai ulang tahun ke-36 revolusi Syiah  Iran.
Suleimani juga mengatakan pengaruh  Syiah  di dunia semakin berkembang.
“Hari ini kita melihat tanda-tanda revolusi (Syiah)  diekspor di seluruh wilayah dunia , dari Bahrain ke Irak dan dari Suriah ke Yaman serta Afrika  Utara,” katanya.
Pasukan Quds – sayap asing Pengawal Revolusi elit Iran – tugasnya melakukan fungsi invasi Syiah Iran keluar negeri, termasuk intelijen, operasi khusus (pembunuhan tokoh yang dianggap menghambat) dan tindakan politik apapun yang dianggap perlu untuk melindungi republik Syiah Iran. 


ISIS  dikeroyok lima puluh negara sunni, Syi`ah dan Yahudi berbulan bulan masih mampu bertahan, dan tiada tanda kekalahan. Bandingkan bila negara Iran yang dikeroyok, sudah tentu akan berantakan. Irak dimasa  Sadam, Libia di masa Gadafi di keroyok  dengan kekuatan sekutu dalam jarak  beberapa minggu sudah jatuh ke tangan sekutu. Tapi Isis masih tegar dan belum terungkap  tanda kekalahan.
Kalau sumbar Jendral Qassem Suleimani, komandan pasukan Brigade al-Quds yang menjadi tulangpunggung pasukan Iran harus di tanggapi dengan wajar saja. Buktinya Amirika  saja tidak berani sesumbar seperti itu. Sumbar di dalam peperangan bagaikan bunga – bunganya  dan akan cepat layu. Saya ingat ayat ini:

يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ اْلأَعَزُّ مِنْهَا اْلأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لاَ يَعْلَمُونَ

Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu'min,  tetapi
 tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui
هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لاَ تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَوَاتِ 
وَاْلأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لاَ يَفْقَهُونَ
Mereka orang-orang yang mengatakan (kepada orang-orang Anshar): "Janganlah kamu memberikan perbelanjaan kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah supaya mereka bubar (meninggalkan Rasulullah)". Padahal kepunyaan Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami.
Mudah – mudahan pemerintah Syi`ah di Irak dan Surialah yang akan tamat dengan segera dengan izin Allah sekalipun setan – setan manusia membenci.