Thursday, March 7, 2019

Tahayul Dan Kurafat, Kedustaan Atas Nama Syariat. Kejahilan Yang Tidak Dilakukan Oleh Tiga Generasi Terbaik Setelah Nabi.



Meyakini bahwasanya ruh Nabi hadir (gentayangan) dalam acara maulid yang dirayakannya.
Melihat langsung Rasulullah hadir dalam majelisnya, para jamaahnya histeris.
Menyatakan bahwa kuburan rasulullah bergoyang saat kedatangannya, dan Rasulullah bangkit dari kubur karena dia.
Orang tertentu bisa melihat orang yang telah meninggal jadi rebutan bidadari di akherat.
Khurafat seseorang   yang menyatakan orang tertentu yang sudah meninggal, dialam barzah (kubur) masih hidup. Seperti Rasululllah waktu Isra Mi’raj bisa bertemu dan berdialog dengan Nabi sebelumnya.
●Menyatakan meski di dalam Alam Kubur Wali Songo tetap berdakwah.
Ngarang bebas ala sufi- tidak tidur 33 Tahun
●Pesan Nabi Muhammad dalam mimpi terkait masalah ormas.
Sesorang dimasa kontemporer mengaku menerima hadist langsung dari Rasulullah.
Cerita dusta menyaksikan tangan Rasulullah keluar disaksikan 12000 orang.
Mengaku bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam keadaan terjaga), Nabi mencium lututnya.
Melihat Nabi keluar dari kuburannya dan mengantarnya sampai keranjangnya, seluruh sahabat Nabi dan seluruh istri-istri Nabi juga bertemu dengannya (dalam keadaan terjaga ?)
●Meyakini seseorang tertentu pakunya pulau jawa.
●Meniru-niru mukjijat Nabi seperti kisah kambing yang nurut (menyerahkan diri) mau dipotong.
●Pengalaman bertemu dengan jin dari azraq.
Seseorang ulama (?) memiliki kesaktian ghaib luar biasa dan paling menggemparkan Dunia.
●Khurafat Batu Qur’an (Al Qur’an menjadi batu), dan dijadikan tempat Tawaf.
Ngarang Bebas ala sufi (Bid'ah Lovers), Ijazah amalan anti mati.
Lebih Mudah Bertemu Nabi Muhammad SAW dari pada para wali.
●Seseorang memiliki Siwak lebih hebat dari keris Presiden dan seisi dunia, sebab pemberian nabi.
Seseorang yang sehari-hari bertelanjang dada, mengurung diri di dalam kamar kurang lebih 15 tahun tanpa makan dan minum, dianggap sebagai wali Allah.
●Seseorang hanya memakai sarung dan loncat kedalam sumur, seketika yang tertinggal hanya sarungnya saja yang ada disumur, begitu dicari ternyata beliau sudah berada di makam sambil memeluk batu nisannya. Oleh kaum sufi yang difitnah sebagai Wali Allah dan banyak yang sowan (tawasul minta berkah).
●Ada wali, sewaktu adzan magrib berkumandang, membawa gitar dan teriak-teriak tepat di depan musalah, pada saat jamaah akan melangsungkan salat maghrib.
●Wali yang mempunyai kebiasaan membuang uang ratusan juta hingga milyaran ke lautan. 
Dari Mekah Ke Cirebon Naik Punggung Ikan Hiu.

Apa itu Takhayul dan Khurafat ?

Takhayul dan Khurafat
Apa itu khurafat dan takhayyul? Mohon dijelaskan. Terima kasih.
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kita akan lihat pengertian masing-masing dari sisi penggunaan bahasa.
Khurafat, menurut Ibnul Mandzur,
والخُرافةُ الحديثُ الـمُسْتَمْلَحُ من الكذِبِ. وقالوا: حديث خُرافةَ

Khurafat adalah berita yang dibumbuhi dengan kedustaan. Masyarakat menyebut, ‘Beritanya khurafat’
Kemudian beliau menyebutkan latar belakang istilah ini,

ذكر ابن الكلبي في قولهم حديثُ خُرافة أَنَّ خُرافةَ من بني عُذْرَةَ أَو من جُهَيْنةَ، اخْتَطَفَتْه الجِنُّ ثم رجع إلى قومه فكان يُحَدِّثُ بأَحاديثَ مـما رأي يَعْجَبُ منها الناسُ؛ فكذَّبوه فجرى على أَلْسُنِ الناس: حديث خُرافةَ

Dijelaskan oleh Ibnul Kalbi tentang pernyataan masyarakat, ‘Beritanya khurafat’ bahwa Khurafat adalah nama orang dari Bani Udzrah atau bani Juhainah. Dia pernah diculik Jin kemudian kembali ke kampungnya. Setelah itu, dia bercerita banyak tentang berbagai kejadian yang dia lihat, sehingga banyak orang terheran-heran. Sampai mereka tidak percaya dan menganggap Khurafat berdusta. Akhirnya jadi terkenal di tengah masyarakat, “Beritanya Khurafat.” (Lisanul Arab, 9/62)
Keterangan yang sama juga disampaikan az-Zirikli,

خرافة : رجل من بني عذرة، غاب عن قبيلته زمناً ثم عاد فزعم أن الجن استهوته وأنه رأى أعاجيب جعل يقصها عليهم، فأكثر، فقالوا في الحديث المكذوب (حديث خرافة)  وقالوا فيه (أكذب من خرافة) حتى سمى الحريري الكذب خرافة

Khurafat adalah nama seorang lelaki dari bani Udzrah, yang hilang dari kampungnya dalam kurun waktu yang lama. Kemudian dia kembali. Dia menyangka telah disekap Jin, dan dia telah melihat berbagai kejadian aneh. Lalu diceritakan kepada masyarakatnya panjang lebar. Hingga jadi istilah mereka untuk menyebut berita dusta, ‘Beritanya Khurafat’. Mereka juga membuat istilah, “Lebih pembohong dari pada Khurafat.” Hingga al-Hariri menyebut setiap kedustaan dengan Khurafat. (al-A’lam, az-Zirikli, 2/303).
Dari keterangan mereka, kita memahami kata Khurafat artinya semua berita atau informasi yang mengandung kedustaan.
Kita beralih ke istilah Takhayyul
Kata ini disebutkan dalam al-Quran, ketika Allah menceritakan sihir yang dilakukan tukang sihirnya Fir’aun,
قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى

“Berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan.” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.” (QS. Thaha: 66)
Tukang sihir Firaun menyihir setiap mata para penontonnya. Sehingga seolah mata mereka melihat tali dan tongkat mereka menjadi ular. Termasuk Musa ‘alaihis salam, terbayang dalam diri beliau, tali dan tongkat mereka menjadi ular.
Dalam kamus Mu’jam al-Wasith, makna kata Takhayyul adalah [تَصَوَّرَهُ ، تَمَثَّلَهُ] yang artinya membayangkan.
Karena orang sombong yang kagum dengan dirinya disebut Mukhtal atau Dzul Khuyala’. Karena dia membayangkan dirinya hebat, seolah tidak ada yang menandinginya. (Lisan al-‘Arab, 11/226)
Dalam kamus KBBI, ta·kha·yul diartikan sebagai (sesuatu yg) hanya ada dalam khayal belaka
atau kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, padahal sebenarnya tidak ada atau tidak sakti.
Mengapa Takhayul dan Khurafat Digandengkan?
Dua kata ini digandengkan, karena semua keterangan dusta, berawal hanya dari khayalan manusia. Khayalan tanpa bukti. Tidak sesuai kenyataan, dan tidak didukung oleh dalil.  Ketika itu diyakini, statusnya menjadi khurafat. Keyakinan dusta yang menyimpang.
Apakah Semua Takhayul & Khurafat itu Terlarang?
Khurafat dan takhayul terkait syariat, semuanya terlarang. Karena berdusta atas nama syariat. Terlebih jika khurafat itu terkait keyakinan tentang Allah. Bahayanya lebih parah dan ancaman dosanya sangat besar.
Dalam al-Quran, Allah banyak memberikan ancaman untuk orang yang memiliki keyakinan dusta tentang Allah, diantaranya,
Allah berfirman,
فَمَنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim. (QS. an-Nisa: 94).
Ayat ini bercerita tentang sikap sebagian bani Israil yang mereka menetapkan hukum halal haram di masa sebelum turunnya taurat. Pernyataan mereka tanpa bukti, Allah sebut sebagai dusta atas nama Allah.
Allah juga berfirman,
انْظُرْ كَيْفَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَكَفَى بِهِ إِثْمًا مُبِينًا

Lihatlah bagaimana mereka berbuat dusta atas nama Allah. dan cukuplah itu sebagai perbuatan dosa yang nyata. (QS. an-Nisa: 50).
Ayat ini bercerita tentang pengakuan orang yahudi dan nasrani bahwa mereka adalah kekasih Allah, anak kesayangan Allah. dan mereka menganggap, yang paling berhak masuk surganya Allah adalah Yahudi dan Nasrani. Allah sebut anggapan ini sebagai kedustaan atas nama-Nya.
Allah juga berfirman,
قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

Katakanlah, sesungguhnya orang-orang yang berdusta atas nama Allah, dia tidak akan beruntung. (QS. Yunus: 69).
Ayat ini berisi ancaman Allah untuk orang yang menyatakan Allah punya anak, padahal Allah tidak butuh seluruh makhluk. Dia Maha Kaya.
Allah juga berfirman,
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَى إِلَى الْإِسْلَامِ

Siapakah yang lebih dzalim dari pada orang yang berdusta atas nama Allah, padahal dia telah didakwahi untuk masuk islam. (QS. as-Shaf: 7)
Padahal dia telah didakwahi untuk masuk islam, artinya dia telah mengenal kebenaran. Allah sebut perbuatannya sebagai pebuatan yang paling dzalim. Mereka menyebut Allah memiliki sekutu.
Termasuk bentuk khurafat adalah menggalang amalan ibadah yang sama sekali tidak pernah Allah syariatkan. Allah berfirman,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. as-Syu’ara’: 21)
Keyakinan Ngawur atas Nama Allah, Asal Segala Kesesatan
Jika kita perhatikan, semua penyimpangan orang musyrik dan orang kafir yang Allah sebutkan dalam ayat-ayat di atas, sumbernya adalah aqidah dan keyakinan menyimpang tentang Allah.
Ada yang berbicara masalah halal-haram tanpa dalil. Sementara yang berhak menetapkan hukum halal-haram hanya Allah.
Ada yang karena mengklaim dirinya anak kesayangan Allah yang pasti masuk surga, tanpa bukti amal.
Ada yang menyatakan Alah punya anak. Padahal Allah Maha Sempurna, tidak butuh seluruh alam
Ada yang menganggap Allah punya wakil untuk mengantarkan berdoa, yang itu menjadi aqidah orang musyrikin.
Ada yang menetapkan aturan dalam ibadah, sementara dia tidak punya dalil dari syariat. Dia sebut amal bid’ah berpahala, sementara Allah tidak pernah menjanjikan pahala untuk amal itu.
Karena itulah, Ibnul Qoyim menyebutkan bahwa berbicara ngawur tentang Allah, menyampaikan informasi tentang Allah tanpa ilmu, adalah sumber dari segala kesesatan.
Ibnul Qoyim mengatakan,

فليس في أجناس المحرمات أعظم عند الله منه, ولا أشد منه, ولا أشد إثمًا، وهو أصل الشرك والكفر، وعليه أسست البدع والضلالات، فكل بدعة مضلة في الدين أساسها القول على الله بلا علم
Tidak ada jenis keharaman yang lebih parah di sisi Allah melebihi berbicara atas nama Allah tanpa ilmu, dan lebih berat dosanya dari pada tindakan ini. Karena ini adalah sumber segara kesyirikan dan kekufuran. Dan semua bentuk bid’ah dan kesesatan juga dibangun karena pelanggaran ini. Semua bid’ah yang menyesatkan dalam agama, asasnya adalah berbicara atas nama Allah tanpa ilmu. (Madarij as-Saikin, 1/372)
Luruskan Aqidah Anda
Aqidah menaruh peranan paling penting dalam hidup manusia. Karena dia pengendali hidup. Orang akan semakin mudah mentaati Allah, ketika aqidahnya benar. Kita bisa lihat, orang kafir dan orang musyrik menjadi manusia yang sangat jahat dan bengis di alam ini, sebabnya adalah karena mereka memiliki aqidah yang sesat.
Sebagai contoh sederhana saja,
Bandingkan kaum muslimin dengan orang syiah…
Syiah, mereka mengaku muslim. Mengaku menyembah Allah. Mengaku keberadaan nabi yang sama dengan kita. Mengakui adanya malaikat, surga-neraka, dst.
Tapi di saat yang sama, mereka punya penyimpangan besar dalam masalah aqidah. Mereka mengagungkan Husain, melebihi pengagungan mereka kepada Allah. Mereka menganggap, hanya penganut Husain yang akan dijamin masuk surga. Mereka mengaku itu dengan klaim, bukan dengan bukti.
Mereka membesar-besarkan urusan imamah Ali bin Abi Thalib. Dan ini dianggap puncak dari segala perjuangan.
Di sana anda bisa lihat, bagaimana karakter orang syiah yang sangat menjijikkan,
Mereka menghalalkan kawin kontrak, nikah sejam, dua jam, dianggap sah. Anda bisa perhatikan, berapa kira-kira anak mut’ah yang ada di Iran? Ataukah hampir semua masyarakat Iran anak mut’ah?
Mereka menghina habis A’isyah, dan menyebutnya penghuni neraka
Mereka mengkafirkan Abu Bakr, Umar, dan Utsman.
Mereka menganggap, al-Quran yang ada di tengah kaum muslimin, sudah tidak otentik.
Mereka menganggap semua imam mereka itu makshum, layaknya seorang nabi.
Ada orang yang karakternya selalu membela kebatilan, karena aqidah mereka rusak.
Allah berfirman,
وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ
“Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (QS. al-A’raf: 146)
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

●Ust. Firanda Andirja - KHURAFAT sederhana tapi BERBAHAYA dari sang HABIB  mendapat shalawat langsung dari Nabi
●Kisah Khurafat di Tanah Air Kita | Batu Quran - Ustadz Dr Firanda Andirja, MA Quran jadi batu
●Penjelasan Cerdas apa itu Subahat & khurafat. Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah MA
#MITOS, Apakah Benar Kyai Bisa Bertemu Nabi Dalam Keadaan Terjaga? | Ustadz Firanda Andirja, Lc
●Khurafat !!! Dongeng/Cerita Pak Kiyai - Ust Khalid Basalamah
●Waliyullah !!! Bisa Sholat Jum'at Langsung Ke Mekkah-- Ust. Khalid Basalamah
●Khurafat Paulus yg menyebabkan penyimpangan ajaran Nasrani | Dr. Firanda Andirja, MA
https://youtu.be/CqqU6S9t3ss
●Bolehkah Mimpi dijadikan Sumber Aqidah? Ustadz Dr Firanda Andirja, MA
●Ilmu Laduni dijadikan Sumber Aqidah - Ustadz Dr Firanda Andirja, MA
https://youtu.be/KuKeFfBAo1c

Takhyul Dan Khurafat Adalah Racun Akidah Umat Islam

A. Takhyul dan Khurafat adalah Tipu Daya Setan
Sebagian besar umat Islam percaya pada takhyul dan khurafat. Takhyul telah mempengaruhi aktivitas sebagian umat manusia termasuk yang beragama Islam,mereka melakukan atau tidak melakukan sesuatu hajatan berdasarkan pada takhyul,padahal takhyul itu sebenarnya tidak ada. Ada orang yang memebenci seseorang karena dipengaruhi oleh takhyul. Ada orang yang pantangan menolong sesamanya di waktu malam karena terpengaruh oleh takhyul.

Takhyul dan khurafat bersumber dari ajaran animism dan dinamisme yang tidak memiliki dasar dalil dari Al Al Quran dan Al Sunnah,sehingga termasuk kebatilan. Rasulullah bersabda: “Tidak ada penyakit menular dan tidak ada kepercayaan kepada tahayyul” (HR.Bukhari), ”Tidak ada penyakit menular, tidak ada kesialan karena melihat burung,tidak ada burung hantu dan tidak ada kesialan bulan Safar” (HR.Bukhari dan Muslim).”Tiyarah (takhyul) ialah sejenis syirik” (HR.Tirmidzi).

Takhyul dan Khurafat hampir sama,keduanya berhubungan dengan akidah yang menyimpang dari ajaran Islam,cuma khurafat lebih mendekatatkan seseorang kepada kesyirikan atau sebagai sarana yang mengantar seseorang kepada kesyirikan.Keduanya adalah bid’ah dalam akidah Islam.

Takhyul (Bahasa Arab:Tahayyul) artinya berangan-angan,menghayalkan atau berprasangka. Takhyul adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Takhyul adalah menghayalkan dan menghubung-hubungkan suatu peristiwa yang menimpa manusia,(peristiwa yang baik atau peristiwa yang buruk) atau alam dengan sesuatu yang tidak ada dasarnya dalam ajaran Islam.

Sedangkan khurafat (Bahasa Arab:Al khurafat) artinya cerita hayalan/bohong. Khurafat adalah suatu kepercayaan,keyakinan atau pandangan seseorang terhadap sesuatu yang bercerita yang berkembang terhadap sesuatu yang tidak meiliki dasar kebenaran dari ajaran Islam.Khurafat diyakini sebagai bagian dari ajaran Islam,padahal sesungguhnya bukan dari ajaran Islam.Khurafat mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan.

Takhyul dan khurafat bukanah sebuah kebenaran, melainkan persangkaan belaka,Perhatikan Firman Allah,

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”(QS.Yunus:36)

“Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, Dia telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”(QS.Fushilat:23)

Takhyul dan khurafat adalah bahagian dari tipu daya setan untuk menyesatkan manusia,dan ternyata telah banyak manusia yang terperangkat ke dalam tipu daya setan tersebut.Mereka berlangganan dengan dukun karena terpengaruh oleh takhyul,padahal mendatangi dukun,mempercayai perkataan dukun amat berbahaya bagi hidup kita karena berakibat ditolaknya shalat selama 40 hari (HR.Muslim),atau telah menjadikan kita kafir terhadap Al Quran (HR. Ahmad) dan bahwa Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallamtelah menyatakan bahwa “bukan umatku dukun dan orang yang mendatangi dukun” (HR. Al Bazaar).

“Hai anak Adam janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga.Ia menanggalkan pakaian kedua untuk memperlihatkan kepada kedua auratnya. Sesungguh ia dan pengikut-pengikut melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguh Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.”(Al a’raf:27).

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.” (QS. Fathir:5)

Islam melarang umatnya percaya kepada segala macam tahayul dan khurafat. Apalagi kemudian dijadikan sebagai pegangan hidup.Takhyul dan khurafat adalah tipu daya setan yang disebarkan melalui dukun,paranormal atau orang-orang yang dianggap pintar (padahal bodoh). Para dukun atau paranormal menyampaikan tipu daya kepada orang-orang yang bodoh bahwa dirinya bisa menebak nasib seseorang, bahwa dirinya bisa menolong seseorang untuk merubah nasib buruk yang bakal menimpanya,padahal semua itu adalah dusta dan sangat bertentangan dengan akidah yang diajarkan Islam yaitu keimanan kepada qadha dan qadar (Rukun iman yang keenam).

Islam telah mengajarkan akidah yang benar, bahwa segala urusan masa depan, hanya, dan hanya Allah saja yang tahu. Firman Allah:

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”(QS al-An’aam: 59).

Pada ayat lainnya Allah juga berfirman:

“(Dialah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihat-kan kepada seorangpun (sesuatu) tentang yang ghaib itu.Kecuali pada rasul yang diridlai-Nya.Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (QS al-Jin : 26-27)
Ini membuktikan bahwa hanya Allah yang Mahatahu segala masalah.Jadi omongan para dukun atau orang-orang tua yang suka menyebarkan tahayul itu salah besar. Janganlah mau dibohongi mereka. Bagi umat Islam yang selalu mempercayai takhyul maka keislamannya perlu dipertanyakan.Apa yang diramalkan oleh para dukun atau para normal itu adalah bisikan dari setan (jin),yang mereka sendiripun tidak tahu tentang masalah gaib,kalaupun ada yang benar maka kebenaran itu dicuri dari lagi yang ditambahnya dengan berbagai kedustaan.Berikut pengakuan jin,
“Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.”(QS. Al Jin:9-10)
Dalam sebuah hadis disebutkan, ”Rasulullah. pernah ditanya oleh sekelompok manusia tentang masalah tukang tenung (sihir), maka jawabnya: ‘Mereka bukan apa-apa,’ mereka pun bertanya lagi: ‘Ya Rasulullah sesungguhnya mereka itu kadang-kadang menceritakan sesuatu yang ternyata benar.’ Maka jawab Rasulullah: ‘Kalimat itu dari Allah yang dicuri oleh Jin lalu diulang-ulanginya ke telinga kekasihnya dengan dicampur 100 kedustaan.”(HR. Bukhari, dan Muslim)
Dalam hadis lain, “Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian ia membenarkan apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya ia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Nabi Sallallahu Alaihi wa Sallam.”(HR. Ahmad,Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Kalau ada berita-berita atau tayangan-tayangan di TV yang berbau takhyul maka janganlah dipercaya.Kalau ada dukun atau siapa saya yang meramal-ramal maka janganlah dipercaya ramalannya.Rasulullah. bersabda: “Tidak termasuk golongan kami, barangsiapa yang menganggap sial karena alamat (tathayyur) atau minta ditebak kesialannya dan menenung atau minta ditenungkan, atau menyihir atau minta disihirkan.”(HR Bazzar).
B. Keberuntungan dan Kesialan ada Di Tangan Allah
Allah melalui Al Quran telah menyampaikan kepada manusia bahwa segala keberuntungan dan kesialan yang menimpah manusia itu datangnya dari Allah dan telah menjadi ketetapan Allah. Keberuntungan dan kesialan yang akan menimpah seseorang adalah rahasia Allah (masalah gaib),tidak ada yang menegetahuinya kecuali Allah.Allah Jalla wa ‘Ala berfirman mengabarkan tentang keadaan Firaun dan kaumnya,

”Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Itu adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 131).

Agama Islam adalah agama yang selalau memotivasi umatnya agar menjadi seorang yang optimis.Agama Islam adalah agama kegembiraan dan kebahagiaan. Kebahagiaan tersebut terwujud dalam ketaatan kepada Allah dan berserah diri kepada-Nya.Kepada-Nya lah berserah diri orang-orang yang bertawakkal.Dan kepada-Nya orang-orang bertakwa mengusahakan amal ibadah mereka.

Sebelum Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam diutus, manusia hidup dalam kejahiliyahan yang fanatik dan kesesatan yang jauh.Suara burung dapat menghalangi mereka dari sesuatu, karena anggapan sial.Mereka hidup dalam khurofat dan hawa nafsu yang mungkar.Dan di antara kebiasaan jahiliyah tersebut yang dilarang oleh Islam adalah sifat pesimis karena anggapan sial.Pesimis dan merasal sial adalah lawan dari anugerah dan keberkahan. Anggapan sial adalah sebuah sikap yang menunjukkan prasangka buruk kepada Allah.Sedangkan optimis artinya berprasangka baik kepada-Nya.Dan seorang mukmin adalah orang yang berprasangka baik kepada Allah dalam setiap keadaan.

Syariat Islam datang dengan melarang takhyul.Karena hal ini termasuk bentuk pesimis yang disebabkan melihat atau mendengar sesuatu.Dan ini juga merupakan bentuk keyakinan yang lemah dari orang-orang yang berbuat syirik.Mereka tidak bertawakal kepada Allah.Islam datang menghapuskan segala bentuk kepercayaan dan amalan yang hanya berdasarkan persangkaan belaka.Islam menekankan bahwa takhyul sama sekali tidak berdampak dalam mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Yang demikian hanyalah keyakinan-keyakinan yang tidak berdasar sama sekali.

Allah berfirman,“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 131).Dalam ayat yang mulia ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa takhyul adalah kepercayaan dan amalannya orang-orang musyrikin. Dan perbuatan itu dicela oleh syariat.Dahulu, kaum Firaun apabila mereka ditimpa pacek kelik dan kemarau panjang, mereka sangka bahwa musibah dan bala’ itu karena Musa dan kaumnya yang membawa sial. Sebagaimana dalam firman Allah,“Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya.” (QS. Al-A’raf: 131).

Maka Allah bantah mereka dengan firman-Nya,“Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 131).Yakni musibah yang menimpa mereka merupakan qadha dan qadar yang telah Allah tetapkan disebabkan kekufuran, dosa, dan pengingkaran mereka terhadap risalah yang dibawa Nabi Musa.Setelah itu Allah sifati mayoritas mereka sebagai orang-orang yang bodoh.

Musa adalah utusan Rabb semesta alam.Ia datang dengan membawa kebaikan, keberkahan, dan kemenangan bagi siapa yang beriman dan mengikutinya.Allah berfirman, Mereka menjawab: “Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu”. Shaleh berkata: “Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji”. (QS. An-Naml: 47).

Allah juga menjelaskan keadaan orang-orang musyrik di selain zaman Nabi Musa. Ketika mereka ditimpa musibah, maka mereka merasa pesimis dan menyangka bahwa sebab musibah tersebut datangnya dari para rasul.“Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu.”(QS. Yasin: 18).Allah bantah mereka,dengan mengatakan,Rasul-rasul itu berkata: “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri”. (QS. Yasin: 19).

Tidaklah orang-orang musyrik itu ditimpa musibah yang telah Allah tetapkan dengan qadha dan qadar-Nya, kecuali dikarenakan dosa-dosa mereka.Para rasul datang dengan kebaikan dan keberkahan bagi orang-orang yang mengikuti mereka.

Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada tiyaroh (mengkaitkan nasib buruk dengan apa yang dilihat atau didengar), tidak ada burung yang menunjukkan akan ada anggota keluarga yang mati, dan tidak ada kesialan di bulan shafar” (HR. Bukhari dan Muslim).Dalam riwayat Imam Muslim ada tambahan lafadz,“Tidak benar juga meyakini bintang, dan tidak pula mempercayai hantu.”

Kebaikan dan keburukan, keberuntungan dan kesialan semuanya datang dari Allah,dan semuanya itu adalah ketetapan Allah pada diri makhluk-Nya dan dirahasiakan pada makhluk-Nya,sehingga tidak seorangpun yang mengetahui ketetapan Allah kecuali Allah sendiri dan tidak seorangpun yang mampu menghalangi dan merubah ketetapan Allah melainkan Allah sendiri.Jadi apa yang kebanyakan manusia percaya bahwa dukun bisa mengalangi kesialan,bisa merubah kesialan,bisa mendatangkan keberuntungan adalah dusta belaka.Perhatikan Firman Allah,

“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya.Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus:107). “Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Raad:11).

A. Mempercayai Takhyul Berarti Mengingkari Takdir

Islam telah mengajarkan tentang takdir,yaitu bahwa segala makhluk tetap ditetapkan takdirnya,tentang apa yang akan terjadi dalam hidupnya.Apa yang telah ditetapkan/ditakdirkan Allah pasti akan terjadi dan apa yang tidak ditakdrkan Allah pasti tidak akan terjadi,seperti yang telah disampaikan Allah:

“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah:51).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. Al Hadiid:22).
Takdir seseorang telah ditetapkan Allah jauh sebelum penciptaan langit dan bumi (QS.Al Hadiid:22),Rasululah Sallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan “Allah menuliskan takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi” (HR. Muslim) dan ditetapkan kembali saat seseorang berada dalam kandungan ibunya,yaitu pada usia 120 hari (HR.Muslim),sebagaimana Firman Allah:
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.” (QS.Al Hajj:5).
Dan Rasulullah bersabda: ”Sesungguhnya seorang manusia mulai diciptakan di dalam perut ibunya setelah proses selama 40 hari,kemudian menjadi segumpal darah setelah 40 hari berikutnya,lalu menjadi segumpal daging setelah 40 hari berikutnya,setelah 40 hari berikutnya,setelah itu Allah Azza wa Jalla mengutus seorang malaikat untuk menghembuskan roh ke dalam dirinya dan diperintah dengan empat ketentuan: Rezekinya,ajalnya,amalnya dan celaka atau bahagianya” (HR.Muslim).
Kemudian takdir ditetapkan kembali pada malam qadar untuk takdir yang berlaku selama satu tahun ke depan,sebagaimana Firman Allah:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad Dukhan:3-5).
Ibnu Abbas berkata:” Di kitab Induk pada malam qadar dituliskan apa yang akan terjadi selama setahun,berupa kematian,kehidupan,rezeki,hujan,hingga orang-orang yang pergi haji,’fulan dan fulan pergi haji’.” (Tafsir Ibnu Katsir).
Sedangkan takyul atau khurafat tidak mempercayai yang demikian.Takhyul mengajarkan bahwa keberuntungan dan kesialan seseorang dapat disebabkan karena waktu yang dipakai melakukan suatu perkerjaan,atau sebab lainnya yang tidak ada keterangannya dalam Al Quran atau As Sunnah.Sehingga seseorang bisa melakukan upaya untuk mendatangkan keberuntungan atau menolak kesialan dengan syariat-syariat yang dibuat oleh nenek moyang,padahal Allah telah menyatakan bahwa “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurniaNya.Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Yunus:107).“Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”(QS. Ar Raad:11).
Rasulullah bersabda: “Ketahuilah,seandainya umat ini bersatu untuk memberikan manfaat kepadamu,mereka tidak akan mampu melakukannya dengan sesuatu yang telah dituliskan Allah untukmu.Seandainya mereka bersatu untuk menimpahkan mudharat kepadamu,mereka seua tidak akan mampu menimpahkan mudharat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tuliskan atasmu,pena telah terangkat dan lembaran-lembaran telah terangkat” (HR. Tirmidzi).”Barangsiapa yang mati bukan atas keyakinan ini,dia bukan termasuk golonganku” (HR.Abu Dawud).
Berdasarkan dalil di atas maka jelaslah bahwa walaupun ribuan orang berusaha mendatangkan keberuntungan kepada keseorang,maka mereka tidak akan sanggup, kecuali kalau Allah telah menakdirkan baginya keberuntungan.Dalam kalaupun ribuan orang berusaha menolong seseorang agar terhindar dari kesialan,maka tidak tidak akan sanggup melindunginya,kecuali kalau Allah tidak menakdirkannya kesialan.

Mempercayai takhyul adalah salah satu ciri lemahnya atau ketidaksempurnan imam seseorang,karena mereka telah mengingkari rukun iman yang keenam.Dari Jabir bin Abdullah,Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak beriman seorang hamba dia beriman kepada qadar-yang baik dan yang buruk-dari Allah dan hingga dia mengetahui apa yang menimpanya tidak akan melesek darinya dan apa yang melesek darinya tidak akan menimpanya”.(Hadis Sahih Al Bani)
Ali Bin Abi Thalib berkata:” Iman salah seorang dari kalian tidak akan menembus sampai hati hingga yakin tanpa ada sedikit keraguan bahwa apa yang menimpahnya tidak akan meleset darinya dan apa yang meleset darinya tidak akan menimpanya dan dia mengakui seluruh takdir” (Tafsir Ibnu Katsir).

Jadi hendaknya setiap orang berhati-hati pada perkara takdir ini,jangan coba-coba mendustakannya hanya karena percaya pada takhyul/khurafat,jangan ada keraguan pada takdir Allah,dan jangan pula memperdebatkan takdir Allah, karena sudah sangat jelas bahwa takdir Allah itulah kebenaran,sedangkan takhyul/khurafat adalah kebatilah,dan jangalah kita mencampuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan. Percayalah pada takdir Allah dan lakukanlah usaha sebagaimana yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya,yaitu dengan berdoa kepada Allah untuk mendapatkan kebaikan dan perlindungan dari segala keburukan,karena hanya Allahlah yang berkuasa merubah atau menetapkan apa yang telah ditakdirkan pada hamba-Nya.Dan hanya kepada Allahlah kita bertawakkal,Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong bagi makhluk-Nya.
B. Sebab-Sebab Seseorang Terbelunggu oleh Takhyul/Khurafat
Ada beberapa sebab sehingga seseorang terbelunggu pada tahkyul atau khurafat walaupun mereka telah dingatkan bahwa takhyul atau khurafat itu adalah dusta belaka, antara lain:

1. Pengaruh Lingkungan

Banyak di antara anggota masyarakat sebelumnya tidak mengenal takhyul, namun karena berbaur atau hidup bersama dengan masyarakat yang percaya pada takhyul maka jadilah mereka mempercayai takhyul,padahal berbaur dan berinteraksi dengan masyarakat yang percaya pada takhyul akan menyebabkan kita terperosok ke dalam belunggu takhyul,Allah telah mengingatkan kepada manusia:

“Dan (ingatlah hari ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya,seraya berkata’aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama rasul. Kecelakaan besarlah bagiku,kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku).Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari Al Quran ketika Al Quran itu telah dating kepadaku” (QS.Al Furqan:27-29).

“Janganlah kamu duduk bersama-sama mereka (orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah) sehingga mereka terasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orangmunafik dan orang-orang kafir di dalan Jahanam.” (An Nisa : 140).
2. Diamnya Ulama
Diamnya ulama dalam mengungkap kebenaran takhyul/khurafat merupakan faktor pemicu tersebar luasnya takhyul padahal Allah telah mengingatkan kita,

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk setelah kami menerang-kannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat pula oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati,kecuali mereka yang telah bertaubat dan mengadakan perbaikan dan memerangkan (kebenaran)” (QS. Al Baqarah : 159-160)”.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnayatidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan menyucikan mereka, dan bagi mereka siksa yang amat pedih”. (Al Baqarah : 174)”.
“Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu yang diketahuinya, tetapi ia menyembunyikannya maka pada hari kiamat kelak ia akan dikekang dengan kekang dari api neraka”( HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah).

Banyak ulama yang sebenarnya tahu bahwa apa yang dipercaya oleh masyarakat hanyalah takhyul belaka,namun tidak berani menjelaskannya Karena takut kehilangan popularitas dalam masyarakat.

3. Kebodohan dan taklid buta.

Kebodohan (jahl) dan sikap masa bodoh sebagian masyarakat Islam.Mereka tidak tahu akidah Islam yang sesungguhnya karena kebodohannya dan ada yang sebenarnya berilmu,dianugerahi akal yang cemerlang tetapi tidak mau mempelajarinya atau tidak mau mengelola akalnya untuk kepentingan agamanya,padahal Allah telah mengingatkan kita dalam kitab-Nya,
”Janganlah kamu mengikuti apa-apa yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hati akan dimintai pertanggung-jawabannya.’(QS.Al Israa:36).

“Kataakanlah:Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji baik yang Nampak atau yang tersembunyi,perbuatan dosa,melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu,dan mengada-adakan terhadap Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui”(QS.Al A’raaf:33).
4. Ketakutan terhadap keburukan yang menimpah dari takhyul/khurafat.

Di antara orang yang terbelunggu takhyul,sebenarnya ada yang sudah mengetahui bahwa takhyul itu adalah kepercayaan yang diada-adakan dalam agama Islam, namun mereka tetap mempercayainya karena takut pada keburukanyang akan menimpahnya.Yang mereka takuti adalah:

a. Dicela atau dianggap sebagai orang yang tidak menghormati adat istiadat sehingga tersisi dalam interaksi sosial.

b. Mendapat perlakukan yang tidak menyenangkan,hukuman adat atau diusir dari kampung.

c. Mendapat kutukan dari arwah nenek moyang,berupa penyakit,kesusahan atau tercabutnya berkah.

Mereka lebih takut kepada sesama manusia yang tidak memilki kuasa untuk menghukum manusia daripada takut kepada Allah yang hukumannya amat pedih. Padahal,Allah telah telah mengingatkan:

“Janganlah kamu takut kepada sesama manusia,tetapi takutlah kepada-Ku” (QS.Al Maaidah:44)

“Allahlah yang berhak kamu takuti,jika kamu benar-benar orang yang beriman” (QS.Taubah:13)

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak Nampak oleh mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar”(QS.Al Mulk:12)

“Bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakana dan jauhilah mereka dengan cara yang baik”(QS.Al Muzammil:10).

Begitupun sebagai ulama ada yang takut mengungkapkan kebenaran dari tradisi tersebut karena takut kehilangan popularitas dalam masyarakat.
https://yayuelsah.wordpress.com/2017/06/29/takhyul-dan-khurafat-adalah-racun-akidah-umat-islam/amp/ 

Ternyata Ada Sahabat Nabi 
dari Indonesia !!!

(Fenomena Guru Ijai Al-Banjari dan Habib Munzir)
Definisi sahabat –sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqolaani (seorang ulama besar madzhab Syafi’i) adalah : Orang yang bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan beriman kepadanya dan meninggal dalam keadaan beriman kepadanya pula.
Karenanya barang siapa yang –setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- masih bisa bertemu dengan Nabi dalam keadaan terjaga (tidak tidur) maka ia adalah termasuk jajaran para sahabat. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah. Beliau berkata :
 ونُقِلَ عن جماعة من الصالحين أنهم رأوا النبي صلى الله عليه وسلم في المنام ثم رأوه بعد ذلك في اليقظة وسألوه عن أشياء كانوا منها متخوفين فأرشدهم إلى طريق تفريجها فجاء الأمر كذلك قلت وهذا مشكل جدا ولو حمل على ظاهره لكان هؤلاء صحابة ولأمكن بقاء الصحبة إلى يوم القيامة ويعكر عليه أن جمعا جما رأوه في المنام ثم لم يذكر واحد منهم أنه رآه في اليقظة وخبر الصادق لا يتخلف
“Dinukilan dari sekelompok orang-orang sholeh bahwasanya mereka telah melihat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dalam mimpi lalu merekapun melihatnya setelah itu dalam kondisi terjaga. Lalu mereka bertanya kepada Nabi tentang perkara-perkara yang mereka khawatirkan, maka Nabipun memberi arahan kepada solusi, lalu datanglah solusi tersebut. Aku (Ibnu Hajar) berkata : Ini merupakan perkara yang sangat menimbulkan permasalahan. Kalau nukilan ini dibawakan kepada makna dzohirnya maka para orang-orang sholeh tersebut tentunya adalah para sahabat Nabi, dan akhirnya kemungkinan menjadi sahabat Nabi akan terus terbuka hingga hari kiamat. Dan yang merusak makna dzohir ini bahwasanya ada banyak orang yang telah melihat Nabi dalam mimpi lalu tidak seorangpun dari mereka menyebutkan bahwa ia telah melihat Nabi dalam kondisi terjaga. Dan pengkhabaran orang jujur tidak akan berbeda” (Fathul Baari 12/385)
          Karenanya orang-orang yang mengaku bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi terjaga (tidak tidur) maka mereka adalah para sahabat. Mereka adalah para sahabat “BARU”, yang belum sempat tertulis dalam buku-buku para ulama yang menjelaskan tentang nama-nama dan biografi para sahabat. Ternyata diantara para sahabat “baru” tersebut ada yang berasal dari tanah air Indonesia, yaitu (1) Guru Ijai dari kota Banjarmasin dan (2) Habib Munzir dari Pancoran Jakarta.
          Adapun sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pertama adalah Guru Ijai “radhiallahu ‘anhu??!!” (KH Muhammad Zaini Abdul Ghani, seorang Tokoh Sufi Banjarmasin), ia telah mengaku bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari kuburnya dan bertemu dengannya. (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=NtLfgfeaSvU).
Bahkan yang lebih parah Guru Ijai bukan hanya mengaku bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tapi juga mengaku Nabi mencium lututnya ??!!. Tokoh sufi Banjarmasin ini sangat digandrungi oleh orang-orang besar Negara. Ia mengaku –di masa hidupnya- banyak tokoh-tokoh yang telah menemuinya. Diantaranya presiden, wakil presiden, para menteri, para jenderal, demikian juga Duta Besar, bahkan Sultan Selangor (dari luar negeri).
Berikut transkrip perkataan guru Ijai :
((Dan pina-pinanya babinian-babinian nang sama-sama handak ke masjid melihat ulun berkursi roda, anu…bagamis, basurban anak ulun Muhammad di kanan dan Ahmad di kiri, pina-pinanya babinian nang mesir turki iran, pinanya itu pinanya tecangan semunyaan, iiih Cuma kedada takdir lalu kada kawin, maka pinanya babiniannya itu burit ganal-ganal, munnya burit ganal tukan umpama ditunggang tukan kinyal-kinyal, napa sunyi…? Hmm…)) (lihat https://app.box.com/s/i7qjgi3ty1gdnxmp954q, dari menit ke 14:40)) Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia, “Dan sepertinya para wanita yang sama-sama ingin pergi ke masjid, ketika melihat saya berkursi roda, anu…berpakaian gamis, bersurban, anak saya yang bernama Muhammad di sebelah kanan dan Ahmad di sebelah kiri, sepertinya para perempuan yang berasal dari Mesir, dari Turki, dan dari Iran, sepertinya semuanya tercengang, akan tetapi tidak ada takdir sehingga aku tidak kawin dengan mereka, maka sepertinya para wanita tersebut pantat-pantatnya besar-besar, kalau pantatnya besar itu, bukankah jika ditunggangi terasa kenyal-kenyal, napa sunyi…? Hmm…”
Guru Ijai juga berkata ((Masuk ke dalam masjid mulai babussalam menuju raudhoh, maka terperangah urang di masjid melihat terutama tentaranya, seakan-akan tentara itu tadi patuh lawas, lalu memberikan jalan untuk kursi roda kita menuju raudhoh, urang nang di raudhoh tu semuanya kagum, selesai ziarah ke makam Nabi, ulun ziarah ke makan nabi polisi-polisi itu semua menjaga akan, begitu ziarah membuka mata, kita melihat dan merasa akan, bahwa Rasulullah keluar dari kuburnya, dan selalu Rasulullah itu mencium “lintuhut ulun” (dalam bahasa Banjar : Lutut Saya-pen), maka ulunpun gugur dari kursi roda menangis karena rasa kada patut Rasulullah ini mencium lintuhut saurang, percaya tidak percaya terserah, namun ulun badusta kada wani, malam pertama, tatkala masuk madinah, maka melihat akan lampu-lampu di…apa narannya itu di menara-menara masjid, kemudian, kita naik di atas mobil duduk sampai di muka rumah, maka masing-masing anak buah turunan badahulu, kita kada kawa turun karena batis dan parut bangkak, kemudian naik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke dalam motor lalu maangkat ulun, menuntun sampai ke ranjang, maka ulun menangis, lalu teguring, sekali bangun siti Fatimah dan semua urang nang baqi’il gharqad kada ketinggalan istri nabi semuanya dan syeikh seman madani dan semua shahabat-shahabat nabi semua ada dihiga ulun, ulun melihat, menangis pulang sampai urang adzan pertama, sebelum subuh, semua mengatakan aku tahu ikam garing, semestinya ikam kada usah kemari karena ikam sakit, tapi ikam kesini jua, jadi aku nang mendatangi ke rumah ikam, supaya ikam biar kada usah lagi ke kubur aku, subhanallah sangat berkesanlah umrah kita pada sekali itu) (lihat https://app.box.com/s/i7qjgi3ty1gdnxmp954q, dari menit ke 25:36)
(Ditranskrip oleh sahabat saya Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc hafizohullah yang berasal dari Banjarmasin, karena dalam ceramahnya Guru Ijai terkadang menggunakan lafal-lafal dari bahasa Banjarmasin).
Lihatlah dalam pengakuan Guru Ijai di atas :
Dalam kondisi terjaga, ia melihat Nabi keluar dari kuburannya
Nabi mencium lututnya !!!
Nabi mengantarnya sampai ke ranjangnya…
Seluruh sahabat Nabi dan seluruh istri-istri Nabi juga bertemu dengannya –dalam keadaan terjaga-?
Sungguh… super khurofat kelas kakap..!!!, bukankah jumlah sahabat yang dikubur di Baqi’ puluhan ribu??!
Inikah sahabat Nabi dari tanah air Indonesia…??, lihatlah juga perkataan pornonya : ((para wanita tersebut pantat-pantatnya besar-besar, kalau pantatnya besar itu, bukankah jika ditunggangi terasa kenyal-kenyal)), perkataan yang diucapkan oleh Guru Ijai dihadapan murid-muridnya tanpa malu-malu. Di masjid Nabawi…, tatkalau mau ziarah makam Nabi malah berpikiran porno…??

Adapun sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kedua adalah Habib Munzir Al-Musaawa “radhiallahu ‘anhu??!!”. Ia telah meyakini bahwasanya ruh Nabi hadir dalam acara maulid yang dirayakannya. Habib Munzir berkata dalam ceramahnya ((Jangan diantara kalian merasa kalau di dalam maulid itu ruh Nabi tidak hadir. Kalau orang merasa ruh Nabi tidak hadir dalam maulid berarti dia mahjuub, dia tertutup dari cinta kepada Nabi)). Lalu Habib Munzir menceritakan bahwa malamnya Nabi datang dalam mimpinya dan menegur agar Habib Munzir tidak mengucapkan kata-kata kasar dan marah-marah kepada hadirin, karena yang hadir di acara maulid adalah tamu-tamu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi hendaknya Habib Munzir menyampaikan kepada para mereka yang menghadiri acara maulid bahwasanya Nabi mencintai mereka dan Nabi merindukan mereka. (Silahkan lihat di : http://www.youtube.com/watch?v=4mo8nw-skPE)
Dan kita ketahui bersama bahwasanya barang siapa yang bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –meskipun tidak bisa melihatnya dengan kedua matanya- maka ia tetap digolongkan sebagai sahabat. Karenanya Abdullah bin Umi Maktum radhiallahu ‘anhu tetap dikatakan sebagai sahabat meskipun kedua matanya buta akan tetapi beliau bertemu dengan Nabi dan semajelis dengan Nabi. Sebagaimana Habib Munzir yang meyakini bahwa Nabi semajelis dengan beliau tatkala beliau merayakan maulid Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam.
Tentunya kita –sebagai orang Indoensia- sangatlah bangga ternyata ada diantara para sahabat Nabi yang berasal dari tanah air??. Ternyata fenomena munculnya “Sahabat Nabi BARU” ini bukanlah fenomena yang baru dalam dunia Islam. Telah banyak tokoh-tokoh sufiyah yang mengaku bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan terjaga dan tidak tidur. Diantara mereka adalah :

Pertama : Ahmad At-Tijaaani.
Thoriqot At-Tijaaniyah mengakui bahwa imam mereka Ahmad At-Tijaani sering bertemu dengan Nabi dan bercengkrama dengan Nabi shallallahu ‘alahi wasallam.
Mereka berkata :
مما لسيدنا رضي الله عنه من الكرامات المأثورة والمناقب المشهورة، رؤيته واجتماعه بسيد الأنام عليه الصلاة والسلام في حال اليقظة والمشافهة لا في حال المنام ، وهي لدى الرجال الكاملين أجل مقصد وأسنى مرام
“Diantara keistimewaan sayyid kami (Ahmad At-Tijaani) radhiallahu ‘anhu berupa karomat yang diriwayatkan dan juga manaqib yang masyhuur adalah beliau melihat dan berkumpul dengan pemimpin manusia (Nabi Muhammad) shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kondisi terjaga dan dalam kondisi saling berbicara bukan dalam kondisi tidur. Dan karomat ini merupakan tujuan yang mulia dan impian yang tertinggi di sisi orang-orang yang sempurna” (Sebagaimana mereka akui di website mereka : http://www.tidjaniya.com/ar/vision-prophete-etat-veille.php)
Dengan demikian maka Ahmad At-Tijaani telah mengambil cara beragama tarikat At-Tijaaniyah langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (lihat : http://www.youtube.com/watch?v=Zh5cWQMaaIg).  Tidak seperti Al-Imam Asy-Syafi’i (dan juga seluruh imam madzhab, dan juga seluruh para ulama) yang harus melalui perantara sanad (dangan para perawi) untuk bisa menukil dari Rasulullah.

Kedua : Ahmad Ar-Rifaa’i
Dari Syaikh ‘Izzuddin Abul Afaroj Al-Waasithy ia berkata :
كنت مع شيخنا ومفزِعنا وسيدنا أبي العباس القطب الغوث الجامع الشيخ السيد أحمد الرفاعي الحسيني رضي الله عنه، عام خمس وخمسين وخمسمائة العام الذي قدّر الله له فيه الحج، فلما وصل مدينة الرسول صلى الله عليه وسلم، وقف تجاه حجرة النبي عليه الصلاة والسلام وقال على رءوس الأشهاد:
السلام عليك يا جدي”، فقال له عليه الصلاة والسلام: “وعليك السلام يا ولدي”. سمع ذلك كل من في المسجد النبوي. فتواجد سيدنا السيد أحمد وأرعد واصفرّ لونه وجثا على ركبتيه ثم قام وبكى وأنَّ طويلا وقال:
يا جداه:‏
في حالة البعد روحي كنت أرسلها … تقبل الأرض عني وهيَ نائبتي
وهذه دولة الأشباح قد حضرتْ … فامددْ يمينك كي تحظى بها شفتي
فمدَّ له رسول الله صلى الله عليه وسلم يده الشريفة العطرة من قبره الأزهر المكرم فقبلها السيّد أحمد الرفاعي رضي الله عنه في ملأ يقرُبُ من تسعين ألف رجل والناس ينظرون اليد الشريفة
“Aku bersama guru kami, sayyid kami Al-Quthub, Al-Ghouts Al-Jaami’, Abul ‘Abbaas Asy-Syaikh As-Sayyid Ahmad Ar-Rifaa’i Al-Husaini radhiallahu ‘anhu pada tahun 555 Hijriyah yaitu tahun dimana Allah menaqdirkan beliau untuk berhaji. Tatkala beliau sampai di kota Madinah maka beliau berdiri ke arah kuburan Nabi ‘alaihi as-sholaatu wassalaam dan beliau berkata di hadapan banyak orang : “Assalaamu’alaika wahai kakekku”
Maka Nabi ‘alaihi as-sholaatu wassalaam menjawab : “Wa’alaikas salaam wahai putraku”
Semua orang yang ada di masjid Nabawi mendengar jawaban Nabi tersebut. Maka Sayyid Ahmad Ar-Rifaa’i pun gemetar dan pucat warna kulitnya lalu iapun tersungkur di atas kedua lututnya lalu beliau berdiri  dan menangis lama dan berkata :
“Tatkala aku jauh (darimu) akupun mengirim ruhku….untuk mencium tanah tanah dan itu adalah wakil diriku…
Dan inilah orang-orang telah hadir… maka ulurkanlah tanganmu agar bibirku bisa menciumnya…
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengeluarkan tangannya yang mulia yang harum dari kuburannya yang mulia, lalu dicium oleh As-Sayyih Ahmad Ar-Rifaa’i dihadapan banyak orang yang berjumlah sekitar 90 ribu, dan orang-orang melihat tangan Nabi yang mulia..
(Sebagaimana dinukil dalam website toriqoh Ar-Rifaa’iyah : http://rifaiyyah.com/?page_id=40)

Ketiga : Mantan Mufti Mesir DR Ali Jum’ah. Ia mengaku telah bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kondisi terjaga. (silahkan lihat http://www.youtube.com/watch?v=rg610HvsQUs)
Pengingkaran Ulama Syafi’iyah Terhadap Khurofat Ini

Para ulama madzhab Syafi’iyyah telah mengingkari khurofat bertemu Nabi shallallahu ‘alahi wasallam dalam kondisi terjaga setelah wafatnya Nabi. Diantara mereka adalah :

Pertama : Al-Hafiz Ibnu Hajar al-‘Asqolani rahimahullah, beliau telah menukil perkataan Abu Bakr bin al-‘Arobi sbb :
وَشَذَّ بَعْضُ الصَّالِحِيْنَ فَزَعَمَ أَنَّهَا تَقَعُ بِعَيْنِي الرَّأَسِ حَقِيْقَةً
“Dan telah aneh sebagian orang-orang sholeh, mereka menyangka bahwa mimpi ketemu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam akan menjadi kenyataan (di alam nyata)” (Fathul Baari 12/384)
Ibnu Hajar juga berkata :
وَقَدِ اشْتَدَّ إِنْكَارُ الْقُرْطُبِي عَلَى مَنْ قَالَ مَنْ رَآهُ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَأَى حَقِيْقَتَهُ ثُمَّ يَرَاهَا كَذَلِكَ فِي الْيَقْظَةِ
“Sungguh Al-Qurthubi telah mengingkari dengan keras terhadap orang yang berkata bahwasanya barang siapa yang melihat Nabi dalam mimpi maka sungguh telah melihatnya hakikat Nabi, kemudian dia melihatnya juga dalam keadaan terjaga” (Fathul Baari 12/385)
Dan telah lalu perkataan Ibnu Hajar :
وَنُقِلَ عن جماعة من الصالحين أنهم رأوا النبي صلى الله عليه وسلم في المنام ثم رأوه بعد ذلك في اليقظة وسألوه عن أشياء كانوا منها متخوفين فأرشدهم إلى طريق تفريجها فجاء الأمر كذلك قلت وهذا مشكل جدا ولو حمل على ظاهره لكان هؤلاء صحابة ولأمكن بقاء الصحبة إلى يوم القيامة ويعكر عليه أن جمعا جما رأوه في المنام ثم لم يذكر واحد منهم أنه رآه في اليقظة وخبر الصادق لا يتخلف
“Dinukilan dari sekelompok orang-orang sholeh bahwasanya mereka telah melihat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dalam mimpi lalu merekapun melihatnya setelah itu dalam kondisi terjaga. Lalu mereka bertanya kepada Nabi tentang perkara-perkara yang mereka khawatirkan, maka Nabipun memberi arahan kepada solusi, lalu datanglah solusi tersebut. Aku (Ibnu Hajar) berkata : Ini merupakan perkara yang sangat menimbulkan permasalahan. Kalau nukilan ini dibawakan kepada makna dzohirnya maka para orang-orang sholeh tersebut tentunya adalah para sahabat Nabi, dan akhirnya kemungkinan menjadi sahabat Nabi akan terus terbuka hingga hari kiamat. Dan yang merusak makna dzohir ini bahwasanya ada banyak orang yang telah melihat Nabi dalam mimpi lalu tidak seorangpun dari mereka menyebutkan bahwa ia telah melihat Nabi dalam kondisi terjaga. Dan pengkhabaran orang jujur tidak akan berbeda” (Fathul Baari 12/385)

Kedua : Adz-Dzahabi rahimahullah menyatakan bahwa orang yang mengaku telah mendengar suara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga sebagai Dajjaal dan Pendusta, lantas bagaimana jika orang tersebut mengaku melihat dan bertemu ruh Nabi atau jasad Nabi??
Adz-Dzahabi rahimahullah berkata  :
الربيع بن محمود المارديني، دجال مفتر، ادعى الصحبة والتعمير في سنة تسع وتسعين وخمسمائة.
“Ar-Robii’ bin Muhammad Al-Mardini : Dajjaal pendusta, ia mengaku sebagai seorang sahabat dan dipanjangkan umurnya pada tahun 599 Hijriyah” (Mizaanul I’tidaal 2/42)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata :

“Ar-Robii’ bin Mahmuud Al-Maardini. Ia termasuk syaikh-syaikh kaum sufiyah, dan ia mengaku sebagai seorang sahabat. Demikianlah yang disebutkan oleh Adz-Dzhabi dalam kita Mizaanul I’tidaal. Dan dikatakan ia adalah Dajjal (pendusta) yang pada tahun 599 H, ia mengaku sebagai seorang sahabat dan berumur panjang…

Aku (Ibnu Hajar) berkata : Yang nampak bagiku dari ceritanya adalah yang dimaksud dengan “sahabat” yang diakui olehnya adalah kabar yang datang tentang dirinya bahwasanya ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mimpi tatkala ia di kota Madinah yang mulia. Maka Nabi berkata kepadanya, “Engkau telah beruntung di dunia dan di akhirat”. Lalu Ia (Ar-Robii’ bin Mahmud) setelah terjaga dari tidurnya mengaku bahwa ia mendengar Nabi mengatakan  demikian.(Al-Isoobah 2/223, biografi no 2745)

Ketiga : Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah.
Dalam kitabnya Al-Bidaayah wa An-Nihaayah  –pada biografi Abul Fath At-Thuusy (Ahmad bin Muhammad bin Muhammad)- Ibnu Katsir berkata :
ثُمَّ أَوْرَدَ ابْنُ الْجَوْزِيِّ أَشْيَاءَ مُنْكَرَةً مِنْ كَلَامِهِ فاللَّه أَعْلَمُ، مِنْ ذَلِكَ أَنَّهُ كَانَ كُلَّمَا أَشْكَلَ عَلَيْهِ شَيْءٌ رَأَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْيَقَظَةِ فَسَأَلَهُ عَنْ ذلك فدله على الصواب
 “Kemudian Ibnul Jauzi menyebutkan perkara-perkara yang mungkar dari perkataan Abul Fath At-Thusy –Allahu A’lam- diantaranya bahwasanya setiap kali Abul Fath mengalami kesulitan tentang sesuatu maka iapun melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga, lalu ia bertanya kepada Rasulullah tentang perkara yang menyulitkan tadi, lalu Nabi menunjukkan kebenaran kepadanya” (Al-Bidaayah wa An-Nihaayah 12/196).
Sangat jelas bahwasanya bertemunya seseorang -dalam keadaan terjaga- dengan Nabi merupakan perkara yang mungkar menurut Ibnul Jauzi, dan hal ini diakui oleh Ibnu Katsir.

Keempat : As-Sakhoowi rahimahullah
Al-Qostholaani berkata :
وأما رؤيته- صلى الله عليه وسلم- فى اليقظة بعد موته- صلى الله عليه وسلم- فقال شيخنا: لم يصل إلينا ذلك عن أحد من الصحابة، ولا عن من بعدهم.
وقد اشتد حزن فاطمة عليه- صلى الله عليه وسلم- حتى ماتت كمدا بعده بستة أشهر- على الصحيح- وبيتها مجاور لضريحه الشريف، ولم ينقل عنها رؤيته فى المدة التى تأخرت عنه
“Adapun melihat Nabi shallallahu ‘alahi wasallam dalam keadaan terjaga (tidak tidur) setelah wafatnya Nabi, maka guru kami (As-Sakhoowi rahimahullah) berkata : “Tidaklah sampai kepada kami hal tersebut (melihat Nabi dalam keadaan terjaga) dari seorangpun dari kalangan para sahabat Nabi, dan juga dari kalangan setelah para sahabat. Dan sungguh telah berat kesedihan Fathimah atas wafatnya Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, sampai-sampai Fathimah -setelah enam bulan menurut pendapat yang shahih- akhirnya meninggal karena kesedihan yang amat parah. Padahal rumahnya berdekatan dengan kuburan Nabi yang mulia, akan tetapi tidak dinukilkan dari Fathimah bahwa beliau melihat Nabi di masa –enam bulan tersebut-” (Al-Mawaahib Al-Laduniyah bi Al-Minah Al-Muhammadiyah 2/371)
Demikianlah perkataan para ulama madzhab Syafi’iyyah dan pengingkaran mereka terhadap orang yang mengaku melihat Nabi dalam keadaan terjaga (tidak tidur)

BANTAHAN
Tentunya jika memang –setelah wafatnya Nabi- ruh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hadir dalam acara maulid, atau memungkinkan untuk melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga maka melazimkan hal-hal berikut :
Pertama : Berarti Ruh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa berjumlah ganda. Karena sangat memungkinkan dalam satu waktu (terutama tanggal 12 Robi’ul Awwal) dilaksanakan banyak maulid Nabi di penjuru dunia. Dan ruh Nabi akan hadir di acara-acara maulid tersebut ??!!. Karenanya tidaklah mengherankan jika sebagian orang-orang yang melaksanakan acara maulid berdiri serentak dalam rangka menyambut kedatangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam acara mereka !!. Bukankah tatkala Nabi masih hidup saja beliau tidak bisa menjadikan jasad beliau ganda berada di dua tempat apalagi setelah meninggal??.
Ataukah maksud Habib Munzir bahwasanya ruh Nabi hanya hadir di acara maulid yang dihadiri oleh Habib Munzir saja, agar ruh Nabi tetap dikatakan hanya satu??!
Kedua : Meyakini ruh Nabi masih bisa berjalan-jalan diatas muka bumi melazimkan kita masih bisa berkomunikasi dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, meminta Nabi untuk memberi solusi tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi. Dan ini tentunya merupakan khurofat besar. Bukankah terjadi perselisihan diantara para sahabat karena kesalahpahaman dan peran kaum khowarij sehingga terjadi pertumpahan darah, lantas kenapa mereka (para sahabat) tidak berdiskusi dengan ruh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memecahkan permasalahan dan memberi solusi dalam perselisihan mereka??.
Demikian juga kisah Fatimah radhiallahu ‘anhaa yang menuntut warisan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam kepada Abu Bakar radhiallahu ‘anhu. Lantas kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menemui Fathimah atau Abu Bakar dan menjelaskan hukum yang sebenarnya atau menengahi mereka berdua??!
Ketiga : Jika ada yang berkata bahwa ruh Nabi hanya muncul di acara maulid, tentunya para sahabat akan sangat bersemangat untuk mengadakan acara maulidan setiap tahun, karena kerinduan dan kecintaan mereka terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tentunya untuk bisa berdiskusi dengan Nabi ??!!. Atau bila perlu para sahabat akan melaksanakan acara maulid Nabi setiap hari demi bisa berjumpa dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam !!
Apakah ada orang sekarang yang mengaku lebih cinta dan lebih rindu kepada Nabi daripada para sahabat??!!
Keempat : Jika bisa bertemu dengan ruh Nabi melazimkan orang yang bertemu tersebut adalah para sahabat. Karena definisi seorang sahabat –sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar al-‘Asqolani dan ulama yang lainnya- adalah : “Seseorang yang bertemu dengan Nabi dalam keadaan beriman dan orang tersebut meninggal dalam keadaan beriman”. Jika perkaranya demikian maka para sahabat tidak hanya terhenti pada zaman Nabi shallahu ‘alaihi wasallam tapi akan  bisa berlanjut hingga hari kiamat.
Karenanya buku yang ditulis oleh Ibnu Hajar rahimahullah dengan judul (الإِصَابَةُ فِي مَعْرِفَةِ الصَّحَابَةِ) yang menjelaskan tentang nama-nama sahabat adalah buku yang penuh dengan kekurangan. Karena masih terlalu banyak sahabat baru yang datang belakangan karena ketemu ruh Nabi, atau ketemu Nabi dalam keadaan terjaga.
Kelima : Dan jika masih bisa ketemu Nabi setelah wafat beliau dalam keadaan terjaga maka tentunya buku-buku hadits yang ada sekarang seperti shahih Al-Bukhari, shahih Muslim, Musnad Al-Imam Ahmad, Sunan Abi Dawud, Sunan At-Thirmidzi, Sunan Ibni Maajah, Sunan An-Nasaai, Sunan Ad-Daarimi, Sunan Al-Baihaqi, dll…, ternyata masih jauh dari kelengkapan. Karena masih banyak hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para sahabat “baru” yang bertemu dengan Nabi dan ngobrol-ngobrol dengan Nabi setelah wafatnya Nabi. Diantara sahabat tersebut –sebagaimana telah lalu- adalah Ahmad At-Tijany “radhiallahu ‘anhu”, Ahmad Ar-Rifaa’i radhiallahu ‘anhu, DR Ali Jum’ah radhiallahu ‘anhu, dan juga Habib Munzir radhiallahu ‘anhu??!!
Keenam : Jika bisa ketemu ruh Nabi dalam kondisi terjaga (setelah wafatnya Nabi) maka sungguh perjalanan jauh yang ditempuh oleh Al-Imam Al-Bukhari dan para ahli hadits lainnya dalam mengumpulkan hadits-hadits Nabi merupakan pekerjaan yang tolol dan membuang-buang waktu dan energi serta biaya. Sebenarnya caranya mudah saja, yaitu janjian sama Nabi shallallahu ‘alahi wasallam untuk ketemuan lalu belajar langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketujuh : Jika bisa bertemu Nabi dalam keadaan terjaga (setelah wafat beliau), maka pernyataan para ulama “Buku yang paling shahih/valid/benar setelah al-Qur’an adalah kitab Shahih Al-Bukhari’ merupakan pernyataan yang sangat ngawur. Karena dalam kitab Shahih Al-Bukhari, al-Imam Al-Bukhari masih meriwayatkan hadits-hadits Nabi melalui perantara jalur-jalur sanad yang dalam satu sanad terdapat beberapa perawi. Adapun para sahabat “baru” yang bertemu Nabi dalam keadaan terjaga (setelah wafatnya Nabi) mereka telah meriwayatkan langsung dari Nabi tanpa perantara. Jadi kalau hadits-hadits “sahabat baru’ ini dikumpulkan maka lebih shahih daripada kitab Shahih Al-Bukhari.
Kedelapan : Jika ternyata setelah wafat Nabi masih bisa berjalan-jalan di dunia dan muncul di dunia untuk bertemu dengan para sahabat, maka buat apa para sahabat menangis dan bersedih tatkala meninggalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam??!!. Bukankah seharusnya mereka santai saja…, toh tidak ada bedanya antara Nabi sebelum dan sesudah wafat…, sama saja masih hidup dan masih bisa ditemui dan diajak ngobrol dan diskusi ??!!
Kesembilan : Jika Nabi masih bisa berjalan-jalan di dunia setelah wafatnya, lantas kenapa Umar bin Al-Khottoh bertawassul meminta paman Nabi yaitu Al-‘Abbas bin Abdil Muttholib untuk mendoakan agar Allah menurunkan hujan??, kenapa Umar tidak langsung saja ketemu ruh Nabi dan meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berdoa agar Allah menurunkan hujan??!!

Kesepuluh :  Jika ruh Nabi berjalan-jalan di dunia berarti orang-orang yang menziarahi kuburan Nabi dan memberi salam kepada Nabi ternyata hanyalah menziarahi jasad Nabi yang kosong dari ruhnya. Dan barang siapa yang menganggap bisa ketemu Nabi secara lengkap –jasad dan ruhnya- setelah wafatnya Nabi, berarti kuburan Nabi lagi kosong sama sekali, sehingga para penziarah hanya menziarahi kuburan kosong??!!
Tentunya khurofat bertemu Nabi dalam kondisi terjaga sangatlah bertentangan dengan hadits berikut ini :
ألا وإن أول الخلائق يكسى يوم القيامة إبراهيم ألا وإنه يجاء برجال من أمتي فيؤخذ بهم ذات الشمال فأقول يا رب أصيحابي فيقال إنك لا تدري ما أحدثوا بعدك فأقول كما قال العبد الصالح { وكنت عليهم شهيدا ما دمت فيهم فلما توفيتني كنت أنت الرقيب عليهم وأنت على كل شيء شهيد } فيقال إن هؤلاء لم يزالوا مرتدين على أعقابهم منذ فارقتهم
“Ketahuilah bahwasanya yang pertama kali dipakaikan pakaian pada hari kiamat adalah Ibrahim ‘alaihis salam. Ketahuilah akan didatangkan beberapa orang dari umatku lalu di bawa ke arah kiri (ke neraka-epn). Maka aku berkata, “Wahai Robbi, mereka adalah para sahabatku yang sangat sedikit”. Maka dikatakan kepadaku, “Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang telah mereka ada-adakan setelahmu”. Maka akupun berkata sebagaimana perkataan seorang hamba yang sholeh (Nabi Isa-pen) : “dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu” (QS Al-Maaidah : 117). Maka dikatakan : Sesungguhnya mereka selalu kembali ke belakang mereka (murtad) semenjak engkau berpisah dari mereka” “(HR Al-Bukhari no 4652 dan Muslim no 2860)
Tentunya jika Nabi masih bisa berjalan-jalan setelah wafat beliau maka beliau akan mengetahui apa yang terjadi dengan sebagian sedikit orang-orang pernah bertemu dengannya lalu murtad setelah wafat beliau.
Demikian juga dengan Nabi Isa ‘alaihis salaam yang pada hakekatnya ia belumlah meninggal akan tetapi diangkat oleh Allah ke langit. Meskipun belum meninggalpun Nabi Isa tidak mengetahui apa yang terjadi dengan kaumnya setelah ia berpisah dari mereka. Lantas bagaimana dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah meninggal dunia??.

Catatan :
Mereka yang menyatakan bisa bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kondisi terjaga, telah berdalil dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ رآنِي فِي الْمَنَامِ فَسَيَرَانِي فِي الْيَقْظَةِ
“Barang siapa yang melihatku dalam mimpi maka ia akan melihatku dalam keadaan terjaga” (HR Al-Bukhari no 6993 dan Muslim no 2266)
Sisi pendalilan adalah sabda Nabi “Ia akan melihatku dalam kondisi terjaga”.
Bantahan terhadap pendalilan ini adalah:
Pertama : Hadits ini tidaklah sebagaimana yang mereka pahami. Para ulama telah menjelaskan maksud dan makna hadits ini. Diantaranya Al-Imam An-Nawawi rahimahullah, beliau berkata :
“…سيراني في اليقظة ففيه أقوال أحدها المراد به أهل عصره ومعناه أن من رآه في النوم ولم يكن هاجر يوفقه الله تعالى للهجرة ورؤيته صلى الله عليه وسلم في اليقظة عيانا والثاني معناه أنه يرى تصديق تلك الرؤيا في اليقظة في الدار الآخرة لأنه يراه في الآخرة جميع أمته من رآه في الدنيا ومن لم يره والثالث يراه في الآخرة رؤية خاصته في القرب منه وحصول شفاعته
“…(Dia akan melihatku dalam keadaan terjaga), maka ada beberapa pendapat. 
Pertama : Maksudnya adalah orang-orang yang tinggal semasa dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan maknanya adalah : Barang siapa yang melihatnya di dalam tidur dan belum berhijroh, maka Allah akan memberikan taufiq kepadanya untuk berhijroh dan melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi terjaga .
Kedua : Maknanya adalah ia melihat kebenaran mimpi tersebut dalam kondisi terjaga di akhirat, karena semua umat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan melihat Nabi di akhirat, baik yang pernah melihatnya di dunia ataupaun yang tidak melihatnya di dunia
Ketiga : Ia akan melihat Nabi di akhirat dengan penglihatan yang khusus yaitu dekat dengan Nabi dan akan memperoleh syafa’atnya” (Al-Minhaaj syarh Shahih Muslim 15/26)

Kedua : Kalau kita memahami hadits ini sebagaimana yang dipahami oleh mereka, maka melazimkan setiap orang yang bermimpi ketemu Nabi maka pasti ia akan melihat Nabi dalam kondisi terjaga. Dan ini adalah perkara yang didustakan oleh kenyataan. Karena kenyataannya, banyak orang yang bermimpi ketemu Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dalam mimpi akan tetapi mereka tidak melihat Nabi dalam kondisi terjaga.
Kota Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, 26-11-1434 H / 2 Oktober 2013 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
https://firanda.com/910-ternyata-ada-sahabat-nabi-dari-indonesia.html 


Bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Alam Sadar

Bertemu Nabi Secara Langsung Di Alam Sadar?
Bisakah orang bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi sadar? Seperti pengakuan UYM, bagaimana kita menyikapinya?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Bagi sebagian orang, cerita mimpi bisa menaikkan derajat atau menjatuhkan derajat. Karena itu, terkadang ada beberapa orang sufi yang mengaku ketemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun kita tidak tahu nilai kebenarannya. Bisa saja orang berdusta terkait mimpinya, hanya agar posisinya semakin diakui masyarakat. Karena itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman keras bagi orang yang mengaku bermimpi sesuatu secara dusta, yang dia tidak pernah mengalaminya.
Dari Watsilah bin al-Asqa’ Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَفْرَى الفِرَى أَنْ يُرِيَ عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَ
“Sungguh termasuk kedustaan yang paling besar adalah menceritakan mimpi yang tidak pernah dia alami.” (HR. Bukhari 7043 dan Ahmad 16980).
Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ، وَلَنْ يَفْعَلَ
Siapa yang mengaku bermimpi, padahal dia tidak mengalaminya, maka kelak di hari kiamat dia akan dibebani perintah untuk mengikat 2 biji gandum, dan tidak mungkin bisa melakukannya. (HR. Bukhari 7042).
Mimpi Bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Para ulama sepakat bahwa manusia mungkin saja mimpi bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam hadis dari Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي حَقًّا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka sungguh dia telah melihatku secara benar. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupai bentukku. Barangsiapa yang berdusta atas diriku secara sengaja maka hendaknya dia mengambil tempat duduk dalam neraka.”(HR. Bukhâri 110)
Dan penting untuk diperhatikan, untuk bisa membuktikan kebenaran mimpi itu adalah yang bersangkutan harus mengetahui ciri fisik Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Seorang ulama tabi’in, Ayyub as-Sikhtiyani menceritakan,
كان محمد -يعني ابن سيرين – إذا قص عليه رجل أنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم قال: صف لي الذي رأيته ، فإن وصفه له صفة لا يعرفها ، قال لم تره
Apabila ada orang yang mengaku mimpi bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Muhammad bin Sirin, maka beliau meminta, “Ceritakan kepadaku, bagaimana ciri-ciri orang yang kamu lihat.” Jika orang ini menyebutkan ciri-ciri yang tidak beliau kenal, maka Ibnu Sirin akan mengatakan, “Kamu tidak bertemu nabi.” (Fathul Bari, 12/384).
Sekali lagi, pertemuan dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini hanya berlaku dalam mimpi.
Bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Kondisi Sadar?
Yusuf Mansur bukan orang yang pertama mengaku seperti ini. Dulu sudah ada orang yang mengaku seperti ini. Terutama orang-orang sufi. Dan ini sudah diingkari oleh beberapa ulama, diantaranya al-Hafidz Ibnu Hajar dan as-Sakhawi.
Al-Hafidz menyebutkan dalam Fathul Bari,
أن ابن أبى جمرة نقل عن جماعة من المتصوفة أنهم رأوا النبي في المنام ثم رأوه بعد ذلك في اليقظة
Bahwa Ibnu Abi Hamzah pernah menyebutkan dari beberapa orang sufi bahwa mereka melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi, kemudian setelah itu mereka melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi sadar (di luar mimpi).
Kemudian dikomentari oleh al-Hafidz Ibnu Hajar,
وهذا مشكل جدًا ولو حُمِل على ظاهره لكان هؤلاء صحابة ولأمكن بقاء الصحبة إلى يوم القيامة ويعكر عليه أن جمعًا جمًا رأوه في المنام ، ثم لم يذكر واحد منهم أنه رآه في اليقظة
Ini pemahaman sangat bermasalah, jika hadis itu dipahami sebagaimana dzahirnya (bahwa orang bisa bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di luar mimpi) tentu mereka semua menjadi sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga mungkin saja masa sahabat itu terus berlangsung sampai hari kiamat. Dan ini terbantahkan dengan adanya banyak orang yang bermimpi ketemu beliau, namun tidak ada satupun diantara mereka bahwa dirinya melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di alam sadar. (Fathul Bari, 12/385).
Subhanallah… seperti itulah komentar orang yang berilmu.. sederhana, namun mengena… andai klaim Yusuf Mansur ini benar, bahwa dia bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum tidur atau ketika di mobil, berarti Yusuf Mansur adalah sahabat. Karena definisi sahabat adalah orang yang bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi beriman kepada beliau dan mati sebagai muslim.
Selanjutnya kita akan melihat keterangan as-Sakhawi.
Dinukil oleh al-Qasthalani pernyataan as-Sakhawi dalam buku beliau terkait perkara laduni,
لم يصل إلينا ذلك ـ أي ادعاء وقوعها ـ عن أحد من الصحابة ولا عمن بعدهم وقد اشتد حزن فاطمة عليه‏ صلى الله عليه وسلم حتى ماتت كمدًا بعده بستة أشهر على الصحيح وبيتُها مجاور لضريحه الشريف ولم تنقل عنها رؤيته في المدة التي تأخرتها عنه
Belum pernah sampai kepada kami pengakuan seperti itu dari para sahabat atau para ulama generasi setelahnya. Fatimah mengalami kesedihan luar biasa dengan wafatnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai Fatimah meninggal disebabkan kamdan (menahan kesedihan) setelah berlalu waktu 6 bulan pasca-wafatnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Padahal rumah beliau bertetangga dengan makam Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, dan tidak dinukil dari Fatimah bahwa beliau melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di masa hidup beliau setelah wafatnya ayahnya. (al-Mawahib al-Laduniyah, 2/371)
Demikian, Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Antara contoh perbuatan khurafat ialah :
·     Menanam sebatang pokok pisang di halaman atau rumah yang baru selesai dibina dianggap dapat membawa sial pada penghuni rumah itu.
·       Jika bunga ditanam ditempat berdaun lebat dianggap dapat memiliki banyak rezeki.
·     Jika sebatang pokok beringin yang ditanam di halaman istana tumbang, hal ini pertanda akan terjadi penggulingan pimpinan negara.
·      Jika bunga teratai berkembang, hal ini pertanda bahwa dewa-dewa turun memberkatinya. Orang India mempersembahkan bunga teratai putih untuk Dewa Syiwa, bunga teratai merah untuk Dewa Brahma, dan bunga teratai biru untuk Wishnu.
·      Orang-orang Budha beranggapan bahwa jika bunga teratai tengah berkembang berarti roh-roh Budha tengah bersukaria.
·   Orang-orang China beranggapan bahwa dengan membuat bubur kacang merah pada sembahyang Tang Ceh, roh-roh jahatpun akan pergi terusir.
·  Cabai merah disajikan ketika terjadi hujan berhari-hari. Mengapa? Karena mereka menganggap dengan itu hujan akan cepat berhenti.
·      Jika terjadi musim penyakit, ditaruhlah bawang merah, lempuyang, dan sejenis rumput agar roh-roh pembawa penyakit tidak mendekati rumah.
·      Orang-orang China pada upacara Peh Cun menaruh rumput Ciang Pow (Acerus Calamus) di atas pintu, agar roh orang suci yang membunuh diri turun memberkati si empunya rumah.
·   Jika sebatang pohon Natal dipasang ditengah rumah, dianggap roh Yesus akan turun memberi pengampunan.
·     Jika anak-anak kecil terserang penyakit perut digantungkanlah sepotong aur kuning pada leher anak itu karena menganggap aur kuning dapat menolak penyakit.
·    Mengambil daun pisang beserta pelepahnya pada petang hari dianggap dapat menyebabkan kematian dalam perjalanan.
·   Pohon anjuang yang di tanam di sawah dan ladang dianggap dapat mengusir hantu pembawa hama tanaman. Pohon anjuang yang ditanam di kuburan dianggap dapat menghindarkan gangguan hantu kubur pada roh-roh mati dalam kuburan.
·      Pohon leci yang tengah berbuah dianggap sebagai pertanda roh-roh nenek moyang tengah berpesta pora.
·   Merangkai bunga melati pada malam hari dianggap dapat menghadirkan roh-roh gadis remaja.
·   Burung hantu yang bersuara pada malam hari dianggap sebagai pertanda akan ada perempuan melahirkan.
·      Kupu-kupu yang masuk ke rumah dianggap sebagai pertanda akan datang seorang tamu.
·     Burung hamah yang bersuara dianggap sebagai pertanda akan terjadi pembunuhan balas dendam
·     Mempercayai bahwa berjabat tangan dengan orang yang pernah berjabat tangan dengan orang yang secara berantai sampai kepada orang yang pernah berjabat tangan dengan Rasulullah akan masuk surga.
·   Mendapatkan barakah dengan mencucup tangan para ulama. Demikian itu dikerjakan dengan kepercayaan bahwa berkah Allah kepada ulama itu akan berlimpah kepadanya.
·    Mempercayai beberapa ulama tertentu itu keramat serta menjadi kekasih Allah sehingga terjaga dari berbuat dosa. Andakata pun berbuat dosa, maka sekedar sengaja diperbuatnya untuk menyembunyikan kesucianya tidak dengan niat maksiat.
·       Memakai ayat-ayat al-Qur’an untuk azimat menolak bala’, pengasihan dan sebagainya.
·       Mengambil wasilah (perantara) orang yang telah mati untuk mendo’a kepada Allah. Mereka berziarah ke kuburan para wali dan ulama besar serta memohon kepada Allah agar do’a (permohonan) orang yang berziarah kuburnya itu dikabulkan. Ada yang memohon dapat jodoh, anak, rizki, pangkat, keselamatan dunia akhirat dan sebagainya. Mereka percaya dengan syafa’at (pertolongan) arwah para wali dan ulama itu, permohonan atau doa mesti dikabulkan Allah karena wali dan ulama itu kekasih-nya.
Tahayul:
Kepercayaan kepada keramat seperti kubur,pokok,kayu dan seumpamanya.
Kepercayaan kepada nasib sial,seperti adat membuang sial.
Kepercayaan kepada jin dan memohon pertolongan daripadanya,umpamanya adat memuja kampung.
Kepercayaan kepada bertambah dan berkurangnya rezeki seperti adat memuja semangat padi
Pemujaan objek-objek tertentu,roh nenek moyang dan kubur.
Kepercayaan terhadap ramalan-ramalan bintang,angka-angka atau rajah-rajah tertentu.

Krisis Ulama Suburkan Takhayul, Bid'ah, Khurafat dan SEPILIS

Oleh: Ahmad Antawirya
Perkembangan Islam nusantara, khususnya di Pulau Jawa, beberapa kali mengalami kemunduran (setback) karena kehilangan ulama-ulama terbaik. Itulah mengapa Islam di Jawa hari ini sangat jenuh memuat praktik bid’ah dan berbagai bentuk kebodohan yang sulit dibersihkan sehingga menghambat kemajuan umat.
Di antara peristiwa setback adalah yang terjadi pada 1647, ketika Raja Mataram Amangkurat I yang bersekutu dengan VOC, memancung kepala 6.000 ulama Jawa beserta keluarganya di alun-alun Kraton Plered, Yogyakarta. Syiar Islam di Tanah Jawa, pasca era Wali Songo, pun mandeg.
Krisis ulama membuat ajaran Islam bercampur-aduk dengan adat-istiadat. Mana ajaran Islam dan mana yang bukan, menjadi sulit dibedakan. Tauhid dan syirik tercampur tidak karuan. Dalam ranah ibadah, tidak jelas mana praktik beribadah yang dicontohkan Rasulullah SAW dan mana yang mengada-ada. Dalam domain adab, akhlak-akhlak mulia yang bertahan tidak dikenali lagi sebagai bersumber dari Islam. Orang-orang di Jawa selama beberapa generasi tidak tahu persis bahwa sunat (khitan) bersumber dari Islam. Bahkan hari ini, tidak setiap orang tahu, bahwa pembiasaan memberi dan menerima dengan tangan manis (tangan kanan) yang berlaku di masyarakat Jawa (muslim maupun non-muslim) itu, bersumber dari Hadits. Begitulah nasib umat yang mengalami krisis ulama. Tidak ada penunjuk dan penuntun untuk mengenali yang haq dan batil.
Islam di Jawa seperti restart. Jawa memerlukan lebih dari satu setengah abad sejak itu untuk melahirkan ulama sebesar Diponegoro (1785-1855), dan dua setengah abad untuk mencapai kemunculan Achmad Dahlan (1868-1923) dkk yang berusaha memberantas Takhyul-Biddah-Churafat (TBC). Sampai hari ini kita masih berjuang dengan sangat payah untuk mengkalibrasi keislaman kita, sementara kemunduran pada masa lampau masih menyisakan kebodohan yang membuat kita gemar bersilang-sengketa tanpa dasar.
Pada saat yang sama, kita terus menghadapi percobaan-percobaan pemunduran dengan cara lama maupun baru, yang membuat kita cenderung menjauhi, bahkan memusuhi, ulama.
Cara lama, melalui pelenyapan dan penindasan terhadap ulama, silakan mengingat berapa ulama yang tewas atau hilang selama kurun orde-baru, dalam peristiwa Lampung, peristiwa Priok, dan pembantaian kyai di Jawa Timur. Ingat juga bagaimana Hamka dijebloskan ke penjara. Cara baru, adalah melalui penetrasi paham SEPILIS (sekularisme, pluralisme dan liberalisme). Tamu tidak diundang ini masuk melalui media, buku, dan LSM. Bahkan acapkali melalui anak-cucu yang kuliah di luar-negeri.
Lihatlah hasil ujian kita baru-baru ini. Untuk sekadar bersikap terhadap rencana konser Lady Gaga dan isu kesetaraan gender saja, betapa banyak energi yang kita buang percuma untuk bersilang pendapat? Berapa banyak dari kita yang berusaha bersikap berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits? Berapa banyak yang mau menanya atau mendengar pendapat ulama? Banyak dari kita yang limbung dan gamang dengan test fungsi al-Furqan yang sederhana itu.
Agaknya, software al-Furqan di benak kita musti diinstall ulang. Sumbernya tidak boleh bajakan. Jangan pula cover version atau beta. Harus original dan full version, dengan dibantu teknisi (baca: ulama) yang kompeten, kredibel dan punya komitmen kuat untuk menegakkan Al-Qur’an dan Hadits shahih. Insya Allah. [voa-islam.com]