January 27, 2016
Di
Iran komandan IRGC (Korps Garda Revolusi Iran ) baru-baru ini menyampaikan
kepada publik fakta bahwa IRGC bertanggung jawab untuk pelatihan
(merekrut, mempersenjatai dan membayar) 200.000 pejuang pro-Iran di Suriah,
Irak, Yaman, Pakistan dan Afghanistan. Ini, secara umum, bukan lagi rahasia.
Sudah lama diyakini bahwa sebanyak 50.000 milisi Iran telah dikirim untuk
bertempur di Suriah. Ada kekuatan yang lebih kecil di Lebanon (sekitar
25.000), Irak (lebih dari 20.000) dan Yaman (lebih dari 15.000). Pakistan dan
Afghanistan merasa terganggu dengan publikasi
IRGC yang menyebutkan bahwa Iran
telah mendukung milisi Syiah lokal (dan sering dilakukan secara
ilegal).
Ini
bukan sesuatu yang baru untuk IRGC, yang sejak tahun 1980 telah memiliki sebuah
organisasi elit yang tugas utamanya adalah membentuk milisi pro-Iran
di luar negeri. Adalah al Quds Force, yang merupakan komponen dari IRGC.
Juga dikenal sebagai Pasdaran, adalah kekuatan paramiliter dari sekitar
100.000 milisi yang menjamin bahwa setiap kegiatan anti-pemerintah di
Iran dengan cepat dihilangkan. Untuk membantu Pasdaran, ada milisi paruh
waktu, tenaga relawan, dan beberapa ratus ribu Basej (pasukan sukarelawan),
yang dapat menyediakan tenaga tambahan jika jalan kekerasan diperlukan.
Anggota Basej biasanya pria muda, Syiah konservatif, yang tidak takut
untuk “mengotori” tangan mereka. Jika lawan pemerintah menggelar
demonstrasi besar, akan sering dirusak oleh Basej, mereka bergerak dengan
menggunakan kekerasan.
Pasukan
Quds adalah operasi fulltime untuk tenaga terpilih dan
dilatih untuk menyebarkan revolusi Iran di luar negeri. Quds Force juga
bertugas menangani masalah utama dalam upaya menyebarkan
revolusi Syiah di dunia di mana jumlah Syiah hanya 10-15 persen di seluruh
dunia. Dan sebagian besar muslim Sunni menganggap Syiah sesat. Di beberapa
negara, ada konflik kekerasan antara Syiah dan Muslim
Sunni. Dan telah berlangsung jauh sebelum Syiah mengambil
kendali pemerintahan Iran pada tahun 1979 atau al Qaeda muncul pada 1990-an.
Badan
intelijen inti Quds Force terdiri hanya beberapa ribu spesialis yang sangat
terampil dan sangat berdedikasi. Ada 10.000 staf pendukung lainnya.
Personil inti cenderung berpendidikan tinggi, sebagian besar mampu berbicara
bahasa asing, dan semua adalah Syiah radikal. Mereka memiliki
keyakinan sedang menjalankan misi dari “Tuhan” untuk mengubah
dunia menjadi Syiah, dengan aturan pendeta Syiah. Pasukan
Quds telah ada sejak tahun 1980-an, dan keberhasilan terbesar
mereka ada di Lebanon, di mana mereka membantu milisi Syiah lokal
(yang terdiri dari sekitar sepertiga dari populasi) dengan
mendirikan organisasi Hizbullat.
Pasukan
Quds memiliki delapan departemen, masing-masing ditugaskan untuk bagian yang
berbeda di seluruh dunia. Satu bagian bekerja di wilayah
Palestina / Lebanon / Jordan telah menjadi yang paling sukses, departemen lain
juga telah bekerja keras selama lebih dari tiga dekade untuk mencapai
keberhasilan yang sama. Departemen Palestina / Lebanon / Jordan harus
berusaha keras pada tahun 2012 ketika pemberontakan terhadap pemerintah Suriah
pro-Iran mampu menggerakkan revolusi dengan tak terduga. Selama
dua tahun ke depan mengatasi perlawanan terhadap rezim Syiah
Suriah adalah tugas utama Quds.
Direktorat
Barat telah membentuk, merekrut jaringan dan menggalang dana di negara-negara
Barat. Banyak yang direkrut dan dibawa kembali ke Iran untuk pelatihan,
sementara pendatang Syiah didorong untuk menyumbangkan uang, dan jasa, untuk
operasi Pasukan Quds. Karena banyak dari operasi ini dianggap operasi teroris,
Pasukan Quds dilarang di banyak negara Barat. Mereka juga merekrut Syiah lokal
di Irak dan Suriah yang sangat aktif dalam membantu upaya
Iran mengatasi embargo dalam usaha memperoleh peralatan militer
dan teknologi.
Setelah
koalisi pimpinan Amerika menggulingkan Saddam pada 2003, Pasukan Quds
mengirim milisi, uang dan senjata ke Irak, untuk membentuk kekuatan
politik dan milisi pro-Iran . Kekuatan ini ditarik pada 2008
saat pemerintah yang baru terpilih menuntut dengan paksa
dibubarkannya milisi Syiah-pro Iran yang menolak untuk dibubarkan dengan
jalan damai. Tetapi pada 2014 Quds Force diundang kembali saat
ISIS merebut Mosul dan wilayah barat laut dan barat Irak.
Sekarang Quds Force menganggap pekerjaan mereka di Irak lebih penting daripada
upaya di Suriah karena Quds yang dilatih pemimpin Syiah Irak secara terbuka
menyerukan sebuah pemerintahan diktator Syiah untuk memerintah Irak.
Departemen
Asia (Afghanistan, Pakistan, dan India) aktif dalam membantu Syiah Afghanistan
yang sedang melawan Taliban dan al Qaeda. Quds juga telah
melakukan operasi di Pakistan, di mana pejuang Sunni telah
bertempur melawan Syiah selama beberapa dekade.
Departemen
Turki telah aktif mendorong Syiah Kurdi untuk melakukan tindakan teroris.
Operasi ini belum terlalu sukses karena Turki telah menjadi musuh
utama Syiah Iran selama berabad-abad dan otoritas Turki telah mendedikasikan
banyak sumber daya untuk memantau dan mengantisipasi apa di lakukan Syiah lokal
dan asing di Turki.
Departemen
Afrika Utara melakukan operasi di Sudan yang telah lama dilakukan secara
terbuka, meskipun konservatif Sunni yang menjalankan pemerintahan negara.
Departemen ini telah terbukti memberikan senjata kepada teroris di Somalia.
Pada awal 2016 Sudan memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan menutup
semua kegiatan Quds di sana.
Departemen
Arab mendukung kelompok-kelompok teroris yang ada di semua negara Arab dan
Teluk Persia. Pemerintah Sunni Arab di negara-negara tersebut sangat
mengecam dukungan Iran untuk hal semacam ini. Quds diam-diam mendukung
pemberontakan Syiah di Yaman, yang telah berjalan selama satu dekade dan
menjadi benar-benar sukses pada 2013 dan pada akhir 2014 dengan
merebut lebih dari sepertiga wilayah negara. Tapi sekarang
koalisi negara Arab (ditambah Mesir) pada akhir 2015 membuat Iran
mengakui dukungan untuk Syiah Yaman. Segera setelah koalisi Arab Sunni memasuki
Yaman dan mengalahkan pemberontak Syiah.
Departemen
Asia Tengah mendukung Syiah dan kelompok teroris di negara-negara bagian
Uni Soviet.
Quds
sering digambarkan sebagai bagian yang paling radikal dari IRGC dan juga merupakan komponen
terkecil. Sifat operasi Quds sangat rahasia, Quds dan IRGC adalah gambaran
dari kediktatoran pemerintah Syiah di Iran. Pemimpin Quds ingin
menunjukkan bahwa karena jasa mereka sekarang Iran mengontrol
“empat ibukota Arab” (di Lebanon, Irak, Suriah dan Yaman).