Mengapa Kita Harus Membantu
Muslim Suriah ?
Jeritan anak-anak
kecil, tangisan orang tua renta yang kehilangan sanak saudara dan
rintihan batin korban luka-luka yang kehilangan anggota badannya menjadi
pemandangan memilukan yang terjadi setiap harinya di Suriah. Hingga kini,
jumlah korban jiwa telah mencapai lebih dari 300.000 jiwa sejak tragedi
berdarah ini terjadi di tahun 2011. Lebih dari 2 juta penduduk kehilangan
tempat tinggal yang mengharuskan mereka rela tinggal di tenda-tenda pengungsian
yang jauh dari kata layak untuk tempat tinggal. Krisis inipun telah menelan
ratusan ribu korban luka-luka berat akibat muntahan bom birmil dan roket-roket
yang diluncurkan oleh rezim tiran secara sporadis. Boleh jadi angka-angka
tersebut masih terus bertambah setiap harinya.
Tentu saja tidak ada yang mengetahui secara persis kapan
tragedi kemanusian ini akan berakhir, kecuali hanya Allah Sang Maha Pencipta.
Namun, bagaimana pun juga tidak ada alasan bagi kita untuk menutup mata dan
telinga dari penderitaan rakyat Suriah yang semakin bertambah hari bertambah pula
duka dan nestapa mereka.
Ironisnya lagi, di tengah penderitaan rakyat muslim
Suriah masih ada yang memandang sebelah mata terhadap bantuan kepedulian kepada
mereka. Bahkan ada pula yang bersikap melampaui batas dengan menuduh setiap
bantuan kemanusiaan yang dikirimkan ke Suriah hakikatnya membantu para teroris.
Tentu saja, tuduhan keji seperti ini menjadi cerminan buruk dan rendahnya nilai
kemanusiaan yang dimiliki.
Ditambah lagi, ucapan-ucapan sumir yang menganggap
membantu saudara sebangsa yang lebih dekat jauh lebih penting dari pada
membantu orang jauh yang tidak ada kaitannya dan hubungan darah. Apa pun
komentar dan anggapan yang keluar dari sebagian kalangan, hal itu tak lepas
dari ketidaktahuan tentang arti pentingnya membantu muslim Suriah. Benarlah
perkataan matsal ‘arobi (kata mutiara arab) “Annaasu a’daau maa jahiluu”
(manusia seringnya memusuhi apa yang tidak mereka ketahui).
Sebagai seorang muslim yang ditakdirkan menjadi warga
negara Indonesia, membantu rakyat muslim Suriah seharusnya menjadi “kewajiban”
dan “kebutuhan”. Sejatinya kita lah yang butuh untuk membantu mereka. Bukan
mereka –rakyat Suriah- yang membutuhkan bantuan kita. Mengapa demikian? Karena
dengan adanya krisis kemanusiaan di Suriah saat ini sejatinya menjadi moment
baik bagi kita kaum muslimin Indonesia untuk membantu mereka agar bisa
mendapatkan doa-doa mustajab dari mereka. Bukankah doa-doa orang yang
terdholimi mustajabah di hadapan Allah ?! Diharapkan dengan doa-doa mereka bisa
merubah kondisi bangsa kita ini menjadi lebih baik dari pada sebelumnya dan
saat ini.
Memang tidak mudah untuk membuka mata hati agar mau
peduli dengan saudaranya apalagi yang berada jauh di Suriah sana. Berikut ini
beberapa alasan kenapa kita harus membantu mereka;
1.Keterkaitan muslim Suriah dengan
muslim Indonesia diikat dengan ikatan persaudaraan yang ditetapkan oleh Allah
ta’aa. Sebuah ikatan persaudaraan yang menembus batas teritorial negara dan
letak geografis. Sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara” [ QS. Al Hujurot (49) : 10 ].
2.Negeri Suriah adalah kawasan yang
termasuk wilayah bumi Syam yang diberkahi oleh Allah ta’ala. Bahkan negeri
Suriah menjadi jantung bumi Syam. Negeri Suriah juga bagian dari bumi yang
dinaungi oleh para malaikat Ar Rohmân. Hal itu seperti yang dikabarkan oleh
Rosululloh -shollallohu ‘alaihi wa sallam- : “Beruntunglah negeri Syam, -beliau
ucapkan tiga kali-. Sesungguhnya para malaikat Ar Rohman membentangkan
sayap-sayapnya di atas bumi Syam” [HR. Ahmad]. Inilah bentuk kemuliaan bumi
Syam atas negeri-negeri lainnya yang ditetapkan oleh Allah Robbul ‘Izzah.
Menjadi kewajiban bagi setiap mukmin untuk memuliakan apa yang dimuliakan oleh
Allah ta’ala dan mengagungkan apa yang diagungkan oleh-Nya. Itulah konsokwensi
iman. Namun, hari ini bumi Syam telah kehilangan kemuliaan dan kemerdekaannya.
Akankah kita membiarkannya ?!
3.Kebaikan dan keburukan kaum muslimin
di seluruh dunia ditentukan dengan kebaikan dan keburukan penduduk negeri Syam.
Hal itu telah dinyatakan oleh baginda Nabi Muhammad -shollallohu ‘alaihi wa
sallam- dalam sabdanya : “Apabila telah rusak penduduk negeri Syam, maka tidak
ada lagi kebaikan bagi kalian” [HR. Ahmad]. Jika kita mengabaikan persoalan
negeri Syam maka keburukan dan kebinasaan juga akan menimpa kita semua. Inilah
yang dipahami oleh para pendahulu kita dari generasi terbaik umat ini yaitu
dari kalangan sahabat Nabi. Tidak mengherankan jika dalam catatan sejarah telah
mengabadikan bagaimana kegigihan mereka dalam mebebaskan bumi Syam dari
cengkeraman penguasa dzolim. Akankah kita mengabaikannya sementara darah ribuan
syuhada telah dipersembahkan untuk membebaskan dan memuliakannya?!
4.Sudah banyak dari kalangan rakyat
Suriah yang tertindas mengirimkan pesan-pesan dan permohonan bantuan
kemanusiaan ke seluruh penjuru dunia melalui media sosial. Beraneka ragam
bentuk permohonan bantuan yang mereka kirimkan, mulai dari keamanan diri,
bantuan makanan, bantuan pakaian dan kebutuhan hidup lain. Masihkah kita
berdiam diri tatkala ada sebagian dari saudara kita berteriak meminta
pertolongan? sementara dalam hadits qudsi Allah meminta pertanggung-jawaban
kepada seorang hamba ketika ada saudaranya meminta bantuan namun dia tidak
membantunya. Sebagaimana dalam hadits shohih Muslim, Nabi -shollallohu ‘alaihi
wa sallam- pernah bersabda : Allah berfirman : “Wahai anak Adam, Aku sakit dan
engkau tidak menjenguk-Ku. Berkata sang hamba :”Ya Robb, bagaimana mungkin aku
menjengu-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?! Allah berfirman :
tidakkah engkau tahu bahwa hamba-Ku fulan sedang sakit, jikalau engkau
menjenguknya niscaya akan kau dapati Aku di sisinya. Wahai anak Adam, Aku
meminta makan kepadamu dan engkau tidak memberi-Ku makan. Berkatalah sang hamba
: wahai Robb, bagaimana aku memberi-Mu makan sedangkan Engkau adalah Robb
semesta alam?! Tidakkah kau ketahui bahwa hamba-Ku fulan meminta kepadamu makan
dan engkau tidak memberinya makan, tahukan engkau jikalau kau memberinya makan
niscaya engkau akan mendapatinya di sisi-Ku” [HR. Muslim].
Lalu, akankah kita menghindar dari pertanyaan tersebut di hari kiamat kelak ?!
alasan apakah yang akan kita sodorkan tatkala kita menghindar dari tanggung
jawab itu, sementara informasi tentang penderitaan mereka telah sampai kepada
kita?!
5.Saat ini tragedi kemanusiaan yang terjadi
di Suriah sudah ditetapkan oleh PBB sebagai krisis kemanusiaan terbesar pasca
perang dingin. Hal itu telah disampaikan oleh sekjen PBB Ban Ki Moon dalam
banyak moment. Masihkah kita menganggap remeh permasalahan ini?! tidak peduli
kah kita dengan mereka?!
6.Urusan peduli dan rasa kemanusiaan
tidaklah selamanya diukur dengan dekat atau jauhnya jarak yang ditempuh. Tidak
pula selamanya yang dekat lebih penting dari pada yang jauh. Bisa jadi
kenestapaan dan penderitaan yang berada jauh dari kita, lebih mendesak
kebutuhannya dari pada yang lebih dekat. Dan boleh jadi kepeduliaan kita dengan
orang yang terjauh dari kita menjadi sebab turunnya barokah dan rohmah untuk
orang-orang yang lebih dekat dengan kita. Tidakkah kita ambil pelajaran dari
kebijakan kholifah Abu Bakar –rodliyallohu ‘anhu- tatkala beliau berpendirian
kuat untuk memberangkatkan pasukan Usamah bin Zaid ke Syam sementara kondisi di
Madinah sendiri dalam keadaan labil. Banyaknya gerakan pemurtadan dan
pemberontakan dan pembangkangan di sekitar Madinah, menjadi pertimbangan bagi
sebagian besar sahabat Nabi tidak terkecuali Umar bin Khotthob untuk memberikan
saran kepada Kholifah Abu Bakar menunda pemberangkatan pasukan Usamah bin Zaid.
Namun secara tegas Abu Bakar menolak penundaan tersebut dan tetap
memberangkatkan pasukan Usamah menuju ke Syam untuk membebaskan para
penduduknya dari penguasa dzolim Romawi saat itu. Di luar dugaan, keberangkatan
pasukan tersebut justru membuat kondisi di Madinah stabil.
7.Beberapa waktu yang lalu, kaum muslimin
di Gaza-Palestina juga mengadakan penggalangan dana untuk muslimin Suriah.
Subhanalloh, mereka dalam kondisi yang memprihatinkan masih mau peduli dengan
yang lain. Lalu bagaimana dengan kita?! Tidak malukah kita sebagai kaum
muslimin Indonesia yang hidupnya relatif lebih aman dan nyaman ketimbang
saudara-saudara kita di Gaza-Palestina?! seharusnya info ini menjadi motivasi
bagi untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Semoga beberapa alasan ini bisa membuka mata hati kita
untuk lebih peduli dengan saudara-saudara kita yang tertindas di negeri Syam.
Kita pun berharap semoga Allah ta’ala melimpahkan keberkahan bagi negeri ini
dikarenakan kepedulian kita terhadap saudara-saudara yang ada di sana.
Oleh : Abu Harits, Sekjen Forum Indonesia Peduli Syam (FIPS)
Sobat
muda...pada artikel penyebab perang Suriahsaya sudah menyampaikan latar belakang dan faktor penyebab
perang Suriah. Sekarang saya akan sedikit menggambarkan alasan mengapa kita
perlu peduli Suriah? Mungkin sebagaian dari kita akan berkata “ bukankah banyak
juga ummat Islam yang perlu bantuan, kenapa harus Suriah?” Berikut ini
alasannya.
1. Jelasnya Antara Haq dan Batil
Perang Suriah adalah perang yang dilatar belakangi
faktor Ideologi sedangkan faktor yang lain hanya sekedar bumbu saja. Perang
antara kaum Muslim dengan Syiah Nushairiyah atau lebih dikenal dengan Alawi.
Alawi adalah salah satu sekte atau aliran syiah
yang cukup sinkretis karena juga menyerap beberapa unsur keagamaan lain di
sekitarnya mulai dari kekeristenan, zoroastrianisme hingga paganisme. Alawi
punya keyakinan reinkarnasi yaitu pada saat seseorang wafat, ia dapat berubah
wujud menjadi mahluk lain. Keyakinan ini jelas tidak dikenal dalam Islam pada
umumnya. Ini semacam kepercayaan akan ajaran reinkarnasi yang mungkin diadopsi
dari kepercayaan pra-Islam di sekitar Suriah.
Alawi secara harfiah berarti “mereka yang menganut
ajaran Ali”. Aliran ini tumbuh dan berkembang di Suriah. Di negara itu ada
sekitar 1,5 juta orang pemeluk alawi dari 22, 5 juta penduduknya. Tetapi
walaupun minoritas tetapi kelompok Alawwi ini yang menguasai pemerintahan.
Tidak hanya itu kebatilan yang di anut oleh Bashar Asaad dan kroninya. Mereka
juga mengahalangi kaum Muslim untuk beribadah seperti shalat dan puasa.
Sebagaimana yang diungkapkan mantan tentara Bashar bahwa jika mereka ketahuan
menjalankan Shalat atau Puasa mereka akan mendapatkan sanksi militer.
Jadi sudah sangat jelas bahwa perang Suriah bukan
perang saudara antara sesama Muslim, tetapi perang umat Muslim dengan orang
kafir Musuh Allah Subahanahu Wa Ta’ala.
2. Mereka Muslim
Allah Ta’ala berfirman:
إِخْوَةٌ الْمُؤْمِنُونَ إِنَّمَا
“Sesungguhnya kaum mukminin itu adalah
bersaudara.” (QS. Al-Hujurat: 10).
Kiranya ayat di atas sudah menggambarkan betapa
kuatnya ikatan persaudaraan karena Dien. Bahkan, persaudaraan itu lebih kuat
dibandingkan dengan persaudaraan ikatan darah. Hal ini juga diperkuat dengan
hadist Nabi Solallohu Alaihi Wasalam.
"Tidak beriman seorang muslim itu sehingga
dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (Hadis
Riwayat al-Bukhari)
Maka sungguh, setiap kaum Muslim adalah saudara
kita yang wajib kita cintai sebagaimana diri kita. Penderitaan Muslim suriah
adalah penderitaan kaum Muslimin semua. Perjuangan mereka juga perjuangan kita.
Marilah sedikit kita peduli terhadap mereka walau hanya dengan sebait doa.
3. Mereka Berjuang untuk Allah
Tahun 2011 merupakan awal Revolusi Islam babak
baru di Jazirah Arab atau lebih dikenal dengan istilah “Arab Springs” yang
dimulai dari Tunisia, Mesir, Libya sampai Suriah. Akan tetapi, ada perbedaan
mendasar antara revolusi Suriah dengan yang lainya. Revolusi di Tunisia, Mesir
dan Libya adalah revolusi untuk kepentingan diri mereka sendiri, tetapi
revolusi di Suriah adalah revolusi untuk Allah, untuk ummat Islam secara
keseuruhan.
Berikut saya kutip beberapa keterangan yang
memperkuat hal itu.
“Hasil Studi terbaru oleh IHS Jane’s, sebuah
konsultan pertahanan, menyatakan bahwa kelompok perlawanan jihad di Suriah
didominasi oleh kelompok-kelompok Islam yang menginginkan Khilafah. Inilah yang
membuat Barat tidak sungguh-sungguh melangserkan rezim Basyar Assad.
Kelompok perlawanan yang didominasi oleh pejuang
Islam, telah menimbulkan ketakutan Barat akan jatuhnya senjata-senjata
strategis ke tangan mereka.
Dalam laporan Lembaga konsultan pertahanan itu
seperti yang dilansir www.telegraph.do.uk (15/9), disebutkan adanya ketakutan
bahwa perlawanan terhadap rezim Assad akan semakin didominasi oleh kelompok
Islam yang mereka tuding ekstrimis”.
Kemudian beberapa kutipan berkaitan dengan yel-yel
rakyat Suriah.
Syabab.Com - Apakah rakyat Suriah menginginkan
demokrasi? Jawabannya sangat jelas kita dengar langsung dari Allepo (Halab),
Suriah. "Rakyat ingin Khilafah sekali lagi!" demikian yel-yel yang
dinginkan oleh rakyat Suriah.
Percaya tidak percaya, revolusi di bumi Syam
memang mengarah kepada Islam, bukan demokrasi seperti yang diberitakan media
Barat. Ribuan kaum Muslim di Allepo (Halab) Suriah kembali menguatkan apa yang
diinginkan rakyat Suriah, yaitu Khilafah yang baru.
"Dengarlah wahai dunia apa yang rakyat
inginkan, rakyat menginginkan khilafah baru," kata Revolusi Pemuda
Pembebasan Suriah dalam halaman pagenya (Tahrir.Syria2011).
"Wahai Arab, wahai muslim, takutlah, takutlah
karena rakyat Suriah. Demi Allah, kekecewaan anda diharamkan, jadi apa yang
rakyat Suriah inginkan," kata pemimpin aksi massa di hadapan ribuan
penduduk dalam aksi Jumat "Jika mereka meminta pertolongan kepada dalam
agama maka kamu wajib memberikan pertolongan", 09/03/2012.
Massa pun serentak meneriakkan jawabannya berulang
kali dengan yel-yel, "Rakyat, ingin Khilafah sekali lagi! Rakyat ingin
Khilafah sekali lagi!".
Selain itu sobat muda juga bisa melihat yel-yel
mereka di youtube. Subhallah !!!
4. Pendapat Ulama
Mengenai perang Suriah sungguh menyita perhatian
ummat Muslim di penjuru dunia. Banyak ulama yang memberikan pendapat yang pada
intinya mendukung perjuangan rakyat Suriah. Berikut beberapa pendapat ulama
mengenai perang di Suriah.
Asy-Syaikh Al-’Allamah
Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah
Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah berkata,
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاةُ وَالسّلامُ عَلى رَسُولِ
اللهِ، وعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ اتَّبَعَ هُداهُ
Aku menghimbau kepada Ahlus Sunnah di Kerajaan
Saudi Arabia dan Negara-negara lainnya untuk peduli terhadap saudara-saudara
mereka Ahlus Sunnah di Suriah, dengan mengulurkan bantuan untuk mereka,
terutama para korban dan terlantar.
disampaikan oleh Mu’adz bin Yusuf asy-Syammari
(direkam malam 28 Ramadhan 1434 H / 6 Agustus 2013
M)
http://www.alwaraqat.net/content.php?5137
* * *
Kemudian, keesokan harinya ketika diklarifikasi
kembali tentang himbauan tersebut, maka Asy-Syaikh Rabi’ menjawab, “Ya, memang
demikian. Siapapun yang bertanya (tentang masalah ini) niscaya aku jawab dengan
jawaban yang sama.” Beliau juga menambahkan, “Kepada segenap Ahlus Sunnah agar
membantu rakyat Suriah sesuai kemampuannya. Hendaknya menyalurkan bantuan
tersebut melalui lembaga khusus/resmi yang benar-benar bisa menyampaikan dana
bantuan kepada orang-orang yang berhak.”disampaikan oleh Abu Ziyad Khalid
Baqais(29 Ramadhan 1434 H / 7 Agustus 2013 M)
http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=139103
Syaikh Shalih bin Fauzan
al-Fauzan hafizhahullah
Ada
seorang bertanya kepada Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah,
“Semoga Allah mencurahkan kebaikan-Nya kepada anda, apakah yang mampu diperbuat
olehnya dalam rangka membantu saudara-saudaranya di Suriah dan di Syam? Apakah
wajib untuk berjihad di masa seperti ini ataukah tidak?”
Beliau menjawab, “Jihad -maksudnya jihad
menyerang, bukan membela diri, pent- menjadi wajib jika diserukan oleh waliyul
amr/pemerintah. Apabila pemerintah kaum muslimin menyerukan dan menyiapkan bala
tentara dalam rangka jihad ketika itulah wajib atas orang yang memiliki
kemampuan dan diperintahkan imam/pemerintah untuk berangkat.
Sebagaimana disebutkan, “Jika kalian diperintahkan
untuk berangkat [jihad] berangkatlah!”. Allah juga berfirman (yang artinya),
“Mengapakah kalian ini tatkala dikatakan kepada kalian; berangkatlah kalian
untuk berperang di jalan Allah lantas kalian justru merasa berat seolah tidak
bisa mengangkat kaki dari tanah.”
Jihad harus berada di bawah bendera pemerintah
muslim. Adapun tindakan yang bersifat perorangan -demikian pula kelompok selain
negara, pent- dimana masing-masing mengambil pedang dan senjata, maka yang
semacam ini tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebab hal itu hanya akan
menumpahkan darah, tidak membuahkan persatuan kalimat, dan tidak membuahkan
apa-apa. Hal ini adalah sesuatu yang telah terbukti dan nyata.
Kewajiban kita adalah mendoakan saudara-saudara
kita kaum muslimin [di sana]; mendoakan kemenangan bagi mereka. Kita doakan
semoga Allah berikan taufik kepada mereka. Hendaknya kita juga mendoakan
kekalahan atas orang-orang yang bertindak zalim kepada mereka….” (sumber fatwa:
http://www.al-afak.com, rekaman berjudul ‘Maa Nastathi’uhu li Ikhwanina fi
Suuriya’)
5. Nubuwwah Nabi
Inilah yang menjadi alasan terkuat mengapa kita
harus membela Muslimin Suriah. Nubuwwah atau kabar dari Nabi Solallohu Alaihi
Wasalam. Sampai suatu ketika, Al-Irbad bin Sariyah meriwayatkan dari Nabi
Shallahu alaihi wa salam, bahwa beliau berkhotbah dihadapan kaum muslimin,
“Wahai manusia. Tak lama lagi, kalian akan menjadi tentara di kirim ke pelbagai
wilayah,yaitu tentara yang berjuang di Syam, tentara yang berjuang di Iraq, dan
tentara yang berjuang di Yaman”. Kaum muslimin menyambutnya dengan penuh suka
cita. Mereka akan menjadi para pembebas, yang membebaskan wilayah-wilayah yang
luas, dan nantinya menjadi bagian wilayah Islam, yang sudah dibebaskan.
Mendengar khotbah Rasulullah shallahu alaihi was
salam, Ibnu Hawalah berkata : “Ya Rasulullah, jika akau sampai pada masa itu,
pilihkan untukku, ke kelompok tentara yang berangkat ke mana sebaiknya aku
ikut?”. Selanjutnya, Nabi Shallahu alaihi wa salam, bersabda : ”Aku memilihkan
Syam untukmu, karena Syam adalah pilihan kaum muslimin dan negeri pilihan Allah.
Dia mengumpulkan di sana makhluk-Nya yang terpilih. JIka enggan ke sana,
hendaknya pergi ke Yaman. Dan, diberi minum dengan gidirnya. Karena hal itu
juga mencukupi (setara)bagiku, dari Syam dan penduduknya”. (HR.Ath-Thabrani dan
al-Bazzaar). Kala itu, yang dimaksudkan oleh Baginda Rasulullah shallahu alaihi
wa salam, negeri Syam, tak lain adalah wilayah Palestina, dan sekitarnya, yang
sekarang termasuk Syria, Palestina, Lebanon, Yordania. Betapa, Rasulullah
shallahu alaihi wa salam, menjanjikan tempat yang mulia untuk berjuang membela
agama-Nya, di tanah yang merupakan pilihan dalam menegakkan jihad.
Bumi Syam adalah bumi yang diberkahi. Beberapa
ayat Al-Qur’an menjelaskan hal tersebut, seperti QS At Tien ayat 1-2, QS Al
Isro ayat 1, QS Al Maidah ayat 21, dan QS Al Anbiya ayat 71.
“Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Lut ke
sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam (Negeri Syam, termasuk
di dalamnya Palestina. Allah memberkahi negeri itu, artinya kebanyakan nabi
berasal dari negeri ini dan tanahnya pun subur)” (QS Al-Anbiya : 71)
Kemuliaan bumi Syam, termasuk di dalamnya
Palestina dan masjid Al Aqsa tidak diragukan lagi oleh kaum Muslimin. Selain
itu, terdapat Nubuwah dari Rasulullah SAW, bahwa akan muncul di bumi Syam,
Thoifah Manshuroh, atau Kelompok yang akan mendapatkan kemenangan.
“Awal dimunculkan ad dien (Islam) dari Mekkah dan
di akhir masa eksistensinya diperkuat di tangan Al Mahdi di Syam, dan di sana
ada Ath-Thoifah Al-Manshuroh hingga datang Hari Kiamat” (Manaqib Syam wa Ahlihi,
Hal 73)
Juga dalam hadits berikut :
“Penduduk Gharb (yang berada di arah Barat) akan
senantiasa menegakkan kebenaran sampai Kiamat datang”. [HR Muslim 13/68,
Nawawi].
Imam Ahmad berkata,”Ahli Gharb adalah penduduk
Syam.” Dan jawaban ini disepakati oleh Ibnu Taimiyah dalam Manaqib Syam wa
Ahlihi, halaman 76-77.
Sementara itu kita memahami bahwa Ath-Thoifah
Al-Manshuroh yang dimaksud disini adalah kelompok yang berperang atau
Mujahidin, selalu mendapat petunjuk, dan akan tetap ada hingga Allah SWT mewariskan
bumi berserta isinya.
Sementara itu, beberapa hadits juga menjelaskan
bahwa di saat konflik semakin memanas di bumi Syam, maka di saat itulah
Khilafah akan muncul.
Rosulullah SAW bersabda :
“Akan segera tegak berdiri di akhir Ummat-Ku
seorang Kholiifah (Beberapa saat, setelah pemboikotan itu terjadi),.. Kholiifah
akan membagi bagikan harta, dengan tanpa menghitung hitung-jumlahnya”. (Shohih
Muslim : 5189)
Dari Abi Nadhrah berkata: “Kami sedang berada
bersama Jabir bin Abdullah, rodhiyallahu ‘anhuma, dia berkata. (Rasuulullah Saw
Bersabda) : “Hampir saja tidak boleh dibawa masuk ke negeri Iraq (diboikot)
makanan sepotong roti-pun/(qafizh), diboikot pula masuknya dirham,”. Kami lalu
bertanya kepada beliau,:”Dari mana (bangsa) yang melakukan demikian?’ Dia
menjawab, : ” Orang orang ‘Ajam (non Arab, Amerika) yang mem-boikotnya”.
Kemudiannya Beliau berkata lagi, ” Hampir – hampir
saja tidak boleh dibawa masuk sekeping diinar kepada penduduk Syaam, tidak
boleh pula dibawa masuk (diboikot) kepada penduduk Syaam se-takar-an makanan
pun (mudyun).” Kami bertanya lagi : Dari mana (bangsa ) yang melakukan demikian
? .. Beliau menjawab : ” Dari bangsa Ruum. (kita tahu Israel adalah imigran
dari Ruum, utamanya dari Eropa, yang datang menjajah Palestina sejak tahun
1917). Kemudian diam sejenak.
Lalu dia berkata, Bersabda Rasuulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam : ” Akan segera tegak berdiri di akhir Ummat-Ku seorang
Kholiifah (Beberapa saat, setelah pemboikotan itu terjadi),.. Kholiifah akan
membagi bagikan harta, dengan tanpa menghitung hitung-jumlahnya. (Shohih Muslim
: 5189)
Demikian sobat muda. Mudah-mudahan bermanfaat
untuk semua. Wallohu’alam bis Sowab.
Daftar Pustaka :
http://alisonglap.blogspot.com
http://id.wikipedia.org
http://luar-negeri.kompasiana.com/2013/09/20/gema-khilafah-di-suriah-594245.html
https://www.facebook.com/syababnews/posts/199572056818078
http://revivingsunnah.blogspot.com/2013/08/fatwa-ulama-tentang-konflik-suriah.htm
http://terjemahkitabsalaf.wordpress.com/2013/07/15/fatwa-syaikh-shalih-al-fauzan-tentang-jihad-suriah/
http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/kemenangan-islam-akhir-zaman-berasal-dari-syam-irak-dan-yaman.htm#.UkM0fn-TVpG
Meragukan
Kekafiran Dan Bela Bashar Al-Assad Merusak Iman ( Batalkan Aqidah Islam )
Menyayangkan
pandangan sebagian kalangan yang masih saja membela rezim thagut Bashar
Al-Assad yang secara nyata memerangi Islam dan menumpahkan darah kaum Muslimin
di Suriah.
Bashar Al-Assad laknatulloh
‘alaih penganut sekte Syiah Nushairiyah
itu kafir. “Dia seorang penganut Syiah Nushairiyah yang menurut Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah lebih parah kekafirannya dari ahli kitab dan orang-orang
musyrik.” Pembelaan
terhadap Bashar Al-Assad hakekatnya adalah pembelaan terhadap kekufuran dan
berwala kepada kekufuran juga dan hal tersebut bisa membatalkan nilai Aqidah
seorang Muslim.
Bashar Al-Assad yang telah
menindas Muslim Suriah itu kafir yang wajib diperangi. Hal tersebut guna
menepis syubhat di tengah umat Islam apabila masih ada yang meragukan kekafiran
Bashar Al-Assad. Sebagaimana diketahui, Bashar Al-Assad selain membantai Muslim
Suriah, ia juga telah memaksa Muslim Suriah untuk bersujud kepadanya, bahkan
mengubur hidup-hidup orang yang tak mau mengatakan laa ilaaha illa bashar
(tiada tuhan selain Bashar, red.).
Bashar Al-Assad
laknatulloh ‘alaih adalah kafir musyrik yang wajib diperangi. Maka jika ada
tokoh umat Islam, baik kyai, ustadz, mubaligh yang masih ragu-ragu atau tidak
menyetujui jihad melawan Bashar Al-Assad, agar umat Islam tidak shalat
bermakmum kepadanya, karena Bashar Al-Assad hakikatnya adalah pentolan thaghut
yang wajib dikafiri, dijauhi dan diperangi oleh umat Islam.
Maka barangsiapa yang
ragu-ragu mengkafirinya berarti tidak kafir kepada thaghut yang diwajibkan oleh
Allah dalam firmanNya :
لَا إِكْرَاهَ فِي
الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ
وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ
لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 256)
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى
الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ
يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
Apakah kamu tidak
memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang
diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? mereka hendak
berhakim kepada thaghut, Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut
itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa’ :60)
Barangsiapa yang
tidak kafir kepada thaghut berarti tidak beriman kepada Allah Ta’ala, maka
siapa saja yang ragu-ragu mengkafirkan dan menentang thaghut Bashar Al-Assad,
berarti Imannya kepada Allah rusak dan janganlah umat Islam bermakmum
dibelakangnya.
*****************
Loyalitas seseorang kepada Bashar Assad adalah masalah yang
sangat berat dalam Syariat Islam, dengan alasan:
[1]. Bashar Assad adalah penjagal nyawa ratusan ribu kaum
Muslimin Ahlus Sunnah di Suriah.
[2]. Bashar Assad adalah putra penjagal lainnya, Hafezh
Assad, yang telah membantai puluhan ribu aktivis Ikhwanul Muslimin Suriah.
Bapaknya berlumuran darah ummat, anaknya lebih kejam lagi.
[3]. Bashar Assad adalah pengawal akidah Syiah Nusairiyah,
yang kesesatan dan kekufurannya melebihi Syiah Imamiyah.
[4]. Bashar Assad adalah pemimpin politik dari partai
Ba’ats yang berideologi Sosialisme Arab. Partai Ba’ats ini terkenal
kerjasamanya dengan negara-negara komunis, seperti China dan Soviet (dulu).
[5]. Bashar Assad menindas kaum Ahlus Sunnah Suriah,
memusuhi ulama-ulamanya; serta melindungi kaum Alawit ekstrem (Syiah
Nusairiyah) sebagai minoritas yang berkuasa.
[6]. Bashar Assad membiarkan para pengikutnya melakukan
kekufuran telanjang dengan berkata: laa ilaha illa bashar! Juga membiarkan
mereka bersujud kepada foto-foto Bashar Assad.
[7]. Bashar Assad masuk dalam agenda bersama kaum Syiah
Rafidhah untuk membentuk aliansi Iran-Iran-Libanon-Suriah yang berniat
menguasai dunia Arab dan memaksakan ideologi Syiah-nya.
[8]. Bashar Assad memerangi para Mujahidinn Ahlus Sunnah
dan menuduh mereka sebagai teroris.
[9]. Bashar Assad ingin mempertahankan penjajahan
minoritas Syiah Nusairiyah atas negeri Ahlus Sunnah, Suriah. Padahal semua
orang tahu, Damaskus sejak era Muawiyah bin Abi Sufyan Ra, adalah ibukota
negeri Ahlus Sunnah. Penjajahan ini ingin terus dia lestarikan, sampai waktu
yang Allah saja mengetahui akhirnya.
[10]. Politik Bashar Assad hendak mengadu-domba antar kaum
Muslimin dengan cara dia seolah mendukung perjuangan Muslim Palestina, tetapi
di sisi lain dia memusuhi Muslim (Ahlus Sunnah) di Suriah.
Alasan-alasan
demikian (dan lainnya) membenarkan tuduhan sebagian ulama, bahwa Bashar Assad
adalah seorang THAGHUT yang sangat berbahaya bagi kaum Muslimin. Lalu untuk apa
seorang ulama berdiri di samping tokoh sejenis itu?
Ini bukan soal
dukungan Amerika atau intervensi negara-negara Eropa, untuk menggulingkan
Bashar Assad; sehingga kerja politik para pejuang Sunnah di Suriah seperti
ditunggangi Amerika dkk. Bukan soal itu. Tetapi ialah soalsebab-sebab kezhaliman, kesesatan, dan
kejahatan Bashar
Assad itu sendiri. Secara Syariat Islam; kezhaliman, kesesatan, kejahatan
Bashar Assad, TIDAK BISA DITOLERANSI sedikit pun. Tidak ada bagian untuk
menerima semua itu, dengan alasan apapun.
Maka posisi Ulama Su'per yang mendukung/ loyal kepada Bashar Assad bisa membahayakan kaum Muslimin dan
Syariat agama ini. Nanti manusia akan menyangka, bahwa segala perbuatan
terkutuk Bashar Assad dan pendukungnya; semua itu dibenarkan oleh Syariat. Laa
haula wa laa quwwata illa billah. Maka kita harus sekeras-kerasnya
mengingkari sikap Ulama Su'per seperti itu, sebab dia telah meletakkan loyalitas tidak
pada tempatnya; tidak peduli, setinggi apapun kadar keilmuwan dan karyanya.
Sikap ini kita lakukan ialah untuk menjaga Syariat itu sendiri; agar tidak ada
anggapan bahwa ilmu Syariat membenarkan pembantaian manusia, pemerkosaan
wanita-wanita, penghancuran rumah-rumah, pembunuhan atas ulama-ulama,
pembersihan pejuang Ahlus Sunnah, pembelaan atas kesesatan, penyebaran paham
kufur/syirik, dan seterusnya. Syariat Islam harus diputus dari semua tuduhan
itu.
Kita harus memvonis
Ulama-Ulama Su’per ini sebagai ulama yang
berdiri di sisi para THAGHUT! Itu harus jelas, nyata, dan tegas! Tidak perlu
ditutup-tutupi dan segan. Soal hatinya suci, batinnya bersih, ilmunya barakah,
karyanya meluas, amalnya banyak, kontribusinya besar kepada Islam, dst. itu
kita serahkan kepada Allah Al ‘Alim. Tugas kita, hanya menyikapi manusia sesuai
zhahirnya. Kalau zhahirnya jelas membela THAGHUT, mau dikata apa lagi?
loyalitas (wala’)
kepada Bashar Assad laknatullah ‘alaih, adalah sikap
yang tidak dibenarkan; apalagi di mata seorang ulama.
Semoga kita
senantiasa diberi sabar dan istiqamah oleh Allah Ta’ala untuk menjaga agama
ini, sekuat kemampuan dan kesempatan. Amin Allahumma amin. Wa shallallah ‘ala
Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in, walhamdulillahi Rabbil
‘alamiin. Wallahu a’lam bisshawaab.
Cuplikan dari Voaislam.com/abisyakir.wordpress.com /islampos.com