Rezim Asad Suriah dan Pendukungnya adalah Ashabul
Ukhdud Abad ke-21
Ahad, 1 Mei 2016 - 10:07 WIB
Semoga amal yang kita lakukan mengundang pertolongan
Allah, sehingga perdamaian hakiki menyelimuti Aleppo, Suriah, Negeri Syam, dan
seluruh permukaan dunia
Risalah Departemen Luar
Negeri Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah tentang Situasi di Aleppo, Suriah
1.Selama sembilan hari, sejak 22 April 2016, rezim
Suriah yang dikendalikan oleh Basyar Al-Asad didukung oleh Iran dan Rusia,
lakukan lebih dari 260 serangan udara, 110 artileri, 18 peluru kendali, 68 bom,
membantai lebih dari 200 warga, serta lukai ratusan lainnya. Demikian laporan
satuan tugas kedaruratan wargaSyria Civil Defence, yang dikenal secara
internasional bertugas menolong korban-korban serangan militer yang sudah
berlangsung selama lebih dari lima tahun.
2.Akibat gempuran dan agresi militer itu, untuk
pertama kalinya dalam kurun lebih dari 1 milenium (1000 tahun), masjid-masjid
Aleppo tidak melakukan solat Jum’at pada 29 April 2016. Demikian dilaporkan
kantor-kantor berita diantaranya Asy-Syarqul Awsath.
3.Aleppo (atau dalam bahasa Arab disebut حلب atau Halab) adalah nama salah satu kota tertua di
dunia yang masih dihuni oleh manusia, dimulai sejak 5000 tahun sebelum Masehi.
Aleppo juga kota terbesar di Suriah, ibukota propinsi paling utara, berbatasan
dengan Turki. Kota Aleppo menempati kawasan seluas 190 Kilometer per segi,
berpenduduk kurang lebih 2 juta jiwa.
4.Sejak Maret 2011, rezim Basyar Al-Asad memutuskan
menggunakan kekerasan senjata untuk membunuhi, menteror, menangkapi, menyiksa
sampai mati, warga Suriah, untuk mempertahankan kekuasaan keluarga dan
kroninya. Akibat dari keputusan itu banyak wilayah Suriah yang terbelah dua.
Ada yang warganya berhasil membebaskan diri dari kekuasaan diktator Asad, ada
yang belum.
5.November 2012, Aleppo terbagi dua. Sebelah utara
berhasil dibebaskan oleh warga, sebelah selatan masih dikuasai rezim Asad.
Kawasan yang berhasil dibebaskan oleh para Mujahidin dari kalangan warga,
diembargo oleh rezim. Listrik diputus, air dimatikan, jalan-jalan diblokade,
serangan militer terus menerus dikerahkan oleh rezim, baik dari udara maupun
dengan artileri jarak jauh. Namun, warga dan Mujahidin yang berada di kawasan
yang sudah dibebaskan dari rezim bersabar dan bertahan. Mereka bahkan membentuk
Mahkamah Syari’ah yang mengatur tata tertib kehidupan dan keperluan masyarakat
sebisa mungkin, seperti distribusi makanan, penyelesaian sengketa, pendataan
penduduk, kebersihan, air, dan sebagainya. Sampai pada akhir musim panas tahun
2015 lalu, sebagian besar kota Aleppo berhasil dibebaskan.
6.Awal Februari
2016, dibantu oleh kekuatan angkatan udara rusia dan milisi-milisi Syiah Iran
dan Lebanon, Aleppo digempur dan direbut kembali oleh rezim. Terjadi eksodus
(pengungsian besar-besaran) warga Aleppo ke dekat perbatasan Turki.
Kantor-kantor berita dan media internasional menyebut kejadian itu sebagai
krisis terburuk sejak berlangsungnya krisis kemanusiaan di Suriah.
7.Memanfaatkan
datangnya musim semi, di awal bulan April 2016, warga dan Mujahidin Aleppo
mengerahkan kembali mujahadahnya untuk membebaskan kota itu. Alhamdulillah
berhasil. Namun keberhasilan inilah yang memicu rezim Asad untuk melakukan
pengerahan kekuatan militer besar-besaran, terutama lewat udara dan artileri
jarak jauh, yang sudah berlangsung sembilan hari sampai hari ini.
8.Aleppo Media Center,
sebuah kantor berita yang didirikan oleh warga kota, juga berbagai media
internasional seperti Aljazeera, menyiarkan foto-foto dan video-video
penghancuran Rumah Sakit Al-Quds di kota itu. Tidak kurang dari 50 orang
dokter, paramedis, karyawan, dan pasien dilaporkan terbunuh akibat serangan
yang terjadi Jum’at 29 April 2016. Sebuah rekaman kamera CCTV di rumah sakit
itu hari ini disiarkan oleh stasiun televisi Inggris Channel 4.
9.Penghancuran RS
Al-Quds merupakan salah satu kejahatan militer, dari rangkaian yang panjang
sejak lima tahun lalu. Tapi hari-hari ini rezim Asad yang didukung Rusia dan
Iran serta milisi-milisi bersenjata Syiah dari Iraq, Lebanon, dan Afghanistan
sedang mengkonsentrasikan kejahatan agresi militernya ke Aleppo secara
indiskriminatif. “#AleppoisBurning (حلب_تحترق#) (Aleppo Terbakar)” demikian hashtag yang
kemudian mendunia, disematkan di laporan-laporan tentang pembumihangusan
Aleppo. Rumah sakit, sekolah, pertokoan, pasar, rumah-rumah, semua dihujani
rudal, bom meriam, bom gentong, dan mortir.
10.Sejak tahun 2012, gerombolan-gerombolan bersenjata
pendukung Asad telah berkampanye menggunakan grafiti (cat semprot) dengan
tulisan di tembok-tembok di wilayah yang dikuasainya berbunyi: الأسدأونحرق البلد (Pilih Asad atau Kami Bakar Negeri/Kota/Desa
Ini).
11.Cara-cara yang digunakan oleh Rezim Basyar Asad,
yaitu membakar warga kota Aleppo dengan peluru kendali, bom artileri, bom
gentong, mortir dan lain-lain mengingatkan hamba-hamba Allah akan peristiwa
yang pernah terjadi sebelum zaman Rasulullah. Peristiwa itu diabadikan oleh
Allah di dalam Al-Quran surat Al-Buruj:
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ (1) وَالْيَوْمِ
الْمَوْعُودِ (2) وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ (3) قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4)
النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5) إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا
يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ
يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9)
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari
yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan
terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan)
kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa
yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak
menyiksa orang-orang Mu’min (orang beriman) itu melainkan karena mereka beriman
kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (Al-Quran surah
Al-Buruj ayat 1-9)
12.Dalam penjelasan mengenai rangkaian ayat Al-Quran
itu, Rasulullah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim (hadits no. 3005) melalui jalur Shuhaib Radhiyallahu ‘anhu, menggambarkan,
bahwa telah terjadi pembantaian atas orang-orang yang beriman kepada Allah dan
mempertahankan kemuliaan dirinya, oleh rajanya yang zhalim dan memaksakan
kekuasaan mutlaknya. Pembantaian itu dilakukan dengan cara membakar semua orang
beriman di dalam sebuah parit raksasa.
13.Rezim Asad dan semua pihak yang mendukung kejahatan
agresi militer berupa pengeboman, pembakaran, pembantaian, serta fitnah
terhadap orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang
merupakan umat Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alayhi wa sallam di Aleppo adalah
“Ashabul Ukhdud Abad ke-21“.
14.Apa yang terjadi di Aleppo dan Suriah adalah ujian
dari Allah, apakah kita akan berdiam diri menyaksikan kejahatan-kejahatan
dilakukan atas kaum Muslimin dan orang-orang yang beriman kepada Allah, atau
kita akan bergerak mengamalkan tuntunan Allah dalam Al-Quran surah Al-Anfaal
ayat 72:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا
بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا
وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ
يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ
اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلا عَلَى قَوْمٍ
بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٧٢)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah
serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang
memberikan tempat kediaman dan memberi pertoIongan (kepada muhajirin,
menyelamatkan iman dan nyawanya), mereka itu satu sama lain saling melindungi.
Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada
kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah.
(Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan)
agama, maka kamu WAJIB memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah
terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”
15. Semoga amal yang kita lakukan untuk menjawab
tuntunan Allah dalam ayat di atas mengundang pertolongan Allah, sehingga
perdamaian hakiki kembali menyelimuti Aleppo, Suriah, Negeri Syam, dan seluruh
permukaan dunia.*
Jakarta, Ahad, 24 Rajab 1437 / 1 Mei 2016
Departemen Luar Negeri
Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah
Sahabat Suriah: Tragedi
Aleppo adalah Kisah Ashabul Ukhdud
Abad-21( artikel sejenis )
Selama sembilan hari
sejak 22 April 2016, rezim Suriah di bawah kendal Bashar Assad yang didukung
Iran dan Rusia melakukan lebih dari 260 serangan udara, 110 artileri, 18 peluru
kendali, 68 bom, membantai lebih dari 200 warga, serta melukai ratusan lainnya.
Demikian laporan satuan tugas kedaruratan warga Syria Civil Defence, yang
dikenal secara internasional bertugas menolong korban-korban serangan militer
yang sudah berlangsung selama lebih dari lima tahun.
Akibat gempuran dan agresi militer itu, Sahabat Suriah salah
satu LSM Indonesia peduli Suriah memaparkan bahwa untuk pertama kalinya dalam
kurun lebih dari 1 milenium (1000 tahun), masjid-masjid Aleppo tidak melakukan
shalat Jum’at pada 29 April 2016. Demikian dilaporkan kantor-kantor berita
diantaranya Asy-Syarq al-Awsath
“Penghancuran RS Al-Quds pada Jum’at, 29 April 2016
merupakan salah satu kejahatan militer, dari rangkaian yang panjang sejak lima
tahun lalu,” ungkap LSM Sahabat Suriah dalam rilisnya yang diterima oleh
Kiblat.net, Senin, (02/05/2016).
Tapi hari-hari ini rezim Asad yang didukung Rusia dan Iran
serta milisi-milisi bersenjata Syiah dari Iraq, Lebanon, dan Afghanistan sedang
mengkonsentrasikan kejahatan agresi militernya ke Aleppo secara
indiskriminatif. “#AleppoisBurning (حلب_تحترق#) (Aleppo Terbakar)” demikian
hashtag yang kemudian mendunia, disematkan di laporan-laporan tentang
pembumihangusan Aleppo. Rumah sakit, sekolah, pertokoan, pasar, juga
rumah-rumah, semua dihujani rudal, bom meriam, bom gentong, dan mortir.
Melalui rilisnya LSM Sahabat Suriah mengungkapkan bahwa
cara-cara yang digunakan oleh rezim Bashar Assad, yaitu membakar warga kota
Aleppo dengan peluru kendali, bom artileri, bom gentong, mortir dan lain-lain
mengingatkan hamba-hamba Allah akan peristiwa yang pernah terjadi sebelum zaman
Rasulullah. Peristiwa itu diabadikan oleh Allah di dalam Al-Quran surat
Al-Buruj yakni peristiwa Ashabul Ukhdud.
“Rezim Assad dan semua pihak yang mendukung kejahatan agresi
militer berupa pengeboman, pembakaran, pembantaian, serta fitnah terhadap
orang-orang yang beriman kepada Allah SWT, yang merupakan umat Nabi Muhammad
SAW di Aleppo adalah ‘Ashabul Ukhdud Abad ke-21’,” pungkasnya.
Kisah Ashabul Ukhdud menceritakan tentang penduduk sebuah
negeri yang menyatakan keimanan kepada Allah SWT. Mereka terus mempertahankan
keimanannya tersebut, meskipun penguasa negeri membunuh mereka semua dengan
melemparkan ke dalam api yang menyala-nyala.
Ini
Kisah Ashabul Ukhdud, Kaum yang Dilaknat Allah
Ashabul ukhdud adalah
kaum yang dilaknat oleh Allah. . Dengan api inilah mereka memaksa orang-orang
yang beriman untuk kembali kepada agama mereka semula, agama yang menjadikan
makhluk sebagai sesembahan selain Allah. Setiap orang yang beriman kepada
Allah dan mengingkari peribadahan kepada selain-Nya, mereka lemparkan kedalam
api, sebagaimana Allah kisahkan dalam ayat-Nya,
“Binasa dan
terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan)
kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa
yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. dan mereka tidak
menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman
kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” [Q.S. Al Buruj:4-9].
Tiba giliran seorang
ibu yang sedang menggendong bayi mungil. Wanita itu dipaksa untuk memilih
antara dua pilihan. Ia masuk kedalam api tersebut dalam keadaan beriman kepada
Allah ataukah jiwanya selamat namun dia harus kembali kepada kekafiran. Demi
melihat kobaran api yang menyala, timbul dari dalam dirinya keraguan dan rasa
takut untuk tetap berada dalam keimanan. Ia tidak tega melihat keadaan anaknya
yang dalam gendongannya. Apakah jiwa yang masih suci ini harus mati bersamanya.
Allah pun memberikan kemampuan kepada bayi tersebut untuk berbicara. Bayi
itupun berkata, ”wahai ibuku! Bersabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas
kebenaran”. Tatkala mendengar perkataan bayi tersebut, bulatlah tekadnya untuk
masuk ke dalam kobaran api mempertahankan keimanannya.
Memang, telah menjadi
ketetapan Allah, bahwa sebagian manusia akan menjadi musuh bagi sebagian
lainnya. Tatkala ada yang membela kebenaran, ada pula orang yang menjadi
pembela kebatilan. Demikian pula ketika Allah mengutus para Rasul dan para
Nabi, dengan hikmah dan keadilan-Nya, Ia ciptakan musuh-musuh yang gigih
menentang mereka. Ketetapan Allah ini akan berlaku pula kepada para pengikut
mereka, supaya jelas siapakah yang jujur dan siapakah yang dusta dalam
pengakuan keimanannya. Allah berfirman yang artinya, “Alif lam mim.
Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan dibiarkan mengaku ‘kami beriman’
sedang mereka tidak diuji. Sungguh kami telah menguji orang-orang sebelum
mereka sehingga Allah benar-benar mengetahui siapakah orang-orang yang jujur dan
siapakah yang berdusta.” [Q.S. Al Ankabut:1-3].
Kisah kekejian yang
luar biasa ini bermula dari seorang pemuda yang diutus oleh raja untuk belajar
ilmu sihir kepada tukang sihir istana. Ia diharapkan akan dapat menggantikan
tugas tukang sihir tersebut setelah kematiannya. Pemuda tersebut tinggal pada
suatu kampung yang berbeda dengan tempat tukang sihir tersebut berada. Di
tengah perjalanan antara kampung dan tempat tukang sihir berada, tinggallah
seorang Rahib yang beriman kepada Allah. Ia hidup mengasingkan diri dari
masyarakat yang telah rusak agamanya karena menjadikan raja mereka sebagai
sesembahan.
Singkat kata setiap
kali pemuda tersebut melewati tempat rahib ini, ia tertarik mendengar
ajaran-ajaran yang dianut rahib tersebut. Mulailah ia singgah untuk menimba
ilmu yang dibawa oleh sang Rahib. Tiap kali berangkat dan pulang dari belajar
sihir, ia menyempatkan diri untuk belajar kepada rahib. Ia pun mempelajari dua
ilmu yang tidak akan bersatu, ilmu sihir dan ilmu agama.
Suatu ketika, pemuda
tersebut melihat binatang besar yang menghalangi perjalanan manusia. Maka
timbullah keinginan dalam pikiran pemuda tersebut untuk menguji manakah ajaran
yang lebih utama, ajaran rahib ataukah tukang sihir. Berdoalah ia kepada
Allah, “Ya Allah, jika engkau lebih mencintai apa yang dibawa oleh rahib dari
pada apa yang dibawa oleh tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini, supaya
manusia bisa bebas dari gangguannya.” Ia pun melempar binatang tersebut dengan
batu yang mengakibatkan binatang itu mati seketika. Yakinlah si pemuda tentang
keutamaan dan kebenaran ajaran sang rahib.
Waktu terus berlalu,
si pemuda menjadi terkenal sebagai orang yang mahir mengobati orang yang buta,
sakit belang, dan penyakit lainnya. Suatu ketika datanglah seorang pejabat
dekat raja. Dengan membawa hadiah yang banyak ia datang untuk minta disembuhkan
dari kebutaan yang dideritanya. Pejabat itu mengatakan, “Hadiah-hadiah yang aku
bawa ini kuberikan kepadamu jika engkau dapat menyembuhkanku.”Si Pemuda
menjawab, “Aku tidak bisa menyembuhkan seorang pun, Allahlah yang menyembuhkan,
apabila engkau beriman kepada Allah aku akan berdoa kepada-Nya agar
menyembuhkanmu.” Maka pejabat itu pun beriman kepada Allah, kemudian Allah
menyembuhkan sakitnya.
Pulanglah sang
pejabat kerumahnya dan kembali duduk bermajelis bersama raja. Demi melihat
kesembuhan pejabat tersebut, heranlah raja. Ia bertanya, “Siapakah yang
menyembuhkan penglihatanmu?” Sang Pejabat berkata, “Rabbku.” Mendengar jawaban
tersebut murkalah sang raja, dengan marah ia mengatakan, “Apakah kamu mempunyai
Rabb selain aku?” Sang pejabat menjawab, “Rabbku dan Rabbmu adalah Allah.”
Seketika itu pula ia disiksa dan terus disiksa sampai akhirnya ia menunjukkan
keberadaan si pemuda.
Dicarilah si pemuda
tersebut, kemudian ditangkap dan dihadapkan kepada Raja. Raja mulai bertanya
kepada si pemuda, ia tahu bahwa pemuda inilah orang yang ia utus untuk belajar
kepada tukang sihir. Dengan nada lembut ia bertanya, “wahai anakku, sungguh
sihirmu itu telah mencapai tingkatan untuk dapat menyembuhkan kebutaan, sakit
belang dan lainnya.” Si pemuda menjawab, “Aku tidak bisa menyembuhkan seorang
pun, Allahlah yang menyembuhkan.” Maka pemuda inipun disiksa sebagaimana sang
pejabat sampai akhirnya si pemuda menunjukkan keberadaan sang rahib.
Ditangkaplah sang
rahib dan dipaksa untuk kembali kepada agama sang raja. Maka sang rahib ini
menolak dan memilih tetap berada di atas agama Allah. Ia enggan untuk
menjadikan makhluk sebagai tandingan bagi Allah. maka sang raja membunuh sang
rahib yang beriman ini dengan cara yang keji. Dengan angkara murka sang raja
menggergajinya sehingga terbelah menjadi dua bagian. Tidak berbeda pula nasib
sang pejabat, ia pun dibunuh dengan digergaji menjadi dua bagian, semoga Allah
membalasi keteguhan iman mereka dengan surga.
Adapun nasib si
pemuda, berbeda dengan dua orang yang terdahulu. Sang raja menginginkan agar
pemuda tersebut dibunuh dengan cara yang berbeda. Ia dibawa ke suatu gunung
kemudian dilemparkan dari puncaknya. Akan tetapi, Allah menyelamatkannya dari
percobaan pembunuhan ini. Usaha ini dilakukan beberapa kali dengan cara yang
berbada. Setiap mereka ingin membunuhnya, si pemuda selalu berdoa kepada Allah,
“Ya Allah selamatkanlah aku dari mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.”
Maka Allah pun menyelamatkannya sehingga terbebas dari makar pembunuhan itu dan
kembali kepada raja dalam keadaan selamat. Raja pun merasa bingung mencari cara
menghabisi si pemuda tersebut.
Dengan penuh
pertimbangan, akhirnya si pemuda memberitahukan kepada raja cara membunuh
dirinya, ia berkata kepada raja, “Engkau tidak akan bisa membunuhku sampai
engkau melakukan apa yang aku perintahkan. Kumpulkan manusia dalam satu tempat
yang luas, saliblah aku pada batang pohon, lalu ambillah anak panah dari tempat
anak panahku, kemudian katakanlah ‘Dengan menyebut Nama Allah, Rabb
anak ini’ dan panahlah aku dengannya.” Sang raja pun melakukan
perintah si pemuda. Ia menginginkan untuk segera menghabisinya. Pemuda itu
ibarat duri dalam daging, penghalang yang harus segera dimusnahkan. Raja
tidak mengetahui rencana Allah yang Maha Mengetahui. Dikumpulkanlah manusia
pada suatu tempat, ia ambil anak panah dari tempat anak panah si pemuda,
kemudian ia panah si pemuda sembari mengatakan, “Dengan menyebut
Nama Allah, Rabb anak ini.” Anak panah melesat tepat mengenai pelipis
si pemuda. Dengan izin Allah matilah pemuda itu di tangan raja.
Namun tanpa diduga
oleh raja, rakyat yang menyaksikan peristiwa ini pun serta merta beriman kepada
Allah. Mereka mengatakan, “Kami beriman dengan Rabb anak ini, kami beriman
dengan Rabb anak ini.”
Telah datang waktunya
kebenaran menyusup ke dalam relung hati rakyat. Tatkala keimanan telah menancap
kokoh dalam hati, ia laksana batu karang yang tidak hancur diterpa gelombang.
Demi melihat peristiwa ini, murkalah sang raja. Ia perintahkan pengikutnya
untuk membuat parit-parit di setiap ujung jalan. Kemudian dinyalakan api di
dalamnya. Sang raja memerintahkan pengikutnya untuk membunuh siapa saja yang
tetap berada dalam keimanan kepada Allah. Satu persatu mereka digiring dan
dibawa ke parit tersebut, menemui ajal dengan mendapatkan keridhaan Allah.
Demikian sepenggal
kisah dari orang-orang terdahulu yang beriman kepada Allah. Dalam kitab-Nya
yang mulia, Allah banyak mengisahkan perjalanan hidup hamba-hamba-Nya. Sebagian
mereka menentang, adapula yang tunduk dan patuh kepada perintah Allah. Allah
menjadikan kisah-kisah ini sebagai pelajaran bagi kita untuk senantiasa
mengikuti kebenaran walaupun beresiko harus mendapatkan penentangan manusia.
Allah berfirman, “Sungguh dalam kisah mereka ada pelajaran bagi
orang-orang yang berakal, bukanlah (Al Qur’an ini) sebagai ucapan yang
diada-adakanakan, tetapi ia membenarkan (kitab-kitab) yang terdahulu dan
sebagai penjelas atas segala sesuatu petunjuk serta rahmat bagi kaum yang
beriman.” [Q.S. Yusuf:111]. Allahu a’lam. [Hammam].
Maraji’: Shahih
muslim
Tafsir AlQur’an Al
‘Adzim
Sumber:
http://tashfiyah.net/2011/12/kisah-ashabul-ukhdud/