Sunday, January 1, 2017

Kelengahan Hati Dan Perbaikan Diri


Kelengahan Hati

Khotbah jum'at tanggal 3 rabi'ul awal 1438 H
Khatib  : Syekh Ali bin Abdurahman Al-huzaifi
Penerjemah : Usman Hatim

Segala puji bagi Allah yang menghidupkan dan mematikan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sucilah namaNya dan agunglah sifatNya. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.

Allah menghidupkan hati melalui Al-Qur’an, petuah, hikmah dan amal shalih yang terkabulkan. Allah menyerahkan urusan orang yang berpaling dari kebenaran kepada dirinya sendiri sehingga ia berada dalam kerugian, kelengahan hati dan keterpedayaan.
  
Aku memuji Tuhanku atas segala karuniaNya dan aku pun bersyukur kepadaNya atas anugerhNya yang demikian agung.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagNya Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat. Akupun bersaksi bahwa Nabi kita dan Penghulu kita Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- adalah hambaNya dan rasulNya, selaku penyampai kabar gembira laksana pelita yang menerangi.

Ya Allah, curahkanlah shalawat dan salam serta keberkahan kepada hambaMu dan rasulMu Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- beserta seluruh keluarganya dan sahabatnya sebagai teladan bagi setiap orang yang yakin dan mantap akan kebenaran agamanya.

Selanjutnya. Bertakwalah kepada Allah dengan menjalankan setiap amal perbuatan yang diridhaiNya dan menjauhi apapun perbuatan yang dimurkaiNya dan ditolak olehNya. Sebab, ketakwaan identik dengan kebahagiaan di dunia dan keberuntungan meraih surga yang kekal abadi di akhirat.

Maka berbahagialah orang yang tetap bertakwa, dan celakalah orang yang melepaskannya dan tidak menjalankannya.

Hamba Allah . . Perbaikilah hati Anda melalui perbuatan yang dapat memperbaikinya. Waspadalah terhadap faktor-faktor yang dapat merusak hati. Sebab hati merupakan raja bagi seluruh organ tubuh, sebagaimana yang digambarkan oleh Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- : 

ألَا وَإنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَة إذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلّهُ ألَا وَهِيَ الْقَلْبُ" رواه البخاري ومسلم

“Ketahuilah, sesungguhnya dalam tubuh seseorang itu ada segumpal daging, jika baik maka baik pula seluruh jasad, dan jika rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ingatlah segumpal daging itu adalah hati”. HR. bukhari dan Muslim dari hadis Nu'man bin Basyir -radhiyallahu 'anhu-.

Tahukah Anda penyakit hati yang paling besar dimana siapapun yang terjangkitinya akan terhalang dari segala kebaikan dan tertutup baginya pintu-pintu kebaikan ? Ingatlah termasuk penyakit hati yang paling besar ialah kelengahan hati itu sendiri.

Kelengahan hati yang telah mengakar itulah yang mencelakakan orang-orang kafir dan munafik, itulah pula yang menyebabkan mereka kekal di neraka. Firman Allah :

مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ، ذَلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ ، أُولَئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ [ النحل / 106 – 108 ]

“Barang siapa kafir kepada Allah sesudah beriman (Allah akan memurkainya), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap dalam keimanan (tidaklah berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lengah hati”. QS An-nahl : 106 – 108

Bisa juga seorang muslim terkena kelengahan hati yang membuatnya tidak melakukan sebagian amal kebajikan dan tidak menempuh jalur penyelamatan diri serta menghindar dari keburukan sehingga dirinya kehilangan pahala kebajikan terukur dengan kelengahan hatinya, berikut menghadapi kesulitan dan penderitaan terukur dengan kelengahan hatinya pula dalam meninggalkan prosedur penyelamatan diri. Firman Allah:

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ " [ الأحقاف / 19]

“Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan”. QS Al-Ahqaaf : 19.

Firman Allah pula :

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى ، وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى ، ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى [ النجم/39-41

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”. QS. An-najm : 39-41

Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda menceritakan firman Allah :

ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي وَاقْتَسِمُوْهَا بِأعْمَالِكُمْ "

“Masuklah kalian kedalam surga dengan rahmatKu dan berbagilah sesuai amal kebajikan kalian”.

Dan sabda beliau pula :

لَا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأخَّرُوْنَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللهُ وَإِنْ دَخَلُوْا الجَنَةَ "

“Suatu kaum senantiasa terlambat hingga Allah memperlambatkan mereka walaupun akhirnya mereka masuk surga”.

Firman Allah dalam konteks menghukum kaum atas kelengahan hati mereka dalam mengikuti prosedur penyelamatan diri :

أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ [ النساء / 165]

“Dan mengapa ketika kalian ditimpa musibah (pada perang uhud), padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian (pada perang  Badar) kalian berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) diri kalian sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Qs Ali Imran : 165

Firman Allah pula :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ " [ الشورى/ 30]

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian”. As-Syura : 30

Pemaafan di sini hanyalah untuk orang Islam bukan orang kafir, sebab orang kafir tidak akan dapat pemaafan dosa kecuali melalui pertobatan dari kekafiran.

Kelengahan hati identik dengan tidak adanya kepekaan dan kecintaan terhadap amal kebaikan serta kehampaan hati dari ilmu yang bermanfaat dan amal salih. Itulah puncak kelengahan hati yang membinasakan seseorang dan itulah kelengahan hati orang kafir dan munafik yang mana untuk selamat dari padanya diperlukan pertobatan kepada Allah –subhanahu wa ta’ala-.

Seseorang yang telah didominasi kelengahan hati hanya akan mengikuti persangkaan-persangkaan dan keinginan-keinginan yang dibisikkan oleh hawa nafsunya dan  dihiasi oleh setan.

Dengan kelengahan hati seperti itulah Allah menghukum orang-orang kafir dan munafik di dunia dan akhirat. Firman Allah :


وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ [ الأعراف/ 179]

“Dan sungguh Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak mempergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak mempergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak mempergunakannya untuk mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah hati”. (Al-A'raaf : 179).

Firman Allah :

فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ إِلَى أَجَلٍ هُمْ بَالِغُوهُ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ ، فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ[الأعراف / 135– 136]

“Maka setelah kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang lengah terhadap ayat-ayat Kami itu”. Qs Al-A'raaf : 135- 136.

Firman Allah :

وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ " [ يونس / 92 ]

“Dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah hati dari tanda-tanda kekuasaan Kami “. Qs. Yunus : 92

Firman Allah tentang orang-orang munafik :

صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُونَ [ البقرة / 18 ]

“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)”. Qs Al-baqarah :18

Firman Allah:

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ [ مريم / 39 ]

“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala urusan telah diputus. Dan mereka dalam kelengahan, sedangkan mereka tidak pula beriman”.Qs. Maryam :39

Said Alkhudri –radhiyallahu anhu- berkata, Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda:

إذَا دَخَلَ أهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأهْلُ النَّارِ النَّارَ يُؤْتَى بِالْمَوْتِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أمْلَحَ فَيُنَادَي مُنَادٍ يَا أهْلَ الْجَنَّةِ فَيَشْرَئِبّوْنَ وَيَنْظُرُوْنَ فَيَقوْلُ هَلْ تَعْرِفُوْنَ هَذَا فَيَقُوْلوْنَ نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ وَكُلهمْ قَدْ رَآهُ ثمَّ يُنَادِي يَا أهْلَ النَّارِ فَيَشْرَئبّوْنَ وَيَنْظُرُوْنَ فَيَقُوْلُ هَلْ تَعْرِفُوْنَ هَذَا فَيَقولوْنَ نَعَمْ هَذَا المْوَتُ وَكلهُمْ قَدْ رَآهُ فَيُذبَحُ ثمَّ يَقوْلُ يَا أهْلَ الْجَنَّةِ خُلُوْد فَلَا مَوْتَ وَيَا أهْلَ النَّارِ خلُوْدٌ فَلَا مَوْتَ

“Apabila penduduk surga telah masuk ke dalam surga dan penduduk neraka telah masuk ke dalam neraka, maka didatangkanlah kematian dalam bentuk kambing berwarna putih kehitam-hitaman, kemudian berserulah penyeru : “Wahai penghuni surga, mereka pun mengangkat leher dan memandang. Sang penyeru bertanya: apakah kalian mengetahui sosok ini?”. Mereka menjawab : Ya, ini adalah kematian, karena mereka semua pernah melihatnya. Sang penyeru pun kembali menyeru : "wahai penghuni neraka", mereka pun mengangkat leher dan memandang. Penyeru berkata : "apakah kalian mengetahui sosok ini? Mereka pun menjawab : Ya, ini adalah kematian, karena mereka semua pernah melihatnya. Maka kematian itu disembelih lalu sang penyeru berkata : “Wahai penduduk surga, kalian akan kekal tidak ada lagi kematian. Wahai penduduk neraka kalian pun akan kekal tidak ada lagi kematian”. Kemudian Rasulullah membaca ayat ini (Qs Maryam : 39). HR. Bukhari dan muslim.

Dalam riwayat lain terdapat tambahan :

فَلَوْلَا أنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَيَاةَ لِأهْلِ الْجَنَّةِ لَمَاتُوْا فَرَحًا وَلَوْلَا أنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَيَاةَ لِأهْلِ النَّارِ لَمَاتُوْا حَزَنًا وَحَسْرَةً"


"Seandainya Allah tidak mentakdirkan kehidupan abadi untuk penduduk surga maka sungguh mereka akan mati karena bahagia, dan seandainya Allah tidak mentakdirkan kehidupan abadi bagi penduduk neraka maka sungguh mereka akan mati karena sedih dan menyesal”. Yang dimaksud firman Allah :

" . . .  وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ . . "

".... dan mereka berada dalam kelengahan"

Adalah kelengahan hati di dunia, karena di akhirat kelak sudah tidak ada lagi seseorang yang hatinya lengah.

Jelaslah bahwa kelengahan hati orang-orang kafir dan orang-orang munafik merupakan kelengahan yang mengakar kuat sehingga membuat penyandangnya kekal di neraka; suatu kelengahan yang identik dengan ketidak punyaan selera dan gairah untuk melakukan kebaikan serta kehampaan hati mereka dari ilmu yang bermanfaat dan amal kebajikan. Maka mereka menuruti hawa nafsu. Firman Allah:

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا " [ الكهف/ 28]

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya, sedangkan urusannya melewati batas”. (al-kahfi : 28).

Para pakar tafsir berkata : “artinya janganlah Anda ikuti orang yang kami lengahkan hatinya dari mengingat Aku sehingga urusannya kacau dan salah fatal”.

Adapun kelengahan hati orang Islam, maka itu merupakan kelengahan yang membuatnya meninggalkan sebagian amal kebajikan yang seandainya amal itu ditinggalkan tidaklah sampai menghilangkan keislamannya, atau kelengahan yang membuatnya terjerumus dalam kemaksiatan yang tidak sampai menjadikan dirinya kafir, termasuk kelengahan yang membuatnya tidak menyadari terhadap hukuman kemaksiatannya itu.

Kelengahan hati seorang muslim merupakan kerugian besar dan resiko tinggi yang dapat menjerumuskannya ke jurang kehancuran dan menutup pintu-pintu kebaikan di hadapannya.

Kelengahan hati resikonya sangat besar dan keburukannya menyebar. Firman Allah :

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ " [ الحشر / 19]

“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik”. Qs Al-hasyr : 19.

Firman Allah pula :

نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ " [ التوبة/67]

“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik”. Qs. At-Taubah : 67.

Firman Allah :

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ [ الأعراف/ 205]

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah. Qs Al-A'raaf : 205.

Lengah hati dalam mengenali kesempurnaan tauhid, mengakibatkan seorang muslim terjatuh dalam perbuatan yang mengurangi kesempurnaan tauhid itu.Firman Allah:

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ [ يوسف / 106]

“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah”. Qs Yusuf : 106

Sebagaimana hadis riwayat  Abi Hurairah –radhiyallahu anhu- bahwa Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- melihat seorang lelaki sedang shalat yang mempersingkat shalatnya lalu pergi sambil memberi salam kepada Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-. Maka Nabi berkata kepadanya : “Kembalilah dan ulangilah shalatmu karena kamu belum shalat”. Lelaki itu pun shalat hingga tiga kali. Maka Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- mengajarinya cara tuma’ninah dalam melaksanakan shalat. HR Bukhari dan Muslim.

Lengah hati akan besarnya pahala shalat berjamaah membuat seseorang meremehkan shalat berjamaah itu sendiri. Nabi –shallallahu alaihi wa sallam – bersabda :

"إِنَّ أَثْقَلَ صَلَاةٍ عَلَى الْمُنَافِقِينَ صَلَاةُ الْعِشَاءِ، وَصَلَاةُ الْفَجْرِ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لَأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا" رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة

“Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isyak dan shalat subuh. Andaikata mereka mengetahui pahala yang ada pada kedua shalat itu pastilah mereka melaksanakannya meskipun dengan merangkak”. HR Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah.

Lengah hati akan pahala berzakat dan lengah hati akan hukuman bagi pembangkangnya membuahkan sikap acuh untuk menunaikan zakat. Disebutkan dalam sebuah hadis:

مَا مِنْ صَاحِبِ كَنْزٍ لَا يُؤَدّي زَكَاتَهُ إلا مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ فَيَقُولُ: أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ " رواه البخاري ومسلم من حديث أبي هريرة

“Tiada seorang yang memiliki harta kekayaan, namun tidak menunaikan zakatnya melainkan harta itu pada hari kiamat akan dirubah menjadi ular botak yang akan menggigit kedua rahangnya seraya berkata, “akulah kekayaanmu, akulah hartamu”. HR Bukhari dan Muslim dari hadis Abi Hurairah.

Begitulah harta itu akan menjadi seekor ular yang mengisap dua rahang pemilik harta tersebut untuk menyebarkan racun bisa kedalam badannya.

Lengah hati akan hukuman durhaka terhadap kedua orang tua mendorong seorang anak untuk berbuat durhaka sehingga ia terkena sanksi hukuman sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-:

ثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: العَاقُّ لِوَالِدَيْهِ وَالدَّيُّوثُ ، وَالرَّجُلَةُ مِنَ النِّسَاءِ ، رواه النسائي والحاكم عن ابن عمر

“Ada tiga manusia yang tidak bisa masuk surga; anak yang durhaka kepada ibu bapaknya, “Dayuts” (lelaki yang tidak punya rasa cemburu), dan perempuan yang berperilaku menyerupai lelaki”. HR An-Nasai dan Alhakim dari Ibnu Umar.

“Dayuts” adalah lelaki yang menyetujui istrinya berzina. Begitu pun perempuan yang berperilaku menyerupai lelaki.

Lengah hati akan hukuman pemutusan tali kekerabatan bisa terkena sanksi hukuman yang diancamkan kepada orang yang memutuskannya. Disebutkan dalam hadis Jabir Bin Muth’im dari Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda :

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ " رواه البخاري

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali kekerabatan”. HR Bukhari.

Akibat lengah hati akan hukuman perbuatan zalim, meluaslah kezaliman di muka bumi ini, sehingga terjadi penumpahan darah, perampasan harta orang lain, pelanggaran terhadap kehormatan, akibatnya pembangunan terbengkelai, negeri menjadi hancur, tanaman dan keturunan rusak dan rasa takut menyebar kemana-mana. Sesudah itu turunlah hukuman kepada pelaku kezaliman itu sebagaimana sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- :

إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ "  وَ قَرَأَ الآيةَ {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ القُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ} رواه البخاري ومسلم من حديث إبي موسى

“Sesungguhnya Allah menangguhkan hukuman pelaku kezaliman, sehingga apabila telah tiba saatnya menghukum, Allah tidak melepaskannya. Lalu beliau melantunkan ayat :

“Demikian itulah hukuman Tuhanmu ketika Dia menghukum (penduduk) negeri yang berbuat zalim. Sungguh hukuman Tuhanmu amatlah keras”. HR Bukhari dan Muslim dari hadis Abi Musa.

Kelengahan hati adalah biang kejahatan yang membuat seorang muslim terhalang dari berbagai pahala kebaikan. Segala yang negatif tidaklah datang kepada seorang muslim kecuali melalui pintu kelengahan hati. Maka terselamatkan dari kelengahan hati berarti suatu keberuntungan. Terhindar dari kelengahan hati berarti peningkatan derajat ibadah. Kehati-hatian dari padanya merupakan benteng dari berbagai sanksi hukuman di dunia dan pencapaian kenikmatan sesudah mati.

Untuk bisa terlindung dan terselamatkan dari kelengahan hati hanyalah dengan menjauhi faktor-faktor pencetusnya dan tidak condong kepada harta dunia yang dapat memalingkan seseorang dari urusan akhiratnya.

Di antara yang dapat membantu seorang muslim untuk menghindari kelengahan hati adalah menjaga shalat berjamaah dengan khusyu’ sepenuh hati. Sebab shalat merupakan penjamin bagi kehidupan hati, termasuk nilai-nilai luhur yang tersimpan di dalam hati. Firman Allah :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي [ طه / 14 ]

“Dan tegakkanlah shalat untuk mengingat Aku”. Qs. Thaha : 14

Termasuk penyelamat seseorang dari kelengahan hati ialah berzikir kepada Allah dalam kondisi apapun. Sebab zikir dapat menghidupkan hati, mengusir setan, menjernihkan jiwa, menguatkan badan untuk beribadah dan membangunkan hati seseorang dari tidur terlena. Selalu berzikir dapat menjaga seseorang dari perbuatan maksiat sebagaimana hadis riwayat Abi Musa –radhiyallahu anhu- dari Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda :

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ، مَثَلُ الحَيِّ وَالمَيِّتِ " رواه البخاري ومسلم

“Perumpamaan orang yang berzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berzikir kepadaNya, bagaikan orang hidup dan orang mati”. HR Bukhari dan Muslim.

Di antara yang dapat menjaga seseorang dari kelengahan hati ialah membaca Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an terdapat keajaiban dan pemikat hati pembacanya. Di dalamnya terdapat obat penawar hati, ada anjuran berbuat kebajikan dan ada larangan berbuat segala keburukan. Firman Allah :

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ [ الإسراء / 82]

“Kami turunkan dari Al-Qur’an ini sesuatu yang menyembuhkan dan sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman”.Qs. Al-Isra : 82

Di antara yang dapat menjaga seseorang dari kelengahan hati ialah berkencan dengan para ulama dan orang-orang shalih. Sebab mereka selalu berzikir kepada Allah. Firman Allah :

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا [ الكهف/ 28]

“Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang berdoa kepada Tuhan mereka di waktu pagi dan petang untuk mengharapkan wajah-Nya semata. Janganlah engkau palingkan pandanganmu dari mereka semata-mata engkau menginginkan perhiasan kehidupan dunia”.Qs Alkahfi : 28

Di antara yang dapat menyelamatkan seseorang dari kelengahan hati ialah menghindari hiburan tempat canda-tawa dan perbuatan dosa serta berteman dengan orang jahat. Firman Allah :

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ [ النساء / 140 ]

 “Sungguh Allah telah menurunkan kepada kalian dalam Kitab (Al-Qur’an) suatu ketentuan bahwa jika kalian mendengarkan ayat-ayat Allah akan diingkari dan dilecehkan. Maka janganlah kalian duduk bersama mereka sehingga mereka memperbincangkan suatu pembicaraan yang lain. Sungguh kalian kalau demikian menjadi seperti mereka”. Qs. An-Nisa : 140

Dalam suatu hadis disebutkan :

وَمَثَلُ جَلِيسِ السَّوْءِ كَنَافِخِ الْكِيرِ "

“Gambaran teman kencan jahat adalah seperti peniup ubupan api tukang besi”.

Di antara penyelamat seseorang dari kelengahan hati ialah paham akan kerendahan nilai dunia dan kesirnaannya serta tidak terpedaya oleh kilauan dunia sehingga lupa akhirat. Benar, kilauan dunialah yang menutup mata kebanyakan manusia dari kehidupan akhirat dan petunjuk kebenaran.

Di antara penyelamat seseorang dari kelengahan hati ialah menjauhi dosa dan maksiat. Sebab setiap maksiat yang dilakukan seseorang terjadi karena hatinya lengah. Firman Allah :

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ ، وَإِخْوَانُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِي الْغَيِّ ثُمَّ لَا يُقْصِرُونَ [ الأعراف/ 201- 202]

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa jika terhampiri oleh hasutan setan, maka mereka ingat  dengan waspada. Sedangkan kawan-kawan mereka (orang-orang kafir) membantu setan-setan itu dalam kesesatan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan)”.Qs Al-A’raf : 201 - 202

Semoga Allah mencurahkan keberkahan kepada kalian dalam mengamalkan Al-Quran yang agung.

Khotbah Kedua

Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Aku memuji Tuhanku dan bersyukur kepadaNya atas seluruh nikmatNya yang terlihat dan yang tidak terlihat. Aku menyanjungNya atas segala kebaikan sebagaimana Dia menyanjung diri-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Aku pun bersaksi bahwa Nabi kita dan Penghulu kita Muhammad adalah hambaNya dan rasulNya, pembimbing manusia ke jalan yang lurus.

Ya Allah, curahkanlah shalawat dan salam serta keberkahan kepada hambaMu dan rasulMu Muhammad –shallallahu alaihi wa sallam- beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang menyandang ketakwaan dan akhlak yang mulia.

Selanjutnya :

Bertakwalah kepada Allah dengan sesungguhnya. Berpegang-teguhlah kepada tali Islam seerat-eratnya.

Wahai hamba Allah, Sesungguhnya penyelamat terbesar bagi seorang muslim dari kelengahan hati dengan segala dampak negatifnya ialah ingat akan kematian dan kehidupan sesudahnya. Kematian merupakan pemberi peringatan yang efektif, saksi yang didengar; cita rasanya meyakinkan, perjumpaannya amat dekat, urusannya suatu keniscayaan.

Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- meriwayatkan. Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam – bersabda :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ " رواه الترمذي

“Perbanyaklah mengingat peristiwa yang melumat segala kelezatan, yaitu kematian”. HR Tirmizi. Dikatakannya hadis hasan.

Barangsiapa banyak mengingat kematian, akan menjadi baik hatinya, bersih amal perbuatannya dan aman hatinya dari kelengahan. Maka sewaktu-waktu kematian telah datang, orang mukmin akan senang, orang yang jahat pasti menyesal dan mengharapkan kembali ke dunia, namun mana mungkin harapannya itu bisa terpenuhi. Firman Allah:

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ، لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ [ المؤمنون/ 100]

“Sehingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia pun berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal  saleh sebagai pengganti yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja, dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan”.Qs Almu’minun : 100

Umur seseorang hakikatnya adalah nilai ibadah yang telah ia lakukan. Sedang kemaksiatan yang pernah dijalani adalah kerugian bagi umurnya.

Wahai hamba Allah, Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman sampaikanlah halawat dan salam dengan sesunguhnya kepadanya.
=== Doa Penutup ===


Perbaikan Diri

Khotbah Jum’at di Masjid Nabawi, 10 Rabiul Awal 1438 H
Khotib : Syekh Abdul Bari Bin Awadh At-Tsubaiti
Penerjemah : Usman Hatim

Khotbah Pertama

Perubahan merupakan ciri khas kehidupan. Tidak ada yang permanen dalam hidup ini; ada sehat dan ada sakit; pasang dan surut, dihormati dan dihinakan, lapar dan kenyang, miskin dan kaya, menikah dan cerai, aman dan takut, sedih dan senang, termasuk fluktuatif ekonomi.

Perubahan semacam ini telah menjadi ketetapan Allah yang tidak terelakkan. Hal itu dapat kita baca dalam peristiwa sejarah sepanjang masa. Manakala kehidupan mengalami perubahan secara negatif, biasanya orang-orang yang berjiwa kerdil merasa sedih, tersakiti dan pesimis, lalu  mereka kendur semangat dan bermalas-malas menjalani kehidupan dengan penuh gairah.

Termasuk prinsip dasar akidah seorang muslim adalah beriman kepada ketetapan takdir, manisnya dan pahitnya, serta meyakini bahwa segala pengaturan urusan kehidupan adalah milik Allah, dan bahwa perubahan hidup merupakan hak prerogatif Allah, bukan kapasitas manusia.

Beriman terhadap ketentuan takdir merupakan motivator paling kuat untuk mengatasi bencana dan melanjutkan kerja dengan penuh semangat dan percaya diri dalam mencari rezeki, disamping mempertahankan hidup untuk memberi agar tidak mandek.

Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda :

" وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ  “ رواه الترمذي بإسناد صَحِيح

“Ketahuilah sekiranya seluruh umat manisia sepakat untuk memberi manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali karena suatu hal yang telah ditetapkan oleh Allah untukmu. Dan sekiranya seluruh umat manusia bersepakat untuk memberikan madharat kepadamu, niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya kecuali karena sesuatu hal yang telah ditetapkan oleh Allah atasmu. Pena takdir telah diangkat dan lembaran ketetapan telah mengering”. HR Tirmizi dengan isnad shahih.

Pesan ini merupakan penguatan jiwa seseorang untuk bergantung kepada Allah semata dalam segala perikehidupan dan urusan akhiratnya. Maka hendaklah ia hanya memohon kepada Allah, tidak mengharapkan kecuali anugerahNya. Maka sebagaimana seseorang secara lisan hanya memohon kepada Allah, demikian pula hatinya hendaklah tidak bergantung kecuali kepada Allah.

Dengan demikian tercapailah kejayaan dan kemuliaan. Sementara orang yang bergantung kepada sesama makhluk hanya akan tertimpa kehinaan dan kemerosotan.

Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda :

" مَنْ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ، فَأَنْزَلَهَا بِالنَّاسِ، لَمْ تُسَدَّ فَاقَتُهُ، وَمَنْ أَنْزَلَهَا بِاللَّهِ، أَوْشَكَ اللَّهُ لَهُ، بِالْغِنَى، إِمَّا بِمَوْتٍ عَاجِلٍ، أَوْ غِنًى عَاجِلٍ " رواه أبو داود والترمذي

“Barangsiapa yang tertimpa kemiskinan lalu mengadukannya kepada sesama manusia, maka tidak akan teratasi kemiskinannya itu. Dan barangsiapa yang mengadukannya kepada Allah, maka Allah mempercepatkan kecukupan baginya; mungkin dengan kematian segera atau kekayaan segera”. HR Abu Dawud dan Tirmizi.

Hendaklah seorang hamba berbaik sangka kepada Tuhannya dengan meyakini bahwa ketentuan dan ketatapan takdir Allah tentu didasarkan pada kebijaksanaan Allah yang mencerminkan kesempurnaan keadilan dan kasih sayang-Nya; dimana Allah menjadikan miskin bagi siapa yang dikehandaki-Nya dan menjadikan kaya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Memuliakan orang yang dikehendakiNya dan menghinakan orang yang dikehendakiNya pula.

Orang mukmin selalu hidup dalam kepuasan hati apapun kondisinya. Jika seseorang telah merasa puas terhadap dirinya dan ridha kepada Tuhannya, maka tenanglah hidupnya hari ini yang sedang ia jalani. Jika keyakinannya kepada Allah telah merasuk, maka tenteramlah hatinya untuk hari esok dan masa depannya.

Iman (percaya) kepada ketentuan dan ketetapan takdir Allah bukan berarti seseorang menyerah kepada realita yang ada, lalu cenderung mengikuti rutinitas kehidupan dengan kepasrahan hati karena frustrasi dan putus asa. Tetapi iman kepada ketentuan dan ketetapan takdir justru mendorong seseorang untuk menolak takdir dengan takdir pula, yaitu mengikuti prosedur yang benar dengan kesabaran dan ketabahan serta berusaha merubah kondisi menjadi lebih baik.

Betapa banyak orang miskin yang kondisinya Allah balikkan menjadi kaya. Betapa banyak orang yang dirundung kesedihan lalu Allah jadikan keadaannya menjadi senang. Betapa banyak orang yang nestapa, lalu Allah rubah menjadi ceria. Betapa banyak orang yang sakit yang kemudian Allah selimuti dengan pakaian kesehatan lahir batin. Betapa banyak orang yang terzalimi, akhirnya bisa menyaksikan di dunia ini pembalasan Allah terhadap orang yang menzaliminya.

Manusia sering merasa panik ketika menghadapi perubahan kondisi secara mendadak, kecuali orang-orang yang menjalankan shalat dengan konsisten saja (yang tidak panik). Firman Allah :

إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا ، إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا، وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا ، إِلا الْمُصَلِّينَ [ المعارج / 19 -22 )

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir; Apabila ditimpa kesusahan berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat”. Qs Alma’arij : 19-22

Terkadang manusia lupa akan tugasnya merubah kondisi menjadi lebih baik, lantaran dirinya sibuk menganalisis persoalannya, mengkaji apa yang ada di balik peristiwa dan hidup dalam fatamorgana hayalan. Maka hilanglah kesempatannya dan sia-sialah waktunya lantaran memperbincangkan hal-hal yang tidak berguna bagi dirinya. Padahal Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- telah mengingatkan :

"احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ " رواه مسلم

“Fokuskan perhatianmu terhadap hal-hal yang bermanfaat bagi dirimu”. HR Muslim

Adapun menggerutu dan selalu mengeluh dan menilai zaman sudah rusak, lalu membangkitkan semangat negatif di tengah masyarakat, sungguh demikian itu mematikan aspirasi, mengendurkan kebulatan tekad dan menghentikan laju pembangunan.

Orang mukmin dengan pertimbangan akalnya yang jernih akan membiarkan perubahan berjalan; Betapa banyak bencana yang di dalamnya tersimpan anugerah. Betapa banyak cobaan yang kemudian memunculkan kenikmatan.

Orang mukmin menyadari bahwa adanya perubahan dalam hidup ini merupakan nikmat agung yang dapat membukakan pintu optimisme dan jendela harapan. Dalam perubahan ada kesempatan meraih kesuksesan, peningkatan dan kemajuan.

Ketika bencana dan kesulitan telah memuncak, Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- memberikan kabar gembira yang menggelorakan harapan dalam jiwa dengan ungkapan yang meyakinkan akan janji Allah dan pertolongan-Nya.

فعَنْ عَدِيّ بنِ حَاتِمٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ بَيْنَمَا أنا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ أَتَاهُ رَجُلٌ، فَشَكَا إِلَيْهِ الْفَاقَةَ، ثُمَّ أَتَاهُ آخَرُ، فَشَكَا إِلَيْهِ قَطْعَ السَّبِيلِ، فَقَالَ: يَا عَدِيُّ! هَلْ رَأَيْتَ الْحِيرَةَ؟ قُلْتُ: لَمْ أَرَهَـا، وَقَدْ أُنْبِئْتُ عَنْهَا. قَالَ: فَإِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَـاةٌ لَتَرَيَنَّ الظَّعِينَةَ تَرْتَحِلُ مِنَ الْحِيرَةِ حَتَّى تَطُوفَ بِالْكَعْبَةِ لاَ تَخَافُ أَحَدًا إِلاَّ اللهَ. قُلْتُ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَ نَفْسِي: فَأَيْنَ دُعَّارُ طَيِّئٍ الَّذِينَ قَدْ سَعَّرُوا الْبِلاَدَ؟! وَلَئِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَاةٌ لَتُفْتَحَنَّ كُنُوزُ كِسْرَى. قُلْتُ: كِسْرَى بْنِ هُرْمُزَ؟! قَالَ كِسْرَى بْنِ هُرْمُزَ. وَلَئِنْ طَالَتْ بِكَ حَيَـاةٌ لَتَرَيَنَّ الرَّجُلَ يُخْرِجُ مِلْءَ كَفِّهِ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ، يَطْلُبُ مَنْ يَقْبَلُهُ مِنْهُ، فَلاَ يَجِدُ أَحَدًا يَقْبَلُهُ مِنْهُ " رواه البخاري

”Ketika aku bersama Nabi -shallallahu alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seorang laki-laki, lalu dia mengadu kepadanya tentang kemiskinannya, kemudian datang lagi yang lain, dan mengadu kepada beliau tentang para pembegal jalanan. Selanjutnya beliau berkata, ‘Wahai Adi, Apakah engkau melihat (kota) al-Hirah?’ ‘Aku belum melihatnya, sementara aku telah mendapatkan berita tentang itu’ jawabku. Beliau bersabda, ‘Jika umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat seorang wanita melakukan perjalanan dari al-Hirah hingga dia melakukan thawaf di sekeliling Ka’bah tanpa merasa takut kepada seorang pun kecuali kepada Allah,’ aku pun bertanya di dalam hati, ‘kemanakah para pembegal dari Thayyi’ yang telah membuat kekacauan di berbagai negeri itu?!’. (Sabda Rasul), ‘Dan seandainya umurmu panjang, niscaya akan dibukakan harta simpanan Kisra.’ Aku bertanya, ‘Kisra bin Hurmuz?!’ Beliau menjawab, ‘Kisra bin Hurmuz, dan seandainya umurmu panjang, niscaya engkau akan melihat seorang laki-laki mengeluarkan emas atau perak sepenuh kedua telapak tangannya, dia mencari orang yang akan menerimanya, lalu dia sama sekali tidak mendapati seorang pun yang mau menerimanya”. HR Bukhari.

Seorang muslim diperintahkan mengadakan perubahan pada dirinya, perilakunya dan kehidupannya menjadi lebih baik; yaitu dengan memilih jalan petunjuk kebaikan, mencegah perubahan-perubahan negatif sebagai wujud peneladanan terhadap petunjuk Nabi –shallallahu alaihi wa sallam-.

Beliau telah melakukan berbagai perubahan dalam kehidupan  pribadinya dan kehidupan sahabat-sahabatnya, pada tataran ucapan dan perbuatan.

" سَمَّى حَرْبًا سَلْمًا، وَشَعْبَ الضَّلَالَةِ، سَمَّاهُ شَعْبَ الْهُدَى، وَسَمَّى بَنِي مُغْوِيَةَ، بَنِي رِشْدَةَ " رواه أبوداود بإسناد صحيح

“Beliau merubah istilah “harb” (perang) menjadi “salm” (damai), “Syi’bah Dhalalah” (perkampungan kesesatan) menjadi “Syi’bah alhuda” (perkampungan petunjuk). Beliau menyebut suku “Bani Mughwiyah” (Anak keturunan penyesat) menjadi “Bani Risydah” (Anak keturunan terbimbing). HR. Abu Dawud dengan isnad shahih.

Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- anti tempat-tempat yang namanya mengerikan. Maka ketika datang ke Madinah yang kala itu terkenal dengan nama “Yatsrib” (kehancuran), beliau pun merubahnya menjadi “Thibah” (bersih dan harum) sekaligus mengganti seluruh paradigma yang keliru.

Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bertanya :

" مَا تَعُدُّونَ الرَّقُوبَ فِيكُمْ قَالَ قُلْنَا الَّذِي لَا يُولَدُ لَهُ قَالَ لَيْسَ ذَاكَ بِالرَّقُوبِ وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ الَّذِي لَمْ يُقَدِّمْ مِنْ وَلَدِهِ شَيْئًا قَالَ فَمَا تَعُدُّونَ الصُّرَعَةَ فِيكُمْ قَالَ قُلْنَا الَّذِي لَا يَصْرَعُهُ الرِّجَالُ قَالَ لَيْسَ بِذَلِكَ وَلَكِنَّهُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ " رواه مسلم

“Menurut kalian, siapakah sebenarnya orang yang mandul di antara kalian itu? ( Perawi) berkata; Kami menjawab; Yaitu orang yang tidak mempunyai anak. Rasulullah bersabda: Bukan itu yg dimaksud dengan mandul. Tetapi ia adalah orang yg tidak dapat memberikan (nilai kebaikan) apapun kepada anaknya.. Rasulullah bertanya lagi: Siapakah orang yang kalian anggap paling kuat? (Perawi) berkata; Kami menjawab; Yaitu orang yang tidak terkalahkan oleh orang lain. Rasulullah menjelaskan: Bukan itu yang dimaksud, tetapi orang paling kuat adalah orang yg dapat menguasai dirinya ketika sedang marah”. HR Muslim

Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda :

" أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ" رواه مسلم

“Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab, orang yang bangkrut adalah orang yang tidak mempunyai uang dirham maupun kekayaan.” Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- menjelaskan : Orang yang bangkrut diantara umatku ialah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) telah mencaci si A, menuduh si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D dan memukul si E. Maka masing-masing mereka akan diberi pahala dari amal kebaikan orang tersebut. Jika telah habis pahala kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan dilimpahkan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka”.HR Muslim.

Terkadang seorang muslim tertawan oleh kepuasan negatif yang mendominasi alam pikirannya, sehingga merasa tidak berdaya lagi untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Itu memang kendala sangat rumit, yang menyeret seseorang mundur total ke belakang. Maka dia harus merubah haluan ke arah positif yang demikian mantap dan tegap dalam hati dan pikiran bahwa hidup itu perlu berusaha dan bahwa setiap problem pastilah ada solusinya, betapapun besarnya problem itu.

Itulah sebabnya mengapa orang-orang yang hebat mampu menciptakan perubahan dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka merubah sikap persengketaan dan permusuhan menjadi kasih sayang, persaudaraan dan persahabatan. Mereka mampu membalikkan teman-teman jahat menjadi sahabat setia. Mereka berhasil mengatasi tradisi-tradisi buruk adat istiadat yang bertentangan dengan agama dan tidak sejalan dengan orbitnya.

Langkah-langkah perubahan yang paling mendasar dalam kehidupan manusia adalah merubah diri sendiri. Di sinilah dimulainya proses perubahan kondisi umat yang sedang menghadapi segala bentuk keterbelakangan, kemiskinan dan kemunduran. Selanjutnya mempersenjatai diri mereka dengan ilmu yang merupakan pilar utama bagi tegaknya peradaban dan kemajuan di setiap zaman. Firman Allah :

" إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ " [ الرعد/11]

“Sesungguhnya Allah tidak merubah kondisi sesuatu kaum sehingga mereka merubah kondisi yang ada pada diri mereka”.Qs Ar-Ra’d : 11

Termasuk konsekuensi perubahan ke arah yang lebih baik adalah berhati tulus. Firman Allah :

وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ [ فصلت/23]

“Dan yang demikian itu adalah prasangka hatimu yang telah kamu sangkakan kepada Tuhanmu, itulah yang membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.Qs Fushilat: 23

Disebutkan dalam hadis :

" أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ حِينَ يَذْكُرُنِي " رواه البخاري ومسلم

“Aku sesuai persangkaan hambaKu terhadapKu, dan Aku selalu bersamanya ketika ia mengingat Aku”. HR Bukhari dan Muslim.

Khotbah Kedua

Adalah merupakan aksioma bahwa Islam melarang segala perubahan ciptaan manusia yang justru merusak kehidupannya, memperlemah agamanya dan membinasakan ibadah ritualnya. Termasuk menyerang harta benda dan nyawa, mengacaukan keamanan, memakan harta orang lain secara batil, suap-menyuap, korupsi, menyebar-luaskan kekejian dan membangkitkan kekacauan.

Seorang muslim secara apriori pastilah menolak perubahan yang mengarah pada kejahatan. Dia tidak ingin berkontribusi dengan perbuatan ataupun pernyataan dalam menciptakan perubahan yang justru berpotensi terhadap lenyapnya nikmat. Firman Allah:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ [ إبراهيم/28]

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?”. Qs Ibrahim : 28

Bagi kita ada teladan yang baik pada diri Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam-. Beliau selalu mendekatkan diri kepada Allah –subhanahu wa ta’ala- untuk memohon pertolonganNya dalam mengatasi setiap perubahan yang mendatangkan keburukan dan bencana. Beliau memohon perlindungan-Nya dari kemiskinan, kehinaan, perasaan minder, ketidak-berdayaan, kemalasan, terlilit hutang, penguasaan oleh kaum penindas dan penyakit yang ganas.

Beliau selalu memohon kepada Allah kesehatan lahir dan batin di dunia dan akhirat, serta memohonkan agar kaum muslimin dijauhkan dan diselamatkan dari malapetaka dan bencana.

Kita tidak dapat lepas dari pertolongan Allah dalam memantapkan hati kita sekejap matapun. Jika bukan karena Allah, maka bergeserlah sudah atap dan pijakan dasar keimanan kita dari posisinya. Firman Allah :

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ [ إبراهيم/ 27]

“Allah memantapkan (keimanan) orang-orang mukmin dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan dunia dan akhirat”. Qs Ibrahim: 27
=== Doa Penutup ===