Muroqobatullah
Tingkat Tinggi
Diterbitkan pada 13 January 2012
Al-Ihsaan menurut sebagian ulama adalah
kondisi seseorang yang dituntut tatkala melaksanakan perkara-perkara Islam dan
perkara-perkara Iman. Adapun mayoritas ulama berpendapat bahwasanya al-Ihsan
merupakan tingkat tertinggi dalam agama, kedudukannya diraih setelah kedudukan
Islam dan Iman, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Jibril yang masyhuur.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata tentang al-Ihsaan:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ،
فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ ، فَإِنَّهُ يَرَاكَ
"Al-Ihsan adalah engkau menyembah
Allah seakan-akan engkau melihatNya, maka jika engkau tidak bisa melihatNya
maka sesungguhnya Ia melihatmu" (HR Al-Bukhari no 50 dan Muslim no 8)
Orang yang telah mencapai derajat Ihsan
adalah orang yang senantiasa murooqobah (merasa di awasi dan dilihat oleh
Allah) dalam segala gerak-geriknya, terutama tatkala sedang beribadah. Terutama
tatkala sedang beribadah kepada Allah.
Rahasia al-Ihsan adalah tingkatan
tertinggi dalam agama
Terlalu sering kita mengeluh akan
sulitnya meraih keikhlasan dan sulitnya menolak riyaa', serta sulitnya meraih
kehusyu'an. Diantara perkara yang sangat membantu seseorang untuk meraih
keikhlasan dan menolak riyaa' adalah dengan mempraktekan al-ihsaan, yaitu
merasa diawasi/dilihat oleh Allah tatkala sedang beribadah.
Seseorang tatkala sedang sholat dan dia
sadar bahwa ia sedang dishooting dan akan disiarkan secara langsung di
stasiun-stasiun televisi di seluruh nusantara maka akan timbul riyaa' dalam
hatinya, dan ia akan berusaha untuk bisa sholat dengan sebaik-baiknya karena
tentu para penonton akan memberikan penilaian mereka tentang sholatnya, dan ia
yakin akan hal itu.
Hal inilah yang disinyalir oleh Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya :
الشِّرْكٌ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلَ
يُصَلِّي فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظْرِ رَجُلٍ
"Syirik yang samar yaitu seseorang
berdiri dan mengerjakan sholat lalu ia menghias-hiasi (membagus-baguskan)
sholatnya karena ia tahu ada orang lain yang melihatnya" (HR Ibnu Maajah
no 4194 dan dihasankan oleh Al-Albani)
Demikian pula seseorang tatkala beribadah
merasa diawasi dan dilihat serta dinilai oleh Allah maka ia akan berusaha untuk
beribadah dengan sebaik-baiknya di hadapan Allah.
Allah berfirman kepada NabiNya :
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ (٢١٧)
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ (٢١٨) وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ (٢١٩)
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dan bertawakkallah kepada (Allah)
yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri,
dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang
sujud. Sesungguhnya Dia adalah yang Maha
mendengar lagi Maha mengetahui" (QS Asy-Syu'aroo : 17-20)
Tatkala sedang sholat ia sadar bahwa
berdirinya, ruku'nya, dan sujudnya sedang diawasi oleh Allah, maka tatkala itu
ia akan lupa dengan pandangan dan penilaian manusia dan tidak mempedulikan
penilaian mereka. Karenanya diantara definisi ikhlash yang disebutkan oleh para
ulama adalah :
نِسْيَانُ رُؤْيَةِ الْخَلْقِ بِدَوَامِ
النَّظْرِ إِلَى الْخَالِقِ
"Melupakan pengamatan manusia dengan
selalu memandang kepada Pencipta"
Demikian juga tatkala ia merasa dilihat
oleh Allah maka sholatnya akan menjadi lebih khusyuk karena hatinya terfokus dan
konsentrasi kepada Allah.
Subhaanalaah….keikhlasan…, kekhusyu'an…,
dan menolak riyaa'…semuanya bisa diraih dengan mempraktekan al-ihsaan dalam
ibadah kita. Maka jelaslah kenapa al-ihsaan merupakan derajat yang tertinggi
dalam agama.
Murooqobatullah (tingkat tinggi) terhadap
gerak gerik hati
Seorang yang mencapai derajat al-ihsaan
ia bukan saja hanya merasa di awasi oleh Allah dalam gerak-gerik tubuhnya…bukan
hanya merasa diawasi dalam setiap kata yang diucapkannya…bukan hanya merasa
diawasi dalam setiap pandangan dan lirikan matanya…bahkan lebih dari itu semua
ia juga merasa diawasi oleh Allah dalam gerak-gerik hati dan niatnya.
Dia meyakini firman Allah :
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الأعْيُنِ وَمَا تُخْفِي
الصُّدُورُ (١٩)
"Dia mengetahui (pandangan) mata yang
khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati" (QS Al-Mukmin : 19)
وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ
صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ (٧٤)
"Dan Sesungguhnya Robb-mu,
benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka
nyatakan" (QS An-Naml : 74)
وَرَبُّكَ يَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ
وَمَا يُعْلِنُونَ (٦٩)
"Dan Robb-mu mengetahui apa yang
disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan" (QS
Al-Qosos : 69)
إِنَّ اللَّهَ عَالِمُ غَيْبِ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (٣٨)
"Sesungguhnya Allah mengetahui yang
tersembunyi di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi
hati" (QS Faathir : 38)
يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ
الصُّدُورِ (٤)
"Dia mengetahui apa yang ada di
langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu
nyatakan. dan Allah Maha mengetahui segala isi hati" (QS At-Tagoobun : 4)
Karenanya sungguh menakjubkan cara
pendalilan Imam An-Nawawi yang dalam kitabnya Riyaadlus Shoolihin dalam bab
"al-ikhlaash" beliau membawakan firman Allah
قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ
تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ (٢٩)
"Katakanlah: "Jika kamu
Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah
Mengetahui" (QS Ali 'Imroon : 29)
Karena barang siapa yang yakin bahwasanya
Allah mengetahui gerak-gerik hatinya maka ia akan malu untuk berbuat
riyaa'…karena ia tahu Allah sedang mengawasi hatinya.
Contoh yang sangat menakjubkan tentang
merasa diawasi oleh Allah dalam gerak-gerik hati adalah kisah tentang tiga
orang dari umat terdahulu yang terjebak dalam sebuah goa. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
((Tiga orang (dari orang-orang terdahulu
sebelum kalian) keluar berjalan lalu turunlah hujan menimpa mereka. Merekapun
masuk ke dalam goa di sebuah gunung. Lalu jatuhlah sebuah batu (dari gunung
hingga menutupi mulut goa), lalu sebagian mereka berkata kepada yang lainnya,
“Berdoalah kepada Allah dengan amalan yang terbaik yang pernah kalian amalkan!”
(lihatlah amalan-amalan kalian yang telah kalian lakukan ikhlaslah karena Allah
maka berdoalah dengan amalan-amalan sholeh tersebut semoga Allah membuka batu
besar tersebut dari kalian). Maka salah seorang diantara mereka berkata, “Ya
Allah aku memiliki dua orangtuaku yang telah tua (dan aku memiliki anak-anak
kecil), (pada sauatu waktu) aku keluar untuk menggembala lalu aku kembali, lalu
aku memerah susu lalu aku datang membawa susu kepada mereka berdua lalu mereka
berdua minum kemudian aku memberi minum anak-anakku, keluargaku, dan istriku.
Pada suatu malam aku tertahan (terlambat) dan ternyata mereka berdua telah
tertidur (maka akupun berdiri di dekat kepala mereka berdua aku tidak ingin
membangunkan mereka berdua dan aku tidak ingin memberi minum anak-anakku), maka
aku tidak ingin membangunkan mereka berdua padahal anak-anaku berteriak-teriak
di kedua kakiku (dan aku tetap diam di tempat dan gelas berada di tanganku, aku
menunggu mereka berdua bagnun dari tidur mereka) dan demikian keadaannya hingga
terbit fajar. Ya Allah jika Engkau mengetahui bahwasanya aku melakukan hal itu
karena mengharap wajahMu maka bukalah bagi kami celah hingga kami bisa melihat
langit”, maka dibukakan bagi mereka sedikit celah akan tetapi mereka bertiga
belum bisa untuk keluar.
Berkatalah orang yang kedua : "Yaa
Allah aku memiliki seorang sepupu wanita (putri pamanku) yang sangat aku
cintai, maka aku menghendaki dirinya akan tetapi ia menolak diriku. Hingga
suatu ketika ia menghadapi kesulitan lalu iapun mendatangiku maka akupun
memberinya 120 dinar dengan syarat agar ia membiarkan diriku untuk bersetubuh
dengannya, ia pun setuju. Maka tatkala aku telah duduk diantara dua kakinya
iapun berkata, "Bertakwalah kepada Allah, dan janganlah engkau membuka
keperawanan kecuali dengan haknya". Maka akupun berpaling meninggalkannya
padahal ia sangat aku cintai, dan aku tinggalkan emas yang telah aku berikan
kepadanya. Yaa Allah jika memang aku melakukan hal itu karena ikhlas
mengharapkan wajahmu maka hilangkanlah
kesulitan yang sedang kami hadapi". Maka terbukalah celah batu tersebut
hanya saja mereka belum bisa keluar.
وَقَالَ الثَّالِثُ: اللَّهُمَّ اسْتَأْجَرْتُ
أُجَرَاءَ وأَعْطَيْتُهُمْ أجْرَهُمْ غيرَ رَجُل واحدٍ تَرَكَ الَّذِي لَهُ
وَذَهبَ، فَثمَّرْتُ أجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنهُ الأمْوَالُ، فَجَاءنِي بَعدَ
حِينٍ، فَقالَ: يَا عبدَ اللهِ، أَدِّ إِلَيَّ أجْرِي، فَقُلْتُ: كُلُّ مَا تَرَى
مِنْ أجْرِكَ: مِنَ الإبلِ وَالبَقَرِ والْغَنَمِ والرَّقيقِ، فقالَ: يَا عبدَ
اللهِ، لا تَسْتَهْزِئْ بي! فَقُلْتُ: لا أسْتَهْزِئ بِكَ، فَأَخَذَهُ كُلَّهُ
فاسْتَاقَهُ فَلَمْ يتْرُكْ مِنهُ شَيئًا. الَّلهُمَّ إنْ كُنتُ فَعَلْتُ ذلِكَ
ابِتِغَاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحنُ فِيهِ، فانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ
فَخَرَجُوا يَمْشُونَ»
Berkata orang yang ketiga : "Yaa
Allah aku telah mempekerjakan para pekerja dan aku telah memberikan gaji mereka
seluruhnya kecuali satu orang yang telah pergi dan meninggalkan gajinya. Maka
akupun mengembangkan gajinya tadi sehingga membuahkan banyak harta. Lalu
setelah itu iapun datang kepadaku dan berkata, "Wahai Abdullah, barikanlah
kepadaku gajiku". Maka aku berkata, "Seluruh yang engkau lihat bagian
dari gajimu, onta, sapi, kambing, dan budak-budak". Iapun berkata,
"Wahai Abdullah, janganlah engkau mengejekku !". Aku berkata,
"Aku tidak sedang mengejekmu". Maka iapun mengambil seluruhnya lalu
menggiringnya dan tidak meninggalkan sedikitpun. Yaa Allah jika memang aku
melakukan hal ini karena mengharapkan wajahmu maka bebaskanlah kesulitan yang
sedang kami hadapi. Maka terbukalah batu (yang menutup pintu goa) lalu
keluarlah mereka bertiga" (HR Al-Bukhari no 2272 dan Muslim no 2743)
Ketiga orang ini benar-benar memiliki
sifat murooqobah yang tinggi, karena tidaklah lelaki yang pertama kuat menunggu
semalam suntuk sambil memegang gelas yang berisi susu menunggu terjaganya kedua
orangtuanya dari tidurnya –sementara anak-anaknya menangis minta untuk minum
susu- kecuali karena ia yakin Allah sedang melihatnya.
Demikian pula lelaki yang kedua, tidaklah
mungkin ia mampu meninggalkan sang wanita yang sangat dia cintai –padahal jika
ia berzina tidak ada orang lain yang melihat mereka berdua- kecuali karena
keyakinannya bahwa Allah sedang melihatnya.
Akan tetapi yang lebih menakjubkan adalah
sikap orang ketiga yang memiliki sifat amanah yang luar biasa. Dimana ia merasa
niatnya diawasi oleh Allah. Bayangkan selama ia mengembangkan gaji sang pekerja
niatnya adalah untuk menguntungkan sang pekerja. Tidak ada yang mengetahui
niatnya kecuali Allah. Bahkan niatnya tetap ia jaga dan tidak berubah meskipun
setelah gaji tersebut telah berkembang dan menjadi sangat banyak. Jika
seandainya ia hanya memberi kepada sang pekerja gajinya saja maka ia tidak
bersalah, karena memang yang berhak dimiliki oleh sang pekerja hanyalah gaji
pokoknya saja. Akan tetapi ia yakin Allah mengetahui gerak-gerik
hatinya…mengetahui niatnya tatkala mengembangkan gaji tersebut. Sungguh ini
merupakan murooqobatullah tingkat tinggi !!!
Ibnu Hajar menjelaskan bahwasanya amalan
yang paling bermanfaat di antara ketiga orang tersebut untuk menyelamatkan
mereka bertiga adalah amalan orang yang ketiga yang sangat amanah, karena
dengan doanyalah maka pintu goa akhirnya terbuka. (Lihat Fathul Baari 6/511)
Imam Ahmad mempraktekan murooqobatullah
tingkat tinggi
Sholeh (putra Imam Ahmad) berkata,
"Ayahku telah bertekad untuk (*bersafar dari Baghdad) ke Mekkah dalam
rangka menunaikan ibadah haji Islam, dan iapun ditemani oleh Yahya bin Ma'iin.
Ayahku (Imam Ahmad) berkata, "Kita berjalan menunju tanah suci lalu kita
tunaikan haji kita, setelah itu kita bersafar menuju Abdurrozzaq di kota Son'aa
(*di negeri Yaman), kita meriwayatkan hadits dari beliau".
Yahya bin Ma'in telah mengenal
Abdurrozzaq karena ia pernah mendengar/meriwayatkan hadits dari Abdurrozzaq.
Yahya bin Ma'in berkata, "Kamipun tiba di Mekah, lalu kami melaksanakan
thowaf qudum, tiba-tiba ternyata Abdurrozzaq juga sedang thowaf. Setelah thowaf
Abdurrozzaq lalu sholat dua raka'at di belakang maqoom Ibrahim lalu beliau
duduk. Kamipun menyelesaikan towaf kami lantas kami mendatangi Abdurrozzaq
As-Shon'aaniy dan beliau sedang duduk di dekat maqoom Ibrahmi. Maka aku (Yahya
bin Ma'in) berkata kepada Imam Ahmad,
هَذَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَدْ أَرَاحَكَ اللهُ
مَسِيْرَةَ شَهْرٍ ذَاهِبًا وَجَائِيًا وَالنَّفَقَةَ
"Ini dia Abdurrozzak, sungguh Allah
telah mengistirahatkamu sehingga tidak perlu engkau bersafar pulang pergi
menempuh perjalanan selama sebulan dan penyediaan bekal perjalanan"
Imam Ahmad berkata,
مَا كَانَ اللهُ يَرَانِي وَقَدْ نَوَيْتُ
نِيَّةً أُفْسِدُهَا وَلاَ أُتِمُّهَا
"Tidak boleh Allah melihatku telah
berniat lantas aku merusak/membatalkan niatku dan tidak aku sempurnakan
niatku"
(Tobaqoot Al-Hanaabilah 1/175 dan Al-Maqshid Al-Arsyad fi dzikri Ashaab
Al-Imaam Ahmad 1/445).
Allahu Akbar…sungguh luar biasa praktek
murooqobah yang dilakukan Imam Ahmad. Benar-benar ia yakin bahwa Allah
mengetahui isi hatinya. Beliau memilih untuk tetap menempuh perjalanan jauh
dari Mekah menuju Son'aa di Yaman demi untuk menunaikan niatnya !!!
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa
sallam-, 19-02-1433 H / 13 Januari 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja
●●●●●●●●●●●
Jangan
pernah bergantung pada manusia
Ustadz Abdurrahman Thoyyib, Lc(Lulusan
Universitas Islam Madinah, Pengajar di Sekolah Tinggi Ali bin Abi Tholib,
Surabaya).
SirohManusia adalah makhluk yang lemah,
tidak punya daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah. Allah
berfirman:
وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَـٰنُ ضَعِيفً۬ا
“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.”
(QS. An-Nisa’ : 28)
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ
إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ ٱلۡحَمِيدُ
“Hai manusia, kamulah yang membutuhkan
Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha
Terpuji.” (QS. Fathir : 15)
Selayaknya manusia selalu mengantungkan
harapan, cita-cita serta kebutuhannya kepada Allah. Terlebih kita mengetahui
diantara nama Allah adalah Ash-Shamad. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
rahimahullahu berkata : Ash-Shamad adalah Dzat yang sempurna sifat-sifat-Nya
yang semua makhluk selalu membutuhkanNya. [1]
Oleh karena itulah Allah perintahkan kita
untuk bertawakkal kepada-Nya saja. Allah berfirman:
وَتَوَڪَّلۡ عَلَى ٱلۡحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang
hidup (kekal) yang tidak mati.” (QS. Al-Furqon : 58)
– Definisi Tawakkal
Imam Ibnu Rajab rahimahullahu berkata
tentang definisi tawakkal:
صدق اعتماد القلب على اللّه تعالى في استجلاب
المصالح ودفع المضار من أمور الدنيا والآخرة
Tawakkal adalah kejujuran hati dalam
bergantung/bersandar kepada Allah dalam meraih kebaikan dan menjauhkan diri
dari kemadharatan dalam urusan dunia maupun akhirat. [2]
Imam Al-Jurjaani berkata tentang makna
tawakkal:
التوكل هو الثقة بما عند اللّه، واليأس عما في
أيدي الناس
Tawakkal adalah merasa yakin dengan apa
yang disisi Allah dan tidak bergantung kepada manusia. [3]
– Keutamaan orang yang bertawakkal
Allah dan Rasul-Nya telah banyak
menjanjikan kepada orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya berbagai macam
keutamaan dan pahala. Diantaranya:
1. Meraih pertolongan Allah
Allah berfirman:
إِن يَنصُرۡكُمُ ٱللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمۡۖ
وَإِن يَخۡذُلۡكُمۡ فَمَن ذَا ٱلَّذِى يَنصُرُكُم مِّنۢ بَعۡدِهِۦۗ وَعَلَى
ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
“Jika Allah menolong kamu, Maka tak
adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak
memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain)
dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang
mukmin bertawakkal.”
(QS. Ali Imran : 160)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu
berkata: Ayat ini mengandung perintah untuk memohon pertolongan kepada Allah
serta bergantung kepada-Nya dan tidak bersandar kepada diri sendiri. Oleh
karena itu Allah berfirman “karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang
mukmin bertawakkal”. Dan ketika Allah mendahulukan kata-kata “hendaklah kepada
Allah” ini menunjukkan tawakkal harus kepada Allah saja dan tidak kepada yang
lain. Karena Allah lah satu-satunya Dzat yang bisa menolong kita. Bergantung
kepada Allah adalah bentuk tauhid yang akan mengantarkan kita kepada tujuan.
Sedangkan bergantung kepada selain-Nya itu adalah syirik yang tidak bermanfaat
bagi pelakunya bahkan bermadharat. Dan di dalam ayat ini ada perintah untuk
bertawakkal kepada Allah saja. Sesuai kadar keimanan seorang hamba itulah
tingkat tawakkalnya kepada Allah. [4]
2. Mendapat petunjuk, kecukupan dan
penjagaan dari Allah dari gangguan setan.
Allah berfirman: إِنَّهُ
ۥ لَيۡسَ لَهُ ۥ سُلۡطَـٰنٌ عَلَى ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ
يَتَوَڪَّلُونَ
“Sesungguhnya syaitan itu tidak ada
kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.”
(QS. An-Nahl : 99)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu
berkata: Allah menjauhkan kejelekan setan dari orang-orang beriman yang
bertawakkal kepada-Nya. Hingga tidak tersisa sedikitpun jalan bagi setan. [5]
Nabi bersabda :
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ
اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
قَالَ يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ
الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ
وَكُفِيَ وَوُقِيَ
Apabila seseorang akan keluar dari
rumahnya lalu dia mengucapkan:
“بِسْمِ
اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ” (Dengan menyebut
nama, aku bertawakkal kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah) maka dikatakan kepadanya saat itu : engkau telah mendapat
petunjuk, engkau telah dilindungi dan engkau telah dicukupi. Setan-setan pun
akan menjauhinya, dan setan yang lain akan berkata kepada temannya : bagaimana
mungkin engkau bisa mengganggu orang itu sedangkan dia telah mendapat petunjuk,
kecukupan dan perlindungan. (HSR. Tirmidzi)
3. Menggapai kecintaan Allah
Allah berfirman:
فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
(QS. Ali Imran : 159)
4. Memperoleh rizki dari Allah
Rasulullah bersabda:
لو أنكم توكلتم على الله حق توكله لرزقكم كما
يرزق الطير تغدو خماصاً وتروح بطاناً
Seandainya kalian bertawakkal kepada
Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal maka Allah akan menganugerahkan kepada
kalian rezeki sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung. Dia
terbang pagi hari dalam keadaan lapar dan sore hari datang dalam keadaan
kenyang. (HSR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
5. Mencapai surga Allah
Allah berfirman:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ
ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ لَنُبَوِّئَنَّهُم مِّنَ ٱلۡجَنَّةِ غُرَفً۬ا تَجۡرِى مِن
تَحۡتِہَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيہَاۚ نِعۡمَ أَجۡرُ ٱلۡعَـٰمِلِينَ (٥٨)
ٱلَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَلَىٰ رَبِّہِمۡ يَتَوَكَّلُونَ (٥٩)
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal yang saleh, Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada
tempat-tempat yang Tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah Sebaik-baik pembalasan bagi
orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakkal kepada
Tuhannya.”
(QS. Al-Ankabut : 58-59)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu
berkata: Tawakkalnya mereka mengharuskan mereka untuk sangat bergantung kepada
Allah serta berbaik sangka kepada Allah untuk merealisasikan cita-cita mereka
serta menyempurnakan usaha mereka. [6]
Rasulullah bersabda ketika mensifati
orang-orang yang masuk surga tanpa hisab tanpa adzab: (yaitu) orang-orang yang
tidak meminta untuk diruqyah, tidak menjalankan pengobatan dengan besi panas,
tidak mengganggap sial sesuatu dan mereka bertawakkal kepada Allah. (HR.
Bukhari dan Muslim)
Sungguh keutamaan dan pahala yang luas
biasa bagi mereka yang selalu bergantung kepada Allah di kala suka maupun duka
dan tidak bergantung kepada manusia. Apalagi Rasulullah pernah berwasiat:
إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ
مُوَدِّعٍ، وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا، وَأَجْمِعِ
اليَأسَ مِمَّا فِي يَدَيِ النَّاسِ
Apabila engkau shalat maka shalatlah
seolah-olah shalat perpisahan dan jangan mengucapkan ucapan yang esok hari
engkau akan menyesalinya dan jangan bergantung kepada manusia. (HSR. Ahmad dan
Ibnu Majah)
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin
Al-‘Abbad Al-Badr hafidzahullahu berkata:
فيها دعوةٌ إلى القناعة، وتعليق القلب بالله
وحده، واليأس تمامًا ممَّا في أيدي النَّاس، قال: «وَأَجْمِعِ اليَأسَ مِمَّا فِي
يَدَيِ النَّاس»؛ أي أجمِع قلبَك، واعزِم وصمِّم في فؤادك على اليأس من كلِّ شيءٍ
في يد النَّاس؛ فلا تَرْجُه من جهتهم، وليكن رجاؤُك كلُّه بالله وحده ـ جلَّ وعلا
ـ، وكما أنَّك بلسان مقالك لا تسأل إلَّا الله، ولا تطلب إلَّا من الله؛ فعليك
كذلك بلسانِ حالك أن لا ترجو إلَّا الله، وأن تيأس من كلِّ أحدٍ إلَّا من الله،
فتقطع الرَّجاءَ من كلِّ النَّاس، ويكون رجاؤك بالله وحدَه، والصَّلاة صلةٌ بينك
وبين ربِّك؛ ففيها أكبرُ عونٍ لك على تحقيق هذا المطلب.
ومَن كان يائسًا ممَّا في أيدي النَّاس عاش
حياتَه مهيبًا عزيزًا، ومَن كان قلبه معلَّقًا بما في أيدي النَّاس عاش حياته
مهينًا ذليلًا، ومَن كان قلبه معلَّقًا بالله لا يرجو إلَّا الله، ولا يطلب حاجته
إلَّا من الله، ولا يتوكَّل إلَّا على الله كفاه اللهُ عز وجل في دنياه وأخراه،
والله جلَّ وعلا يقول: (أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ)[سورة الزمر : 36]،
ويقول ـ جلَّ وعلا ـ: (وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ)[سورة
الطلاق : 3]، والتَّوفيق بيد الله وحده لا شريك له.
Di dalam hadits di atas terdapat seruan
untuk qana’ah dan menggantungkan hati hanya kepada Allah semata serta
betul-betul tidak berharap kepada manusia. Makna “jangan berharap kepada
manusia” kumpulkan hati dan tanamkan di dalamnya untuk berputus asa dari apa
yang ada di tangan manusia. Jangan berharap dari mereka, namun gantungkan semua
harapanmu kepada Allah semata. Sebagaimana engkau dengan lisanmu tidak meminta
melainkan hanya kepada Allah, tidak memohon kecuali hanya kepada-Nya. Maka
wajib bagimu untuk tidak berharap kecuali hanya kepada Allah dan engkau
berputus asa dari semua (pertolongan) siapapun kecuali pertolongan Allah.
Engkau hilangkan rasa berharap dari semua manusia hingga tidak tersisa kecuali
harapan kepada Allah semata. Dan shalat merupakan bentuk ikatan antara dirimu
dengan Allah semata. Shalat dapat membantu anda dalam meraih jalan tawakkal
ini. Orang yang tidak berharap kepada manusia maka dia akan hidup terhormat dan
berwibawa. Namun barangsiapa yang hidup selalu bergantung kepada manusia maka
dia hidup dalam kehinaan dan kerendahan. Barangsiapa yang hatinya selalu
bergantung kepada Allah, tidak berharap melainkan hanya kepada Allah, tidak
membutuhkan kecuali pertolongan Allah, dia bertawakkal hanya kepada Allah maka
Allah akan mencukupi kebutuhannya di dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman:
أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِكَافٍ عَبۡدَهُ
“Bukankah Allah cukup untuk melindungi
hamba-hamba-Nya.” (QS. Az-Zumar : 36)
Allah juga berfirman:
وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُ
“Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”
(QS. Ath-Thalaq : 3)
Hanya Allah saja yang dapat memberikan
taufik, tidak ada sekutu bagi-Nya. [7]
– Mengapa kita berharap kepada manusia
sedangkan manusia itu sewaktu-waktu bisa mati?
كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا
تُوَفَّوۡنَ أُجُورَڪُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ
وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا
مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh
ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.”
(QS. Ali Imran : 185)
Maka bertawakkallah dan berharaplah
kepada Dzat Yang Maha Hidup yang tidak akan pernah mati. Allah berfirman:
وَتَوَڪَّلۡ عَلَى ٱلۡحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ
“Dan bertawakkallah kepada Allah yang
hidup (kekal) yang tidak mati.”
(QS. Al-Furqon : 58)
وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب
“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
kamu berharap.” (QS. Asy-Syarh : 8)
– Mengapa kita bergantung kepada manusia
sedangkan manusia itu lemah tidak memiliki daya dan kekuatan?
Allah berfirman:
وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَـٰنُ ضَعِيفً۬ا
“Dan manusia dijadikan bersifat lemah.”
(QS. An-Nisa’ : 28)
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ
إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِىُّ ٱلۡحَمِيدُ
“Hai manusia, kamulah yang membutuhkan
Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha
Terpuji.”
(QS. Fathir : 15)
لا حول ولا قوة إلا بالله
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali
dengan pertolongan Allah
– Mengapa kita bersandar kepada manusia
sedangkan manusia itu bisa berubah? Mungkin dulu cinta sekarang benci, dulu
memuji sekarang membenci. Hal ini mengingatkan kita kepada kisah seorang
sahabat Rasul yaitu Abdullah bin Salaam.
Sebelum masuk Islam, beliau dicintai dan
ditokohkan oleh orang Yahudi. Namun ketika beliau masuk Islam maka orang-orang
Yahudi langsung membenci dan mencaci makinya. Demikian juga di zaman ini,
ketika ada orang yang mengamalkan sunnah Rasul terkadang terjadi perubahan
drastis pada diri sebagian orang. Pujian jadi cacian, cinta jadi benci
sebagaimana perangai orang yahudi. Na’udzu billahi min dzalik.
– Mengapa kita bergantung kepada manusia
sedangkan ada manusia yang memiliki sifat seperti serigala berbulu domba alias
bermuka dua alias mirip orang munafik? Di depan terllihat baik namun menikam
dari belakang. Di depan kata-katanya indah dan manis namun dibelakang, dia
menggunjing dan menfitnah. Di depan seolah dia membantu, namun di belakang dia
musuh dalam selimut.
Allah berfirman:
وَإِذَا لَقُواْ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قَالُوٓاْ
ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوۡاْ إِلَىٰ شَيَـٰطِينِهِمۡ قَالُوٓاْ إِنَّا مَعَكُمۡ
إِنَّمَا نَحۡنُ مُسۡتَہۡزِءُونَ (١٤) ٱللَّهُ يَسۡتَہۡزِئُ بِہِمۡ وَيَمُدُّهُمۡ
فِى طُغۡيَـٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ (١٥)
“Dan bila mereka berjumpa dengan
orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. dan bila
mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya
Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok.” Allah akan
(membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam
kesesatan mereka.”
(QS. Al Baqarah : 14-15)
Rasulullah bersabda:
وتجدون شر الناس ذا الوجهين الذي يأتي هؤلاء بوجه
وهؤلاء بوجه
Dan engkau dapati manusia yang paling
jahat adalah manusia bermuka dua. Dia mendatangi manusia dengan wajah ini dan
mendatangi mereka dengan wajah yang lain lagi. (HR. Bukhari)
Beliau juga bersabda:
مَنْ كَانَ لَهُ وَجْهَانِ فِي الدُّنْيَا كَانَ
لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِسَانَانِ مِنْ نَارٍ
Barangsiapa yang bermuka dua di dunia
maka dia akan berlidah dua dari api di hari kiamat. (HSR. Abu Daud)
– Mengapa kita bergantung kepada manusia
sedangkan mereka terkadang hanya berteman dikala suka dan lari dikala duka?
Sebagian orang mendekat dikala ada kebutuhan tapi setelah selesai maka dia
berkata: Selamat tinggal sobat. Sebagian orang bersahabat ketika seseorang itu
memiliki banyak harta dan kedudukan. Tapi menjauh dikala harta dan kedudukan
itu mulai menjauh. Ada gula ada semut, air susu dibalas air tuba, mungkin
inilah peribahasa yang sesuai dengan mereka. Dan sungguh indah ungkapan seorang
penyair arab:
إذا قل مالي فلا خل يصاحبني وفي الزيادة كل الناس
خلاني
كم من عدو لأجل المال صادقني وكم من صديق لفقد
المال عاداني
Apabila sedikit hartaku tidak ada yang
berteman denganku
Namun ketika bertambah banyak hartaku
semua orang berteman denganku
Berapa banyak musuh karena harta mau
berteman denganku
Dan berapa banyak teman karena harta
memusuhiku
Penyair yang lain berkata:
يا أخي أين عهد ذاك الإخاء……أين ما كان بيننا من
صفاء ؟
أين مصداق شاهد كان يحكي….أنك المخلص الصحيح
الإخاء
كشفت منك حاجتي هفوات…….غطيت برهة بحسن اللقاء
تركتني ولم أكن سئ الظن……أسئ الظنون بالأصدقاء
يا أخي ، هبك لم تهب لي من…..سعيك حظا كسائر
البخلاء
أفلا كان منك رد جميل……..فيه للنفس راحة من عناء
Wahai saudaraku, dimanakah janji
persaudaraan itu ? Dimanakah hubungan baik kita selama ini ?
Dimanakah bukti yang bisa jadi saksi yang
mengkisahkan bahwa engkau adalah sahabat sejati ?
Setelah sekian lama, baru terungkap
kejahatanmu yang tertutupi oleh senyum manismu disaat aku membutuhkanmu.
Engkau tinggalkan aku (dikala duka), dan
dulu aku tidak pernah berburuk sangka kepada sahabat-sahabatku.
Wahai saudaraku, andaikata engkau tidak
bisa memberiku (harta) sebagaimana orang-orang bakhil itu.
Apakah engkau tidak bisa berkata yang
indah yang dapat menenangkan jiwaku?
Penyair yang lain berkata:
أعلمه الرماية كل يوم فلما اشتد ساعده رماني
وكم علمته نظم القوافي فلما صار ناشده هجاني
Aku mengajarinya memanah setiap hari
Ketika kuat dia memanahku
Berapa banyak aku mengajarinya bersyair
Ketika dia pandai bersyair dia mengejekku
Penyair lain berkata:
إذا أنت أكرمت الكريم ملكته وإذا أنت أكرمت
اللئيم تمردا
Jika engkau memuliakan orang baik maka
dia akan membalas budimu
Dan apabila engkau memuliakan orang jahat
maka dia akan durhaka kepadamu
Maka cukuplah Allah sebagai tempat
curahatan hati kita:
قَالَ إِنَّمَآ أَشۡكُواْ بَثِّى وَحُزۡنِىٓ
إِلَى ٱللَّهِ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ
“Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah
kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari
Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya.”
(QS. Yusuf : 86)
وَإِن يَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ۬ فَلَا ڪَاشِفَ
لَهُ ۥۤ إِلَّا هُوَۖ وَإِن يَمۡسَسۡكَ بِخَيۡرٍ۬ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىۡءٍ۬
قَدِيرٌ۬
“Dan jika Allah menimpakan sesuatu
kemudharatan kepadamu, Maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia
sendiri. dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, Maka Dia Maha Kuasa atas
tiap-tiap sesuatu.”
(QS. Al-An’aam : 17)
قُلِ ٱللَّهُمَّ مَـٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِى
ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن
تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ
شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬
“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala
sesuatu.”
(QS. Ali Imran : 26)
Rasul pernah berwasiat:
احفظ الله يحفظك احفظ الله تجده تجاهك إذا سألت
فاسال الله وإذا استعنت فاستعن بالله واعلم أن الأمة لم اجتمعت على أن ينفعوك بشيء
لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك وان اجتمعوا على أن يضروك بشيء لم يضروك إلا
بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف
Jagalah (agama) Allah pasti Allah akan
menjagamu. Jagalah (agama) Allah pasti Allah akan selalu menolongmu. Apabila
engkau meminta maka mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan
mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa seandainya seluruh manusia
berkumpul untuk memberikanmu kebaikan, mereka tidak dapat memberimu kebaikan
melainkan yang telah Allah takdirkan untukmu. Dan seandainya mereka semua
berkumpul untuk memadharatkan dirimu, mereka tidak akan dapat memadharatkan
dirimu melainkan yang telah Allah takdirkan atasmu. Telah diangkat pena-pena
takdir dan telah kering lembaran-lembaran takdir. (HSR. Tirmidzi)
——————–
[1] Tafsir Juz ‘Amma hal.353 oleh Syaikh
Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin.
[2] Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam hal.409
oleh Ibnu Rajab.
[3] At-Ta’rifaat hal.74 oleh Al-Jurjaani.
[4] Tafsir Al-Karim Ar-Rahman hal.165
oleh Syaikh Abdurrahman As-Sa’di.
[5] Idem hal.521.
[6] Tafsir Al-Karim Ar-Rahman hal.745.
[7] Makalah “Tsalaatsah washayah
nabawiyah ‘adzimah” oleh Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr.
Lihat www.al-badr.net.