Jama'ah Tabligh Termasuk
Ahlul Bid'ah Dari Firqah Shufiyyah. Keanehan-Keanehan Kitab Tablighi Nishab
(Fadhailul ‘Amal). Kebencian Dan Kedengkian Mereka Yang Sangat Dalam Kepada
Imam-Imam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnul
Qayyim, Muhammad Bin Abdul Wahhab Dan Lain-Lain.
Sekilas Penyimpangan Kitab
Fadha’ilul A’mal Milik Jama’ah Tabligh
Adakan Tabligh Akbar, 3 Jamaah Masjid Jami
Kebun Jeruk Positif Corona
Sekitar 300 orang anggota komunitas Jamaah
Tabligh menjalani karantina di Masjid Jami Kebon Jeruk, Taman Sari, Jakarta
Barat. Hal ini disebabkan adanya tiga orang anggota jamaah tabligh tersebut
yang positif terpapar virus corona.
Tiga orang yang positif corona tersebut
diketahui setelah sudin Kesehatan Jakarta Barat menggelar rapid
test kepada para jamaah, kamis (26/3/2020). ketiga jamaah yang positif
corona merupakan warga Medan, Sumatera Utara.
Camat Taman Sari, Risan mengatakan ada puluhan
orang WNA yang turut dikarantina di dalam Masjid “Ada juga warga negara asing
yang datang kesitu, seperti dari Pakistan, India, Thailand, ada kurang lebih
70-80 WNA, yang banyak India,” kata Risan.
Camat Taman Sari tersebut mengatakan, para
jamaah berkumpul di Masjid Jami Kebun Jeruk pada 26 Maret 2020 untuk mengadakan
tabligh akbar. Pesertanya berbagai kota seperti Medan, Jambi, Lampung dan luar
negeri. “Mereka agendanya sudah terjadwal, misalnya lima hari di sini, nanti
berangkat lagi ke Medan terus berangkat lagi, keliling dunialah,” kata dia.
Wali Kota Jakarta Barat Rustam
Effendi membenarkan bahwa Masjid Jami Kebun Jeruk merupakan salah satu tempat
yang setiap hari ramai didatangi jamaah dari berbagai negara. “Masjid itu
tempat orang berziarah untuk waktu yang cukup lama, dari Nusantara dan beberapa
negara,” kata Rustam saat dikonfirmasi, Sabtu (28/3/2020).
Hal ini juga dikuatkan oleh Nur Iman, pengurus
Masjid Jami Kebun Jeruk. Menurutnya masjid tersebut memang tidak pernah sepi
dari jamaah yang berasal dari berbagai daerah bahkan luar negeri. “Bahkan Jumat
dua minggu yang lalu (jumlah jamaahnya) sampai 3000 orang,” ujarnya.
Kejadian ini tentu sangat disayangkan mengingat
pemerintah telah sejak lama menghimbau masyarakat agar tidak mengadakan acara
yang melibatkan banyak orang. MUI pun telah mengeluarkan fatwa agar
masjid-masjid mengurangi kegiatannya bahkan MUI meminta masjid-masjid di daerah
rawan Covid-19 untuk meniadakan shalat jumat.
5 Fakta Isolasi Ratusan Jemaah Masjid Kebon
Jeruk, 3 Positif hingga
Ada 78 WNA
Ada 78 WNA
Ratusan jemaah Masjid Jami Kebon Jeruk, Maphar,
Tamansari kini berstatus Orang Dalam Pengawasan (ODP) virus Corona.
Status itu didapat setelah Sudinkes Jakarta
Barat melakukan rapid test virus Corona kepada jemaah dan hasilnya terdapat
tiga jemaah yang terkonfinrmasi Covid-19.
Kompas.com coba merangkum fakta-fakta yang
membuat 183 jemaah Masjid Jami Kebon Jeruk menjadi ODP, sebagai berikut:
1. Berawal dari ziarah
Komplek Masjid Jami Kebon Jeruk merupakan
lokasi cagar budaya dan tempat ziarah bagi umat muslim.
Selain warga Jakarta, ada juga warga negara
asing (WNA) asal Timur Tengah yang melakukan ziarah ke tempat tersebut.
"Masjid itu sudah sejak zaman dahulu,
tempat orang berkunjung dan berziarah. Bukan dari Indonesia, termasuk dari
ASEAN, bahkan Timur Tengah. Berziarah, berdiam beberapa waktu," ujar Wali
Kota Jakarta Barat Rustam Effendi, Senin (30/3/2020).
Selain itu, jemaah dan pemuka agama di
sana juga kerap melakukan tablig dalam masjid. Sehingga, beberapa dari mereka
ada yang bermukim di area masjid tersebut dalam waktu cukup lama.
"Di samping itu juga jemaah juga ada,
ustaz juga ada mereka tablig dari rumah ke rumah. Dia bermukim di situ, sudah
berlangsung puluhan tahun," sambung Rustam
Belakangan, pasca meluasnya penyebaran virus
corona, pemerintah Indonesia melalui Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan imbauan
agar warganya beribadah atau berdoa di rumah.
Meski sudah ada imbauan untuk menjaga jarak
sosial, namun jemaah tetap berkumpul.
"Begitu ada peristiwa ini, kami dapat
informasi masih banyak orang berkumpul. (Padahal) seruan Pak Gubernur tidak
lagi berkumpul dan shalat berjemaah, maka saya datang ke sana," ucap
Rustam. Setelah bertemu, seluruh jemaah menjalani rapid test dan hasilnya tiga
orang positif Covid-19 dan dilarikan ke rumah sakit.
2. Ratusan jemaah diisolasi, termasuk 78 WNA Demi menjalanlan protokol bagi
para ODP, ratusan jemaah diisolasi dalam masjid selama 14 hari mulai Kamis
(26/3/2020). Bukan hanya WNI yang melakukan ziarah, tetapi juga ada warga
negara asing yang turut menjadi ODP dalam klaster ini. Total ada 78 yang
turut menjadi ODP dan harus menjalani isolasi.
Mereka ikut diisolasi karena sempat bersama
dengan tiga jemaah yang positif Covid-19. "Diisolasi sementara tidak boleh
keluar sampai ada langkah selanjutnya, kami urus makannya. Jumlah jemaah
foreign yang transit di Masjid Jami Kebon Jeruk, sebanyak 78 orang, terdiri
dari; India 48 orang; Bangladesh 10 orang; Srilanka 4 orang; Thailand 10 orang;
Palestina 5 orang; dan Pakistan 1 orang," kata Rustam.
3. Isolasi di masjid Empat belas hari bukan waktu yang singkat bagi para jemaah
untuk berdiam diri di masjid tanpa keluar. Suku Dinas Sosial (Sudinsos) Jakarta
Barat memastikan stok pangan bagi jemaah yang masuk dalam daftar orang dalam
pengawasan (ODP) Covid-19 dan diisolasi di Masjid Jami Kebon Jeruk.
Sudinsos Jakbar akan mengirim bantuan berupa makanan siap saji selama 14 hari
ke depan, atau selama jemaah menjalani masa isolasi. "Hanya bantuan
makanan siap saji, bantuan lain tidak ada," kata Kepala Suku Dinas Sosial
Jakarta Barat Mursidin saat dihubungi Senin.
Makanan cepat saji dikirim setiap pagi, siang, dan sore, atau tiga kali dalam
sehari. "Setiap pengiriman jumlahnya 200 nasi kotak," ucap Mursidin.
Selain isolasi dalam masjid, opsi lain tang dipersiapkan oleh Pemkot Jakbar
adalah dengan memindahkan jemaah ke Wisma Atlek Kemayoran yang juga RS Darurat
Penanganan Covid-19.
4. Dibawa ke Wisma Atlet Kemayoran Wacana pemindahan para jemaah dari masjid ke
Wisma Atlet Kemayoran akhirnya terealisasi. Pada Jumat (27/3/2020) malam, jemaah
mulai dipindahkan secara berkala dengan menggunakan bus dan diatur jarak
duduknya agar tidak berdempetan. "Sebanyak 39 dibawa ke RS darurat,
sisanya jadi 144 jemaah. Kami antar sampai ke sana. Di bus pun kami jaga jarak
atau physical distancing," kata Rustam. Pemindahan ini bukan tanpa
penolakan, ada beberapa penolakan dari pihak jemaah yang tidak ingin
dipindahkan. Meski demikian, Pemkot selalu mengedepankan dialog dalam mencari
solusi tersebut. "Kami upayakan terus supaya isolasi lebih baik, tempatnya
ke Wisma Atlet, Kemayoran, tidak di masjid. Dan pemantauannya lebih enak di
sana dibandingkan di masjid. Untuk tidur lebih enak. Ini terus-menerus kami
berikan penjelasan kepada mereka," ujar Rustam. Demi menjamin situasi,
kini pihak Pemkot bersama TNI dan Polri terus melakukan pengawasan di sekitar
masjid.
5. Belum ada pemindahan jemaah lagi Camat
Tamansari Risan Mustar mengatakan sampai sejauh ini belum ada proses pemindahan
jemaah lagi dari Masjid Jami ke Wisma Atlet. "Iya yang kemarin dikirim
(Jumat malam) sampai sekarang belum ada lagi, sembari ikuti atau intruksi
pimpinan karena gugus tugas ditingkat kota saya jaga keadaan dilapangan,"
ucap Risan saat dihubungi, Selasa (31/3/2020). Kendati demikian, Risan
mengatakan pihaknya tetap mengirimkan pelayanan tenaga medis untuk mengecek
kesehatan para jemaah. "Makanya saya tadi kirim tim medis kesehatan untuk
mengecek ada yang sakit atau enggak, enggak ada yang sakit," kata Risan.
Abaikan Ancaman Corona, Ribuan Jamaah Tabligh
Hadiri Ijtima’ Dunia di Gowa
Kegiatan Ijtima’ Dunia 2020 Jamaah Tabligh Zona
Asia di Gowa, Selawesi Selatan tetap akan dilaksanakan meski Pemerintah
Kabupaten telah membatalkan izin rekomendasi kegiatan itu karana kekhawatiran
memicu penyebaran virus Corona.
Menurut Kepala Dinas Kominfo Statistik dan
Persandian Gowa Arifuddin Saeni, panitia pelaksana menolak surat resmi dari
otoritas setempat untuk menunda pertemuan.
“Peserta masih berdatangan. Ada yang dari
Thailand, Arab, India, dan Filipina,” kata Arifuddin dilansir dari Reuters,
Rabu (18/3/2020).
Menurut panitia penyelanggara, Mustari
Bahranuddin, ketika disinggung mengenai risiko peserta menyebarkan virus pada
acara pada tersebut, pihaknya mengaku lebih takut kepada Tuhan,
”Karena semua orang manusia, kita takut
penyakit, kematian. Tapi ada sesuatu yang lebih penting sekedar tubuh, yaitu
jiwa,” ujarnya.
Dari data yang diperoleh redaksi Indopolitika,
hingga Rabu (18/3/2020), jumlah warga negara asing (WNA) yang tiba di di Tenda
Foreign Ijtima Dunia Zona Asia 2020 Kompleks Pesantren Darul Ulum, Desa
Niranuang, Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa berjumlah 411 orang dari 9 negara.
Dengan rincian sebagai berikut:
Pakistan : 58 orang.
India : 35 orang.
Malaysia : 83 orang.
Warga Negara Thailand : 176 orang.
Brunei : 1 orang.
Timor Leste : 24 orang.
Arab saudi : 8 orang.
Bangladesh : 24 orang.
Philiphina : 2 orang.
Sementara jumlah WNI yang telah hadir sebanyak
8.283 orang, dengan rincian sebagai berikut:
Nanggroe Aceh Darussalam : 12
Sumatera Utara : 35 orang.
Sumatera Barat : 130 orang.
Riau : 17 orang.
Jambi : 27 orang.
Bangka Belitung : 10 orang.
Bengkulu : 10 orang.
Lampung : 115 orang.
DKI Jakarta : 294 orang.
Banten : 19 orang.
Jawa Barat : 421 orang.
Jawa Tengah : 1.167 orang.
Jawa Timur : 260 orang.
Bali : 9 orang.
Nusa Tenggara Barat : 752 orang.
Nusa Tenggara Timur : 103 orang.
Kalimantan Barat : 23 orang.
Kalimantan Selatan : 733 orang.
Kalimantan Tengah : 90 orang.
Kalimantan Timur : 1.316 orang.
Kalumantan Utara : 192 orang.
Sulawesi Utara : 29 orang.
Sulawesi Tengah : 742 orang.
Sulawesi Tenggara : 120 orang.
Sulawesi Selatan dan Barat : 1.059 orang.
Gorontalo : 5 orang.
Maluku Utara : 27 orang.
28 Ambon : 2 orang.
Papua : 564 orang.
Jadi total peserta Ijtima Dunia yang sudah
hadir di Lokasi saat ini sebanyak 8.694 orang. Sementara masih ada
peserta yang tengah transit di Makassar dan semuanya akan merapat ke tempat
Ijtima Dunia Zona Asia 2020.
Diketahui, acara yang di selenggarakan di Gowa
ini diselenggarakan oleh komunitas yang sama dengan acara Tabligh Akbar di
Malaysia beberapa waktu lalu. Saat acara berlangsung di Malaysia, jamaah yang
hadir sekitar 19 ribu orang. [rif]
Antisipasi Corona, Polisi di Pamekasan Cek WNA
Asal India
Penanganan percepatan pencegahan dan
penanggulangan virus Corona Covid-19 dimaksimalkan oleh semua lapisan instansi
di wilayah Polsek Pegantenan.
Kasihumas Polsek Pegantenan Bripka M.Ali Sobir
, Kamis (02/04/2020) pukul 09.15 WIB bersama Kanit IK Aiptu Winardi dan Kanit
Binmas Bripka Edo Satria melaksanakan pendampingan kepada Kabakesbangpol Imam
Firdaus dan Imigrasi Huswan untuk mengecek keberadaan WNA (Warga Negara Asing)
dari India yang berada di Pondok Pesantren Madukawan Desa Palesanggar Kecamatan
Pegantenan untuk antisipasi wabah Covid-19.
Pengawasan dan pengecekan WNA India rombongan
jamaah tabligh yang saat ini melakukan khuruj di wilayah Polsek Pegantenan
beberapa minggu yang lalu sudah dilakukan pengecekan oleh tim medis untuk
memastikan kondisi kesehatannya.
"Hasilnya semua negatif dan jamaah dalam
keadaan sehat," ucap Kasihumas.
Kapolsek Pegantenan Pamekasan AKP H.Junaidi
mengatakan, kegiatan tersebut dilakukan oleh tim Covid Pegantenan sebagai upaya
deteksi dini pencegahan Corona.
"Iya memang benar 10 orang WNA asal India
sudah memasuki Pegantenan, namun untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan
maka para WNA ini diposkan di Ponpes Madukawan," jelasnya.
Kasi Humas menambahkan, petugas Imigrasi
bersama tim mengecek kelengkapan administrasi WNA asal India yang merupakan
Jamaah Tabligh di Ponpes Madukawan Desa Palesanggar Kecamatan Pegantenan
Kabupaten Pamekasan tersebut serta mengecek satu persatu WNA sebanyak 10 orang,
dan secara keseluruhan kondisi saat ini lengkap dan dalam keadaan sehat.
Dirinya juga memberikan himbauan agar para
jamaah tetap mematuhi aturan pemerintah dan himbauan Kapolri agar tetap berdiam
diri di mesjid.
"Jangan menyebar apabila ada yang sakit,
segera melaporkan diri melalui petugas atau penanggungjawab di lapangan,"
ucapnya.
Jaga kesehatan dengan berjemur di bawah
matahari untuk menangkal virus Corona. Jangan mengadakan kegiatan yang
mengundang kerumunan orang, cukup taklim mutaalim di mesjid dan membentuk
holaqah tersendiri.
"Kami dari Polsek Pegantenan siap memberikan
pengawasan dan pelayanan kepada para jamaah untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dan keamanan para jamaah," tandasnya.
Mengapa Jamaah Tablig di Malaysia Banyak yang
Terpapar Covid-19?
Ada yang menarik atas Lockdown nya Malaysia,
pasca tabligh akbar yang digelar awal bulan Maret tahun 2020
ini. Dimana pasca Tabligh akbar virus corona merebak dan menginveksi
hampir 500 peserta dan ratusan orang lain yang terlacak karena menyembunyikan
informasi pribadi.
Sebenarnya tidak ada masalah dengan jamaah
tabligh, karena gerakan agama yang tak menyentuh politik
ini telah diikuti oleh jutaan orang dari seluruh dunia.
Gerakan kesadaran beragama,, memakmurkan masjid, taklim, dan
pengorbanan sebagaimana para sahabat dalam mendakwahkan Islam ke seluruh negeri
menjadi tulang punggung gerakan ini.
Sehingga gerakan penyadaran akan agama yang dimulai oleh Maulana Ilyas AlKhandahlawy
dari India ini diterima di seluruh dunia, termasuk Israel.
Dua amalan penting berupa amalan infirodi(amalan pribadi), dan amalan
ijtima'i (amalan secara bersama-sama) dilakukan sebagai dasar pokok untuk
melanggengkan gerakan jamaah tabligh dari masa ke masa.
Perintah dari Amir yang ada di Nizhamuddin India, kemudian diteruskan
kepada para jamaah yang datang ke sana, kemudian disosialisasikan ke
seluruh dunia.
Di Indonesia markas jamaah tabligh ada di Kebon Jeruk Jakarta. Berbagai
profesi mengikuti jamaah tabligh. Mulai dari rakyat jelata, polisi, tentara, mahasiswa, dosen, pedagang kaki lima,
bahkan kalangan artis.
Tujuannya adalah islahun nafs (memperbaiki diri) dengan mencontoh
amalan sebagaimana Nabi dan para sahabat.
Di tiap-tiap negara dan biasanya berpusat di ibukota Negara, selalu ada
pertemuan setiap pekan. Di mana dari petemuan ini disampaikan targhib
(motivasi) dan tasykil (tawaran) kepada orang-orang yang hadir agar
bisa keluar di jalan Allah di masjid-masjid yang telah ditentukan.
Meluangkan waktu untuk belajar dakwah dari
masjid ke masjid selama 3 hari, 40 hari , 4 bulan, dan 1 tahun bagi
para ustad dan kiai yang memiliki kecukupan ilmu untuk berkorban meluangkan
waktu dengan masa yang lebih lama.
Pertemuan juga dilakukan di masjid-masjid
seluruh kota yang sudah dijadikan markaz.
Setiap tahun, sebuah negara termasuk
Indonesia mengadakan pertemuan tahunan yang diikuti oleh para jamaah dalam
negeri dan ditawarkan kepada warga negara dari seluruh dunia. Lazim
dinamakan jord atau ijtimak.
Dalam acara ini biasanya hadir tokoh-tokoh utama dari India dan Pakistan dan
Bangladesh, untuk menyampaikan tausiah, nasehat-nasehat, dan
ajakaan agar orang-orang mau memperbaiki diri dengan cara mau keluar khuruj
fi sabilillah sesuai dengan kemampuan.
Bisa di dalam negeri bisa juga keluar negeri.
Bisa IPB (India Pakistan Bangladesh) atau ke negeri jauh dengan
syarat dan ketentuan yang telah disepakati.
Yang menarik dari acara pertemuan jamaah tabligh adalah berkumpulnya ribuan
orang dalam satu tenda. Biasanya selama tiga hari, jum'at, sabtu, dan berakhir di hari minggu. Diakhiri dengan terbentuknya jamaah-jamaah
yang siap berangkat untuk dakwah ke seluruh penjuru dunia.
Sejak kedatangan jamaah ke lokasi ijtimak, semua memang dilakukan secara
berjamaah, berkumpul jadi satu di bawah tenda.
Melakukan aktifitas selama acara berlangsung.
Sholat berjamaah, makan berjamaah, tidur berjamaah, dan
memenuhi hajat seperti MCK di lokasi yang telah disediakan oleh panitia
ijtimak.
Berkumpul dan bergerak bersama, melakukan aktifitas bersama ribuan orang
di tempat yang sama, memang sebuah pengalaman tersendiri.
Lalu ketika Malaysia mengadakan ijtimak-- semua sudah dipersiapkan karena
Malaysia sudah sering mengadakan acara ini selama puluhan tahun--merebaklah
virus corona.
Yang tanpa disadari telah menjangkiti orang-orang yang hadir. Berkumpulnya orang banyak dalam waktu yang cukup lama membuat virus
corona mudah menyebar.
Apalagi bersalaman, berpelukan,
makan dengan jari, bahkan tidur berhimpitan dengan orang-orang
disekelilingnya merupakan tanda keakraban. Wajar bila begitu banyak
orang yang terpapar.
Peristiwa di Malaysia menjadi perhatian dunia. Kita tidak dilarang untuk
berkumpul apalagi dalam rangka menciptakan kebaikan.
Tapi bila sebuah perkumpulan, sesuai fakta menimbulkan mudharat, memang
patut dicegah.
Sosial distancing memang dirasa bisa
mencegah penyebaran virus, dan memotong rantai penyebarannya.
Peristiwa di Malaysia menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Tak
apalah hari ini kita menjadi pribadi-pribadi yang individualistis. Memikirkan diri sendiri, menjaga jarak dengan orang lain, bahkan
melakukan ibadah sendiri.
Tapi suatu ketika saat wabah corona sudah mereda, kita akan kembali
bersama, kumpul bersama, makan bersama, nonton pertandingan
dan konser musik, dan jalan-jalan lagi ke mall dan tempat wisata.
Saat ini kita hanya bisa menahan diri dan mencegah, agar tidak melakukan
hal-hal secara berkelompok dalam satu kendaraan, satu tempat, atau
satu ruangan.
Sebab kita ingin, virus corona segera pergi dan mengembalikan kehidupan
seperti semula.
https://www.kompasiana.com/amp/masnawir7439/5e7833cf7a6e63697654c682/mengapa-jamaah-tabligh-di-malaysia-banyak-yang-terpapar-covid-19
https://www.kompasiana.com/amp/masnawir7439/5e7833cf7a6e63697654c682/mengapa-jamaah-tabligh-di-malaysia-banyak-yang-terpapar-covid-19
Seluk Beluk Jemaah Tabligh yang Diduga Percepat
Wabah Corona
di India dan RI
di India dan RI
Komunitas Jemaah Tabligh, salah satu organisasi
Islam terbesar di Asia Selatan, di ibukota India, New Delhi diduga menjadi
kantung penyebaran virus corona usai menggelar acara akbar yang disambangi
ribuan orang.
Otoritas India melaporkan berhasil melacak 128
kasus COVID-19 yang berkaitan dengan acara tersebut. Tujuh peserta sudah
dinyatakan meninggal dunia.
Kepolisian India akhirnya menutup paksa kantor
pusat organisasi di area pemukiman muslim di New Delhi, Nizamuddin. Acara yang
digelar antara 13 dan 15 Maret itu dihadiri oleh setidaknya 7.600 warga muslim
India dan 1.300 wisatawan asing, termasuk dari Malaysia dan Indonesia.
Polisi menemukan sekitar 2.000 orang masih
menetap di asrama milik organisasi Jemaah Tabligh ketika hendak menutup paksa.
Menteri Kesehatan New Delhi, Satyendra Jain mengklaim pihaknya menemukan
sebanyak 24 orang penghuni asrama positif tertular virus corona, demikian
laporan Aljazeera.
Harian The Hindu mengabarkan, Kementerian Dalam
Negeri India akan memasukkan ratusan pengunjung asal Indonesia ke dalam daftar
hitam imigrasi. "Mereka datang ke sini dengan visa wisata. Tapi mereka
malah berpartisipasi dalam konferensi agama. Ini adalah pelanggaran aturan
keimigrasian," kata seorang pejabat Kemendagri di New Delhi.
Abaikan kebijakan pemerintah India
Pemerintah India sudah mengambil kebijakan
dramatis buat menghadang penyebaran virus Corona. Pada 11 Maret, ketika angka
penularan masih berjumlah belasan, Kementerian Luar Negeri sudah mencabut semua
visa kunjungan dari luar negeri, dan dua hari kemudian menghentikan arus
kunjungan dari Bangladesh, Nepal, Bhutan dan Myanmar.
Namun arahan untuk membatalkan acara besar atau
kumpulan orang dalam jumlah besar, diabaikan sebagian tokoh agama, termasuk
Kepala Jemaah Tabligh, Maulana Saad. Dia dikabarkan memerintahkan jemaahnya
untuk tidak menaati arahan pemerintah. "Jika Anda berpikir akan meninggal
dunia jika berkumpul di Masjid, maka saya katakan tidak ada tempat yang lebih
mulia untuk meninggal dunia," kata dia dalam sebuah rekaman audio yang
bocor ke media, lapor India Today.
Kepolisian New Delhi mengaku sedang menyiapkan
dakwaan kriminal terhadap petinggi Jemaah Tabligh lantaran dianggap
membahayakan keselamatan orang lain. Saat ini India mencatat 32 angka kematian
dari 1.251 kasus penularan Covid-19.
Siapa Jemaah Tabligh?
Jemaah Tabligh adalah organisasi Sunni yang
didirikan di utara India oleh Maulana Mohammed Ilyas Kandhlawi pada tahun 1926.
Organisasi ini tumbuh subur sebelum pemisahan India dan Pakistan, dan kini
memiliki pengikut di 80 negara.
Organisasi memiliki kantor pusat di New Delhi,
Markaz, berupa gedung bertingkat lima berisikan sebuah masjid dan asrama yang
mampu menampung 5.000 orang. Sebagian anggotanya adalah pendakwah yang
berkeliling negeri secara rutin.
Jemaah Tabligh mengimpikan masyarakat Madani
serupa di era Nabi Muhammad. Organisasi puritan ini menolak ajarannya dikaitkan
dengan salah satu Madzhab Sunni. Meski mendakwahkan damai, gerakan ini ikut
membidani kelahiran sel teror di beberapa negara.
Mantan Presiden Pakistan, Farooq Ahmad Khan
Leghari dan Mohammed Rafiq Tarara diyakini sebagai simpatisan Jemaah Tabligh,
termasuk juga mantan Presiden India, Dr. Zakir Hussain.
Berjejak di Nusantara
Menurut Farish Ahmad Noor, Guru Besar Studi
Islam di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, Jemaah Tabligh
tiba di Indonesia pada 1955. Dalam bukunya, Islam on the Move: The Tablighi
Jama'at in Southeast Asia, gerakan ini tercatat menggunakan Masjid Jami Kampung
Jeruk sebagai markas pertama di Indonesia.
Hingga kini masjid tersebut masih digunakan
oleh Jemaah Tabligh.
Ironisnya akhir Maret silam Pemerintah DKI
Jakarta mengisolasi sekitar 182 jemaah di masjid tsb lantaran adanya dugaan
penularan virus corona. Dalam sebuah uji cepat, ditemukan tiga orang anggota
jemaah mengidap COVID-19. Sebagian yang dikarantina merupakan warga negara
asing.
CNN Indonesia melaporkan hingga akhir Maret
silam sebanyak 73 WNA masih mengisolasi diri di dalam masjid. Menurut berita
harian Kompas, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Muhadjir Effendy menyatakan, simpatisan Jemaah Tabligh asal Indonesia yang
berada di luar negeri akan ditempatkan dalam status orang dalam pemantauan
(ODP).
Pemerintah mencatat saat ini ada 1.456 anggota
Jemaah Tabligh yang tersebar di seluruh Indonesia. Diketahui, 731 orang tengah
berada di India. Salah satu pusat penyebaran gerakan ini adalah Pesantren
Al-Fatah di Temboro, Jawa Timur, yang juga berfungsi sebagai episentrum dakwah
di Asia Tenggara, terutama di Thailand dan Malaysia, tulis Farish Noor dalam
bukunya tersebut.
Uniknya, meski banyak dikaitkan dengan gerakan
terror di Asia Selatan, Jemaah Tabligh, menikmati kedekatan dengan organisasi
besar Islam di Indonesia, seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI). Wakil Sekjen
MUI pusat Amirsyah Tambunan misalnya mengatakan, ideologi Tabligh tidak jauh
berbeda dengan sikap MUI secara umum.
Hal serupa dikatakan Hidayat Nurwahid, saat itu
masih menjabat Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ketika diwawancara
Farish Noor. "Ada banyak spekulasi soal Tabligh. Apa mereka itu teroris?
Atau ekstremis? Saya kira semua itu omong kosong, karena Tabligh tidak politis
dan sebabnya tidak berbahaya buat siapapun," kata dia.
rzn/as (dari berbagai sumber)
Terulang Lagi, Ibadah Jamaah Tabligh Memicu
Zona Merah Corona
di India dan Pakistan
di India dan Pakistan
Oleh Pallavi
Pundir
Kelompok ini menggelar ijtima di New Delhi.
Sebelumnya, ibadah massal jamaah tabligh di Malaysia dan Indonesia berakibat
adanya pasien positif covid-19. Satu masjid di Jakarta Barat sampai diisolasi.
Acara doa bersama (ijtima) yang diadakan
kelompok Jamaah Tabligh di New Delhi ditengarai menjadi pemicu klaster
penularan terbesar virus corona di
India dan Pakistan. Pihak berwajib di kedua negara mengerahkan
tim khusus guna melacak nama-nama jamaah yang menghadiri acara
tersebut. Pemerintah New Delhi telah mengidentifikasi masjid di Distrik
Nizamuddin sebagai salah satu pusat zona merah pandemi corona Negeri
Sungai Gangga.
Ibadah Jamaah Tabligh di New Delhi tersebut,
dari kajian pakar, terbukti memicu kasus
positif Covid-19 di sedikitnya enam negara bagian India, yakni Tamil
Nadu, Andhra Pradesh, Delhi, Telangana, dan Maharashtra. Total jumlah kasus
positif virus corona India kini mencapai 1.300 orang, dan lebih dari 50 pasien
meninggal. Dokter menyebut ijtima tersebut sebagai "momen
penularan massif."
Kematian pasien akibat virus corona telah
tercatat di Telangana, Srinagar, Andaman, dan Kepulauan Nicobar. Media setempat
mengabarkan sekitar 2.500 orang berkumpul di New Delhi pada 10 Maret lalu. Para
jamaah, sebagian berasal dari negara Asia lain termasuk Indonesia, kemudian
pulang ke daerahnya masing-masing.
"Dari penelusuran kami, lebih dari 3.000
orang berkumpul di masjid Jamaah Tabligh antara 10 dan 15 Maret lalu,"
ujar petinggi kepolisian Delhi saat diwawancarai India Today. "Di
antaranya, ada warga negara Indonesia, Yordania, Yaman, Arab Saudi, Tiongkok,
Ukraina, Malaysia, Sri Lanka, Afghanistan, dan Bangladesh. Setelah lockdown
berlangsung, sebagian besar jamaah pulang tapi masih ada 1.600 orang terlantar
di Distrik Nizamuddin, Delhi, dan ada lebih dari 200 warga negara asing
bertahan di masjid tersebut." Saat ini, Masjid Jami' di Nizamuddin sudah
dibersihkan dan diisolasi dari dunia luar.
Jamaah Tabligh adalah gerakan Islam Sunni yang
condong pada mazhab
Deobandi, yang berpusat di Pakistan. Dalam situasi normal,
pengikutnya cinta damai, berperilaku sederhana, enggan berpolitik, mementingkan
dakwah dari pintu ke pintu, serta kerap menggelar pertemuan maupun ibadah
anggota lintas negara. Sayangnya, akibat situasi pandemi covid-19, kebiasaan
Jamaah Tabligh menggelar ijtima memperparah penularan virus.
Bulan lalu, ijtima di Malaysia terlanjur memicu
gelombang penularan covid-19. Acara empat hari di Malaysia dihadiri
16.000 orang, memicu "lonjakan kurva penularan corona terbesar di Asia
Tenggara." Pasca pertemuan tersebut, Malaysia menutup perbatasan, dan
kasus positif Covid-19 mulai ditemukan di negara seperti Brunei dan Thailand.
Acara serupa di Gowa, Sulawesi Selatan, sempat
dibatalkan. Itupun sebagian jamaah ada yang tertular ketika transit di
Jakarta, sehingga
Masjid Kebon Jeruk terpaksa diisolasi dan 144 jamaah di
dalamnya dipantau aparat Indonesia.
Kelompok Jamaah Tabligh cabang New Delhi telah
ditandai sebagai zona merah virus corona oleh kementerian kesehatan India.
Sekitar 300 jamaah menunjukkan gejala COVID-19 dan mereka dibawa ke rumah sakit
untuk dites. Sementara 700 lainnya telah dibawa ke pusat karantina.
Menurut surat kabar
lokal India, total ada 824 anggota Jamaah Tabligh berkewarganegaraan
asing, yang datang menggunakan visa turis dan mengikuti ijtima pada 10-15
Maret. Daftar nama itu telah dibagi oleh pemerintah india kepada negara
masing-masing WN asing tersebut.
Juru bicara Jamaah Tabligh merasa kegiatan
ibadah mereka tidak melanggar aturan hukum apapun. Mereka berjanji menanggung
akomodasi jamaah asing setelah pemerintah pusat India menerapkan aturan
lockdown 21 hari secara mendadak.
"Ada rumor di media sosial bahwa
orang-orang yang mengidap Covid-19 berkumpul di masjid kami. Ada kabar juga
bahwa ada yang sampai meninggal," ujar kelompok Jamaah Tabligh lewat
pernyataan tertulis. "Dalam situasi seperti itu, tidak ada opsi
lain bagi markas Jamaah Tabligh Nizamuddin selain mengakomodasi tamu asing yang
terdampar dengan memberi pencegahan medis sesuai anjuran ahli, hingga
situasinya menjadi kondusif bagi mereka untuk pulang atau pihak yang berwenang
untuk memindahkan mereka."
Aparat hukum di Pakistan langsung menutup
madrasah pusat Jamaah Tabligh di Lahore. Tempat-tempat lokasi pertemuan rutin
mereka di Pakistan juga ikut ditutup sementara. Sekitar 143 anggota Jamaah
Tabligh di Pakistan telah positif tertular Covid-19 dan tiga di antaranya
meninggal. Di saat yang sama, pihak kepolisian Delhi menuntut kelompok ke jalur
hukum, tersebut karena melanggar Undang-Undang Penanggulangan Penyakit Menular
1897.
Sebagaimana di Malaysia dan Indonesia, Jamaah
Tabligh di India maupun Pakistan panen kritik
dari organisasi Islam lain lantaran ngotot menyelenggarakan
pertemuan akbar, biarpun sudah diperingatkan risikonya.
Sesuai dugaan, insiden ini kembali menyulut
timbulnya sentimen Islamofobia di India, yang masih tersisa
dari konflik sektarian antara umat Hindu dan Muslim bulan lalu. Bahkan tagar
#CoronaJihad sempat trending, dan banyak warga India menyalahkan komunitas
muslim secara keseluruhan sebagai biang kerok penyebaran virus corona di India.
Omar Abdullah, mantan Gubernur Jammu & Kashmir, sampai bikin twit,
mengingatkan masyarakat betapa sentimen Islamofobik "lebih berbahaya
daripada virus manapun."
Insiden ini bukanlah pertama kalinya aturan
social-distancing dilanggar di India. Di Uttar Pradesh, Gubernur Yogi
Adityanath malah
mengikuti acara ibadah di Ayodhya saat sudah diputuskan
lockdown 21 hari oleh pemerintah pusat. Banyaknya orang yang ingin pulang
kampung setelah lockdown membuat kebijakan social distancing semakin sulit
diterapkan di India.
Follow Pallavi Pundir di Twitter.
Artikel ini pertama kali tayang di VICE India
Meminimalisir Risiko Penularan Corona dari
Ibadah Massal Bukan Kebijakan Anti Agama
Melanggar Kebijakan Lockdown India, Amir Jamaah
Tabligh Maulana Saad Terancam Pidana
Kepolisian New Delhi tengah menyelidiki dugaan
kasus pelanggaran kebijakan Lockdown oleh Amir Jamaah Tabligh Maulana Saad
Kandahlavi. Di saat Kepolisian Delhi mengirimkan pemberitahuan kepada Jamaah
Tabligh untuk mematuhi peraturan, Maulana Saad mengatakan kepada anggotanya
untuk tidak khawatir dengan virus corona (COVID-19).
Dalam klip pertama yang diposting di
saluran YouTube Delhi
Markaz, Saad terdengar mengulangi pendirian sebelumnya bahwa virus
corona (COVID-19) tidak akan mempengaruhi umat Islam. Saad menegaskan bahwa
masjid adalah tempat terbaik untuk mati jika ada orang yang terinfeksi oleh
virus.
Namun, dalam audio kedua yang dirilis beberapa
jam kemudian, Maulana Saad menarik kembali pernyataannya dan sebagai gantinya
meminta anggota Jamaah Tabligh untuk mengikuti pedoman pemerintah dan
menghindari pertemuan bersama.
“Tidak ada keraguan bahwa apa yang terjadi di
dunia adalah akibat dari kejahatan umat manusia. Kita harus tetap di rumah, itu
adalah satu-satunya cara untuk menenangkan murka Allah,” kata Maulana Saad,
seperti dilansir dari Times of India, Jumat, (3/4/2020).
Maulana Saad kemudian mengatakan dia sedang
menjalani karantina atas saran dokter. “Seseorang harus mengikuti saran dokter
dan bekerja sama dengan administrasi. Di mana pun anggota kami, mereka harus
mengikuti perintah administrasi. Karantina sendiri, di mana pun Anda berada.
Itu tidak bertentangan dengan Islam atau Syariah,” ujar Saad.
Polisi Delhi kemudian mengirim tim ke
kediamannya di Muzaffarnagar di mana anggota keluarganya menerima pemberitahuan
yang meminta Maulana Saad untuk bergabung dengan polisi menyelidiki adanya
pembangkangan massal terhadap kebijakan lockdown India melawan COVID-19.
Keluarga Saad kemudian memberi tahu polisi bahwa pengacara Saad akan
menghubungi mereka.
Dalam laporan FIR yang telah teregistrasi,
Kepolisian bersama tim yang dipimpin oleh hakim sub-divisi kota dan pejabat
departemen kesehatan Delhi telah mengunjungi gedung Markaz Nizamuddin pada 26
dan 30 Maret dan menemukan hampir 1.300 orang tinggal di tempat itu dengan
mengabaikan social distancing (jaga jarak aman). Polisi mengatakan tak satu pun
dari mereka menggunakan masker atau menggunakan hand sanitiser. (DH/MTD)
Sumber : Times of
India | Redaktur : Hermanto Deli
Enam Jamaah Tabligh Akbar di Masjid Nizamuddin
New Delhi Meninggal
Akibat Corona
Akibat Corona
Setidaknya ada enam orang yang menghadiri acara
jamaah tabligh akbar di masjid Nizamuddin New Delhi yang terletak di negara
bagian Telangana, India meninggal dunia setelah dinyatakan positif
terjangkit virus corona (COVID-19). Pada pekan lalu, seorang ulama
yang menghadiri acara itu juga telah meninggal di Srinagar, sebuat kota yang
terletak di sebelah utara India.
Seperti dilasir dari publikasi NDTV, Selasa
(31/3/2020), keenam jamaah tabligh yang wafat di Telangana tersebut. Dua
diantaranya meninggal di Rumah Sakit Gandhi dan lainnya meninggal di Rumah
Sakit Apollo, Rumah Sakit Global, di Nizamabad dan di Gadwal.
Tim khusus pun telah mengidentifikasi
masyarakat yang pernah melakukan kontak dengan enam jamaah tersebut. Mereka
telah dipindahkan ke rumah sakit untuk diperiksa kesehatannya dan dirawat.
Setidaknya, 10 orang Indonesia yang pergi ke
Telangana setelah acara tersebut juga sempat dinyatakan positif corona. Pada
Senin (30/3/2020) kemarin, Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk India
kemudian mendapatkan kabar terkait kesembuhan sejumlah WNI tersebut. Namun, 10
WNI yang sudah sembuh itu disebut masih harus menjalani karantina lanjutan.
Sedangkan pada Ahad (29/3/2020) malam,
kepolisian New Delhi dan tim medis juga pergi ke daerah New Delhi Selatan
setelah diketahui banyak orang yang menunjukkan gejala terinfeksi virus corona.
Daerah itu kini telah disegel untuk mengantisipasi penyebaran virus corona yang
lebih massif.
Kepolisian sebenarnya telah berusaha meyakinkan
penyelenggara kegiatan jamaah tabligh tersebut untuk pergi dari daerah itu sejak
24 Maret lalu. Namun, jamaah banyak yang terdampar di sana karena
kebijakan lockdown nasional.
Pada pertengahan Maret lalu, lebih dari 2.000
jamaah tabligh dari berbagai negara, termasuk dari Malaysia, Indonesia, Arab
Saudi, dan Kirgistan, menghadiri pertemuan Jamaah Tabligh di Masjid Nizamuddin.
Kemudian, sebanyak 1.400 jamaah bertahan di masjid yang dikenal sebagai markas
Jamaah Tabligh dunia tersebut.
Sedangkan 300 jamaah telah dibawa ke rumah
sakit untuk diuji virus corona di New Delhi dan ditempatkan dalam isolasi.
Sembilan jamaah dan istri dari salah satu dari mereka juga telah dites positif
di kepulauan Andaman dan Nicobar. (mga/NDTV)
Ratusan Jamaah Tabligh Dikarantina di Masjid
Hyderabad
Sebanyak 210 orang jamaah tabligh telah
dikarantina di Masjid Noor Qasimabad guna menghindari penyebaran wabah virus
corona jenis baru (Covid-19). Terdapat dua orang warga China telah dikirim ke
Rumah Sakit Sipil Hyderabad di mana satu orang dilaporkan terinfeksi virus
corona.
Dilansir di Business Recorder, Selasa 31 Maret
2020, sebanyak 208 orang jamaah tabligh telah diisolasi di masjid di mana
tempat tes Covid-19 dilakukan kepada mereka. Selain itu, delapan orang diduga
positif Covid-19 telah dikirim ke pusat karantina yang didirikan di Rumah Sakit
Pemerintah Kohsar, Latifabad melalui ambulans.
Pengawas medis rumah sakit memberi tahu delapan
orang ini adalah penduduk Hyderabad. Sebagaimana diketahui, Hyderabad merupakan
salah satu wilayah yang tak luput dari penyebaran virus Covid-19 di India.
Belum lama ini Pemerintah India telah
menerapkan kebijakan lockdown yang berujung ricuh. Tak sedikit warga yang
justru berkerumun menyerbu toko-toko makanan usai kebijakan lockdown dinyatakan
pemerintahnya.(republika.co.id)
Berpotensi Sebar Virus Corona, India Tutup
Mabes Jamaah Tabligh
Otoritas India menutup markas besar jamaah
tabligh di New Delhi, Selasa (31/3). Keputusan itu terjadi karena kelompok
tersebut tetap menggelar pertemuan yang bisa memicu penyebaran virus corona.
Melansir Republika.co.id, jamaah
tabligh melakukan pertemuan di markas mereka pada akhir pekan lalu di New
Delhi. Sebelumnya, puluhan jamaah dinyatakan positif terkena virus corona dan
setidaknya tujuh orang meninggal.
"Sepertinya protokol jaga jarak sosial dan
karantina tidak dipraktikkan di sini," kata Pemerintah Kota New Delhi
dalam sebuah pernyataan.
Pihak berwenang menyatakan, banyak Muslim yang
mengunjungi markas lima lantai itu untuk melakukan pertemuan. Ratusan orang
memenuhi gedung tersebut. Padahal, pemerintah telah mengumumkan melakukan jaga
jarak sosial dan menghentikan aktivitas di luar rumah.
"Para administrator melanggar kondisi ini
dan beberapa kasus pasien corona positif telah ditemukan. Dengan tindakan
kelalaian yang parah ini, banyak nyawa terancam. Ini tindakan kriminal,"
ujar pernyataan tersebut.
Salah satu pengurus pusat Jamaah Tabligh,
Musharraf Ali, mengatakan mereka telah mencari bantuan dari polisi dan
pemerintah kota untuk menangani orang-orang yang berdatangan. Namun, lockdown
yang telah diberlakukan membuat segalanya semakin sulit.
"Dalam keadaan yang memaksa seperti itu,
tidak ada pilihan, selain mengakomodasi pengunjung yang terdampar dengan
tindakan pencegahan medis yang ditentukan sampai situasi menjadi kondusif untuk
pergerakan mereka atau pengaturan dibuat oleh pihak berwenang," kata
Jamaah Tabligh dalam sebuah pernyataan.
India telah melaporkan 1.251 kasus virus corona
dengan 32 di antaranya telah meninggal. Namun, pejabat Kementerian Kesehatan
mengatakan, India bisa saja menghadapi lonjakan besar yang dapat membanjiri
sistem kesehatan masyarakat yang lemah.
Jamaah Tabligh juga mengadakan pertemuan bulan
lalu di Masjid Seri Petaling di Kuala Lumpur, Malaysia. Acara yang mereka
adakan telah menjadi sumber ratusan infeksi virus corona di seluruh Asia
Tenggara.