Monday, July 20, 2020

Ka’bah… Adakah Yang Lebih Mulia Darimu??? Darah Seorang Mukmin !!

Ka’bah… Adakah yang Lebih Mulia Darimu???

Ka’bah… Adakah Yang Lebih 
Mulia Darimu???

Sungguh kami mencintaimu… Sangat mencintaimu… Sekurangnya lima kali dalam sehari kami menghadapkan wajah ke arahmu.
Allah ‘Azza Wa Jalla memuliakanmu dengan menjadikanmu sebagai qiblah setelah Al-Aqsha. Rasulullah ketika memandangmu pun juga memujimu dan mengagungkanmu.
Apalagi kami yang tinggal jauh di Indonesia, ingin sekali lagi dan lagi memegang Rukun Yamani, mengecup Hajar Aswadmu, beriltizam sambil menangis di multazammu, shalat di hijir Isma’ilmu.
Namun, betapapun agungnya kehormatanmu, tak melebihi kehormatan seorang muslim.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: نَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْكَعْبَةِ، فَقَالَ: ((مَا أَعْظَمَ حُرْمَتَكِ))، وَفِي رِوَايَةِ أَبِي حَازِمٍ لَمَّا نَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْكَعْبَةِ، قَالَ: ((مَرْحَبًا بِكِ مِنْ بَيْتٍ مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَلَلْمُؤْمِنُ أَعْظَمُ حُرْمَةَ عِنْدَ اللهِ مِنْكِ، إِنَّ اللهَ حَرَّمَ مِنْكِ وَاحِدَةً وَحَرَّمَ مِنَ الْمُؤْمِنِ ثَلَاثًا: دَمَهُ، وَمَالَهُ، وَأَنَ يُظَنَّ بِهِ ظَنَّ السَّوْءِ)) [رواه البيهقي في شعب الإيمان بإسناد حسن]

Artinya: “Ibnu Abbas berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menatap Ka’bah sambil bersabda: “Sungguh agung kehormatanmu.” Dalam riwayat Abu Hazim: “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menatap Ka’bah, beliau bersabda: “Selamat datang wahai Ka’bah. Betapa mulianya anda da betapa istimewanya kehormatan anda. (Hanya ketahuilah), kehormatan seorang mukmin sungguh lebih mulia di sisi Allah, dari pada kehormatanmu. Karena sesungguhnya Allah hanya mengharamkan satu hal darimu, sementara dari seorang mukmin Allah mengharamkan tiga hal: darahnya, hartanya dan berprasangka tidak baik kepadanya” (HR. Baihaki dalam Syu’abul Iman dengan sanad hasan).
Dalam hadits lain, Rasulullah kembali menegaskan —saking mulia dan istimewanya kehormatan seorang muslim— bahwa hancurnya dunia dan seisinya bagi Allah lebih mudah dan lebih ringan, dari pada terbunuhnya satu orang muslim. Perhatikan sabda Rasulullah dimaksud:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ» [رواه الترمذي بإسناد صحيح]

Artinya: “Dari Abdullah bin Amer, bahwasannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lenyapnya dunia lebih ringan bagi Allah, dari pada terbunuhnya satu orang muslim” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih).
InsyaAllah tak akan lama, kami kan kembali thawaf mengelilingimu. Aamiin..
Abu Razin

Kehormatan Seorang Muslim Lebih Mulia Sekalipun Dari Ka’bah

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusanNya sembari dilafalkan dengan lisan, adalah perkara mudah dilakukan. Bahkan, oleh sementara orang dipandangnya perkara sepele.
Namun tahukah anda bahwa ucapan dua kalimah syahadat yang menjadi tanda seseorang telah muslim, adalah sesuatu yang sangat istimewa dan luar biasa? Iya, kehormatan orang yang meyakini dan melafalkannya sangat mulia. Bahkan, kehormatannya lebih mulia di sisi Allah dari pada kehormatan Ka’bah sekalipun.
Dari pada Ka’bah sekalipun? Iya, dari pada Ka’bah sekalipun. Perhatikan sabda Rasulullah saw di bawah ini:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: نَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْكَعْبَةِ، فَقَالَ: ((مَا أَعْظَمَ حُرْمَتَكِ))، وَفِي رِوَايَةِ أَبِي حَازِمٍ لَمَّا نَظَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْكَعْبَةِ، قَالَ: ((مَرْحَبًا بِكِ مِنْ بَيْتٍ مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَلَلْمُؤْمِنُ أَعْظَمُ حُرْمَةَ عِنْدَ اللهِ مِنْكِ، إِنَّ اللهَ حَرَّمَ مِنْكِ وَاحِدَةً وَحَرَّمَ مِنَ الْمُؤْمِنِ ثَلَاثًا: دَمَهُ، وَمَالَهُ، وَأَنَ يُظَنَّ بِهِ ظَنَّ السَّوْءِ)) [رواه البيهقي في شعب الإيمان بإسناد حسن]

Artinya: “Ibnu Abbas berkata: “Rasulullah saw pernah menatap Ka’bah sambil bersabda: “Sungguh agung kehormatanmu”. Dalam riwayat Abu Hazim: “Ketika Rasulullah saw menatap Ka’bah, beliau bersabda: “Selamat datang wahai Ka’bah. Betapa mulianya anda, dan betapa istimewanya kehormatan anda. (Hanya ketahuilah), kehormatan seorang mukmin sungguh lebih mulia di sisi Allah, dari pada kehormatanmu. Karena sesungguhnya Allah hanya mengharamkan satu hal darimu, sementara dari seorang mukmin Allah mengharamkan tiga hal: darahnya, hartanya dan berprasangka tidak baik kepadanya” (HR. Baihaki dalam Syu’abul Iman dengan sanad hasan).
Karena kehormatan seorang muslim sangat dimuliakan inilah, Rasulullah saw melarang kita semua untuk menyakitinya, mencelanya, juga mencari-cari aib dan kesalahannya. Karena jika itu dilakukan, maka yang akan membalasnya bukan orang yang disakitinya, bukan muslim yang dicelanya, akan tetapi Allah yang akan membalasnya langsung. Perhatikan firman Allah berikut ini:

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui” (QS. An-Nûr [24]: 19).
Demikian juga dengan sabda Rasulullah saw di bawah ini:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: صَعِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المِنْبَرَ فَنَادَى بِصَوْتٍ رَفِيعٍ، فَقَالَ: «يَا مَعْشَرَ مَنْ أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ الإِيمَانُ إِلَى قَلْبِهِ، لَا تُؤْذُوا المُسْلِمِينَ وَلَا تُعَيِّرُوهُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ، فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ المُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ، وَمَنْ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ رَحْلِهِ» قَالَ: وَنَظَرَ ابْنُ عُمَرَ يَوْمًا إِلَى البَيْتِ أَوْ إِلَى الكَعْبَةِ فَقَالَ: «مَا أَعْظَمَكِ وَأَعْظَمَ حُرْمَتَكِ، وَالمُؤْمِنُ أَعْظَمُ حُرْمَةً عِنْدَ اللَّهِ مِنْكِ» [رواه الترمذي، بإسناد حسن صحيح]

Artinya: “IbnuUmar berkata: “Rasulullah saw pernah naik mimbar dan beliau berkhutbah dengan suara keras: “Wahai orang-orang yang telah mengaku berislam dengan lidahnya, namun belum sampai kepada hatinya, janganlah kalian menyakiti orang-orang muslim, serta janganlah kalian menjelekkan dan mencela dosa-dosa mereka yang telah lalu. Jangan pula kalian mencari-cari aib kesalahan mereka, karena siapa yang mencari-cari aib atau kesalahan saudaranya yang muslim, maka Allah akan membukakan aib dan kesalahannya. Dan siapa yang dibukakan aibnya oleh Allah, maka Dia akan menampakkannya sekalipun ia berada di dalam rumahnya menyendiri”. Rawi berkata: “Suatu hari Ibnu Umar menatap Ka’bah dan berkata: “Betapa mulianya anda wahai Ka’bah, betapa istimewanya kehormatan anda wahai Ka’bah. (Hanya saja) kehormatan seorang mukmin lebih mulia di sisi Allah, dari pada kehormatanmu” (HR. Tirmidzi dengan sanad Hasan Shahih).
Karena kehormatannya yang dimuliakan ini juga, tidak dibenarkan seseorang menakut-nakutinya dengan besi, pedang, tongkat atau benda-benda lainnya, sekalipun bercanda. Perhatikan sabda Rasulullah saw di bawah ini:

عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «مَنْ أَشَارَ إِلَى أَخِيهِ بِحَدِيدَةٍ، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَلْعَنُهُ، حَتَّى يَدَعَهُ وَإِنْ كَانَ أَخَاهُ لِأَبِيهِ وَأُمِّهِ» [رواه مسلم]

Artinya: “Abu Hurairah berkata: “Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang menunjukkan besi kepada saudaranya (muslim), maka sesungguhnya malaikat akan melaknatnya, sampai ia menurunkan besinya itu. Sekalipun ia saudara kandungnya” (HR. Muslim).
Ketika menjelaskan hadits di atas, Imam Nawawi dalam Syarah nya terhadap Shahih Muslim mengatakan: “Hadits ini berisi penguatan akan kehormatan seorang muslim, sekaligus larangan keras mengancam dan menakut-nakutinya, juga melakukan perkara apa saja yang menyakitinya. Sabda Rasul yang berbunyi: “Sekalipun yang ditakut-takutinya saudara kandungnya”, adalah bentuk mubâlaghah dalam hal menjelaskan keumuman larangan di atas, yang mencakup siapa saja, baik yang tertuduh ataupun tidak, baik dalam bentuk canda dan main-main ataupun nggak. Karena, menakut-nakuti seorang muslim hukumnya haram dalam semua keadaan”.
Lalu bagaimana kalau sampai membunuhnya? Wal ‘iyadz billâh, semoga Allah menjauhkannya dari kita semua. Membunuh seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan adalah dosa yang sangat besar. Bahkan, ia termasuk dosa besar kedua setelah syirik. Para ulama mengatakan, tidak ada hukuman yang paling berat dan pedih setelah hukuman syirik kepada Allah, selain hukuman bagi yang membunuh seorang muslim dengan sengaja dan tanpa alasan yang dibenarkan.
Lalu apa hukumannya? Hukumannya sangat dahsyat: neraka jahannam, murka dan laknat Allah, juga siksa yang amat sangat pedih. Perhatikan firman Allah di bawah ini:

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

Artinya: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya” (QS. An-Nisâ` [4]: 93).
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, ketika menjelaskan ayat di atas mengatakan: “Ini merupakan ancaman yang sangat dahsyat, dan hukuman yang sangat pedih, bagi siapa saja yang melakukan perbuatan dosa besar ini, yang dalam al-Qur’an banyak disandingkan dengan dosa syirik”.
Demikian juga Rasulullah saw mengingatkan besarnya dosa dan hukuman orang yang membunuh seorang muslim tanpa alasan yang dibenarkan. Rasulullah saw sampai menyebutnya, tidak akan diampuni dosanya oleh Allah. Perhatikan sabda Rasul dimaksud:

عن مُعَاوِيَةَ قال: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «كُلُّ ذَنْبٍ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَغْفِرَهُ، إِلَّا الرَّجُلُ يَقْتُلُ الْمُؤْمِنَ مُتَعَمِّدًا، أَوِ الرَّجُلُ يَمُوتُ كَافِرًا» [رواه النسائي بإسناد صحيح]

Artinya: “Muawiyah berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Setiap dosa, semoga Allah dapat mengampuninya, kecuali seseorang yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, atau seseorang yang meninggal dalam keadaan kafir” (HR. Nasai, dengan sanad shahih).
Dalam hadits lain, Rasulullah saw kembali menegaskan—saking mulia dan istimewanya kehormatan seorang muslim—bahwa hancurnya dunia dan seisinya bagi Allah lebih mudah dan lebih ringan, dari pada terbunuhnya satu orang muslim. Perhatikan sabda Rasulullah saw dimaksud:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ» [رواه الترمذي بإسناد صحيح]

Artinya: “Dari Abdullah bin Amer, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: “Lenyapnya dunia lebih ringan bagi Allah, dari pada terbunuhnya satu orang muslim” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih).
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang dapat menjaga lisan, tulisan juga prilaku dari perkataan, tulisan dan perbuatan yang dapat menyakiti seorang muslim dalam bentuk apapun. Terlebih menebar fitnah yang tidak benar, mencari-cari aib, mengorek-ngorek kesalahan yang telah lalu, menakut-nakuti, apalagi sampai membunuhnya tanpa alasan yang dibenarkan. Karena, kehormatan seorang muslim ternyata sangat mulia di sisi Allah, bahkan lebih mulia dari pada Ka’bah sekalipun. Semoga.
Kairo, 16 Pebruari 2015
Aep Saepulloh Darusmanwiati