Mei 20, 2014
Sejarah Berdarah DaulahShafawi
Rafidhi
Memaksa Muslimin Menjadi Rafidhah & Bersekutu Dengan Salibis Memerangi Daulah Islam Turki Utsmani
Memaksa Muslimin Menjadi Rafidhah & Bersekutu Dengan Salibis Memerangi Daulah Islam Turki Utsmani
Dalam perjalanan
sejarah Islam terdapat beberapa negeri yang memiliki pemikiran yang menyimpang
dan melakukan kekerasan terhadap umat Islam untuk memaksakan pemikiran mereka.
Seperti yang dilakukan negeri-negeri berpaham Syiah semisal; Daulah Fatimiyah,
Qaramithah, Buwaihiyah, dan Shafawiyah. Cara negeri-negeri ini bergaul dengan
masyarakat Islam yaitu dengan cara permusuhan, menolak pemikiran-pemikiran
pihak lain dengan kekerasan dan terorisme, siapa saja yang menolak pemikiran
mereka, maka kematian adalah jawaban yang tak terbantahkan. Selain itu,
negara-negara ini tidak malu-malu menjalin aliansi dengan negara-negara Salib
saat Perang Salib antara muslim dan Kristen sedang berkecamuk.
Oleh karena itu, apa
yang hendak kami sampaikan ini sangat penting untuk kita petik hikmahnya agar
kita bisa memahami realitas kekinian dengan membandingkan apa yang terjadi pada
sejarah kita. Tidak diragukan lagi, dan kita melihat dengan mata kepala kita
bahwa apa yang terjadi di masa lampau terulang kembali di era modern ini. Sulit
bagi kita memahami apa yang terjadi saat ini, kecuali dengan membandikannya
dengan peristiwa-peristiwa di masa lalu yang mirip keadaannya dengan masa kini.
Jika kita mendalami
sejarah, maka kita bisa menentukan sikap dimana kita akan meletakkan kaki kita.
Dengan memahami sejarah Daulah Shafawi, maka kita bisa melihat negara mana di
era modern ini yang rekam jejaknya mirip dengan Daulah Shafawi.
Siapakah
Yang Disebut Shafawi?
Nasab orang-orang
Shafawi merujuk kepadaShafiyuddin Ishaq al-Arbadili (650-735 H/1251-1334 M), ia adalah kakek kelima dari Syah Ismail as-Shafawi, pendiri Daulah Shawafiyah di Iran. Ardabil adalah
sebuah wilayah yang terletak di Azerbaijan. Wilayah itu banyak dihuni oleh
orang-orang Turki dan Armenia atau secara umum bangsa Turk menghuni daerah
tersebut.
Sebagian orang
menyatakan bahwa nasab Shafiyuddin Ishaq al-Arbadili sampai kepada salah
seorang putra ahlul bait, Musa bin Ja’far rahimahullah, orang Syiah menyebut beliau dengan Imam Musa
al-Kazhim. Namun pendapat ini disanggah oleh para sejarawan dengan beberapa alasan:
- Istri dari Shafiyuddin Ishaq al-Ardabili, yang merupakan kerabatnya yang
paling dekat tidak mengetahui nasab suaminya sampai kepada Musa al-Kazhim ‘alaihissalam(Tarikh ash-Shafawiyin wa
Hadharatihim, Hal: 29).
- Para sejarawan Syiah di masa hidup Shafiyuddin Ishaq al-ardabili, tidak
pernah menuliskan bahwa ia termasuk ahlul bait dari keturunan Musa bin Ja’far (Shilatun baina Tasawwuf wa Tasyyau’, Hal: 140.).
- Penulis-penulis pada masa Daulah Shafawi menisbatkan nasab Shafiyuddin
Ishaq kepada Husein bin Ali bin Abi Thalib, namun anaknya, Musa bin Shafiyuddin
Ishaq, tidak tahu nasab ayahnya ini terhubung ke Husein atau Hasan.
- Pengakuan nasab tersebut hanya bertujuan politis untuk menjadi penguasa
dan mendapat simpatik rakyat.
Berdirinya Kerajaan Shafawi, Rakyat Dipaksa
Menjadi Syiah
Sebelum Daulah Syiah
Shafawi berkuasa di Iran, wilayah
tersebut dikuasai oleh orang-orang Mongol Dinasti Ilkhan. Madzhab resmi negeri
ini adalah Ahlussunnah namun sudah terkontaminasi dengan paham tasawwuf.
Pada masa Shafiyuddin Ishaq, situasi politik di Iran dan sekitarnya dalam
kondisi tidak stabil, rakyat merasa tidak puas terhadap pemerintahnya,
perbuatan keji tersebar di kalangan penguasa, dll. Syiah membaca hal ini
sebagai peluang mereka. Pada awalnya Syiah hanya sebagai gerakan keagamaan,
namun pada masa al-Junaid –cucu Shafiyuddin Ishaq- gerakan madzhab ini berubah
menjadi gerakan politik dan Sultan Haidar menetapkan bahwa nasab keluarga
Shafawi bersambung dengan Musa bin Ja’far al-Kazhim (Tarikh ad-Daulah ash-Shafawiyah fi Iran, Hal: 38).
Deklarasi Syiah sebagai gerakan politik atau pengakuan masuknya kader Syiah
dalam ranah politik bertujuan untuk memperluas pengaruh mereka dan sebagai
sinyal perlawanan terhadap Dinasti Ilkhan yang mulai sakit. Gerakan perlawanan
mereka dimulai pada masa Fairuz Syah yang memimpin revolusi perlawanan terhadap
Ilkhan dan puncaknya dicapai pada masa Syah Ismail ash-Shafawi dengan
berdirinya Daulah Syiah ash-Shafawi tahun 1501. Saat itulah madzhab resmi Iran
berganti menjadi Syiah, dan rakyat dipaksa untuk memeluk pemahaman ini. Syah
Ismail tidak peduli bahwa mayoritas rakyatnya adalah orang-orang berpaham
Ahlussunnah. Ia mengerahkan seluruh kemampuan dan pengaruhnya untuk memaksa
warga beralih madzhab menjadi Syiah.
Tidak berhenti memberlakukan kebijakan tersebut di dalam negerinya, Syah
Ismail juga berupaya menyebarkan paham Syiah di Daulah Ahlussunnah seperti
Daulah Utsmaniyah. Masyarakat Utsmani menolak keras ajaran Syiah yang pokok
pemikirannya adalah mengkafirkan para sahabat Nabi, melaknat generasi awal
Islam, meyakini adanya perubahan di dalam Alquran, dll. Ketika Syah Ismail
memasuki wilayah Irak, ia membunuhi umat Islam Ahlussunnah, menghancurkan
masjid-masjid, dan merusak pekuburan.
Pemimpin Utsmaniyah, Sultan Salim, menanggapi serius upaya yang dilakukan
oleh Syah Ismail terhadap rakyatnya. Pada tahun 920 H/1514 M, Sultan Salim
membuat keputusan resmi tentang bahaya pemerintah Iran ash-Shafawi. Ia
memperingatkan para ulama, para pejabat, dan rakyatnya bahwa Iran dengan
pemerintah mereka ash-Shafawi adalah bahaya nyata, tidak hanya bagi Turki
Utsmani bahkan bagi masyarakat Islam secara keseluruhan. Atas masukan dari para
ulama, Sultan Salim mengumumkan jihad melawan Daulah Shafawiyah. Sultan Salim
memerintahkan agar para simpatisan dan pengikut Kerajaan Shafawi yang berada di
wilayahnya ditangkap dan bagi mereka yang melakukan pelanggaran berat dijatuhi
sangsi hukuman mati (Juhud al-Utsmaniyin li Inqadz
al-Andalus).
Persekutuan Daulah Shafawiyah dengan Pasukan Salib
Melawan Umat Islam
Peperangan antara Daulah Syiah Shafawi dengan umat Islam yang diwakili
Turki Utsmani pun benar-benar terjadi. Sadar bahwa Turki Utsmani begitu besar
untuk ditaklukkan, ash-Shafawi menjalin sekutu dengan orang-orang kafir Eropa
yakni orang Kristen Portugal kemudian Kerajaan Inggris. Di antara poin
kesepatakan kedua kelompok ini adalah Portugal membantu Shafawi dalam perang
terhadap Bahrain, Qathif, dan Turki Utsmani.
Panglima Portugal, Alfonso de Albuquerque, mengatakan, “Saya sangat menghormati kalian atas apa yang kalian lakukan terhadap
orang-orang Nasrani di negeri kalian. Sebagai balas jasa, saya persiapkan
armada dan tentara saya untuk kalian dalam menghadapi Turki Utsmani di India.
Jika kalian juga ingin menyerang negeri-negeri Arab atau Mekah, saya pastikan
pasukan Portugal ada di sisi kalian, baik itu di Laut Merah, Teluk Aden,
Bahrain, Qathif, atau di Bashrah, Syah Ismail akan melihat saya di Pantai
Persia dan saya akan melakukan apa yang dia inginkan.” (Qira-ah Jadidah di Tarikh al-Utsmaniyin).
Tawaran kerja sama Portugal ini bukanlah sesuatu yang tanpa pamrih, mereka
menginginkan membangun sebuah pangkalan di Teluk Arab. Bantuan kerja sama
militer ini juga menjanjikan pembagian wilayah taklukkan; Shafawi mendapatkan
Mesir dan Portugal
diiming-imingi dengan tanah Palestina (Qira-ah Jadidah di Tarikh al-Utsmaniyin). Pasukan Salib Portugal
mengtahui, bekerja sama dengan negeri-negeri muslim Teluk atau mengadakan
kontak senjata dengan mereka akan berbuah kegagalan terhadap misi mereka.
Shafawi adalah pilihan tepat bagi mereka untuk masuk memuluskan misi mereka di
dunia Arab.
Selain bekerjasama dengan Portugal, Shafawi juga menjalin hubungan dengan
Kerajaan Inggris untuk memerangi umat Islam di Irak. Di Irak mereka membunuh
7000 warga Ahlussunnah dari Suku Kurdi, melarang mereka menunaikan ibadah haji
ke Mekah, dan memaksa umat Islam di sana untuk berhaji ke Kota
Masyhad, Iran, kota yang mereka yakini tempat kelahiran imam mereka,
Imam Ali bin Musa ar-Ridha.
Inilah fakta yang terjadi, dibalik slogan-slogan persatuan ternyata ada
tikaman dari belakang. Di balik kesan pahlawan, Syiah bagaikan serigala yang
mengindati domba-domba yang akan dimangsa.
Pelajaran:
Sejarah mengajarkan kepada kita sebuah pengalaman berharga, betapa
orang-orang Syiah melalui Daulah Shafawiyah (dan Daulah Fatimiyah, Qaramithah,
dll) menaruh kebencian terhadap umat Islam. Mereka tidak pernah mengumandangkan
jihad terhadap tentara salib berbeda halnya dengan umat Islam, mereka
benar-benar menunjukkan permusuhan, melakukan pembunuhan dan pengrusakan, serta
mengumandangkan peperangan. Sebaliknya mereka menjalin hubungan yang harmonis
dengan pasukan salib dan Yahudi, bahkan terhadap orang-orang majusi penyembah
api.
Hal serupa kita dapatkan di era modern ini, dimana kerajaan Shafawi modern,
Republik Syiah Iran, melakukan hal yang sama dengan pendahulunya. Mereka
berteriak-teriak lantang memerangi Amerika dan Israel, tapi tidak pernah kita
dapati mereka berperang melawan Amerika dan Yahudi di Palestina. Sementara
ribuan bahkan jutaan Ahlussunnah mereka bunuh. Dengan kekuatan media, mereka
putar balikkan fakta bahwa negara-negara Ahlussunnah lah yang menjadi kaki
tangan Barat Amerika dan pelindung Israel.
Pelajaran lainnya adalah Syiah selalu memanfaatkan instabilitas politik di
suatu negeri untuk mencuri kekuasaan. Mereka memanfaatkan status
ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahnya dengan iming-iming perubahan dan
janji manis, namun kenyataannya jauh lebih parah dari yang kita bayangkan.
Semoga Allah senantiasa melindungi negeri kita dari maker-makar yang dibuat
oleh orang-orang Syiah..
Sumber:
– Tarikh ad-Daulah ash-Shafawiyah di Iran
– Majalah al-Furqon al-Kuwaitiyah, dll.
– Tarikh ad-Daulah ash-Shafawiyah di Iran
– Majalah al-Furqon al-Kuwaitiyah, dll.
Oleh Nurfitri Hadi
Artikel KisahMuslim.com
Artikel KisahMuslim.com