Monday, January 12, 2015

Akidah Syiah Imamiyah : Tanya Jawab Mengenai Rusak dan Bahaya Akidah Syi’ah [ edited version ]

                                                                                        Akidah Syi'ah Imamiyah, Tanya Jawab Mengenai Kerosakan dan Bahaya Akidah Syi'ah
Judul: Akidah Syi’ah Imamiyah, Tanya Jawab Mengenai Kerosakan dan Bahaya Akidah Syi’ah | Judul Asal (‘Arab):‘Aqaid Asy-syi’ah Al-Its-na ‘Asyariyyah | Penulis: Syaikh ‘Abdurrahman bin Sa’ad bin ‘Ali Asy-Syastri

     Sesungguhnya kaum muslimin dahulu berada di atas ajaran Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - yang disampaikan oleh Rasul-Nya berupa petunjuk dan agama yang benar, yang sesuai dengan riwayat yang shahih dan akal sehat. Ketika Amirul Mukminin Khalifah Ar-Rasyid Utsman bin Affan - Rodliallahu Anhu - terbunuh dan terjadi fitnah, maka kaum muslimin saling berperang di Shiffin sehingga terbentuk Al-Mariqah (Al-Mariqah (kelompok yang menyempal) adalah salah satu julukan kelompok Khawarij ) seperti yang telah disabdakan oleh Nabi - Sholallahu Alaihi Wassalam - 
“Akan menyempal satu kelompok ketika terjadi perpecahan dari kaum muslimin, akan diperangi oleh salah satu kelompok yang paling dekat kepada kebenaran.” [ HR Muslim no. 2458]
Mereka menyempal pada dua hakim yang mengambil keputusan. Manusia pun berpencar tanpa ada kesepakatan.
Kemudian setelah bidah Khawarij muncullah bidah faham Syiah. Diikuti kemudian bermunculan berbagai kelompok sebagaimana diberita-oleh Rasulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam - dalam sejumlah hadits, di antaranya hadits yang diwayatkan oleh Abu Hurairah, dia berkata: "Rasulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam - bersabda: ” Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu kelompok. Nashrani terpecah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua kelompok, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga kelompok. [diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnad nya no. 5910]
Aliran faham SyiahRafidhah muncul dari daerah Kufah. 0leh karena itu, disebut-dalam sejarah Syiah bahwa tidak ada yang menerima dakwah Syiah diseluruh negeri kaum muslimin, kecuali Kufah.Kemudian setelah itu menyebar ke selain daerah Kufah. Selain itu muncul pula dari Kufah Murjiah, Qadariah, dan Mutazilah. Dari Bashrah muncul metode dalam ibadah dan dari ujung Khurasan muncul faham Jahmiah.

kemunculan bidah-bi'dah ini disebabkan jauhnya wilayah tersebut dari Nabi karena bidah-bidah tidaklah tumbuh berkembang, melainkan di bawah atap kejahilan dan tidak adanya para ulama.

Oleh karena itu Imam Ayyub As-Sakhtiyani - rahimahullah- (w. 131 H) berkata: "Di antara kebahagiaan orang yang baru mengenal Islam dan orang non-Arab adalah ketika Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - memberikannya taufik untuk bertemu dengan alim dari kalangan Ahlus Sunnah." [ lihat: Syarh ushul itiqod ahlussunah 1/60]]
Hal tersebut disebabkan oleh cepatnya mereka terpengaruh oleh hembusan fitnah dan bidah karena lemahnya kemampuan mereka untuk mengenali kesesatan dan menyingkap cacatnya. Sesungguhnya metode terbaik untuk menghadapi bidah dan melawan perpecahan adalah menebarkan sunnah di tengah manusia dan di tengah orang-orang tersesat yang menyimpang darinya. Karena itulah para imam sunnah bangkit untuk perkara ini. Mereka terangkan keadaan kondisi sebenarnya dari para ahli bidah dan mereka bantah syubhat-syubhat mereka. Hal tersebut sebagaimana dilakukan oleh Imam Ahmad dalam membantah orang-orang Zindiq dan Jahmiah. Demikian pula Imam Al-Bukhari dalam membantah Jahmiah, Ibnu Qutaibah (w. 276 H) dalam membantah Jahmiah, Musyabbihah dan Ad-Darimi (w. 280 H) dalam membantah Bisyr Al-Mirrisi dan lain-lainnya.
Kita hidup di zaman di mana negara-negara dunia terbuka satu sama lain, hingga banyak terjadi pencampuran, jumlah kelompok-kelompok sempalan menjamur di tengah kerumunan umat-umat yang mengerumuni kita. Hal tersebut sebagaimana dalam hadits Tsauban maula Rasulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam - dia berkata: "Rasulullah bersabda: Hampir kalian akan dikerumuni oleh umat-umat dan segala penjuru sebagaimana orang-orang yang makan mengerumuni nampan makanan nya. Dia berkata: "Kami berkata: "Wahai Rasulullah, apakah karena hari itu jumlah kami sedikit?" Beliau bersabda: "justru Kalian hari itu banyak. Namun kalian menjadi buih seperti buih banjir. Rasa takut tercabut dari hati musuh-musuh kalian dan di dalam hati kalian terdapat wahan" Dia berkata: "Kami berkata: "Apa itu wahan wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "cinta kehidupan dunia dan benci kematian"
Inilah buku yang berupaya membongkar hakekat kelompok-kelompok sempalan, terutama Syiah Rafidhah Itsna Asyariyyah.
Mungkin ada yang mengatakan, apakah faedah dari menerbitkan buku seperti ini yang mengungkap tentang hakikat ajaran Syiah Itsna Asyariyah, bukankah hal tersebut tidak akan mengubah banyak hal dalam perkara yang telah mengglobal, kecuali atas kehendak Allah - Subhanahu Wa Ta'ala - ?
Jawabannya: Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya telah menunjukkan bahwasanya akan senantiasa ada di tengah umat ini satu kelompok yang berpegang kepada kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad - Sholallahu Alaihi Wassalam - dari sisi Allah - Azza Wa Jalla- hingga hari kiamat. 
Hal tersebut seperti sabda beliau:
Dan umat beliau tidak akan pernah bersatu di atas kesesatan, hal ini Berdasarkan hadits Abdullah bin Umar bin Khaththab - Rodliallahu Anhu - bahwa Rasulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam – bersabda,“Akan scnantiasa ada dari umatku satu umat yang tegak dengan perintah Allah tidaklah memudaratkan bagi mereka orang yang menghinakan mereka dan menyelisihi mereka hingga dating perintah Allah, sedang mereka tetap dalam keadaan mereka.” [diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits 3641 (Bab Su'al At-Musyrikin an Yuriyahumun Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam Ayahh fa Arahum Insyiqaq Al-Qamar).

“ Sesungguhnya Allah tidak mengumpulkan umatku -atau beliau bersabda- Umat Muhammad di atas kesesatan. Tangan Allah berada di atas Jamaah” [ diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (w. 279 H) hadits 2167 (Bab Ma Ja'a fi Luzum Al-Jama'ah) dan dinyatakan shahih oleh Al Allamah Al-Albani dalam tahqiq beliau atas Misykah Al-Mashabih: 1/ 61 hadits 173]

Rosulullah - Sholallahu Alaihi Wassalam - bersabda:
“Setiap nabi yang diutus oleh Allah pada satu umat sebelumku memiliki para pembela dan shahabat dari kalangan umatnya yang berpegang dengan sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian muncul generasi setelah mereka yang mengucapkan apa yang tidak mereka (pendahulunya) perbuat, dan melakukan apa yang tidak diperintahkan kepada mereka. Barangsiapa yang berjihad melawan mereka dengan tangannya maka dia adalah seorang yang beriman. Barangsiapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya maka dia adalah seorangyang beriman. Barangsiapa yang berjihad melawan mereka dengan hatinya maka dia adalah seorang yang beriman. Dan kurang dari itu tidak ada keimanan seberat biji sawi pun.” 

[Diriwayatkan oleh Muslim hadits 50 (Bab Bayan Kaun An-Nahyi an Al-Munkar min Al-lman wa anna Al-lman Yazid wa Yanqush wa anna Al-Amra bi Al-Ma'ruf wa An-Nahya an Al-Munkar Wajiban]

Mengingkari dengan hati adalah mengimani bahwa hal tersebut adalah munkar dan membencinya. Jika hal ini ada berarti dalam hati terdapat iman. Begitupun sebaliknya, jika dalam hati tidak ada rasa suka kepada kebaikan dan pengingkaran terhadap kemungkaran maka iman tercabut dari hati.
Tidak diragukan lagi jika menjelaskan keadaan kelompok-kelompok yang keluar dari Al-Jamaah dan menyelisihi As-Sunnah merupakan perkara yang bersifat darurat untuk menghilangkan kerancuan antara kebenaran dan kebatilan, menjelaskan kebenaran kepada manusia, menebarkan agama Allah dan menegakkan hujjah atas kelompok yang menyelisihi Al-Kitab dan As-Sunnah. Hal tersebut dimaksudkan agar binasa orang yang binasa dengan kejelasan dan hidup orang yang hidup dengan kejelasan pula. Sesungguhnya kebenaran itu tidak samar bagi seorangpun, namun mereka tersesat karena mengekor hawa nafsu dan pendapat-pendapat yang salah.
Oleh karena itu, sesungguhnya para pengikut kelompok yang menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah, keadaan mereka antara seorang zindiq atau seorang yang bodoh. Maka sudah menjadi kewajiban untuk mengajari orang yang bodoh dan membongkar kedok seorang zindiq agar dia dikenal dan diwaspadai oleh setiap muslimin.
Menjelaskan tentang keadaan para pemuka bid’ah yang menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah adalah wajib berdasarkan kesepakatan kaum muslimin. Hingga perrnah ada yang dikatakan kepada imam Ahmad bin Hanbal - rahimahullah- : "Seseorang puasa, shalat dan iktikaf, Apakah itu lebih engkau sukai ataukah dia membicarakan ahli bidah?" 

Imam Ahmad menjawab: "Jika dia shalat dan iktikaf, sesungguhnya (manfaatnya) itu untuk dirinya sendiri. Namun, jika dia membicarakan, memperingatkan ahli bidah sesungguhnya manfaatnya untuk kaum muslimin. Ini lebih afdhal.”

Syaikh Shalih bin Muhammad Al Luhaidan ( Anggota Ha’iah Kibar Ulama KSA, Ketua Mahkamah Agung KSA) , berkata :

” Saya nasihatkan kepada setiap orang yang mendapatkan buku ini agar membacanya dengan cermat. Dalam buku ini mereka akan mendapati hal-hal mencengangkan sekaligus "menggelikan" yang akan membuat heran orang-orang yang berakal. Jika mereka membicarakan imam mereka, mereka jadikan imam mereka melampaui para nabi, rasul, dan malaikat, bahkan mereka berbicara tentang malaikat dengan hal-hal yang tidak masuk akal. 

Pembaca akan mendapati berbagai hal yang mencengangkan tersebut dalam buku ini, dan bagi orang yang berakal akan berkata: "Apakah kalangan Syiah ini memiliki akal pikiran?"

Adapun mengenai kewalian, mereka berkata:

"Sesungguhnya kewalian itu lebih utama dari shalat, zakat, haji dan puasa." 

Ini tercantum dalam salah satu sumber pokok ajaran mereka yakni kitab Al-Kafi. Mereka juga mengatakan tentang hari raya Al-Ghadir: 

"Barangsiapa yang mengingkari hari Al Ghadir maka ia telah mengingkari Islam." 

Mereka mengklaim bahwa para imam mereka memiliki kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh malaikat yang dekat (dengan Allah ) dan tidak pula seorang nabi yang diutus. Mereka menganggap bahwa hal tersebut termasuk perkara yang bersifat pasti dalam ajaran mereka.

Mereka mengklaim bahwa keimaman memiliki kedudukan yang mulia, derajat tinggi dan kekuasaan atas semesta, seluruh alam tunduk kepada kekuasaannya. Lantas manakah kekuasaan dan kedudukan mulia ini untuk menghindarkan mereka dari apa yang telah menimpa mereka dalam berbagai peperangan? Di antara ucapan mereka: "Sesungguhnya seorang alim dari kalangan Syi ah sama seperti Musa dan Harun Bisa jadi diambilnya persamaan dengan Musa dan Harun dikarenakan adanya hubungan lama antara mereka dengan Ibnu Saba Al-Yahudi, wallahu alam.
Sungguh, saya tidak mau mengisyaratkan apa yang dinukil dalam buku ini berupa kesesatan dan musibah. Namun, saya lebih senang jika al tersebut dibaca oleh seorang sunni maupun syiah. Karena tujuan nya adalah agar kebenaran dan tanda-tandanya bisa dikenali, termasuk untuk mengungkap kebatilan dengan segala kesesatan dan kehinaannya. Sesungguhnya penulis merasa senang jika seseorang yang menginginkan kebenaran dari kalangan Syiah mendapatkan hidayah melalui penjelasan kebenaaran, dan agar orang-orang yang berada di atas ajaran yang lurus tidak tergelincir ke dalam pemahaman Syiah.
oIeh karena itu, saya menekankan kepada para penuntut ilmu dan siapapun yang mencintai kemuliaan Islam agar membaca buku ini untuk mengenali jauhnya perbedaan antara Ahlus Sunnah dengan kaum Syiah Rafidhah. 

Sesungguhnya di sini kamiberupaya untuk menerangkan kebenaran agar para penuntut ilmu tersebut menerangkan jalan yang membawa kepadanya. Di samping itu, agar para pengikut sunnah dapat melihat apa yang dikatakan oleh para ulama Syiah tentang Al-Quran, para shahabat, Malaikat, dan wahyu yang menurut mereka belum terputus.

Scsungguhnya satu perkara yang tidak diragukan lagi jika umat Islam -membutuhkan persatuan di atas manhaj yang jelas, kembali kepada Al Quran dan As-Sunnah serta menjadikan orang-orang yang dipersaksikan oleh Rasulullah sebagai generasi terbaik yang dapat menjadi teladan.
Risalah ini -meskipun berbentuk tanya jawab- namun para penuntut ilmu membutuhkannya. Hal itu karena buku ini berisi ringkasan yang mengumpulkan dan mengikat akidah kaum tersebut.
Kedua, keistimewaan risalah ini adalah keautentikannya. Setiap riwayat, ucapan, dan nukilan dicatat dari sumber aslinya dalam kitab-kitab kalangan Syiah serta referensi-referensi yang diakui di kalangan mereka.
Ketiga, karena ajaran dan akidah mereka batil dan rusak, dan banyak mengandung kontradiksi. Buku ini dalam beberapa kesempatan berusaha mengisyaratkan hal tersebut dari kitab-kitab mereka sendiri. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk usaha untuk menampakkan kontradiksi yang buruk dalam ajaran mereka, agar dapat menjadi pelajaran orang-orang yang tertipu oleh mereka. Selain itu, sebagai dakwah orang yang menginginkan kebenaran dari kalangan mereka


Siapakah Syi’ah itu?

Jawaban: Syaikh mereka Muhammad bin Muhammad bin An-Nu’man, yang dijuluki oleh mereka Al-Mufid (w 413 H) menjawab bahwa mereka adalah:
أَتْبَاعُ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلِيٍّ ع(1) عَلَى سَبِيْلِ الْوَلاَءِ وَاْلاِعْتِقَادِ لِإِمَامَتِهِ بَعْدَ الرَّسُوْلِ ص بِلاَ فَصْلٍ, وَنَفْيِ اْلإِمَامَةِ عَمَّنْ تَقَدَّمَهُ فِيْ مَقَامِ الْخِلاَفَةِ, وَجَعْلِهِ فِي اْلاِعْتِقَادِ مَتْبُوْعاً لَهُمْ غَيْرَ تَابِعٍ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ عَلَى وَجْهِ اْلاِقْتِدَاءِ.
“Para pengikut Amirul Mukminin secara wala’ (loyalitas) dan meyakini keimamannya setelah Rasul tanpa ada selang (antara keduanya)(2). Menafikan keimaman dari orang-orang sebelumnya yang menduduki kekhalifahan. Serta meyakini bahwa dia diikuti oleh mereka, bukan dia yang mengikuti mereka sebagai bentuk ketundukan(3).(4)
Catatan: Sesungguhnya kata Syi’ah, jika disebut hari ini maka tidaklah menjurus kecuali kepada kelompok Itsnai ‘Asyariyah(5). Sebab Syi’ah Itsnai ‘Asyariyah merupakan mayoritas Syi’ah hari ini di Iran, Iraq, Suriah, Libanon, negara-negara Teluk dan tempat-tempat lainnya.. sebab referensi mereka dalam masalah hadits dan periwayatan telah mencakup sebagian besar pendapat kelompok-kelompok Syi’ah yang keluar sepanjang perjalanan sejarah.
Pertanyaan 2: Bagaimana asal-usul munculnya ajaran Syi’ah?
Jawaban: Pendapat yang kuat di kalangan para peneliti bahwa orang yang membidaninya adalah Abdullah bin Saba’ Al-Yahudi! Bahkan hal ini diakui oleh kitab-kitab Syi’ah sendiri!
Kitab-kitab tersebut mencatat bahwa Ibnu Saba’ Al-Yahudi adalah orang pertama yang mempopulerkan pendapat tentang keimaman Ali radhiyallahu ‘anhu. Inilah akidah penetapan keimaman bagi Ali radhiyallahu ‘anhu yang merupakan pokok ajaran Syi’ah.
Kitab-kitab tersebut menyatakan bahwa dia adalah orang pertama yang menampakkan celaan terhadap mertua dan menantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: Abu Bakr, Umar dan Utsman radhiyallahu ‘anhum. Dia orang pertama pula yang memunculkan pendapat tentang reinkarnasi, menuhankan Ali dan seterusnya.
Ulama mereka Al-Hasan An-Nubakhti berkata:
اَلسَّبَئِيَّةُ: قَالُوْا بِإِمَامَةِ عَلِيٍّ عليه السلام وَأَنَّهَا فَرْضٌ مِنَ اللهِ عز وجل, وَهُمْ أَصْحَابُ عَبْدِاللهِ بْنِ سَبَأ, وَكَانَ مِمَّنْ أَظْهَرَ الطَّعْنَ عَلَى أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَالصَّحَابَةِ وَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ, وَقَالَ: إِنَّ عَلِياًّ عليه السلام أَمَرَهُ بِذَلِكَ, فَأَخَذَهُ عَلِيٌّ عليه السلام فَسَأَلَهُ عَنْ قَوْلِهِ هَذَا فَأَقَرَّ بِهِ, فَأَمَرَ بِقَتْلِهِ
“Kelompok As-Saba’iyyah menyuarakan keimaman Ali ‘alaihis salam dan menyatakan bahwa hal tersebut perkara fardhu dari Allah ‘azza wa jalla. Mereka adalah para pengikut Abdullah bin Saba’, dia adalah salah seorang yang memunculkan celaan atas Abu Bakr, Umar, Utsman dan para sahabat serta berlepas diri dari mereka. Dia berkata bahwa Ali ‘alaihis salam yang memerintahkannya untuk itu. Maka Ali ‘alaihis salam menangkapnya dan menanyainya tentang ucapannya tersebut, dia mengakuinya dan kemudian Ali memerintahkan untuk membunuhnya.”
Dia berkata:
وَحَكَى جَمَاعَةٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ سَبَأ كَانَ يَهُوْدِياًّ فَأَسْلَمَ وَوَالَى عَلِياًّ عَلَيْهِ السَّلَامُ
“Sekelompok ulama memberitakan bahwa Abdullah bin Saba’ dahulunya adalah seorang Yahudi. Kemudian dia masuk Islam dan loyal kepada Ali ‘alaihis salam.”
Dia berkata:
وَكَانَ يَقُوْلُ وَهُوَ عَلَى يَهُوْدِيَّتِهِ فِيْ يُوْشَعَ بْنِ نُوْن بَعْدَ مُوْسَى ص بِهَذِهِ الْمَقَالَةِ, فَقَالَ فِيْ إِسْلاَمِهِ فِيْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ عَلَيْهِ السَّلَامُ مِثْلَ ذَلِكَ. وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ أَشْهَرَ الْقَوْلَ بِفَرْضِ إِمَامَةِ عَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ, وَأَظْهَرَ الْبَرَاءَةَ مِنْ أَعْدَائِهِ .. وَأَكْفَرَهُمْ, فَمِنْ هَاهُنَا قَالَ مَنْ خَالَفَ الشِّيْعَةَ: إِنَّ أَصْلَ التَّشَيُّعِ وَالرَّفْضِ مَأْخُوْذٌ مِنَ الْيَهُوْدِيَّةِ.
“Ketika dia masih menganut agama Yahudi dia menyuarakan pendapat ini(6) pada diri Yusya’ bin Nun setelah Musa SAW, kemudian ketika dia Islam dia berpendapat seperti itu pula pada diri Ali bin Abi Thalib ‘alaihis salam. Dialah orang pertama yang mempopulerkan pendapat tentang wajibnya keimaman Ali ‘alaihis salam dan menampakkan permusuhan terhadap musuh-musuhnya .. dan mengkafirkan mereka. Dari sini, para penyelisih Syi’ah berkata bahwa pokok ajaran Syi’ah dan Rafidhah diambil dari agama Yahudi.”(7)
Kemudian Gurunya para ulama Syi’ah: Sa’d Al-Qummi (w 301 H) menyebutkan sikap Ibnu Saba’ Al-Yahudi ketika mendengar kematian Ali radhiyallahu ‘anhu, di mana dia mengklaim bahwa dia belum mati. Dia berpendapat bahwa Ali akan reinkarnasi dan bersikap ghuluw (ekstrim) padanya.(8)
Dan beberapa pertanyaan lagi tentang apa itu agama Syiah akan terjawab dari membaca buku ini… puaskanlah keingintahuan anda dan kehati-hatian terhadap aliran sesat ini….

Syiah Imamiyah Its-na Asyariyyah (Syi’ah Imam Dua Belas)

merupakan salah satu aliran Syi’ah dari sekian banyak aliran-aliran Syi’ah yang menamakan alirannya sebagai mazhab Ahlul Bayt. Tetapi apabila dibandingkan dengan aliran-aliran Syi’ah yang lain, aliran ini dinilai sebagai aliran Syi’ah yang paling ekstrim lagi paling berbahaya bagi agama, bangsa, dan negara. Penganutnya mendakwa hanya dirinya atau golongannya yang mengikuti dan mencintai Ahlul Bayt.
Dengan menggunakan strategi licik yang mereka namakan taqiyah (berdusta), iaitu menyembunyikan hakikat diri mereka dan menutupi i’tiqad mereka demi maslahat agama dan dunia mereka, aliran ini pun berkembang pesat dengan cara tersebut. Al-Kulaini, iaitu dari kalangan ulama besar mereka, beliau mengatakan, “Tidak ada agama bagi orang yang tidak bertaqiyah (berdusta).” Dan mereka juga menegaskan bahawa kekhalifahan Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsman tidaklah sah.
Disebutkan pula dalam salah satu riwayat mereka, “Sesungguhnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lebih mirip dengan ‘Ali ‘alaihis Salam dari seekor gagak dengan gagak lainnya.” Mereka juga mengatakan, “Jibril diutuskan oleh Allah untuk membawa wahyu kepada ‘Ali ‘alaihis salam, namun Jibril tersalah sehingga Jibril pun menurunkannya kepada Muhammad.”
Namun dengan strategi-strategi licik dan dusta, ramai umat Islam yang jahil termakan tipu-daya mereka sehingga akhirnya mereka pun keluar dari Islam dan menjadi Rafidhah (Syi’ah).
Oleh kerana itu atas sebab tersebut, buku tentang aqidah Syi’ah Its-na ‘Asyariyyah dalam bentuk tanya-jawab ini pun diterjemah, diterbitkan, dan disebarkan semoga boleh menjadi bekal dan pedoman membongkar hakikat sebenar wajah mereka.
Rekomendasi Ulama
Pada pengantar buku ini, dimuatkan rekomendasi dari Syaikh Soleh bin Muhammad Al-Luhaidan hafidzahullah, Anggota Hai’ah dan Ketua Kehakiman Kerajaan ‘Arab Saudi di mana beliau menegaskan padanya:
“Saya nasihatkan kepada setiap orang yang mendapatkan buku ini agar membacanya dengan cermat. Dalam buku ini mereka akan mendapati hal-hal yang menghairankan sekaligus “menggelikan hati”, iaitu yang akan membuat orang-orang berakal tercengang. Ini adalah kerana jika mereka (Syi’ah) membicarakan tentang para imam mereka, mereka akan menetapkan imam mereka jauh melampaui para Nabi, para Rasul, dan para malaikat, bahkan mereka berbicara tentang para malaikat dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Para pembaca akan mendapati pelbagai perkara yang mencengangkan tersebut dalam buku ini, dan bagi orang yang berakal akan berkata:
“Tidakkah orang-orang Syi’ah ini memiliki akal fikiran?”
Adapun tentang kewalian, mereka berkata:
“Sesungguhnya kewalian itu lebih utama dari solat, zakat, haji, dan puasa.”
Ini tercantum dalam salah satu (kitab) yang menjadi sumber pokok ajaran mereka, iaitu kitab Al-Kafi. Mereka juga mengatakan tentang hari raya Al-Ghadir:
“Sesiapa yang mengingkarinya maka dia telah mengingkari Islam.”
Mereka mendakwa bahawa para imam mereka memiliki kedudukan yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat yang dekat (dengan Allah), dan tidak pula seorang Nabi yang diutus. Mereka menganggap bahawa hal tersebut termasuk perkara yang bersifat pasti dalam ajaran mereka.
Mereka mendakwa bahawa keimaman (kewalian dan kepimpinan) memiliki kedudukan yang mulia, darjat yang tinggi, dan kekuasaan atas alam semesta, seluruh alam tunduk kepada kekuasaannya. Lalu manakah kekuasaan dan kedudukan mulia ini untuk menghindarkan mereka dari apa yang telah menimpa mereka dalam pelbagai peperangan? Di antara ucapan mereka:
“Sesungguhnya seorang ‘alim dari kalangan Syi’ah sama seperti Musa dan Harun ‘alaihis salaam.”
Boleh jadi diambilnya persamaan dengan Musa dan Harun disebabkan adanya hubungan lama mereka dengan Ibnu Saba’ Al-Yahudi, wallahu a’lam.
Sungguh saya tidak mahu mengisyaratkan apa yang dinukil dalam buku ini berupa kesesatan dan musibah (dari kaum Syi’ah). Tetapi saya lebih suka jika hal tersebut (tentang hakikat keadaan kaum Syi’ah) dapat dibaca (difahami) oleh seorang Sunni mahupun Syi’ah. Kerana tujuannya adalah agar kebenaran dan tanda-tandanya boleh dikenali, termasuk untuk mengungkap kebathilan dengan segala bentuk kesesatan dan kehinaan mereka....
... Oleh kerana itulah, saya menekankan kepada para penuntut ilmu dan sesiapa pun yang mencintai kemuliaan Islam agar membaca buku ini untuk mengenali jauhnya perbezaan antara Ahlus Sunnah dengan kaum Syi’ah tersebut. Sesungguhnya di sini kami berusaha untuk menerangkan kebenaran dan agar para penuntut ilmu tersebut menerangkan jalan yang membawa kepadanya. Di samping itu, agar para pengikut Sunnah dapat melihat apa yang dikatakan oleh para ulama Syi’ah tentang al-Qur’an, para sahabat, para malaikat, dan wahyu yang menurut mereka belum terputus...
... Demikian pula kepada para pemuda Syi’ah disarankan agar membaca buku seperti ini agar mereka dapat mengenali akal para syaikh mereka. Semoga hal tersebut dapat menjadi sebab bagi mereka meraih kebaikan dan meniti jalan-Nya yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala gambarkan dalam surah berikut:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahawa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), kerana jalan-jalan yang lain itu memecah-belahkan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertaqwa.” (Surah al-An’aam, 6: 153)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menggambarkan jalan tersebut dengan membuat satu garis lurus, kemudian beliau membuat pula garis-garis yang banyak dan tidak lurus di sisi kiri dan kanannya. Beliau berkata tentang garis lurus tersebut:
“Ini adalah jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Dan terhadap garis-garis yang lainnya beliau katakan:
“Ini adalah jalan-jalan yang lain lain, pada setiap jalan ini terdapat syaitan...” dan seterusnya.
Saya memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan manfaat melalui apa yang telah diajarkan-Nya kepada kita dan memberkahi apa yang telah diberikan-Nya. Saya juga memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan manfaat melalui buku ini dan menyebarkannya di tengah-tengah manusia agar para pengikut kebenaran mengetahui apa yang disembunyikan oleh para pelaku kebathilan. Selain itu, agar orang-orang yang menginginkan kebaikan dari para pengikut ajaran Syi’ah Imam Dua Belas mendapatkan petunjuk, bagi yang berakal waras, lepas dari Yahudi dan berasa senang mengetahui kebenaran sekaligus dapat mengikutinya...”
Selain itu, buku ini juga turut mendapat semakkan dan rekomendasi daripada para ulama yang lainnya semisal Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Al-Jibrin, Syaikh ‘Abdullah bin Muhammad Al-Ghaniman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Soleh Al-Mahmud, dan Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman As-Sa’d.