Monday, May 4, 2015

Andai Risalah Amman Mensahkan Syiah pun Tidak Dapat Membatalkan Fatwa-Fatwa Para Ulama Salafunas Shalih

Jika pun deklarasi tersebut mengesahkan aliran Syiah, maka keputusan tersebut tidak dapat membatalkan fatwa-fatwa para ulama generasi terdahulu dari kalangan salafuna shalih yang sudah ijmak bahwa aliran Syiah itu sesat-menyesatkan. (Kholili Hasib, Risalah Amman dan Kampanye Politis Syiah, hidayatullah.com, Rabu, 23 April 2014 – 13:52 WIB)
Imam Ibnu Katsir menegaskan: Dari ayat ini (surat Al Fath ayat 29), dalam satu riwayat dari Imam Malik, beliau mengambil kesimpulan bahwa golongan Rofidhoh (Syiah), yaitu orang-orang yang membenci para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah Kafir.
Beliau berkata: “Karena mereka ini membenci para sahabat, maka dia adalah Kafir berdasarkan ayat ini”. Pendapat tersebut disepakati oleh sejumlah Ulama. (Tafsir Ibn Katsir, 4-219)
Imam Al Qurthubi berkata : “Sesungguhnya ucapan Imam Malik itu benar dan penafsirannya juga benar, siapapun yang menghina seorang sahabat atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum Muslimin”. (Tafsir Al Qurthubi, 16-297).
Imam Ahmad:
الامام احمد ابن حمبل:
روى الخلال عن ابى بكر المروزى قال : سألت ابا عبد الله عمن يشتم

أبا بكر وعمر وعائشة ؟  قال: ماأراه على الاسلام
( الخلال / السنة : ۲، ٥٥٧)

Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata : “Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya berpendapat bahwa dia bukan orang Islam”. ( Al Khalal / As Sunnah, 2-557).
(syiahindonesia.com/nahimunkar.com)
***
Disamping tidak dapat membatalkan fatwa-fatwa para ulama salafunas shalih, masih pula di antara para ulama penandatangan deklarasi Amman tetap tegas menilai sesatnya syiah. 
Tetap bersifat tegas terhadap Syiah.
Beberapa ulama yang menandatangani deklarasi (Amman) tersebut tetap bersifat tegas terhadap Syiah. Seperti Syeikh al-Qardhawi, dan Syeikh Ahmad Thayyib.
Lihatlah fatwa Syeikh Yusuf al-Qardhawi. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya perbedaan yang mendasar di antara kedua madzab ini (Sunni dan Syiah) adalah perbedaan di dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) dan bukan di dalam masalah furu’. Oleh karena itu, sebutan untuk perbedaan ini adalah perbedaan di antara dua golongan, yaitu Ahlus Sunnah di satu sisi dan Syiah di sisi yang lainnya. Perbedaan ini bukan di antara dua madzab fikih.” (Fatawa Mu’ashirah jilid IV).
Dalam fatwanya tersebut Syeikh al-Qardhawi menerangkan kesesatan-kesesatan Syiah. Beliau menjelaskan, memang benar, tidak mungkin kita akan bersatu. Ketika saya mengatakan, ”Abu Bakar semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya. Umar semoga Allah Subhanahu Wata’ala meridhainya.” Sedangkan engkau (Syiah) berkata, ”Abu Bakar semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknatnya. Umar semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknatnya.” Ingat, alangkah besarnya jurang perbedaan antara kalimat ‘semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya’ dengan kalimat ‘semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melaknatnya’.
Tentang gerakan kaum Syiah yang sering mengelabuhi kaum Muslimin beliau berkata: “Kami melihat mereka (Syiah) bersikap masa bodoh. Mereka menerobos masuk ke masyarakat Sunni dengan memanfaatkan kekaguman Ahlu Sunnah atas sikap Syi’ah di bidang politik dan militer. Mereka menjadikan hal tersebut sebagai alat propaganda”.
Syeikh Ahmad Thayyib, Mufti al-Azhar, mengatakan, “Meski para ulama besar Al-Azhar terdahulu pernah terlibat di dalam berbagai konferensi persatuan Islam antara Sunni dan Syiah guna melenyapkan fitnah yang memecah belah umat Islam, penting saya garis bawahi bahwa seluruh konferensi itu nyatanya hanya ingin memenangkan kepentingan kalangan Syiah (Imamiyah) dan mengorbankan kepentingan, akidah dan simbol-simbol Ahlus Sunnah, sehingga upaya taqrib itu kehilangan kepercayaan dan kredibilitasnya seperti yang kami harapkan. Kami juga sangat menyesalkan celaan dan pelecehan terhadap para sahabat dan istri Nabi SAW yang terus menerus kami dengar dari kalangan Syiah, yang tentu saja hal itu sangat kami tolak. Perkara serius lainnya yang kami tolak adalah upaya penyusupan penyebaran Syiah di tengah masyarakat Muslim di Negara-negara Sunni.”(lihat tulisan Fahmi Salim, Sikap Al-Azhar Mesir tentang ‘Taqrib’ Sunni-Syiah di hidayatullah.com).
Terlepas dari itu, jika pun deklarasi tersebut mengesahkan aliran Syiah, maka keputusan tersebut tidak dapat membatalkan fatwa-fatwa para ulama generasi terdahulu dari kalangansalafuna shalih yang sudah ijmak bahwa aliran Syiah itu sesat-menyesatkan. Mereka lah generasi yang mendapat garansi.
Mereka lah generasi yang mendapat garansi.
Ajakan taqrib (pendekatan) Syiah ternyata hanya strategi Syiah untuk mensyiahkan kaum Ahlus Sunnah. Syeikh Mustafa al-Siba’i pernah dikhianati oleh orang-orang Syiah ketika beliau bersepakat untuk mengadakan taqrib. Namun ajakan itu dikhianati dengan kelakuan Syiah yang mencaci para Sahabat Nabi dan melakukan Syiahisasi. Ia pun sampai pada kesimpulan bahwa ajakan Syiah sebetulnya bukan ber-ukhwah dengan Ahlus Sunnah, namun sejatinya mengajak Sunni untuk menjadi Syiah.*
Penulis (Kholili Hasib) adalah Peneliti InPAS, Anggota MIUMI Jawa Timur
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar/ hidayatullah.com

(nahimunkar.com)