Monday, May 4, 2015

Dosa Dosa Besar Para Penanda Tangan Risalah Amman !

Risalah “Amman” lebih focus pada aktualisasi “taqlid”, menyikapi mazhab sebagai haluan berpikir umat Islam di dunia. Condong berpikir menutup jalan ulama ulama Islam selain yang tergabung dalam deklarasi “Risalah Amman”. Tidak ada muatan di dalamnya yang berbicara tentang sesatnya aliran sesat, tetapi terarah pada suatu pola pikir “kebersamaan” dengan kemasan “ bersama berpegang Quran dan Hadist” meskipun jauh dari klaim mereka.

Risalah “Amman” tak lebih dari sebuah akal akalan kelompok tertentu, memalingkan opini public , bersama untuk mengecam “Wahabi”. Karena intinya berisi tuntutan menghentikan “pentakfiran” terhadap sebuah kelompok yang memang takfiriyah seperti Syiah, ketika menuduh para sahabat nabi kafir, hal ini tidak di bahas oleh Risalah Amman .
Risalah “Amman” membutakan mata terhadap berbagai kesesatan yang ada, termasuk kelompok “thoriqah thoriqah” dari berbagai aliran, disamping memarginakan kelompok kelompok yang kuat memegang prinsip “sunah”. Justru di mata mereka mazhab adalah harga mati.
Di sisi lain Risalah Amman memicu semaraknya anti wahabi di belahan bumi Islam, fitnah fitnah berserakan di se antero dunia Islam, yang rata rata memunculkan makian terhadap “Wahabi”, di samping mendorong Syiah makin memojokkan wahabi. Karena dalam keputusan bersama para pentolan Islam yang banyak di dominasi para Profesor Islam memberikan hak kepada Syiah untuk mengembangkan agamanya.
Takfiriyah syiah berbangga ria merayakan lahirnya “RISALAH AMMAN”, artinya telah memberikan mandat kepada syiah untuk selamanya “mengutuk para sahabat Nabi”, hal itu terdapat pada butir Risalah Amman:”Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim. Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas. Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan. Kalimat yang terkandung dalam bait tersebut ternyata member angin segar kepada“Jakfariyah Imamiyah” untuk lebih meningkatkan kegiatan anti sahabat nabi. Bait yang memalukan dan memilukan umat Islam untuk turut bersama melakukan dosa dosa besar, dengan bersama terlibat dalam penistaan sahabat nabi.
Kelemahan Risalah “Amman” tidak pernah ada kalimat yang melarang umat menghina sahabat nabi, menghina istri nabi, sekaligus menghina nabi. Tentu itu merupakan bekal utama Takfiri Syiah merajalela memaki tokoh tokoh ahlussunah. Sebagai panutan dan imam “sunnah”, para sahabat nabi tidaklah pernah dianggap ada oleh mereka, bahkan tidak berhenti di hujat sebagai responsive syiah terhadap mandat Risalah “amman”
Di sisi lain para peserta Risalah “amman” bukanlah orang yang aqli Dhabit, mereka tidak mampu menelesuri rawi rawi agama Syiah sebagaimana ditempuh para ulama hadist untuk mengetahui seseorang. Tetapi para Profesor yang hadir dalam risalah “amman” pada tahun 2005 itu adalah orang orang yang tak banyak belajar dari tokoh tokoh Islam sebelumnya, yang sepakat mengkafirkan Takfiri Syiah.
Pada bait berikut bisa di baca “Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati. Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam. Perhatikan kata kata tidak “diperbolehkan”mengandung makna pembenaran terhadap paham “Asy’ariyah dan Sufisme yang cendrung banyak pengikutnya di Indonesia. Berbagai aliran thoriqah di Indonesia yang ghuluw (berlebihan memuja orang Sholeh] merasa terhormat dengan keputusan Risalah Amman Tersebut
Juga bila diperhatikan kata kata berikut ini :” tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati”. Adalah kata yang multi tafsir, karena tidak subtansial menyebut siapa mereka. Yang bisa melahirkan banyak tafsir dari semua kelompok yang mengklaim sebagai “salafi Sejati”. Merupakan salah satu bentuk pembodohan terhadap umat Islam di dunia. Tak heran kalau Syiah dengan :Risalah Amman makin memandang ajaran “sunni” dengan mata salah. Sebab tanpa sadar “risalah Amman” menjadi legalitas Syiah melancarkan misi sesatnya, menyesatkan umat Islam dari jalan Allah. Di sisi lain menempatkan peserta konferensi Amman sebagai kelompok legal yang bisa menentukan hukum dan vonis pada kelompok yang tidak menghendaki lahirnya risalah “Amman”
Coba perhatikan kalimat ini :” Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip-prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia. Ada pembenaran peserta konferensi bahwa perbedaan dengan Syiah adalah masalah Furu’iyah bukan masalah “ushuluddin”, yang memungkinkan Syiah makin senang menerima “risalah Amman” . Sedangkan dalam fakta dan data Syiah tidak pernah menerima AlQuran dan hadist Bukhari Muslim sebagai kitab mereka. Selebihnya syiah makin mengeluarkan celaan terhadap Bukhari Muslim. Tak terbilang berapa banyak pentolan Takfiri Syiah Jakfariyah Imamiyah melakukan takfir terhadap para tokoh tokoh “Sunni” sejak jaman sahabat.
Di bidang teologi, syiah juga dipastikan tidak pernah menyimpang dari retorika kaum paganis musyrikin dengan syirik syirik besar yang melenyapkan kemurnian ajaran Islam, kalau mereka sebagai Islam. Bila tidak, mereka telah melakukan makar terhadap ajaran tauhid
Yang menarik dari peserta konferesi Amman adalah, peserta konferensi yang didominasi para pengekor Syiah diantaranya.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Ali Husayni Khamenei, rahbar Iran.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Ali Husayni Sistani, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Muhammad Said al-Hakim, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Syaikh Ishaq al-Fayyad, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Syaikh Basyir an-Najan, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Hasan Ismail Sadr, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Fadhil Lankarani, marja’ Iran.
Ayatullah al-‘Uzhma Syaikh Muhammad Ali Taskhiri, Sekretaris Jenderal forum taqrib.
Ayatullah al-‘zhma Sayyid Muhammad Husein Fadhlallah, marja’ Libanon.
Ini juga marja para “sunni” yang hadir dalam konferensi “Amman”
Konferensi dan Risalah Amman Bertentangan dengan Keyakinan Empat Mazhab dalam Islam
1.Alqamah Ibnu Qais [62 H] menyatakan :
 لقد غلت هذه الشيعة في علي -رضي الله عنه- كما غلت النصارى في عيسى بن مريم
“Syiah sangat berlebihan terhadap Ali Radhiallahu’anhu sebagaimana Nashara berlebihan terhadap terhadap Isa bin Maryam”  [ Asunah Abdullah bin Ahmad 2: 548]. Ini suatu perkatan yang menunjukkan sikap Al-Qomah Ibnu qais sangat tidak menyukai gaya syiah yang memperlakukan Ali diluar batas kewajaran atau ghuluw.
2.Amir as-Sya’bi [105 H] juga menyatakan :
لو كانت الشيعة من الطير لكانوا رخماً
“Seandainya Syiah itu burung, adalah sejenis burung elang yang melengking tinggi suaranya” [Assunah Abdullah bin Ahmad dan al Khilal ]
Juga komentarnya : 
ما رأيت قوماً أحمق من الشيعة
“Aku tidak melihat suatu kaum yang paling bebal otaknya selain syiah” [Al Lallilkaa’i Syarah Sunah]
Kata beliau lagi :
نظرت في هذه الأهواء وكلمت أهلها فلم أر قوماً أقل عقولاً من الخشبية.
“Aku memperhatikan syiah (pengikut hawa nafsu ini)  dan telah berbicara dengan pakarnya ternyata tidak pernah aku melihat suatu kaum yang lebih kecil akalnya dari para pemain gambang (syiah )” [as-Sunnah Abdullah bin Ahmad ]
3. Thalha bin Musharrif [112 H.]
الرافضة لا تنكح نساؤهم، ولا تؤكل ذبائحهم، لأنهم أهل ردة
“Janganlah kalian nikah dengan wanita wanita rofidhoh, dan jangan makan sembelian mereka, karena mereka (syiah) adalah para Murtadin” [al Ibaanat Shugr 161 ]
4. Al Imam Abu Hanifah [150 H]
الجماعة أن تفضل أبا بكر وعمر وعلياً وعثمان ولا تنتقص أحداً من أصحاب رسول الله صلىالله عليه وسلم
“Ahlussunah Waljamaah beranggapan, mereka yang utama dikalangan sahabat, mereka adalah Abubakar, Ali dan Usman . Dan Ahlussunah tidak merendahkan seorangpun dari para sahabat Rasululullah shallallahu’alahi wasallam” [al intiqa’ fii fadhoili Tsalaatsah al Immatl Fuqaha’ hal 163 H]
5. Mis’ar bin Kuddam [155 H ] berkata :
أن مسعر بن كدام لقيه رجل من الرافضة فكلمه بشئ... فقال له مسعر: تنح عني فإنك شيطان
“Mis’ar bin Kuddam bertemu seorang syiah Rofidhoh, lalu syiah Rofidho tersebut membicarakan sesuatu dengannya. Lalu berkata Mis’ar :” enyahlah kau, karena kamu adalah syaiton” [ Al Lallilka’i Syarah sunah 5 ; 14 57 ]
6. Imam Malik bin Anas :
الذي يشتم أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم، ليس لهم سهم، أوقال نصيب في الإسلام
“ Mereka yang menghina sahabat nabi shallallahu’alaihi wasallam , mereka tak punya bagian apa apa dalam Islam” [al Ibaanat Shugro 162]

Allallilka’i meriwayatkan dari Imam Malik :” Siapa yang memaki sahabat nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam maka dia tidak memiliki hak untuk di bela, sebagaimana firman Allah : “(juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya. Mereka adalah kalangan sahabat rasulullah shallallahu’alaihi wasallam yang hijrah bersamanya, kemudian Firman Allah :” dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman “. Mereka adalah kaum Anshor, kemudian firman Allah yang berbunyi :” dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang. [a hashr 8-10 ]. Mereka adalah 3 kelompok, sedangkan siapa diantara mereka memaki sahabat rasulullah, maka mereka bukan dari tiga kelompok tersebut dan tidak ada dalam diri mereka kebenaran. [Syarah Ushul I’tiqad ahlussunah 1268-1269].
7. Al Qadhi Abu Yusuf [182]
لا أصلي خلف جهمي، ولا رافضي، ولا قدري
“Aku tidak mau shalat dibelakang seorang Jahmi, Rafidhi dan orang berpaham qadariyah” [Syarah Ushul I’tiqad Ahlussunah 4/733.]. Bayan :” pernyataan Abu Yusuf ini menggambarkan sikap pembelaannya terhadap ahlussunah ketika menghadapi paham paham yang merusak Islam. Terutama syiah memang menjadi perhatian tersendiri, karena syiah merupakan motor penggerak dari retorika akal yang dikembangkan kalangan mu’tazilah dan Qadariyah”.
8. Abdurrahman bin Mahdi [198 H.]
هما ملتان: الجهمية، والرافضة
“Dua sosok agama (baru), yaitu Jahmiyah dan Raafidhoh”. [‘Ammar at Tholiby hal. 125 ]
9. Al Imam Syafi’i  [204 H]
لم أر أحداً من أصحاب الأهواء،أكذب في الدعوى، ولا أشهد بالزور من الرافضة
“Aku belum pernah melihat pengekor hawa nafsu yang lebih dusta pengakuannya dan sumpah palsunya kecuali Syiah Rofidhoh” [ Ibaanatul Kubra Ibnu Batthoh 2/545]
10. Imam Ahmad bin Hambal [241H.] :
سألت أبا عبدالله عن من يشتم أبا بكر وعمر وعائشة؟ قال:  ما أراه على الإسلام
Abu Bakar Al Marudzi: Aku bertanya pada Imam Ahmad tentang orang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah , beliau Menjawab:” Aku tidak melihatnya diatas Islam” [As-Sunah Oleh al Khallal 1; 1493]
Dalam pandangan mereka Syiah bukanlah Islam. Semua imam imam besar dari kalangan sunni sepakat, tentang murtadnya syiah dari Islam. Tidak tersisa sedikitpun iman dalam hati mereka, melainkan sebongkahh kebencian pada para sahabat sahabat nabi. Mereka bukanlah kelompok mazhab yang berbeda dengan mazhab mazhab dalam Islam, melainkan millah atau agama tersendiri yang didasarkan pada ilham ilham istidraj dari kalangan imam mereka. Tidak ada bagian sedikitpun dari Islam yang bisa di sematkan kedalam diri syiah, oleh sebab mereka menolak syariat Muhammad dan menggantinya dengan syariat buatan mereka. Allah mereka beda dengan Allah yangg disebutkan dalam Quran, meskipun dalam tipu muslihat mereka selalu menyebut Allah. Permusuhan mereka terhadap para sahabat rasulullah selain Ali adalah bukti bahwa mereka tidak pernah beragama sesuai dengan cara cara Islam melainkan dengan cara cara Syiah.
Imam Bukhari seorang ahlul hadist yang sangat terkenal karena himpuunan hadist hadist shhohinya, dan merupakan letaratur Islam kedua setelah Quran memperingatkan :
ما أبالي صليت خلف الجهمي والرافضي، أم صليت خلف اليهود والنصارى، ولا يسلم عليهم، ولا يعادون، ولا يناكحون ، ولا يشهدون، ولا تؤكل ذبائحهم
“Aku tak bisa membedakan shalat di belakang Jahmi, rafidzi atau shalat dibelakang Yahudi dan Nashrani (sama) , aku tidak memberikan salam kepada mereka, aku tidak bergaul dengan mereka tidak menikahi mereka, tidak menjadi saksi atas mereka dan tidak makan sembelihan mereka”. Ini menunjukkan sikap Imam Bukhari dijamannya saja tidak pernah mendekati syiah, karena syiah dalam pandangan beliau bukanlah Islam yang dikenal Imam Bukhari. Ironinya banyak muslim dijaman sekarang memandangg syiah adalah Islam. Tentu itu sebuah cara pandang salah seorang muslim dalam menatap dunia syiah.
Sejarah masa lalu, kalangan intelektual muslim yang terbilang dekat dengan zaman nabi saja telah menjaga diri dan memperingatkan kaumnya dari syiah, untuk tidak bergaul mesra dengan syiah, oleh sebab konsep ajaran syiah yg jauh berbeda dengan islam. Peringatan peringatan ulama sangat keras menjaga lingkungan dan umatnya, dengan mendirikan pagar pagar perintang, sehingga umat kala itu benar benar terlepas dari Syiah. Sedangkan abad ini syiah telah dipandang lazim, masuk dalam kategore mazhab, padahal lebih tepat, Syiah itu dimasukkan dalam kategore agama tersendiri yang berusaha menghancurkan Islam.
Didalam keterangan lain seorang ulama Ahmad bin Yunus [227 H ] berkata:
إنا لا نأكل ذبيحة رجل رافضي، فإنه عندي مرتد
“Kami tidak pernah makan sembelihan seorang Rofidhi, karena sesungguhnya orang itu di mataku telah murtad”
Berdasarkan fatwa ulama ulama yang lebih dekat dan mengerti tentang Syiah, maka risalah “amman” batal demiki hukum, karena bertentangn dengan fatwa fatwa empat mazhab yang di masukkan dalam Risalah Amman. Mereka bukan mujtahid yang bisa merobah ketentuan kesepakatan ulama ulama diawalnya. Justru para peserta konferensi Amman telah melakukan dosa besar terhadap umat Islam, sebab melakukan abortus terhadap aqidah Islam