Jawab: Pertama, apakah kebencian Anda kepada para sahabat akan menambah derajat Anda di sorga?!
Kedua, adapun berkenaan dengan perkara shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Anda telah menjerumuskan diri Anda sendiri pada sebuah kesalahan besar. Anda telah menjadikan seluruh kaum muslimin Wahhabi, karena shalawat mereka yang terputus menurut Anda.
Kesalahan kedua, bahwa orang yang bershalawat kepada Nabi dengan shalawat yang terputus adalah Syi’ah itu sendiri, bukan ahlussunnah wal jama’ah. Anda sekalian hanya bershalawat saja dan tidak bersalam kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan di dalam al-Qur`an agar kita bershalawat dan bersalam kepada beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Pada ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk bershalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam saja. Oleh karena itulah kaum muslimin pada setiap tempat bershalawat dan salam kepada beliau. Sementara Anda sekalian hanya bershalawat tanpa salam kepada beliau. Maka tampaklah perselisihan Anda dengan perintah Allah yang ditujukan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Adapun klaim Anda, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar kita bershalawat kepada Nabi dan keluarga beliau, maka sesungguhnya saya bertanya kepada Anda, dimana hal itu disebutkan di dalam al-Qur`an? Kemudian saya bertanya kepada Anda, dan juga kepada ulama Syi’ah, seandainya keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada pada tempat yang berlebihan seperti itu menurut Anda sekalian, lantas mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ وَآلِهِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi dan keluarganya. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan keluarganya serta ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”?!
Adapun klaim Anda, bahwa tidak boleh bershalwat kepada selain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ini menyelisihi nash-nash al-Qur`an yang mulia dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang shahih. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ
“Dialah yang bershalawat (memberi rahmat) kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), …” (QS. Al-Ahzab: 43)
Dia Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
“Mereka Itulah yang mendapat (shalawat) keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka …” (QS. Al-Baqarah: 157)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan bershalawatlah (mendoalah) untuk mereka. Sesungguhnya shalawat (doa) kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.” (QS. At-Taubah: 103)
Dan telah datang dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Abi Aufa, dia berkata:
كَانَ النَّبِىُّ إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ « اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلاَنٍ » . فَأَتَاهُ أَبِى بِصَدَقَتِهِ ، فَقَالَ « اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِى أَوْفَى »
“Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika datang kepada beliau suatu kaum dengan membawa shadaqah mereka, beliau bersabda, ‘Allahumma shalli ‘ala Ali Fulan (ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keberkahan kepada keluarga Fulan)’. Maka datanglah bapakku kepada beliau dengan membawa shadaqahnya, maka beliau bersabda, ‘Allahmumma shalli ‘ala Ali Abi Aufa (Ya Allah limpahkanlah rahmat dan keberkahan kepada keluarga Abu Aufa)’. (HR. al-Bukhari Muslim)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, dia berkata
أَنَّ امْرَأَةً قَالَتْ لِلنَّبِىِّ : صَلِّ عَلَىَّ وَعَلَى زَوْجِى. فَقَالَ النَّبِىُّ « صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكِ وَعَلَى زَوْجِكِ »
‘Bahwasannya ada seorang wanita berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ‘Bershalawatlah kepada saya dan suami saya.’ Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Shallallahu ‘alaiki wa ‘alaa zaujiki (Mudah-mudahan shalawat (limpahan rahmat dan keberkahan) Allah tercurah atasmu dan suamimu).’ (HR. Abu Dawud, ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan lainnya dengan sanad shahih)
Syubhat: Jangan karena kekuasaan dan harta lalu keluarga Nabi diabaikan. Yang paling mengerti tentang sunnah Nabi adalah keluarga Nabi sendiri, bukan orang lain atau sahabat. Cinta keluarga Nabi adalah wajib bagi umat Islam. Sahabat hanya berlaku bagi orang-orang Wahabi fanatik.
Jawab: Anda dan orang-orang Syi’ah selain Anda telah sampai kepada suatu kebodohan yang Anda tidak tahu bahwa jika Anda meragukan keadilan dan amanah para sahabat, maka Anda telah meragukan apa yang telah mereka nukil untuk kita, baik berupa al-Qur`an maupun sunnah. Jika tidak, maka siapa yang telah mengumpulkan al-Qur`an, serta menjaga sunnah? Bukankah mereka itu adalah para sahabat Radhiallahu ‘Anhu? Jadi, akal ini tidak bisa menerima bahwa orang yang kita ragukan keadilannya akan dapat berbuat amanah terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kemudian, apa bisa kita pahami dari ucapan Anda bahwa para sahabat tidak memiliki kedudukan sama sekali bagi kaum muslimin secara umum termasuk di antara mereka adalah para ulama Indonesia? Anda tidak mengetahui bahwa dengan klaim tersebut, Anda telah menjadikan seluruh kaum muslimin, sama saja Indonesia atau selainnya adalah Wahhabi. Bahkan Anda tidak tahu bahwa Anda, dan pemilik pertanyaan yang lalu telah menampakkan Wahhabi dengan tampilan yang indah. Yaitu bahwa mereka adalah orang-orang yang mencintai para sahabat, serta membela mereka dan ummahatul mukminin. Mereka membela al-Qur`an, menegaskan bahwa al-Qur`an terjaga dari tahrif (perubahan), pengurangan, dan penambahan. Mereka berpegang teguh dengan sunnah nabi yang shahih. Mereka memuliakan keempat imam, dan para salafus shalih, ya mereka adalah Wahhabi. Maka jika setiap orang yang membela sahabat adalah Wahabi menurut Anda, maka jadilah Imam Syafi’i Rahimahullah, Imam Nawawi Rahimahullah, Imam Ibnu Hajar Rahimahullah, Imam al-Bukhari Rahimahullah, Imam Muslim Rahimahullah, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, dan seluruh imam-imam besar selain mereka adalah Wahhabi.
Wahai para pembaca Qiblati yang budiman,
Anda bisa memperhatikan, dari sela-sela penyampaian syubhat orang-orang Syi’ah tersebut, bahwa itu adalah syubhat-syubhat yang naïf, dan bahwa pemilik syubhat itu adalah jahil, tidak memiliki walau sedikit ilmu. Kebodohan mereka terhadap Islam, dan aqidah ahlussunnah telah memudahkan orang-orang yang menyimpang menanamkan kebencian dan penghinaan kepada para sahabat di hati mereka. Mereka pun mengambil manfaat dari kekerdilah akal mereka, serta menjadikan mereka menghadapi masyarakat dengan pemikiran baru mereka, sementara mereka bersembunyi di tempat yang gelap dengan tujuan untuk membuat fitnah di antara umat Islam. Kami memohon kepada Allah, agar menjauhkan kaum muslimin dari keburukan tersebut, dan mengakhiri akhir kehidupan kita dengan kebaikan.
Mamduh Farhan al-Buhairi