Nama Syaikh Muhammad Naasdhiruddin Al-Albany tentu bukanlah nama
yang asing di telinga para penuntut ilmu. Meskipun beliau telah meninggal lebih
dari satu dekade silam, karya-karya beliau (baik versi tulisan maupun ceramah
lisan) dan peninggalan ilmiyahnya masih banyak dipergunakan dan diambil
faidahnya.
Semenjak kemunculannya, nama Syaikh Muhammad
Naashiruddin Al-Albany memang banyak mendapat perhatian dari para penuntut
ilmu, asatidzah dan para ulama. Karya-karyanya, kegigihannya dalam bidang ilmu
hadits, dan keteguhannya terhadap sunnah membuat beliau menjadi salah satu
rujukan dalam beragama.
Pujian pun banyak dilayangkan oleh para ulama
untuk Syaikh Al-Albany. Julukan Muhaddits Asy-Syam (Ahli hadits negeri Syam)
pun melekat kepeda beliau.
Meskipun begitu, beliau pun tidak lepas dari
kritikan. Selayaknya pohon, semakin tinggi tentu semakin besar pula anginnya.
Begitu pun dengan beliau, semakin beliau mendapat perhatian dan pujian dari
para ulama hadits dan masyarakat Islam, semakin banyak pula kritikan yang
dialamatkan kepadanya.
Beberapa kritikan memang terkesan ilmiyah,
tetapi tidak jarang kritikan yang datang justru lebih bersifat kedustaan.
Kedustaan terhadap Syaikh Al-Albany, datang dari para pendengki beliau. Dan ini
memang sunnatullah yang juga menimpa kepada para ahli hadits sebelum beliau.
Dan layaknya ucapan seorang penyair, Allah
akan terus meninggikan derajat seseorang dan menyebarkan keutamaannya melalui
lidahnya para pendengki.
وإِذَا أَرادَ اللَّهُ
نَشْرَ فَضيلَة
طويتْ أتاحَ لها لسانَ حسودِ
“Sekiranya Allah akan menyebarkan keutamaan seseorang,
Allah akan membukakannya melalui lisan pendengki”
Pada kesempatan ini, kita akan membahas secara singkat
tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada Syaikh Muhammad Naashiruddin Al-Albany rahimahullah.
Tulisan ini diterjemahkan secara ringkas dan bebas, serta diambil dari artikel
yang dituliskan oleh Syaikh Muhammad Umar Bazmul (untuk yang mengerti
bahasa arab, silahkan baca artikel lengkapnya disini)
1. Ahli Hadits Yang Tidak Paham Fikih
Ungkapan ini, bila dimaksudkan hanya sekedar
untuk mensifati bahwa Syaikh Al-Albany termasuk ulama ahli hadits yang piawai
dan pakar dibidangnya, dan tidak ada maksud untuk mengurangi ketinggian ilmu
fikih beliau, maka ungkapan ini tidak perlu dijawab. Karena Syaikh Al-Albany
merupakan salah satu ahli hadits abad ini yang dapat disaksikan keilmuannya,
dan peran aktifnya di bidang hadits.
Adapun jika ungkapan tersebut bermaksud untuk
menggugurkan dan meniadakan keilmuan Syaikh Al-Albany dalam bidang fikih
hadits, penjelasan maknanya, pilihan-pilihannya, dan hasil tarjih beliau dalam
masalah-masalahnya, maka ini adalah ungkapan yang munkar dan batil. Dan dapat
dijawab dengan pernyataan berikut ini.
Kita katakan kepada orang yang menuduh Syaikh
Al-Albany dengan tuduhan beliau tidak mengerti masalah fikih : Apa sebenarnya
arti fikih menurut kalian? Jika maksud kalian fikih adalah menghafal
masalah-masalah, matan-matan, dan masuk ke dalam permasalahan yang bersifat
tidak nyata, tanpa mendasari semua itu dengan dalil yang shahih, maka
Syaikh Al-Albany memang jauh dari hal itu.
Adapun jika maksud kalian bahwa fikih adalah
memahami dan mempelajari masalah-masalah berdasarkan dalil-dalil dari
Al-Qur’anul Karim dan As-Sunnah Ash-Shahihah dengan pemahaman para sahabat dan
tabi’in, tanpa fanatik kepada seseorang kecuali kepada dalil, maka jelas ini
merupakan tuduhan dusta. Karena Syaikh Al-Albany justru merupakan orang yang
memahami dan mempelajari dalil-dalil dari Al-Qur’anul Karim dan As-Sunnah
Ash-Shahihah dengan pemahaman para sahabat dan tabi’in.
2. Tidak Mengetahui Ilmu Ushul
Tuduhan ini jelas mengada-ada. Justru apa
yang ada dalam kitab-kitab Syaikh Al-Albany merupakan kebalikan dari tuduhan
ini.
Bahkan, yang masyhur di kalangan para
penuntut ilmu adalah bahwa beliau memiliki kajian ushul fikih yang dihadiri
oleh mahasiswa Universitas Islam Madinah dan sebagian staff dosen Universitas
tersebut. Diantara kitab yang diajarkan oleh beliau di halaqah ilmiyah tersebut
adalah kitab Ushulul Fikih karya Abdul Wahhab Khallaf.
3. Tidak Memiliki Guru
Tuduhan ini terlalu tergesa-gesa untuk
diucapkan. Sebab Syaikh Al-Albany pernah belajar beberapa ilmu alat dari
ayahnya, seperti ilmu shorof. Beliau juga belajar darinya beberapa kitab
madzhab Hanafi, seperti Mukhtashor Al-Qaduri. Darinya juga beliau belajar
Al-Qur’an dan pernah menghatamkan riwayat Hafsh beserta tajwidnya.
Beliau pun pernah belajar dari Syaikh Sa’id
Al-Burhani kitab Maraqi Al-Falah, sebuah kitab yang bermadzhab Hanafi, dan
kitab Syudzurudz Dzahab di cabang ilmu nahwu serta beberapa kitab balaghah
Beliau juga pernah menghadiri seminar-seminar
Al-Allamah Muhammad Bahjat Al-Baithar bersama beberapa ustadz dari Al-Majma
Al-Islami Damaskus, diantaranya : Izzudin At-Tanukhi. Waktu itu mereka belajar
kitab Al-Hamasah syairnya Abu Tammam.
Di akhir hayatnya, beliau sempat bertemu
dengan Syaikh Muhammad Raghib Ath-Thabbakh. Syaikh Muhammad Raghib pun
menyatakan takjub dengan Syaikh Al-Albani, dan menghadiahkan kepada beliau
kitab Al-Anwar Al-Jaliyah Fi Mukhtashar Al-Atsbat Al-Hanbaliyah.
Apabila kita mengetahui semua ini, maka jelas
bahwa bahwa tuduhan dusta mereka “Al-Albani tidak memiliki guru” menyelisihi
realita yang ada.
Dan tentunya tidak mengurangi kedudukan Syaikh
meskipun hanya sedikit gurunya. Betapa banyak ulama yang hanya memiliki sedikit
guru, dan itu tidak mempengaruhi kredibilitas keilmuannya. Bahkan diantara
perawi hadits ada yang tidak meriwayatkan hadits kecuali dari dua atau tiga
orang saja, bahkan ada juga yang berguru dari seorang Syaikh saja. Namun
ternyata para ulama bersaksi akan kekuatan dan kesempurnaan hafalannya. Dan hal
itu tidak menjadi alasan yang mencegah untuk mengambil ilmu dan meriwayatkan
hadits dari mereka.
Sebagai contoh, ada seorang ulama yang
bernama Abu Umar Ahmad bin Abdullah bin Muhammad Al-Lakhami yang terkenal
dengan sebutan Ibnul Baji (wafat mendekati tahun 400H) yang merupakan penduduk
daerah Isybilia (Sevilla). Dia adalah satu-satunya ulama dan ahli fikih yang
ada pada waktu itu. Beliau mengumpulkan cabang ilmu hadits, fikih, dan
keutamaan. Dan beliau menghafal dengan baik beberapa kitab-kitab sunnah dan
penjelasan maknanya.
Oleh : Aziz Rachman