Setiap muslim pasti menginginkan umat Islam bersatu,
menginginkan segala perbedaan yang ada tidak menimbulkan masalah atau
pertikaian. Ini jelas keinginan setiap muslim. jika anda tidak percaya,
silahkan anda buat kuisioner dan bagikan ke siapa saja yang ada di sekitar
anda. Orang yang tidak menginginkan persatuan mazhab adalah diragukan kesehatan
hati dan akalnya.
Dari Mana Mengenal Mazhab Syi'ah?
Mengenal kedua mazhab adalah modal utama bagi upaya
komparasi yang dilakukan dalam rangka pendekatan. Untuk mengenal sebuah mazhab
tentunya dengan melihat ajaran mazhab itu dari literatur aslinya. Karena setiap
mazhab –bahkan setiap agama- memiliki kitab atau literatur yang menjelaskan
keyakinan mazhab atau agama itu. Setiap yang ingin mengenal ajaran itu
hendaknya merujuk pada kitab literatur yang ada. Selain literatur, sumber lain
yang ada adalah keterangan dari penganut mazhab itu. Ini untuk mengenal ajaran
mazhab pada umumnya.
Jalan untuk mengenal mazhab syi'ah adalah dengan
mengakses literatur mereka. Tetapi mengakses literatur syi'ah tidaklah mudah,
bahkan bisa dikatakan orang awam tidak akan dapat mengakses literatur induk
syi'ah. Dan di lapangan tidak
nampak upaya "jantan" dari pihak syi'ah untuk menebarkan literatur
asli mazhabnya yang menjelaskan ajaran syi'ah apa adanya.
Praktek persatuan mazhab dimulai dengan studi komparasi antara
ajaran kedua mazhab yang ada, baru bisa disimpulkan apakah kedua mazhab bisa
dipersatukan atau tidak. Namun orang awam mustahil untuk melakukan ini, karena
ajaran ahlussunnah dapat diakses dengan mudah oleh siapa pun karena telah
dimuat oleh buku-buku yang mudah didapat. Sebaliknya literatur syi'ah tidak
dapat diakses kecuali oleh orang yang non awam, bahkan kalangan syi'ah yang
tingkatan intermediate masih diragukan apakah mereka dapat mengaksesnya. Ini
menimbulkan pertanyaan berbahaya yaitu dari mana penganut syi'ah mendapatkan
ajarannya? Jangan-jangan penganut syi'ah hanya mendapatkan ajarannya dari
"tangan ke sekian" tanpa pernah dibukakan akses ke sumber asli. Bisa
jadi ajaran yang diakses dari "tangan ke sekian" tidak seperti ajaran
murni "tangan pertama". Bisa jadi ajaran syi'ah yang dibawa oleh
"tangan ke sekian" berbeda dengan ajaran dari sumber asli.
Ketika kitab syi'ah susah diakses, maka jalan lain yang
ada adalah dengan mengenal ajaran syi'ah dari mulut penganutnya. Tapi
pengetahuan penganut syi'ah akan mazhabnya sendiri masih diragukan karena sebab
di atas, yaitu susahnya mengakses literatur asli. Ditambah lagi ajaran taqiyah
yang dianut oleh setiap penganut syi'ah jadi kita semakin susah untuk
mengetahui kebenaran. Taqiyah adalah mengucapkan sesuatu yang tidak sesuai
dengan keyakinan hati. Dari mana kita tahu hal ini? Dari literatur syi'ah, At
Thusi mengatakan:
Taqiyyah adalah menampakkan ucapan dengan lisan, apa yang
berbeda dengan keyakinan yang ada dalam hati karena takut akan dibunuh… bagi
kami, taqiyyah adalah wajib hukumnya ketika takut dibunuh… Tafsir At Tibyan
jilid 2 hal 433.
Dari keterangan di atas sekilas kita tahu bahwa taqiyah
hanya digunakan ketika takut dibunuh. Dari definisi ini mestinya taqiyah hanya
digunakan ketika takut dibunuh, dan dilarang keras bertaqiyah dalam keadaan
aman. Tetapi definisi di atas dibantah oleh literatur syi'ah sendiri yang
mengatakan sebaliknya, bahwa dilarang keras meninggalkan taqiyyah, karena
meninggalkan taqiyah sama statusnya dengan meninggalkan shalat. Bagaimana hal
yang wajib hanya dilakukan ketika dalam keadaan bahaya? Buktinya Khomeini dalam
bukunya jelas menyamakan mereka yang meninggalkan taqiyah dengan orang yang
kafir pada para nabi. Bisa dilihat dalam kitab Al Makasib Al Muharramah jilid 2
hal 162.
Berarti menyembunyikan keyakinan bagi syi'ah adalah
wajib, dari sini kita tahu bahwa kita tidak akan bisa mendapatkan keterangan
valid tentang mazhab syi'ah dari mulut pelakunya.
Para Ulama Syiah menegaskan bahwa ahlussunnah adalah
kafir.
Dalam Biharul Anwar jilid 23 hal 391, Majlisi mengatakan:
Seluruh penganut imamiyah sepakat bahwa siapa saja yang
mengingkari imamah salah satu dari para imam dan menolak kewajiban yang
digariskan Allah atasnya yaitu mentaati mereka, maka dia adalah kafir dan sesat,
terancam masuk neraka kekal di dalamnya.
Di sini jelas bahwa penganut Imamiyah sepakat bahwa
ahlussunnah adalah kafir, sesat dan layak masuk neraka dan kekal di dalamnya.
Abdullah Al Mamaqani dalam Tanqihul Maqal mengatakan: Riwayat-riwayat menunjukkan
bahwa selain penganut syi'ah itsna asyriyah adalah kafir dan musyrik di akherat
nanti. Khomeini –yang juga disebut orang sebagai imam- mengatakan dalam kitab
Al Arba'un Haditsan hal 512:
Seperti disebutkan dalam hadits bahwa mengakui wilayah ahlulbait dan mengenal
mereka adalah syarat diterimanya amalan, maka hal itu sudah disepakati, bahkan
menjadi ajaran pokok mazhab syi'ah yang suci, dan hadits yang memuat hal itu
melebihi kekuatau buku ini untuk menuliskan seluruhnya, dan lebih dari derajat
mutawatir…
Di sini lebih jelas lagi, bukan hanya mengklaim dirinya yang benar tetapi juga
menyatakan amalan ahlussunnah tertolak di akherat karena tidak mengakui 12 imam
syi'ah. Dari sini perbedaan antara ahlussunnah dan syi'ah bukanlah sekedar
perbedaan mazhab dalam hal furu'. Karena perbedaan pendapat dalam hal furu'
tidaklah menyebabkan orang jadi kafir. Sampai di sini pembaca mulai dapat
mengukur jarak perbedaan yang ada.
Seorang ulama syi'ah bernama Ni'matullah Al Jazairi dengan tegas dan gamblang
mengungkapkan sisi perbedaan antara syi'ah dan ahlussunnah:
Kami tidak mengakui tuhan, nabi dan imam yang mereka
ikuti, karena mereka mengatakan: Tuhan mereka adalah yang mengutus Muhammad
sebagai nabi, dan khalifah sepeninggalnya adalah Abu Bakar, kami tidak mengakui
tuhan mereka, juga nabi mereka, kami mengatakan: Tuhan yang khalifah nabinya
adalah Abu Bakar bukanlah tuhan kami, juga nabinya bukanlah nabi kami. Dapat
dilihat dalam An Anwar An Nu'maniyah nilid 2 hal 279.
Artinya, ahlussunnah menyembah tuhan lain selain Allah,
dan mengikuti nabi selain Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, ini karena
ahlussunnah tidak mengakui adanya imamah, pokok penting dalam ajaran syi'ah.
Artinya, ahlussunnah bukanlah orang Islam seperti yang dijelaskan di atas.
Penjelasan ini membuat kita sadar bahwa perbedaan antara sunnah dan syi'ah
adalah seperti berbedanya islam dan agama lain, karena ulama syi'ah menyebut
mereka yang tidak mengakui imamah ahlul bait sebagai: kafir, menyembah tuhan
lain dan tidak diterima amalnya. Kutipan ini hanyalah sedikit dari pernyataan
ulama syi'ah, sengaja kami nukilkan sedikit saja karena tujuan kami hanyalah
menerangkan perbedaan yang ada antara ahlussunnah dan syi'ah. Mungkinkah orang
kafir bersatu dengan orang beriman? Mungkinkah ajaran islam disatukan dengan
ajaran orang kafir? Jelas tidak mungkin. Barangkali kita sering mendengar bahwa
konflik antara ahlussunnah dan syi'ah adalah disebabkan oleh provokasi musuh
Islam. Perkataan ini bisa jadi benar dan bisa jadi salah, karena jika memang
provokator pertikaian ahlussunnah dan syi'ah dianggap sebagai musuh islam,
apakah ucapan dan kutipan di atas mencerminkan semangat persatuan atau memantik
pertikaian? Lalu apakah ulama yang mengatakan ucapan-ucapan di atas bisa
dikatakan musuh Islam? Jelas ucapan mereka di atas memantik permusuhan, karena
dengan jelas menganggap selain syi'ah sebagai kafir dan ditolak seluruh amal
ibadahnya. Sebagaimana orang kristen memandang kaum muslimin adalah kafir, maka
apakah salah jika dikatakan ahlussunnah menganggap syi'ah sebagai kafir karena
anggapan syi'ah yang mengatakan bahwa selain syi'ah adalah kafir?
Ternyata ucapan ulama di atas masih tercantum dalam
literatur syi'ah sampai hari ini, tidak pernah ada upaya untuk mengingkari dan
mengadakan upaya reformasi terhadap ajaran yang memantik pertikaian ini.
Mestinya ustadz-ustadz syiah mereformasi dulu ajaran syi'ah baru memulai
persatuan mazhab. Tetapi saya kira mereka tidak berkompeten untuk mengoreksi
ulamanya sendiri, karena mengoreksi mereka berarti mengoreksi mazhab "ahlulbait",
yang salah satu ajaran pokoknya adalah imamah. Apalagi pendapat bahwa syarat
diterimanya amalan adalah iman pada imamah ahlulbait, seperti kata khomeini di
atas, juga merupakan pokok ajaran syi'ah yang suci. Menggugat pokok ajaran
syi'ah yang suci berarti keluar dari syi'ah. Maka keyakinan ini mustahil untuk
dikoreksi. Tinggal alibi-alibi yang selalu keluar dari mulut mereka, namun
tidak akan dapat merubah kenyataan yang tertulis dalam buku mereka.