Tuesday, July 21, 2015

( Bagian 1 ) Mengimani Sifat-sifat Allah : Bingung Tentang ( Keberadaan ) Rabbnya ?


*Dimana Allah ??

Jika Allah berada di Langit, maka Berarti langit lebih besar dari Allah..
Jika Allah berada di arsy, maka Berarti Arsy lebih besar dari Allah..
Lalu apa maknanya Allahu akbar (Allah Maha besar) jika begitu..?
Jika Allah berada di langit atau di arsy, di manakah Allah sebelum menciptakan Langit dan Arsy? Sedangkan Arsy dan langit itu bukan dari zaman azali..
Langit dan arsy itu makhluk sedangkan ALLAH ITU ADA TANPA TEMPAT.
Jika Menurut sebagian orang Allah di langit atau di arsy, berarti mereka meyakini bahwa Allah dari ada tanpa tempat menjadi Allah berada di sebuah tempat. Dan Hal ini mustahil Terjadi. Karena dalam Al-Qur'an di Katakan 'Laitsa kamitslihi syai'un'
Dan berpindah dari tempat ke tempat lain adalah sifat Makhluk, sedangkan Allah mustahil menyerupai sifat makhluk..
Kesimpulannya: 
ALLAH ITU ADA TANPA TEMPAT
Tanpa arah
Tanpa Ruang dan waktu
Bukan di Langit
Bukan di arsy
Dan Tidak bertempat di mana-mana..!
( selesai )
Saya Jawab:
1. Anda menyifati Allah dengan ciri-ciri makhluk yang membutuhkan tempat. Andaikan anda bisa melepaskan diri dari gambaran makhluk ketika anda berbicara tentang Sifat-sifat Allah, maka hal itu akan menyelesaikan masalah ini.
2. Allah itu berada di atas 'Arsy, berisitawa' maha tinggi, bukan majazi tapi hakiki. Istawa' nya Allah itu suci, tidak serupa dengan makhluq. Mengimaninya wajib, membayang-bayangkan bagaimana istawa' nya Allah -seperti Idrus Romli-, berarti stress !!
3. Aqidah bahwa Allah beristawa' di atas 'Arsy adalah aqidah Rasulullah dan Para Sahabat, bukan aqidah Wahabi, karena dizaman Rasulullah wahabi nggak ada. Wahabi belum lahir.
3. Anda kesulitan mengimani ayat-ayat atau hadits Rasulullah seputar Sifat-sifat Allah, karena: anda memahami posisi Allah seperti anda memahami makhluk-Nya. Kalau sebuah benda turun, pasti dia akan lebih rendah dari benda di atasnya. Ini adalah tabi’at makhluk. 
Kalau benda turun-naik, berarti benda itu selalu bolak-balik. Ini juga tabi’at makhluk. Kalau benda ada di atas bumi yang bulat, berarti sisi atasnya bisa ke segala arah. Lagi-lagi ini adalah sifat makhluk. Kalau benda punya letak (misalnya di langit), berarti dia punya tempat dan volume. Lagi-lagi, wahai Idrus Romli itu adalah sifat makhluk. 
4. Sebagai Muslim, kita tidak akan ditanya, “Allah ada di dalam ruang atau di luar ruang?” "Allah itu bertempat atau tidak bertempat?" Tidak, demi Allah kita tak akan ditanya seperti itu.
Sebenarnya, bagi kita semua, apakah Allah ada di dalam ruang atau tidak, TIDAK MASALAH. No problem, anything! Kalau Allah menetapkan diri-Nya dalam ruang, ya kita mengimaninya. Kalau Allah tetapkan diri-Nya di luar ruang, kita pun akan mengimani-Nya. Apa yang Allah inginkan tentang diri-Nya dengan segala Sifat-Nya, kita imani. Kita akan mengatakan, “Amanna bihi kullun min ‘indi Rabbina” (kami mengimani-nya, semua itu dari sisi Rabb kami).
Jadi dalam hal seperti ini, JANGAN IKUT CAMPUR apa-apa yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya. Andaikan Allah berada dalam ruang, dan hal itu yang Dia kehendaki; maka sungguh tidak akan berkurang Kesucian-Nya. Andaikan Allah berada di luar ruang, seandainya itu yang Dia inginkan, juga tak akan berkurang Kesucian-Nya. Sebab, Allah sudah Suci sejak sedia kala, tanpa membutuhkan cara-cara kita untuk mensucikan-Nya.
5. Allah hanya menetapkan, “Diri-Nya bersemayam di atas Arasy.” Artinya, kita tak usah meributkan soal “dalam ruang” atau “di luar ruang”, "bertempat" atau "tidak bertempat". sebab penjelasan ayat-ayat Allah itu sudah gamblang: Dia berada di atas Arasy. Disini kita tak perlu memikirkan, apakah Allah ada dalam ruang atau tidak. Karena masalah itu tidak disinggung dalam ayat-Nya atau hadits Nabi-Nya.
KAIDAH dasarnya sebagai berikut: Saat berbicara tentang Sifat Allah, disana ada Sifat Dzatiyyah (sifat yang terkait dengan Diri Allah Ta’ala) dan Sifat Fi’liyyah (sifat yang terkait dengan Perbuatan Allah). Kalau bicara soal Dzatiyyah Allah berlaku kaidah “laisa ka mitslihi syai’un” (tidak ada yang serupa dengan-Nya satu pun). Dalam hal ini, jangan sekali-kali memahami Allah dengan paramter makhluk-Nya; kalau begitu, anda pasti akan tersesat. Kalau bicara tentang Fi’liyyah Allah berlaku prinsip “idza arada syai’an an yaqulu kun fa yakun” (kalau Dia menghendaki sesuatu, Dia tinggal mengatakan ‘kun’, maka jadilah hal itu).
6. dimana kedudukan Allah sebelum menciptakan langit dan Arasy, semua itu adalah keghaiban belaka. Sama ghaibnya dengan bagaimana keadaan Allah beristiwa’ di atas Arasy. Anda tidak dibebani kewajiban untuk menelisik masalah-masalah seperti itu. Akal anda tak akan sampai pada kebenaran hakiki dalam hal seperti ini, kecuali kelak anda bisa tanyakan semua itu kepada Allah Ta’ala di Akhirat nanti (dengan syarat, harus masuk syurga dulu).
Dalam pertanyaan seperti ini tak ada penjelasan yang bisa memuaskan akal secara sempurna, kecuali akal orang-orang beriman yang rela mengimani Kitabullah dan As Sunnah; serta tidak menjadikan otak-nya sebagai hukum dan agama, dalam kehidupan ini.
Jadi, benar kata anda bahwa alam semesta ini sesuatu yang baru (muhdats), sementara Allah itu Qadim (terdahulu dari segalanya). 
Nah, lalu anda bertanya; Sebelum menciptakan alam ini Allah ada dimana dan menempati apa?
Jawabnya: KITA TIDAK TAHU, karena Allah tidak menjelaskan hal itu. Allah Ta’ala mau berada dimanapun, mau bagaimanapun, itu terserah diri-Nya. Kalau dia mau menempati suatu ruang, mudah bagi-Nya; sebagaimana kalau Dia tak butuh ruang juga mudah bagi-Nya. Kan disini berlaku prinsip besar: Idza arada syai’an an yaqula kun fa yakun (kalau Dia ingin sesuatu, tinggal bilang ‘jadi’ maka jadilah itu).
Masalah Allah ada di dalam ruang atau tidak, ada dalam tempat atau tidak, itu terserah Dia saja. Dia bisa melakukan apapun yang Dia kehendaki. Apa anda bisa menghalangi kalau Allah melakukan ini dan itu, sesuka Diri-Nya? Sejak kapan anda punya kuasa di sisi Allah?
Nah, intinya:
Allah itu istawa' (bersemayam) di atas Arsy. Itu yang mengatakan Allah sendiri dalam Al-Qur'an. apakah Allah itu duduk, menempel, mengambang, atau bersila; ALLAHU A'LAM HANYA ALLAH YANG TAHU. DAN ALLAH TIDAK SERUPA DENGAN SESUATU APAPUN.
Yang jelas Allah beristawa' di atas Arsy. Sebagaimana kata Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam:
لَمَّا فَرَغَ اللهُ مِنْ خَلْقِهِ اسْتَوَى عَلَى عَرْشِهِ.
“Ketika Allah selesai mencipta, Dia berada di atas ‘Arsy singgasana-Nya.” 
(Diriwayatkan oleh Al-Khallal dalam kitab As-Sunnah, dishahihkan oleh Ibnul Qayyim dan Adz-Dzahabi berkata: Para perawinya tsiqah)
Sedangkan lafazh istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dalam bahasa Arab berarti (عَلاَ وَارْتَفَعَ), yaitu berada di atas (tinggi/di ketinggian). Hal ini adalah kesepakatan salaf dan ahli bahasa. Tidak ada yang memahaminya dengan arti lain di kalangan salaf dan ahli bahasa.
Adapun ‘Arsy, secara bahasa artinya Singgasana kekuasaan. ‘Arsy adalah makhluk tertinggi. Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam bersabda:
فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“Maka jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Al-Firdaus, karena sungguh ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya singgasana Sang Maha Pengasih, dan darinya sungai-sungai surga mengalir.” (HR. Al-Bukhari)
‘Arsy juga termasuk makhluk paling besar. Allah menyifatinya dengan ‘azhim (besar) dalam Surat An-Nahl: 26. Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu berkata:
الْكُرْسِيُّ مَوْضِعُ الْقَدَمَيْنِ ، وَالْعَرْشُ لاَ يَقْدِرُ قَدْرَهُ إِلاَّ اللهُ تعالى.
“Kursi adalah tempat kedua kaki (Allah), dan ‘Arsy (singgasana) tidak ada yang mengetahui ukurannya selain Allah Ta’ala.” 
(Hadits mauquf riwayat Al-Hakim dan dishahihkan Adz-Dzahabi)
Allah juga menyifatinya dengan Karim (mulia) dalam Surat Al-Mukminun: 116 dan Majid (agung) dalam Surat Al-Buruj: 15.
Dalam suatu hadits shahih riwayat Al-Bukhari dan Muslim dijelaskan bahwa ‘Arsy memiliki kaki, dan dalam surat Ghafir: 7 dan Al-Haaqqah: 17 disebutkan bahwa ‘Arsy dibawa oleh malaikat-malaikat Allah.
Terakhir, kalau ALLAH ITU ADA TANPA TEMPAT
Tanpa arah
Tanpa Ruang dan waktu
Bukan di Langit
Bukan di arsy, 
Itu artinya: Allah itu tidak ada. Karena mustahil ada dzat tanpa ada sifat !! Meniadakan sifatnAllah berarti hendak meniadakan Allah. Meniadakan Allah berarti atheis, alias kaafirr.
Dari Abdullah bin Ahmad bin Hanbal ketika membantah paham Jahmiyah, ia mengatakan bahwa Imam Ahmad mengatakan dari Syraih bin An Nu’man, dari Abdullah bin Nafi’, ia berkata bahwa Imam Malik bin Anas mengatakan,
الله في السماء وعلمه في كل مكان لا يخلو منه شيء
“Allah berada di atas langit. Sedangkan ilmu-Nya berada di mana-mana, segala sesuatu tidaklah lepas dari ilmu-Nya.”
Diriwayatkan dari Yahya bin Yahya At Taimi, Ja’far bin ‘Abdillah, dan sekelompok ulama lainnya, mereka berkata,
جاء رجل إلى مالك فقال يا أبا عبد الله الرحمن على العرش استوى كيف استوى قال فما رأيت مالكا وجد من شيء كموجدته من مقالته وعلاه الرحضاء يعني العرق وأطرق القوم فسري عن مالك وقال الكيف غير معقول والإستواء منه غير مجهول والإيمان به واجب والسؤال عنه بدعة وإني أخاف أن تكون ضالا وأمر به فأخرج
“Suatu saat ada yang mendatangi Imam Malik, ia berkata: “Wahai Abu ‘Abdillah (Imam Malik), Allah Ta’ala berfirman,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“Allah menetap tinggi di atas ‘Arsy”[8]. Lalu bagaimana Allah beristiwa’ (menetap tinggi)?” Dikatakan, “Aku tidak pernah melihat Imam Malik melakukan sesuatu (artinya beliau marah) sebagaimana yang ditemui pada orang tersebut. Urat beliau pun naik dan orang tersebut pun terdiam.” Kecemasan beliau pun pudar, lalu beliau berkata,
الكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ وَالإِسْتِوَاءُ مِنْهُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ وَالإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ وَإِنِّي أَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ ضَالاًّ
“Hakekat dari istiwa’ tidak mungkin digambarkan, namun istiwa’ Allah diketahui maknanya. Beriman terhadap sifat istiwa’ adalah suatu kewajiban. Bertanya mengenai (hakekat) istiwa’ adalah bid’ah. Aku khawatir engkau termasuk orang sesat.” Kemudian orang tersebut diperintah untuk keluar.
Anda bisa lihat dikitab: Al-'Uluw Fii Aliyyil Ghaffar.
Inilah perkataan yang shahih dari Imam Malik. Perkataan beliau sama dengan robi’ah yang pernah kami sebutkan. Itulah keyakinan Ahlus Sunnah.
Imam Abu Hanifah mengatakan:
من انكر ان الله تعالى في السماء فقد كفر
“Barangsiapa yang mengingkari keberadaan Allah di atas langit, maka ia kafir.”
Lihat kitab: Itsbatu Shifatul ‘Uluw, Ibnu Qudamah Al Maqdisi, hal. 116-117, Darus Salafiyah, Kuwait, cetakan pertama, 1406 H. Lihat pula Mukhtashor Al ‘Uluw, Adz Dzahabiy, Tahqiq: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 137, Al Maktab Al Islamiy.
abu husain at thuwailibi

Allah Istawa Di Atas 'Arsy.. Apakah Berarti Allah Butuh Tempat ??

A : Jika Allah berada diatas, tentu Ia butuh tempat, karena yang namanya diatas itu pasti membutuhkan tempat..

B : Itu kan kalo kita sebagai Makhluk, kalo Allah mah tidak, Allah berada diatas tidak butuh sama tempat, akan tetapi tempat itulah yang butuh kepada Allah, sebab setiap makhluk pasti membutuhkan Rabb-nya, sedangkan Rabb sama sekali tidak membutuhkan apa-apa dari makhluk-Nya..
A : Jawaban Akhi kurang puas, bisa Akhi menjelaskan secara rinci..

B : Insya Allah, baiklah, ana akan membacakan sebuah Ayat :

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺘَﻪُﻳُﺼَﻠُّﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ۚ ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺻَﻠُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴﻤًﺎ

"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

Pertanyaan ana, apakah Akhi mengimani bahwa Allah itu bershalawat kepada Nabi ??

A : Ya... Apa hubungannya dgn Allah diatas 'Arsy ??

B : Ada, sekarang ana bertanya lagi : Apakah Shalawat Allah sama dengan Shalawatnya Makhluk kepada Nabi ??

A : Hahaha, Akhi ini gimana sih, tentu tidak lah, kalo sama, berarti Allah berdo'a sama Allah yang lain dong.. JELAS BEDA !!

B : Hehehe, gak usah terbahak-bahak Akh, selanjutnya, Apakah Akhi tau bagaimana Shalawatnya Allah ??

A : Hmmm.. Ana gak tau.. Ko' malah bikin bingung sih Akh ??

B : Gak perlu bingung Akh,, pertanyaan Akhi sudah terjawab ko'..

A : Maksudnya ??

B : Akhi mengatakan bahwa Shalawatnya Allah tidak sama dengan Shalawatnya Mahluk, begitu juga Istawanya Allah, tentu tidak sama pula dengan Bersemayamnya Makhluk.
Saat ana bertanya "bagaimana Shalawatnya Allah ??", akhi menjawab "ana tidak tau" Begitu juga, jika seseorang bertanya bagaimana Istawanya Allah ?? Kita hanya boleh menjawab "hanya Allah yang tau."

Akhi mengimani bahwa Allah bershalawat kepada Nabi, tapi ko' Akhi tidak mengimani bahwa Allah Istawa diatas 'Arsy ?? Yang jelas-jelas semuanya itu berbeda dengan Makhluk..

Sungguh aneh jika seseorang Percaya akan adanya Allah, tapi tak percaya akan yang dikhabarkan Allah tentang Diri-Nya...
Allah bilang begini, ia malah bilang begitu..

Sebenarnya yang paling tau tentang Allah itu siapa sih ?? Allah sendiri atau orang itu ??

A : Astaghfirullah, ana khilaf Akh, sekarang ana sudah Yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah itu tidak sama dengan Makhluk dalam bentuk atau hal apapun.. Syukran ya Akh atas penjelasannya..
B : Same-same biggrin

[Disunting secara bebas dari Pemberantas Bid'ah Wall Post]
___________
Intinya : Jika masih ada manusia yang menganggap Allah butuh tempat, itu sama saja ia telah menyamakan Allah dengan makhluk..

Perhatikan betul2 ayat ini :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat." (asy Syura: 11)

Saya yakin, setiap manusia yang normal, mesti bisa mendengar.. Ya nggak ?? Tapi apa sama mendengarnya manusia dengan mendengarnya Allah ???

Saya juga yakin, setiap manusia yang normal, mesti bisa melihat. Ya khan ??? Tapi apa sama melihatnya manusia denganmelihatnya Allah ???

Allah sendiri yang mengatakan Dia tidak sama dengan apapun, tapi Allah katakan juga Dia Mendengar dan Melihat. Jadi pastinya, melihatnya Allah dengan mendengarnya Allah, tidak sama dengan melihat dan mendengarnya !!
Paham ???
http://khansa.heck.in/allah-istawa-di-atas-arsy-apakah-berarti.xhtml


Allah di Atas Arsy

Oleh : Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullah
Alquran, hadits shohih dan naluri serta cara berpikir yang sehat akan mendukung kenyataan bahwa Allah berada di atas Arsy.
Allah berfirman :

" Allah yang maha pengasih itu ‘istiwa’ di atas Arsy " (Taha:4)

Sebagaimana diterangkan dalam hadits Bukhary, para tabiin menafsirkan istiwa dengan naik dan meninggi.

Allah berfirman :

"Apakah kamu merasa aman terhadap Yang di Langit? Dia akan menjugkir-balikkan bumi bersama kamu " (Al Mulk:16)

Menurut Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang dimaksud dengan ‘Yang di langit’ adalah Allah seperti yang dituturkan dalam kitab tafsir Ibnul Jauzy.

Firman Allah :

"Orang-orang takut kepada Tuhannya yang di atas mereka" (An Nahl:150)

Firman Allah tentang Nabi ‘Isa Alaihis Salam :

" Tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya "(Annisa 150)

Maksudnya Allah menaikkan nabi ‘Isa Alaihis Salam ke langit..

Allah berfirman :

" Ialah Allah yang ada di langit-langit " (Al An’am:3)

Ibnu Katsir mengomentari ayat ini sebagai berikut :

"mufassirin sependapat bahwa kita tidak akan berkata seperti ucapan bahwa kita tidak akan berkata seperti perkataan Jahmiyah (golongan sesat) yang mengatakan bahwa Allah berada di setiap tempat. Mahasuci Allah dari ucapan mereka."

Adapun firman Allah :

" Dan Allah selalu bersamamu dimana kamu berada " (Al-Hadid:4)

Yang dimaksud adalah Allah itu selalu bersama kita (pengawasan-Nya) dimana Allah mendengar dan melihat kita, seperti keterangan dalam tafsir Ibnu Katsir dan kitab Jalalain..

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam mi’raj ke langit ke tujuh dan berdialog dengan Allah serta diwajibkan untuk melakukan sholat 5 waktu (riwayat Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

" Kenapa kamu tidak mempercayaiku? Padahal aku ini dipercaya oleh Allah yang berada di atas langit " (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

" Sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka yang di langit(Allah) akan menyayangimu " (Riwayat Tirmidzi)

Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menanyai seorang budak wanita, " dimanakah Allah? ".Jawabnya," Di langit ! ". Rasulullah bertanya," Siapa saya? ". Dijawab lagi, " Kamu Rasulullah ". Lalu Rasulullah bersabda, " merdekakanlah ia, karena dia seorang mukminah "

Sabda Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam :

" Arsy berada di atas, dan Allah berada di atas arsy. Allah mengetahui keadaan kamu. "

Abu Bakar As Shidiq Radhiyallahu ‘Anhu berkata :

"Barang siapa menyembah Allah maka Allah berada di langit,ia hidup dan tidak mati" (riwayat Imam Ad Darimy dalam Al Radd Alal Jahmiyah )

Abdullah bin Mubarak pernah ditanya :

"Bagaimanakah kita mengetahui Tuhan kita?". Maka Beliau Menjawab,"Tuhan kita di atas langit, di atas Arsy, berbeda dengan makhluk-Nya"

Maksudnya Dzat Allah berada di atas arsy, berbeda dan berpisah dengan makhluk-Nya, dan keadaannya di atas arsy tersebut tidak sama dengan makhluk.

Iman Abu Hanifah menulis kitab kecil berjudul "Sesungguhnya Allah itu di atas Arsy". Beliau Rahimahullah menerangkan hal itudalam kitabnya Al Ilm wal Muta’allim.

Orang yang sedang sholat selalu mengucapkan, " subhana Robbiyal ‘Ala… ". (maha suci Tuhanku Yang Maha Tinggi)

Ketika berdoa ia juga mengangkat tagannya dan menengadahkan ke langit.

Anak kecil ketika ditanya dimana Allah, mereka akan segera menjawab berdasarkan naluri mereka bahwa Allah berada di langit.

Otak yang sehat juga mendukung kenyataan bahwa Allah berada di langit. Seandainya Allah berada di semua tempat (dimana-mana), niscaya Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menerangkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya. Kalau Allah berada di SEGALA TEMPAT, berarti Allah juga berada di tempat-tampat yang najis dan kotor. Maha suci Allah dari semua anggapan itu..

Dinukil dari buku "Rasailut Taujihat Al Islamiyah"

Edisi Indonesia "Bimbingan Islam Untuk Pribadi dan Masyarakat" Penerbit Darul Khair, Jeddah.

Antara Ketinggian Dan Kebersamaan Allah

Sesungguhnya aqidah ketinggian Allah di atas langit adalah aqidah salaf yang haq berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an, hadits, ijma’, akal dan fithrah manusia[1]. Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orang yang menyimpang. Namun aneh tapi nyata, sebagian orang menabur debu dan membingungkan kaum muslimin dengan beberapa syubhat (kerancuan) yang nampaknya ilmiyah padahal pada hekakatnya hanyalah suatu kerancuan yang dibangun di atas pondasi yang sangat lemah.
Di antara syubhat yang sangat laris manis beredar adalah ucapan mereka bahwa Allah ada di mana-mana bersama para hambaNya. Seandainya Allah berada di atas langit, lantas bagaimana kiranya dengan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allah bersama para hambaNya?! Mereka kemudian mengemukakan sejumlah dalil seperti firman Allah:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّـهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ مَا يَكُونُ مِن نَّجْوَىٰ ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَىٰ مِن ذَٰلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ۖ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿٧
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Mujadilah: 7)
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ
Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. (QS. Al-Hadid: 4)
Nah, bagaimanakah menjawab syubhat ini?! Mungkinkah dalil-dalil itu bertentangan antara satu dalil dengan lainnya?! Tidak ragu lagi bahwa pendalilan seperti ini adalah bathil dari beberapa segi: 
Pertama: Makna Kebersamaan di sini adalah Ilmu Allah Dengan Kesepakatan Salaf
Telah tegak suatu ijma’ (konsesus ulama) bahwa maksud kebersamaan di sini adalah ilmu Alloh, sedangkan kalau sudah tegak suatu ijma’ maka ucapan orang siapapun tidak ada artinya. Tidak sedikit para ulama telah menukil ijma’ ini, di antaranya:
Ishaq bin Rahawaih berkata: “Ahli Sunnah telah bersepakat bahwa Alloh tinggi di atas Arsy dan Dia mengetahui segala sesuatu yang di bawah bumi tingkat ke tujuh sekalipun”.[2]
Ibnu Abi Syaibah berkata: “Paraulama menafsirkan firman Alloh (yang artinya): “Dan Dia bersama kalian”yakni ilmuNya”.[3]
Al-Ajurri berkata setelah menafsirkan ayat-ayat tentang kebersamaan Alloh dengan ilmu: “Ini adalah pendapat ulama kaum muslimin”.[4]
Ibnu Baththoh berkata: “Kaum muslimin dari kalangan sahabat dan tabi’in serta seluruh ahli ilmu dari kalangan yang beriman telah bersepakat bahwa Alloh di atas Arsy-Nya di atas langitNya, terpisah dari para makhlukNya dan ilmuNya meliputi semua makhluk”.[5]
Ath-Tholmanki berkata: “Kaum muslimin dari Ahli Sunnah wal Jama’ah telah bersepakat bahwa makna firman Alloh (yang artinya): “Dan Dia bersama kalian dimanapun kalian berada” dan ayat-ayat sejenisnya dalam Al-Qur’an bahwa maksudnya adalah ilmu Alloh dan Alloh tinggi di atas ArsyNya”.[6]
Ibnu Abdil Barr berkata: “Adapun hujjah mereka dengan firman Alloh (QS. Al-Mujadilah: 7) maka tidak ada hujjah bagi mereka dengan ayat ini, sebab para ulama sahabat dan tabi’in yang paling mengerti tentang makna Al-Qur’an, mereka mengatakan tentang tafsir ayat ini: “Dia di atas Arsy dan ilmuNya ada di segala tempat, tidak ada seorangpun yang dianggap ucapannya menyelisihi penafsiran ini”.[7]
Sebagaimana penafsiran kebersamaan dengan ilmu juga telah diriwayatkan dari banyak salaf seperti Ibnu Abbas, Dhohak, Muqotil bin Hayyan , Sufyan ats-Tsauri, Nuaim bin Hammad, Ahmad bin Hanbal dan lain sebagainya.[8]
Kedua: Konteks Ayat Mendukung Penafsiran Di Atas
Bila kita memperhatikan secara tajam konteks ayat  dalam surat al-Mujadilah: 7, niscaya akan kita fahami bahwa maksudnya adalah ilmu Alloh, yakni ilmu Alloh meliputi segala sesuatu tetapi Dia di atas langit, sebagaimana difahami oleh para ulama. Bagaimana bisa demikian? Karena Alloh memulai ayat ini dengan ilmu dalam firmanNya:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّـهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Alloh mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Dan mengakhirinya dengan ilmu dalam firmanNya:
 إِنَّ اللَّـهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿٧
Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui segala sesuatu
Jadi, Alloh memulai ayat ini dengan ilmu dan menutupnya dengan ilmu. Maka ilmu Alloh meliputi segala sesuatu dan Dia di atas ArsyNya. Inilah pemahaman ulama kaum muslimin”.[9]
Demikian juga surat al-Hadid: 4, perhatikan ayat sebelumnya:
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya.
Kemudian Alloh mengakhirinya dengan firmanNya:
وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﴿٤
Dan Alloh Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Dengan demikian, dapat kita ketahui kebenaran penafsiran salaf bahwa makna kebersamaan dalam ayat ini adalah ilmu Alloh.  
Ketiga: Memahami Lafadz Ma’a (bersama)
Lafadz Ma’a (bersama) baik dalam bahasa Arab maupun Al-Qur’an tidak ada yang maksudnya adalah menempel antara satu dengan yang lain menjadi satu. Dalam bahasa, kalau ada orang berkata: “Saya berjalan bersama bulan” hal ini dibenarkan, kalau ada seorang ayah mengatakan kepada anaknya yang sedang ketakutan: “Jangan takut, ayah bersamamu” juga dibenarkan dan hal itu tidak berarti bahwa mereka bersatu dzatnya. Adapun dalam Al-Qur’an, seperti firman Alloh:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّـهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
Muhammad itu adalah utusan Alloh dan orang-orang yangbersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS. Al-Fath: 29)
أُولَـٰئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ
Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman.(QS. An-Nisa’: 146)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ ﴿١١٩
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Alloh, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS. At-Taubah: 119)
وَالَّذِينَ آمَنُوا مِن بَعْدُ وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا مَعَكُمْ فَأُولَـٰئِكَ مِنكُمْ
Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu Maka orang-orang itu Termasuk golonganmu (juga). (QS. Al-Anfal: 75)
Dengan demikian, maka tidak mungkin maksud firman Alloh (yang artinya): “Dan Dia bersama kalian” yakni bahwa Dzat Alloh bersatu dengan dzat makhluk”.[10] Maha suci Alloh dari kejinya ucapan mereka, karena penafsiran ini adalah bathil ditinjau dari beberapa segi:
Pertama: Penafsiran ini menyelisihi penafsiran Ulama salaf, tidak ada seorang ulama-pun yang menafsirkan kebersamaan Alloh dengan penafsiran tersebut.
Kedua: Penafsiran ini menyelisihi ketinggian Alloh yang telah tetap dengan dalil Al-Qur’an, hadits mutawatir, ijma’, akal dan fithrah.
Ketiga: Penafsiran ini mengharuskan hal-hal bathil yang tidak pantas bagi Alloh.[11] 
ANTARA KETINGGIAN DAN KEBERSAMAAN ALLAH
Dan sesungguhnya penafsiran kebersaman dengan ilmu tidaklah bertentangan dengan ketinggian Alloh di atas arsyNya, hal ini ditinjau dari beberapa segi:
Pertama: Alloh telah menggabungkan antara keduanya dalam Al-Qur’anNya yang tiada kontradiksi di dalamnya.
Semoga Alloh merahmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tatkala berkata: “Janganlah seorang menyangka bahwa ayat-ayat Alloh saling bertentangan. Seperti mengatakan: “Ayat yang menerangkan bahwa Alloh berada di atas arsy bertentangan dengan ayat: “Dan Dia bersama kalian di manapun kalian berada” atau selainnya. Maka ini merupakan kekeliruan.
Karena Alloh bersama kita secara hakikat dan Alloh juga berada diatas arsy secara hakikat pula. SebagaimanaAlloh menggabungkan hal ini dalam firmannya:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ ۚ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۖ وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﴿٤
Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian dia bersemayam diatas arsy. Dia mengetahui apa yang masuk pada bumi dan apa yang kelaur darinya, dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik padanya. Dan dia bersama kalian dimana saja kalian berada, dan Alloh maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Al-Hadid: 4)
Alloh mengabarkan dalam ayat ini bahwasanya Dia berada di atas arsy, mengetahui segala sesuatu, dan Dia-pun bersama kita dimanapun kita berada. Inilah ma’na perkataan salaf: “Sesungguhnya Alloh bersama hamba dengan ilmuNya”[12]
Kedua: Kebersamaan tidak menafikan ketinggian, karena kedua-duanya bisa berkumpul dalam satu waktu pada makhluk, dalam bahasa dikatakan: “Kami berjalan bersama bulan” hal ini dibenarkan dan tak ada seorangpun yang memahami bahwa maksudnya adalah bahwa bulan bersatu dengan dirinya.
Ketiga: Anggaplah bahwa terkumpulnya kebersamaan dan ketinggian mustahil bagi makhluk, tetapi bagi Alloh yang tidak ada sesuatupun yang serupa denganNya bukanlah hal yang mustahil.[13]
Walhasil, hendaknya bagi kita tidak tertipu dengan syubhat para ahli bid’ah yang mengambil satu dalil untuk menguatkan pemikiran sesat mereka, lalu meninggalkan ribuan dalil yang menunjukkan ketinggian Allah di atas langitNya.
Penulis: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi


[1]  Lihat masalah ini secara luas dalam buku penulis “Di Mana Allah? Pertanyaan Penting  
         Yang Terabaikan”, cet Media Tarbiyah, Bogor.
[2]  Dar’u Ta’arudh 6/260, Ijtima’ul Juyusy Islamiyyah hlm. 266, al-Uluw hlm.
         179.                       
[3]  Kitabul Arsy hlm. 288.
[4] As-Syari’ah 3/1076.
[5] Al-Ibanah (Al-Mukhtar 136)
[6]  Dar’u Ta’arudh 6/250.
[7] At-Tamhid 7/138.
[8] Lihat As-Sunnah Abdullah bin Ahmad 1/306, asy-Syari’ah al-Ajurri 3/1078-
         1079, al-Asma’ wa Shifat al-Baihaqi 4/341-342.
[9]  Asy-Syari’ah 3/1075.
[10] Lihat Syarh Hadits Nuzul hlm. 360, Majmu Fatawa 5/103, 104.
[11]  Al-Qowaid al-Mutsla hlm. 72, Ibnu Utsaimin.
[12])Aqidah Washitiyah” hal. 22-23.
[13]  Lihat Al-Qowaidul Mutsla hlm. 77-79, Ibnu Utsaimin.


Artikel terkait yang perlu dibaca ( juga commentsnya ) :

101 Perkataan Ulama Salaf Tentang Keberadaan Allah Di Atas Arsy
[Oleh Abu Fahd Negara Tauhid, dengan menukil dari berbagai macam sumber.
DI MANAKAH ALLAH ?
Di Manakah Allah (1- 8), Keyakinan yang Benar Mengenai Sifat Allah
Tahukah Anda Di Mana Allah?
( Baca juga 59 Comments, syubhat dan bantahannya terhadap Quraish Syihab, KH. Sirajuddin Abbas )
Mengungkap Tipu Muslihat Abu Salafy CS (tentang Allah berada di atas langit )
( baca juga Comments )
Sebagian ‘Aqidah Para Imam Ahli Hadits
'Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah dalam Sifat Allah ta'ala
'Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah dalam Sifat Allah ta'ala
Kumpulan Artikel Seputar Keberadaan Allah Di Atas Langit
Tahukah Anda Di Mana Allah?
Dimanakah Allah ? – Ini Jawaban Al-Imaam Maalik bin Anas rahimahullah
Ulama al-Syafi‘iyyah Menegaskan Allah di Atas ‘Arsy
15 Alasan Kokohnya Aqidah Salaf Shalih
Istiwa dan Duduk ( Ibnu Taimiyah )
( Baca juga 36 Responses to “Istiwa dan Duduk” )
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/07/dimanakah-allah-ini-jawaban-al-imaam.html
Tanya Jawab Bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: Dimana Allah ?
 ( Bantahan ) Mengungkap Tipu Muslihat Abu Salafy CS ( bag 1 ) : Ternyata Tuhan Tidak Di Langit !