Saturday, July 4, 2015

Idul Baqr, Potret Kebencian Syiah terhadap Umar?


KEBENCIAN kaum Syiah kepada sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Umar bin Khattab radhiyallahu anhu, yang setan pun takut sama beliau telah sangat memuncak. Bahkan untuk mengekspresikan kebencian mereka kepadanya dibuatkan satu hari raya khusus untuk mengenang kematiannya, na’udzubillah min dzalik. Bahkan pembunuh Umar bin Khattab, Abu Lu’luah Al-Majusi sangat dimuliakan oleh pemerintah Iran, kuburannya sangat diagungkan bak istana yang sangat megah. Hari raya tersebut mereka namakan Idul Baqr, simak tanya-jawab ulama Syiah di bawah ini,
Pertanyaan:
Dalam buku Mafatihul Jinan milik Syekh Abbas Al-Qummi tentang amalan pada hari kesembilan bulan Rabi’ul Awwal, bahwa pada hari itu adalah hari yang agung, yaitu Idul Baqr, ia menjelaskannya dengan panjang lebar, diriwayatkan bahwa siapa yang berinfak pada hari itu dosa-dosanya akan diampuni, dikatakan pula bahwa dianjurkan pada hari ini untuk memberi makan saudaranya dari kaum Mukminin dan membuat mereka senang, memberi kelapangan kepada keluarga dengan memberinya infak yang banyak, memakai pakaian yang bagus, bersyukur kepada Allah dan beribadah kepada-Nya, pada hari itu segala permasalahan dan kesedihan akan lenyap, dan hari itu sangat mulia, maka apakah itu hari Idul Baqr, dan mengapa dinamakan dengan nama ini bukan dengan yang lainnya?
Jawaban:
Ulama mereka, Ar-Ruhani menjawab sebagai berikut,
Bismihi Jallat Asma’uhu
Al-Baqaru adalah mashdar dari kata بقر – يبقر – بقرا ,dan yang dimaksud dengannya adalah hari dimana diirisnya (ditusuknya) perut salah seorang musuh Az-Zahra alaihis salam, dialah yang menzaliminya, menyerangnya, dan menggugurkan janinnya yang mengakibatnya kesyahidannya, sebagaimana riwayat tentang itu sangat banyak terdapat pada kitab-kitab dua kelompok (sunni dan syiah), perutnya ditusuk pada hari kesembilan bulan kesembilan oleh seorang tabi’in yang mulia, Abu Lu’luah An-Nahawand Al-Madani, maka Syiah mengekspresikan kesenangannya pada hari ini dan mereka menamainya dengan Idul Baqr, karena mereka berkeyakinan bahwa Allah membalasnya untuk Ash-Shiddiqah Az-Zahra alaihas salam karena telah dizalimi dan dirusak kehormatannya, dan itu dengan cara ditusuk dan dirobeknya perut orang tersebut, dan ini juga berangkat dari keyakinan bahwa pada hari itulah Shahibuz zaman, Imam Al-Mahdi Al-Muntazhar diangkat menjadi Imam.
****
Padahal Abu Lu’luah bukanlah seorang muslim apalagi seorang tabi’in yang mulia, bahkan dia adalah orang kafir yang berasal dari negeri Persia. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dan apa yang dilakukan oleh Abu Lu’luah adalah sebuah kemuliaan bagi Umar radhiyallahu anhu, dan hal itu lebih besar dari yang dilakukan oleh Ibnu Muljam terhadap Ali radhiyallahu anhu, dan juga lebih besar dari para pembunuh Imam Husein radhiyallahu anhu, karena Abu Lu’luah adalah orang kafir yang telah membunuh Umar, sebagaimana seorang yang kafir membunuh seorang mukmin, dan kesyahidan ini lebih besar nilainya dari syahadah seorang muslim yang dibunuh oleh orang islam juga” (Mukhtashar Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyah, Syekh Abdullah bin Muhammad Al-Ghunaiman, Maktabah Dar Thaybah, Riyadh, hal 276)

(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)