Asep Shobari; Generasi Salaf Ajarkan Sirah Nabawiyah Seperti Mengajarkan
Surat Al Qur’an
Bangsa yang besar dibangun diatas sebuah sejarah.
Bahkan, ilmu sejarah nabi Muhammad Saw merupakan suatu ilmu yang harus dikuasai
oleh seorang ulama. Hal ini disampaikan Asep Shobari, peneliti sejarah INSISTS
dan Pendiri Sirah Community Indonesia (SCI) dalam acara Workshop “Metodologi
Pembelajaran Sejarah”di Ma’had ‘Ali Imam Al Ghazali, Karanganyar, Sabtu (3/10)
Sejarah akan
berulang, hakekatnya tetap sama yang berbeda pelakunya. Mengajarkan sejarah
kepada anak merupakan suatu perkara yang penting. Terlebih mengajarkan sirah
Nabi Muhammad Saw.
Beliau
mengutip perkataan dari Ali bin Husain bin Ali ra, “Kami diajari maghazi (sirah nabawi) Rasulullah Saw sebagaimana diajari
surat Al Qur’an”.
Yang menjadi
permasalahan sekarang ini, mengapa pelajaran sejarah ini tidak menarik. Ada dua
sebab pertama gurunya tidak menyajikan dengan menarik atau kedua minimnya
sumber-sumber sejarah dimiliki.
Menurut da’I
alumni Madinah ini, Sirah merupakan perjalanan hidup nabi Muhammad Saw yang
mencakup segala aspek hidup dan peristiwa yang terkait dengannya, sejak sebelum
beliau lahir hingga beberapa saat setelah wafat.
Ia
menceritakan Rasulullah Saw telah mengadakan perubahan di jazirah Arab. Padahal
usaha perubahan sudah dilakukan di Arab. “Namun usaha sebelum nabi Muhammad
Saw, mental” tegasnya.
Rasulullah
Saw hanya membutuhkan waktu 23 tahun. “Peristiwa ini merupakan, kejadian yang
luar biasa” ungkapnya.
Rasulullah
Saw mampu menyatukan suku-suku dimana awal mulanya suka berperang antara satu
dengan yang lainnya. Sebagaimana bisa diketahui antara suku Aus dan Khazraj.
Namun, ternyata setelah dakwah nabi Muhammad saw telah sampai kepada mereka.
Menjadikan mereka bersaudara diatas ikatan iman.
Da’I
peneliti insists ini memberikan sebuah pertanyaan kembali. Pendekatan apa yang
bisa menyatukan masyarakat itu. “Ketika rasulullah Saw datang di Madinah mereka
bisa disatukan” ujarnya.
Untuk
mengetahui jawaban itu bisa dikaji dalam sirah nabawi. Dalam sirah itu
dijelaskan bagaimana pergerakan Rasulullah saw strategi apa yang dipakai,
jenis-jenis hambatan apa saja yang menghambat dakwah, dan bagaimana solusi
keluar dari permasalahan itu.
Sirah
nabawiyah merupakan interpretasi untuh dari seluruh ajaran al Qur’an.
“Rosulullah itu model bagaimana melaksanakan Islam ini atau dikenal dengan
uswah hasanah” ungkapnya.
Dengan
mempelajari sirah nabawi ini, seseorang akan mengetahui proses sunnatullah yang
berlangsung dimuka bumi ini. “Disana ada sunnah ibtila’ (ujian), sunnah tadafu’
dan sunnah tamkim (kekuasaan). (Anwar/annajah)
Kewajiban Membaca Sirah Nabawiyah
Oleh: Adi Permana
Sidik, S.I.Kom., M.I.Kom. (Dosen FIKA USB YPKP)
“Tidak mungkin orang dapat mengenal Islam
dengan baik, jika tidak mengenal sejarah orang yang membawa Islam itu”
(Haekal,
Penulis buku Sejarah Hidup Muhammad)
Sahabat VOA-Islam...
Penggalan
kalimat yang cukup singkat di atas, haruslah membuat kita tersentak dan
merenung sebagai seorang Muslim. Sebagai seorang yang mengakui seorang Muhammad
sebagai Nabi dan Rosul Allah. Hal ini paling tidak didasari oleh dua hal.
Pertama,
tentu saja menyangkut pembuktian keimanan. Beriman kepada Nabi Muhammad SAW
adalah bagian dari aqidah seorang Muslim. Oleh karena itulah, menjadi sebuah
kewajiban mengetahui sejarah hidup Nabi akhir zaman itu secara menyeluruh,
walaupun tentu saja setebal apapun buku yang menulis tentang kehidupan Nabi
Muhammad SAW, rasanya tidak akan mampu menggambarkan secara detail dan lengkap,
hidup seorang Nabi Muhammad SAW karena begitu agung dan mulianya peri hidup
seorang Nabi Muhammad SAW.
Kedua,
adalah bahwa tidak mungkin kita bisa berislam yang benar, termasuk juga
memperjuangkan Islam dengan benar, sebagai sebuah peradaban atau sistem hidup,
jika kita tidak bisa memahami secara kaffah (menyeluruh)
sejarah hidup seorang Nabi Muhammad SAW karena dalam sejarah hidup Nabi
Muhammad SAW lah kita akan bisa mengetahui, bukan hanya tata cara shalat Nabi
Muhammad SAW, tapi kita juga dapat mengetahui bagaimana Nabi Muhammad SAW
dahulu memperjuangkan Islam sebagai sistem hidup yang benar dan unggul dari
sistem hidup lainnya.
Dengan
membaca Sirah
Nabawiyah, misalnya, kita akan tahu apakah dulu Nabi Muhammad
SAW ketika menegakkan Al-Islam masuk ke dalam sistem jahiliyah atau berada di
luar sistem jahiliyah (Darun Nadwah). Atau ternyata Nabi Muhammad SAW melakukan
dua hal itu sekaligus, di luar sistem dengan Nabi Muhammad SAW tidak mau
menerima tawaran sebagai Raja, dan juga di dalam sistem, dengan mengutus
beberapa sahabatnya seperti pamannya Abbas ra. dalam rangka mengumpulkan
informasi-informasi apa yang akan dilakukan oleh para musyrikin Quraisy saat
itu, untuk kemudian nantinya disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
dengan informasi tersebut Nabi Muhammad SAW dapat melakukan strategi untuk melawannya.
Dalam bahasa sekarang profesi Abbas ra dulu itu disebut sebagai intelejen.
Pengetahuan
ini penting sekali bagi kita sekarang ini, yang sedang berjuang menjadi
pengemban risalah dakwah. Dengan membaca Sirah Nabawiyah secara benar, kita
akan memiliki paduan yang lengkap seperti apa dan bagaimana risalah Al-Islam
ini harus diperjuangkan.
Sejatinya,
menurut Penulis, hal-hal prinsip yang sifatnya sudah final dan mutlak (tsawabit) dalam
konteks perjuangan Al-Islam ini, sudah tersurat dan tersirat dari sejarah hidup
Nabi Muhammad SAW, tinggal kita mencontohnya saja, sesuai dengan apa yang
diinformasikan oleh Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS
33:21)
Tentu
berbeda dengan hal-hal yang bersifat mutaghayyirat artinya
ada hal-hal memungkinkan mengalami penggantian, perubahan, takwil, dan
pengembangan sesuai zaman dan konteks. Tapi, tetap saja yang menyesuaikan
dengan zaman pun tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, dalam
artian tidak boleh bertentangan dengan syari’at Allah.
Umat
Islam diseluruh dunia, saat ini sedang memasuki bulan Rabbiul Awwal di mana
Sang Nabi Terakhir ini lahir, sebagian di antaranya ada yang memperingatinya.
Menurut Penulis, kalaupun ada yang memeringatinya, substansi dari peringatan
tersebut mestilah pada akhirnya harus bermuara pada dorongan untuk membaca
secara lengkap sejarah hidup Nabi Muhammad SAW.
Hari
ini, buku-buku tentang sejarah Nabi Muhammad sangat banyak dan mudah untuk
didapatkan di toko-toko buku. Beberapa buku sejarah hidup Nabi Muhammad SAW
yang cukup popular seperti, Sirah Nabawiyyah dari Ibnu Hisyam, atau Sirah
Nabawiyyah dari
Al-Mubarokfury, Sejarah Hidup Muhammad dari Husein Haekal pun bisa jadi
pilihan, di samping buku-buku Sejarah Muhammad dari penulis-penulis lainnya.
Dengan demikian, wajib hukumnya bagi seorang yang mengaku sebagai Muslim untuk
membaca Sirah
Nabawiyah.
Lebih
jauh dari itu, membaca sejarah hidup Nabi Muhammad SAW itu berkaitan dengan
aqidah kita sebagai Muslim. Membaca sejarah hidup Nabi Muhammad SAW adalah
menjadi bukti awal, bahwa kita benar-benar dan sungguh-sungguh mengimani beliau
sebagai Nabi dan Rosul utusan Allah SWT.
Syahadat
kita terdiri dua kalimat. Pertama, persaksian bahwa tidak ada Ilah kecuali
Allah. Kedua, persaksian Muhammad sebagai Nabi dan Rosul Allah. Syahadat ini
tidak bisa dipisah-pisah. Jika kita hanya beriman kepada Allah sedangkan kepada
Nabi Muhammad SAW tidak, maka keislamannya tidak sah. Dan perlu diingat juga
adalah sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW tidak hanya cukup dibaca tapi juga
harus dipahami, dan diamalkan.
Sebagai
Muslim kita jangan kalah oleh orang-orang kafir yang lebih semangat belajar dan
membaca tentang sejarah hidup Nabi Muhammad SAW bahkan ada yang sudah
menulisnya menjadi sebuah buku, walaupun apa yang mereka lakukan dihadapan
Allah barangkali tidak ada gunanya kalau mereka (orang-orang kafir) sampai
akhir hidupnya itu tidak mengimani kenabian Nabi Muhammad SAW. Wallahu’alam bis
showab. [syahid/voa-islam.com]
Saran, baca
Sirah Nabawi berdasarkan riwayat-riwayat shahih, sesuai kaidah-kaidah
ilmu hadits :
*Sirah Nabawiyah Prof.Dr.Mahdi
Rizqullah Ahmad, Perisai Qur’an
*Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
*Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam