Sunday, December 27,
2015 22:37 WIB
MOSKOW - Angkatan
udara Rusia mengaku belum pernah mengenai target sipil sejak mereka memulai
serangan udara di Suriah pada akhir September lalu.
Pernyataan itu dikeluarkan oleh Viktor Bondarev dari angkatan udara Rusia dalam
sebuah wawancara dengan televisi Rossiya 24, Minggu (27/12). ( benar-benar barbar wa kadzab !)
Kelompok hak asasi yang berbasis di London, Amnesty International, pekan ini
mengatakan bahwa serangan Rusia di Suriah telah menewaskan banyak warga sipil
dan bisa menjadi kejahatan perang. Kementerian Pertahanan Rusia menolak keras
tuduhan tersebut.
"Pasukan Militer Angkasa tidak pernah mengenai sasaran sipil di
Suriah," kata Bondarev. Para pilot terlatih dan "tidak pernah salah
target, tidak pernah mengenai ... [tempat] yang dianggap sensitif: sekolah,
rumah sakit, masjid," kata dia.
Kremlin mulai kampanye serangan udara di Suriah pada 30 September, yang menurut
Kremlin dilakukan atas permintaan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad, sekutu
utama Rusia di Timur Tengah. Rusia mengklaim menargetkan ISIS dan kelompok
militan, namun sumber-sumber mengatakan bahwa Rusia juga menargetkan pasukan
pemberontak moderat yang didukung negara Barat.
Bondarev mengatakan bahwa pasokan sistem S-400 Rusia untuk Suriah telah
membantu "mengatur ruang udara [Suriah].”
Sebuah pesan baru yang diklaim berasal dari pemimpin ISIS pada Sabtu kemarin
mengatakan serangan udara oleh Rusia dan koalisi pimpinan AS telah gagal untuk
melemahkan kelompok militan itu.
Sementara itu, PBB saat ini berupaya untuk mempertemukan pihak yang bertikai
Suriah pada 25 Januari di Jenewa untuk memulai pembicaraan guna mengakhiri
perang saudara yang sudah berlangsung hampir lima tahun. CNN
Sumber: @atjehcyber | fb.com/atjehcyberID
Rusia tolak tuduhan telah
membunuh rakyat sipil Suriah
Kamis, 12 Rabiul
Awwal 1437 H / 24 Desember 2015 14:00
Rusia telah membantah laporan Amnesty International
yang menuduh negara itu telah melakukan serangan udara secara membabi buta di
Suriah.
Rusia
menyebut laporan Amnesty International sebagai suatu kebohongan total.
Seorang juru
bicara Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan ia melihat “tidak ada yang
spesifik dan tidak ada yang baru” dalam laporan itu, sebagaimana dilansir oleh BBC, Kamis (24/12/2015).
Dia juga
membantah bahwa militer Rusia menggunakan amunisi curah di Suriah.
Amnesty
International mengatakan bahwa pihaknya memiliki bukti kalau dua bulan pertama
serangan udara Rusia di Suriah telah menewaskan sedikitnya 200 warga sipil.
Beberapa
dari serangan itu bisa dihitung sebagai kejahatan perang, kata seorang pejabat
Amnesty.
Amnesty juga
meneliti serangan udara yang dilancarkan oleh koalisi pimpinan AS di Suriah,
kata laporan tersebut.
AS jarang
sekali mengakui kematian warga sipil atas serangan udara yang dikatakan
menargetkan ISIS, yang dimulai pada bulan September 2014, meskipun beberapa
kelompok pemantau mengatakan bahwa jumlah korban bisa mengalami ratusan.
Rusia
memulai serangan udara di Suriah pada bulan September 2015, dan mengatakan
bahwa Rusia bertindak atas permintaan Presiden Suriah Bashar al-Asad.
Dikutip dari Russian Today, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa PBB
tidak dapat secara independen mengkonfirmasi informasi yang disajikan dalam
laporan Amnesty International atas dugaan korban sipil akibat serangan udara
Rusia di Suriah. Kementerian itu menolak temuan dalam laporan itu yang dianggap
sebagai “kata-kata klise” yang kurang memiliki bukti kuat
“Sekali
lagi, tidak ada yang konkrit atau baru yang telah diterbitkan, hanya kata-kata
klise yang sama dan palsu yang telah kita bantah berulang kali,” kata juru
bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Jenderal Mayor Igor Konashenkov, setelah
meninjau laporan tersebut.
“Laporan ini
terus menggunakan kalimat seperti ‘diduga serangan Rusia,’ ‘kemungkinan
pelanggaran hukum internasional’ – banyak asumsi tanpa bukti,” katanya.
Selanjutnya
Moskow mengatakan bahwa pihaknya meragukan keaslian foto udara yang digunakan
oleh Amnesty International dan menyerukan kepada LSM setidaknya menyebutkan
nama sumber informasi yang digunakan dalam laporan itu.
“Rentetan
kebohongan itu bertujuan untuk menuduh pasukan Rusia yang mengebom rumah sakit
Suriah. Kami segera menolak klaim-klaim ini, menyajikan bukti foto dan video
yang komprehensif kepada publik. Sebuah ciri karakteristik dari semua tuduhan
ini adalah kurangnya bukti nyata dan referensi ke saksi anonim,” kata
Konashenkov kepada wartawan.
“Adapun
tuduhan bom curah. Pesawat Rusia tidak menggunakan bom bom itu,” tambah
Konashenkov.
Dia juga
mengingatkan bahwa puluhan wartawan internasional yang mengunjungi basis
Kheimim Rusia di Latakia merekam jet tempur Rusia yang mempersiapkan serangan
mendadak tetapi “tidak pernah menyajikan rekaman atau mengajukan pertanyaan
tentang bom curah karena tidak ada senjata seperti di pangkalan kami.”
Konashenkov
mengatakan kepada wartawan bahwa Amnesty juga gagal untuk menyelidiki
penggunaan bom curah oleh pasukan Kiev di Ukraina timur.
“Kami punya
pertanyaan untuk Amnesty International: mengapa organisasi ini tetap diam dan
menutup mata terhadap bukti nyata yang tak terbantahkan dari penggunaan bom
curah oleh Angkatan Bersenjata Ukraina melawan kota di timur Ukraina,” kata
Konashenkov, lansir Russian Today.
Dalam
laporan tersebut, Amnesty mengatakan telah “meneliti dari jarak jauh” lebih
dari 25 serangan Rusia yang berlangsung di Homs, Hama, Idlib, Latakia dan
Aleppo antara 30 September dan 29 November, lansir BBC.
Salah satu
serangan paling mematikan yang diuraikan dalam laporan itu terjadi di provinsi
Ariha, Idlib, pada 29 November. Amnesty mengatakan bahwa setidaknya satu
pesawat yang dicurigai adalah pesawat perang Rusia menembakkan tiga rudal ke
pasar ketika tidak ada militer yang terlihat di dekat sasaran.
Sebuah
laporan dari kelompok yang lain, Human Rights Watch, tiga hari lalu menuduh
pasukan pemerintah Suriah dan sekutu Rusia menggunakan bom curah dalam melawan
kelompok oposisi.
Juru bicara
kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Rusia “melakukan operasi
sesuai dengan prinsip-prinsip dan norma-norma hukum internasional”.
Kremlin
sebelumnya mendeskripsikan laporan serupa sebagai “perang informasi” yang bertujuan
untuk mendiskreditkan operasinya di Suriah.
Presiden
Vladimir Putin mengatakan pada Oktober bahwa laporan dugaan korban sipil telah
muncul bahkan sebelum serangan udara pertama dilakukan.
Masih
menjadi teka-teki siapa yang bertanggung jawab atas perang Suriah yang telah
memasuki tahun ke lima, dan telah menghancurkan kehidupan banyak orang.
Setidaknya Lebih dari 250.000 orang diyakini telah tewas dan jutaan orang
terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak konflik dimulai di Suriah pada Maret
2011.
(ameera/arrahmah.com)