Arab pada zaman sebelum Rasulullah SAW adalah
wilayah yang terbelakang dan keadaan alamnya tidak potensial, saat itu belum
ditemukan minyak. Saking terbelakangnya, dua imperium raksasa Persia dan Romawi
tidak berminat menaklukkan daerah tersebut.
Setelah Arab mendapat sinar Islam, peradaban baru
ini pun menjadi mercusuar dunia. Dua imperium saat itu, Persia dan Romawi mulai
takluk.
Pada masa Khalifah Umar bin Khathab, laju
peradaban Islam tak terbendung. Satu demi satu, sejengkal demi sejengkal
wilayah Persia-Romawi dalam rengkuhan Islam.
Pertempuran Al-Qadisiyyah (Bahasa
Arab: معركة القادسيّ)
adalah pertempuran yang menentukan antara pasukan muslim dengan pasukan Persia
pada saat periode pertama ekspansi muslim yang berakhir dengan penaklukan Islam
atas seluruh Persia dan berhasil mengubah keyakinan mereka menjadi Islam sampai
dengan saat ini. Pertempuran ini terjadi kurang lebih pada tahun 636 M, era
Khalifah Umar bin Khathab.
Pasukan Persia dipimpin panglima perangnya
Rustam Farrokhzad. Sedang pasukan Islam dipimpin panglima Sa'ad bin Abi
Waqqash.
Sebelum teerjadi pertempuran, pangliman Rustam
meminta utusan dari pasukan Islam untuk datang dan berdialog, sekaligus
memperlihatkan kehebatan dan kemegahan Persia agar pasukan Islam gentar.
Sa’ad mengirim beberapa utusan, salah satunya
Rib’iy bin Amir ats-Tsaqafi yang kedatangannya mengguncang singgasana Persia.
Rustam menyambut kedatangan Rib'iy dengan
memamerkan keangkuhan dan kebesaran Persia. Dihamparkannya permadani super
mewah sepanjang 400 langkah. Para pembesar mengenakan baju yang bersulam emas.
Mereka menghiasi tempat pertemuan itu dengan bantal-bantal yang dirajut dengan
benang emas, serta permadani-permadani yang terbuat dari sutera. Mereka
mempertontonkan kepadanya berbagai macam perhiasan berupa yaqut,
permata-permata mahal, dan perhiasan lainnya yang menyilaukan mata, sementara
Rustam memakai mahkota sedang duduk di atas ranjang yang terbuat dari emas.
Bayangkan apabila itu terjadi kepada kita,
sangat wajar jika rasa minder itu tiba-tiba muncul. Tapi tahukah Anda bagaimana
sikap Rib'iy? Lakik banget! Kata-kata yang keluar dari mulutnya bagai nyala
api.
Dengan gagah, Rib’iy yang mengenakan pakaian
sederhana masuk membawa tombak, perisai dan tetap mengendarai kudanya yang
pendek, Rib’iy masih tetap di atas kudanya hingga menginjak ujung permadani.
Kemudian dia turun serta mengikatkan kuda tersebut di sebagian bantal-bantal
yang terhampar.
Setelah itu dia langsung masuk dengan senjata,
baju besi, dan penutup kepalanya, maka pengawal Rustam berkata, “Letakkan
senjatamu!” Rib'iy menjawab, “Aku tidak pernah berniat mendatangi kalian tetapi
kalianlah yang mengundangku datang kemari, jika kalian memerlukanku maka
biarkan aku masuk dalam keadaan begini. Dan jika tidak kalian izinkan aku akan
segera kembali. Rustam berkata, “Biarkan dia masuk.”
Rib’iy pun datang sambil memegang tombaknya
sebagai tongkat, posisi ujung tombak ke bawah hingga permadani yang dilewatinya
penuh dengan lubang-lubang bekas tombaknya.
Rustam bertanya padanya, “Apa yang membuat
kalian (pasukan Islam) datang ke sini (wilayah Persia)?”
Rib’iy menjawab dengan ucapan bak nyala api yang
tercatat dalam sejarah:
الله
ابتعثنا لنخرج من شاء من عبادة العباد إلى عبادة الله، ومن ضيق الدنيا إلى سعتها،
ومن جور الاديان إلى عدل الاسلام، فأرسلنا بدينه إلى خلقه لندعوهم إليه، فمن قبل
ذلك قبلنا منه ورجعنا عنه، ومن أبى قاتلناه أبدا حتى نفضي إلى موعود الله
“Allah telah mengutus kami untuk mengeluarkan
siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada
penghambaan kepada Allah semata, dan mengeluarkan mereka dari kesempitan dunia
menuju luasnya akhirat, dari kezhaliman agama-agama kepada keadilan Al-Islam.
Dia mengutus kami dengan agama-Nya untuk kami seru mereka kepadanya. Maka
barangsiapa yang menerima seruan dakwah ini, kami akan merasa senang
menerimanya dan pulang meninggalkannya. Tetapi barangsiapa yang enggan, kami
akan memeranginya selama-lamanya hingga kami berhasil memperoleh apa yang
dijanjikan Allah”
Mereka bertanya, “Apa yang dijanjikan Allah
kepada kalian?”
Dia menjawab, “Yaitu surga bagi siapa saja dari
kami yang terbunuh dalam peperangan ini, dan kemenangan bagi yang hidup.”
Mendengar untain-untain kalimat dari Rib'iy,
Rustam terpana.
Rustam berkata, “Aku telah mendengar seluruh
perkataan kalian tetapi maukah kalian memberi kami tangguh sejenak hingga kami
berpikir dan kalian juga berpikir?”
Rib'iy mengatakan, “Ya! Berapa hari kalian minta
ditangguhkan? Satu atau dua hari?”
Rustam berkata, “Tidak, tetapi hingga kami
menulis surat kepada para petinggi kami dan para pemimpin kaum kami.”
Rib’iy berkata, “Rasul kami tidak pernah
mengajarkan kepada kami untuk menunda peperangan setelah bertemu musuh lebih
dari tiga hari, maka silahkan kalian berpikir ulang dan pilih satu pilihan jika
masa penangguhan berakhir.”
Mereka bertanya, “Apakah engkau pemimpin
mereka?” Dia menjawab, “Tidak, tetapi seluruh muslim ibarat satu tubuh, yang
paling rendah dari mereka dapat memberikan jaminan keamanan terhadap yang
paling tinggi sekalipun.”
Akhirnya Rustam segera mengumpulkan para
petinggi kaumnya dan berkata kepada mereka, “Pernahkah kalian melihat seseorang
yang perkataannya lebih mulia dan lebih baik dari orang ini?”
Mereka berkata, “Jangan sampai engkau
terpengaruh dengan ucapan anjing ini dan meninggalkan agamamu, tidakkah kau
lihat bagaimana pakaiannya?”
Dia berkata kepada mereka, “Celakalah kalian
jangan hanya melihat kepada penampilan dan bajunya, tetapi lihatlah betapa
cemerlangnya perkataan pemikiran dan jalan hidupnya. Sesungguhnya orang Arab
tidak pernah merasa bangga dan begitu peduli dengan pakaian dan makanan. Tetapi
mereka benar-benar menjaga harga diri.”
Pada akhirnya ajakan Rustam tak diterima para
pembesar lain... dan terjadilah Perang Qadisiyah dimana pasukan Persia kalah
telak dan istana putih Persia beserta wilayah dan kekayaannya jatuh ke tangan
kaum muslimin... persis yang pernah disampaikan Rasulullah SAW semasa masih
hidup...
“Sungguh sekelompok kaum muslimin akan menguasai
gudang-gudang harta Kisra yang terdapat di istana Putih”. [Hadith Sahih Riwayat Imam Muslim]