Banyak kita perhatikan orang gemar bicarakan agama (
kebaikan ) dengan antusias, banyak bangun masjid, banyak beramal, banyak
membantu orang lain ( kesalehan sosial ), Gemar berdakwah, dan banyak kebaikan
lain yang dilakukan.....namun pada saat yang sama mereka tanpa disadari berbuat
dosa besar yang menjadikan mereka bangkrut ( ‘al-Muflis ).
Zalim merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT
dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim akan
mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam Al Qur'an Surah Asy-Syura : 42
"Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang
yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa
hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih".
Macam-macam perbuatan zalim secara umum adalah segala
perbuatan yang mengotori hati, yaitu Pemakan Riba,Makan/mengambil “ yang menjadi hak orang
lain walau tanpa perjanjian tertulis “, Korupsi/kolusi, Harta haram hasil kezaliman/Zalim dalam
muamalat/ kezaliman terhadap hak-hak Allah ( lihat harta haram muamalat kontemporer, DR. Erwandi
tarmizi,MA ),Merubah spesifikasi proyek/mark
up/kongkalingkong tender/addendum illegal, dalam keadaan terdesak melanggar
larangan/yang diharamkan Allah, kamuflase seakan-akan dirinya bersih, tidak Qudwah sebagai ustadz/ulama/kyai, ghibah (
membicarakan keburukan orang lain), fitnah (menuduh tanpa bukti yang kuat), adu domba (bermuka dua), dusta (bohong), ujub (bangga diri dengan merendahkan orang lain), sombong, dengki (tidak suka terhadap kebahagian orang lain), Merasa aman ( kebal ) dari ancaman Allah `azza wa jalla,Melakukan khulu’ yang tidak syar’i berakibat
perzinahan, Ekploitasi terhadap wanita untuk tujuan komersil ( TKW
), dan sebagainya.
Allah SWT telah mengingatkan dalam Al Qur'an bahwa
setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana
firman-Nya dalam Qs. Al Zaljalah : 7-8
"Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat
zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa mengerjakan
kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula".
Juz 6 Surah An-Nisa' ayat 148 yang berbunyi:
Artinya: "Allah tidak menyukai perbuatan buruk
yang diucapkan secara terus terang, kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha mengetahui."
Ayat ini “meleraikan” perkataan buruk atau sumpah
serapah yang dilakukan oleh orang-orang yang teraniaya atau terzalimi, dan itu
semua dikategorikan ke dalam “doa”. Doa orang orang yang terzalimi adalah
mujarab langsung didengar dan dikabulkan olehNya, sebagaimana termaktub dalam
sebuah hadits, yang berbunyi:
“Hati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi,
kerana tidak ada suatu penghalang pun antara doa tersebut dan Allah.” (HR
Bukhari).
Di tangan mereka, doa lebih tajam dari pedang dan
lebih hebat dari pasukan bersenjata. Maka, hati-hatilah terhadap doa orang
terzalimi! Karena jika sudah keluar dari mulut, ia akan berjalan menuju langit.
Segera melampaui cakrawala, menembus angkasa, dan diijabahi Yang Maha kuasa.
Larangan berbuat zalim sebagaimana firman Allah SWT
dalam Al Qur'an Surah Ibrahim : 42-45
"Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai pada hari yang pada
waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas memenuhi
panggilan dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip
dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari
(yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang
yang zalim: "Ya Tuhan kami beri tangguhlah kepada kami (kembalikanlah kami
ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan memenuhi seruan
Engkau dan akan mengikuti Rasul-rasul. (Kepada mereka di katakan): 'Bukankah
kamu telah bersumpah dahulu (di dunia), bahwa sekali-kali kamu tidak akan
binasa? Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang
menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah
berbuat kepada mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa
perumpamaan" .
Di riwayatkan oleh Bukhari :
Dari Anas r.a berkata: Dari Rasulullah SAW,
bahwasannya beliau bersabda: "Hendaklah kamu menolong saudaramu yang
menganiaya dan yang teraniaya", sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah,
(benar) aku akan menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana cara menolongnya
apabila ia menganiaya?" Beliau menjawab: "Engkau cegah dia dari
(perbuatan) penganiayaan, maka yang demikian itulah berarti menolongnya".
Beberapa isi kandungan hadis yang dapat kita amati:
1. Perintah menolong saudara yang teraniaya
(terzalimi), dengan cara membantu meringankan penderitaannya.
2. Perintah menolong saudara yang menganiaya
(menzalimi), dengan cara mencegahnya agar tidak berbuat aniaya. Tiga cara
mencegah orang yang berbuat zalim menurut pandangan agama Islam yaitu:
a. Dengan tangan, artinya cegah dengan kekuasaan,
jabatan/kedudukan/ harta yang kita miliki.
b. Dengan lisan, artinya cegah dengan nasihat-nasihat
yang baik (nasihat-nasihat agama, tulisan-tulisan atau artikel-artikel agama,
dan lain sebaginya).
c. Dengan hati, artinya cegah dengan doa-doa yang baik
kepada Allah, agar orang yang berbuat zalim itu di berikan hidayah dan ampunan
dari Allah SWT. Dan inilah selemah-lemahnya iman.
Di riwayatkan oleh Muslim dan Turmudji:
Dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda:
"Tahukah kamu siapa yang pelit ( bangkrut ) itu?", mereka (sahabat)
berkata: "Ya Rasulullah, orang yang pelit menurut kami ialah orang yang
tidak punya kesenangan dan uang", (kemudian) Rasulullah menjawab:
"Sesungguhnya orang yang pelit dari umatku ialah orang yang datang (pada
hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun
datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan
mengambil harta benda orang (hak-hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang
menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzalimi. Maka
tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis, sedang hutang (kezalimannya)
belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang
terzalimi) untuk di berikan kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang
menzalimi) dilemparkan kedalam neraka."
Hadis ini menjelaskan akan kerugian orang yang berbuat
zalim kepada orang lain, yaitu :
1. Orang zalim dikatakan sebagai orang yang "pelit/bangkrut".
2. Di hari kiamat nanti (hari di hitungnya/hisab
segala amal perbuatan), seluruh amal kebaikan orang yang menzalimi akan di
berikan kepada orang-orang yang telah terzalimi.
3. Dan segala dosa-dosa orang yang terzalimi akan
diberikan kepada orang yang menzalimi.
4. Orang-orang yang zalim akan dilemparkan ke dalam
neraka.
sumber : SINI
Apa itu Dosa Besar?
Apa beda antara dosa
besar (al kabair) dan dosa kecil (ash shogoir)? Apa itu “Dosa Besar”?
Dosa besar adalah di antara bentuk maksiat dan sesuatu yang
Allah larang.
Sebagaimana
disebutkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhuma, yang dimaksud dosa besar adalah setiap dosa yang diancam neraka,
terkena laknat, dimurkai atau dikenai siksa.
Jadi dosa besar termasuk
maksiat dan suatu keharaman. Jika dosa tersebut diberi ancaman akhirat dan
dikenai hukuman had di dunia, itulah yang disebut dosa besar (al kabair). Sedangkan jika tidak diberi siksa dan ancaman, maka termasuk
dalam dosa kecil (ash shogoir).
Yang dimaksud definisi dari Ibnu ‘Abbas, dosa besar itu
diberi azab atau siksa termasuk siksa di dunia berupa hukum qishosh, misalnya.
Juga termasuk hukum potong tangan bagi pencuri, hukum cambuk bagi pelaku zina,
hukum rajam bagi yang menuduh wanita baik-baik berzina, semua ini termasuk dosa
besar karena terkena hukuman had di dunia, atau dikenai murka atau laknat
Allah.
Adapun jika suatu dosa tidak mendapatkan ancaman atau hukuman
seperti di atas, tidak termasuk al kabair, namun
masuk dalam dosa kecil.
Dari definisi atau pengertian dosa besar menurut Ibnu ‘Abbas,
berarti dosa besar tidak dibatasi dengan jumlah tertentu. Namun dosa besar ini
juga bertingkat-tingkat, ada yang lebih parah dari yang lainnya.
Semoga sajian ini bermanfaat, hanyalah Allah yang memberi
taufik dan hidayah untuk menjauhi setiap dosa besar.
Referensi:
Kitab Al Kabair, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Penjelasan: -Guru kami-
Syaikh Dr. Sholeh Al Fauzan, terbitan Ar Risalah Al ‘Alamiyah, cetakan pertama,
tahun 1432 H.
Apakah
orang “Dzalim” Hatinya Bergetar Dan Menangis Ketika Membaca Al Quran/Jadi
Imam/Khatib dan lain-lain ?
Al Quran : The Miracle Of
Miracles. Allah Tidak Sekali-Kali Menjadikan Seseorang Mempunyai Dua Hati Dalam
Jiwanya. Masukilah Islam Secara Kaffah ( Not Less Than 100 % Kaffah ! )
Sudahkah pernah kita merasakan ada perubahan dalam
iman dan hati kita? Apakah sudah ada penambahan? Ataukah Al-Quran hanya dibaca
saja dan tidak ada pengaruhnya?
Bergetar hatinya dan
mata bisa menangis
Allah menyebutkan
salah satu ciri seorang yang berimana dalah hatinya peka terhadap Al-Quran.
Peka dan bergetar ketika disebut nama Allah. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ
قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya,
bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka
bertawakkal.” (QS. Al-Anfal: 2).
Ibnu Katsir
mengatakan mengenai ayat ini, “Ini adalah sifat orang beriman yang sebenarnya.
Yaitu ketika mengingat Allah, hatinya menjadi takut (gemetar). Sehingga dia
mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.”
Sufyan Ats Tsauriy
mengatakan bahwa dia mendengar As Sudiy berkata tentang ayat ini, bahwa orang
yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang yang berbuat zholim atau ingin
bermaksiat. Lalu ada yang mengatakan padanya, “Bertaqwalah pada Allah.” Maka
hatinya takut (gemetar).
Dalam ayat lain,
Allah Ta’ala juga berfirman,
أَلَمْ يَأْنِ
لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ
“Belumkah datang
waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk takut hati mereka ketika
mengingat Allah.” (QS. Al Hadid [57] : 16), yaitu menjadi lembut (tenang) hati
orang beriman ketika berdzikir, mendengar nasehat, mendengar Al Qur’an.
Akhirnya hati tersebut menjadi memahami, mematuhi, mendengar dan taat ketika
mengingat-Nya.
Allah Ta’ala juga
berfirman,
وَإِذَا سَمِعُوا
مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا
عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آَمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ
الشَّاهِدِينَ
“Dan apabila mereka
mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata
mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka
ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri). seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami
telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas
kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam).”
(QS. Al Ma’idah [5] : 83)
Dan mata terkadang
menagis ketika dibacakan Al-Quran. Berikut kisah panutan kita Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berlinang air mata ketika dibacakan Al-Quran. Dari Ibnu
Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,
قال لي النبيُّ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : ” اقْرَأْ علَّي القُرآنَ ” قلتُ : يا رسُولَ
اللَّه ، أَقْرَأُ عَلَيْكَ ، وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ ؟ ، قالَ : ” إِني أُحِبُّ أَنْ
أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي ” فقرَأْتُ عليه سورَةَ النِّساء ، حتى جِئْتُ إلى هذِهِ
الآية : { فَكَيْفَ إِذا جِئْنا مِنْ كُلِّ أُمَّة بِشَهيد وِجئْنا بِكَ عَلى
هَؤلاءِ شَهِيداً } [ النساء / 40 ] قال ” حَسْبُكَ الآن ” فَالْتَفَتَّ إِليْهِ ،
فَإِذَا عِيْناهُ تَذْرِفانِ) .
“Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada
beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara
al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku
senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan
kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini
(yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat
dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka
beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada
beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata” (HR. Bukhari [4763]
dan Muslim [800]).
Nabi Muhammad
Shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يلج النار رجل
بكى من خشية الله حتى يعود اللبن في الضرع
“Tidak akan masuk
neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu
[yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya” (HR. Tirmidzi no.
1633).
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللَّهُ في ظِلِّهِ يَوْمَ لا ظِلَّ إلا ظلُّهُ ….، ورَجُلٌ ذَكَرَ
اللَّه خالِياً فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh
Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; …. dan [7]
seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya
mengalirkan air mata (menangis)” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).
Dan sabda beliau
Shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
عينان لا تمسهما
النار ، عين بكت من خشية الله ، وعين باتت تحرس في سبيل الله
“Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh
api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang
berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam
[jihad] di jalan Allah” (HR. Tirmidzi [1639], disahihkan Syaikh Al-Albani dalam
Sahih Sunan At-Tirmidzi [1338]).
Cuplikan dari sumber
:
Allah tidak menjadikan dua
hati dalam diri seseorang
Sebuah wadah baru bisa diisi dengan sesuatu jika
kosong dari lawan sesuatu tersebut. Hukum ini, selain berlaku untuk dzat dan
benda, juga berlaku untuk hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan dan kehendak.
Apabila hati seseorang dipenuhi oleh keyakinan dan rasa
cinta terhadap perkara yang bathil , maka tidak ada lagi ruang didalamnya untuk
menempatkan keyakinan dan rasa cinta terhadap perkara yang haq.
Demikian pula,apabila lidah seseorang terbiasa
disibukan dengan membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat, niscaya ia tidak
mungkin berbicara tentang sesuatu yang bermanfaat baginya, kecuali setelah lidahnya
dikosongkan dari perkataan-perkataan yang bathil.
Begitu pula anggota tubuh, jika telah disibukan dengan
selain ketaatan kepada Alllah, maka tidak mungkin anggota tubuh itu dapat
disibukan dengan ketaatan kepada Allah, kecuali setelah dikosongkan terlebih
dahulu dari perbuatan yang berlawanan tersebut.
Hatipun demilkian, jika sudah sibuk mencintai sesuatu selain
Allah , sibuk dengan keinginan terhadap sesuatu selain Allah, serta sibuk
merindukan dan larut kepada selain Allah, pastilah ia tidak mungkin sibuk untuk
mencintai Allah dan menginginkan-Nya, juga dalam
merindukan pertemuan dengan-Nya, kecuali setelah hati itu dikosongkan dari
keterkaitannya kepada selain Allah.
Gerakan lidah tidak mungkin sibuk menyebut Allah,
begitu pula anggota tubuh lainnya tidak akan sibuk melayani Allah, kecuali jika
lidah dan anggota tubuh tersebut dikosongkan terlebih dahulu dari menyebut
selain Allah atau melayani selain-Nya.
Jika hati telah dipenuhi oleh kesibukan dengan sesama makhluk
dan ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak ada lagi ruang didalamnya untuk
menyibukan diri dengan Allah, termasuk untuk mengenal asma-asma, sifat-sifat,
maupun hukum-hukum-Nya.
Ada hikmah dibalik semua itu. Yaitu, pengaruh dari
penyimakan hati serupa dengan pengaruh dari penerimaan telinga. Apabila hati
terbiasa menyimak perkataan yang tidak berhubungan dengan Allah, niscaya ia
tidak akan mendengar atau memahami firman Allah. Sebagaimana ketika hati
cenderung dan cinta kepada selain Allah, didalamnya pasti tidak akan ada
kecenderungan dan kecintaan kepada-Nya. Jika hati sudah berbicara dengan selain
dzikir kepada Allah, maka hati tidak akan berbicara dengan dzikir kepada-Nya’
sebagaimana halnya lidah.
Oleh sebab itu didalam kitab ash-Shahiih disebutkan bahwasanya
Nabi pernah bersabda :
“Seandainya perut seseorang di antara kamu dipenuhi
oleh nanah sampai nanah itu menggerogoti dan merusaknya, sungguh yang demikian
itu lebih baik baginya daripada dipenuhi oleh sya’ir ( yang melalaikannya)” [
diriwayatkan oleh al-Bukhari ( no.6155) dan Muslim ( no.2257) dari Abu Hurairah.
Kata yariyahu dalam hadits tersebut bermakna menggerogoti dan merusak
perut.lihat pula fathul baarii ( X/550)].
Pada hadits diatas, Nabi menjelaskan bahwa perut
manusia bisa dipenuhi oleh sya’ir, artinya anggota tubuh ini dapat pula
dipenuhi oleh perkara-perkara syubhat ( yang tidak jelas halal-haramnya),
hal-hal yang meragukan, segala takhayul ( khayalan), asumsi-asumsi yang tidak
nyata, pengetahuan yang tidak bermanfaat, humor dalam kehidupan, berbagai
lelucon, hikayat-hikayat, dan sebagainya.
Apabila hati seseorang telah dipenuhi oleh hal-hal
tersebut, kemudian datanglah berbagai kebaikan yang hendak menempatinya (
berupa hakikat-hakikat Al-Qur’an serta ilmu agama yang akan membuat dirinya
sempurna dan bahagia), niscaya semua hal positip itu tidak akan mendapatkan
tempat dan tidak akan diterima. Akibatnya, seluruh hakikat al-Qur’an dan ilmu
itu akan berlalu begitu saja melintasi hati yang dipenuhi keburukan tersebut,
untuk mencari tempat yang lain.
Begitu pula jika anda memberi nasihat kepada hati yang
dipenuhi oleh hal-hal yang berlawanan dengan perkara yang dinasihati, niscaya
nasihat itu tidak akan menemukan jalan masuk. Sebab, hati tadi akan menolak
nasihat itu, dan nasihatpun tidak akan bisa masuk kedalamnya. Nasihat itu akan
berlalu melewatinya dan tidak akan tinggal di dalam hati sepeti itu.
Di dalam sebuah sya’ir dinyatakan :
Bersihkan hatimu
dari selain Kami, niscaya engkau bertemu Kami
Sebab Kami hanya
bertemu dengan orang seperti itu
Sabar adalah mantera
pembuka perbendaharaan Kami
Siapa yang
mendapatkannya pasti mendapatkan perbendaharaan itu
Hanya kepada Allah kita memohon taufik
Admin lamurkha
Disadur dari buku Fawaidul Fawaid, Ibnu Qayyim
al-Jauziyyah, Bab 13.12.
Kezaliman
Pasti Dibalas
Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad)
mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu
itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan
dengan mengangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati
mereka kosong” (TQS
Ibrahim [14]: 42-43).
Jika kita
melihat kehidupan sekitar, kita dapati betapa banyaknya kezaliman yang
dilakukan manusia. Bahkan tidak jarang kezaliman itu bisa terus-menerus
dilakukan oleh orang yang sama. Para pelaku kezaliman itu tidak segera
mendapatkan hukuman dan azab atas tindakan yang diperbuat. Bahkan di antara
mereka tampak segar bugar, hartanya melimpah, dan memegang tampuk kekuasaan.
Yang semua itu justru membuat mereka leluasa berbuat kezaliman. Mungkin ada
yang bertanya, apakah Allah SWT lalai terhadap berbagai kezaliman mereka? Ayat
ini memberikan jawaban yang amat jelas atas pertanyaan itu.
Allah Tidak Lalai
Allah SWT berfirman: Wa
latahsabannal-Lâh ghâfil[an] ‘ammâ ya’malu al-zhâlimûn (dan
janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat
oleh orang-orang yang zalim). Menurut al-Raghib, kata al-ghaflahberarti al-sahwu (teledor,
lalai). Dijelaskan Ahmad Mukhtar dalam Mu’jam al-Lughah al-‘Arabiyyah
al-Mu’âshirah, kataghafala al-syay`a berarti tarakahu
ihmâl[an] min ghayri nisyân (meninggalkan sesuatu karena ceroboh atau
teledor, bukan karena lupa). Sedangkan al-zhulm (kezaliman) di
sini, demikian menurut Abdurrahman al-Sa’di, mencakup semua kezaliman, baik
terhadap Tuhannya maupun terhadap sesama manusia.
Ayat ini
memberikan penegasan agar kita tidak memiliki anggapan bahwa Allah SWT itu
lalai terhadap perbuatan orang-orang zalim. Menurut Abu Hayyan, khithâb (seruan)
ayat ini ditujukan kepada pendengar yang memungkinkan beranggapan demikian yang
disebabkan oleh kebodohannya terhadap sifat-sifat Allah SWT. Bukan ditujukan
kepada Rasulullah SAW. Sebab, hal itu mustahil terjadi bagi Rasulullah SAW. Namun
menurut al-Syaukani, khithâb-nya kepada Nabi SAW sesungguhnya
merupakan ta’rîdh (sindiran) kepada umatnya. Seolah-olah
dikatakan, “Janganah umatmu, wahai Muhammad mengira!”
Menurut
al-Zamakhsyari, apabila khithâb-nya ditujukan kepada Nabi SAW, maka
ada dua mana. Pertama, bermaknaal-tatsbît (mengokohkan)
keyakinan sebelumnya yang tidak mengira demikian. Ini sebagaimana firman Allah
SWT:Dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik (TQS
al-An’am [6]: 14). Juga QS al-Syura [26]: 213, al-Nisa` [4]: 136, dan lain-ain. Kedua,
bermakna larangan untuk memiliki dugaan dan perkiraan bahwa Allah lalai;
sekaligus sebagai pemberitahuan bahwa Dia mengetahui perbuatan orang-orang
zalim. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Dan sesungguhnya Allah
SWT akan menghukum mereka, sedikit atau banyaknya. Sehingga ini merupakan
peringatan keras dan ancaman, sebagaimana firman Allah SWT: Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (TQS al-Baqarah [2]: 283).
Bisa juga
bermakna: Janganlah kamu mengira Dia memperlakukan mereka sebagaimana perlakuan
orang yang lalai atas perbuatan yang mereka lakukan. Namun yang dilakukan-Nya
adalah perlakuan al-Raqîb ‘alayhim (Pengawas atas mereka) al-muhâsib
‘alâ al-naqîr wa al-qithmîr (pemeriksa atas yang pangkal maupun ).
Dari Ibnu ‘Uyainah:tasliyah li al-mazhlûm wa tahdîd li al-zhâlim (hiburan
bagi orang-orang yang dizalimi dan ancaman bagi orang-orang zalim).
Secara lebih
spesifik, Imam al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini untuk menghibur Nabi SAW
setelah (dalam ayat sebelumnya) diherankan oleh perbuatan kaum Musyrik Arab dan
penyimpangan mereka terhadap agama Ibrahim. Sehingga berarti: “Bersabarlah
seperti bersabarnya Ibrahim. Dan beritahukan kepada kaum Musyrikin bahwa penundaan
azab itu bukan karena Dia ridha kepada perbuatan mereka, namun sunnatullah
adalah memberikan tempo kepada pelaku maksiat.”
Ditangguhkan pada Hari Kiamat
Karena Allah
SWT tidak lalai atas perbuatan orang zalim, maka balasan atau hukuman itu pasti
ditimpakan kepada pelakunya. Hanya saja, pelaksanaan hukuman itu tidak langsung
ditimpakan. Dalam frase berikutnya disebutkan:Innamâ yuakhkhiruhum (sesungguhnya
Allah memberi tangguh kepada mereka). Artinya, Dia menunda balasan terhadap
mereka dan tidak menghukum mereka karena kezaliman mereka.
Kemudian
ditegaskan bahwa balasan dan hukuman itu dilakukan pada suatu hari yang
digambarkan ayat ini: liyawm tasykhash fîhi al-abshâr (sampai
hari yang pada waktu itu mata [mereka] terbelalak). Artinya, penglihatan mereka
terus terbuka dan tidak bergerak disebabkan oleh kebingungan dan keheranan.
Demikian penjelasan Fakhruddin al-Razi. Tak jauh berbeda, al-Jazairi juga
menuturkan bahwa mata mereka terbuka dan tidak terpejam disebabkan ketakutan
yang sangat hebat.
Kemudian
diberitakan dalam ayat sesudahnya: Muhthi’îna muqni’î ru`ûsihum (mereka
datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mengangkat kepalanya). Kata muhthi’îna berarti musri’în (bersegera,
bergegas). Dalam konteks ayat ini, sebagaimana dijelaskan al-Jazairi kata ini
memberikan gambaran bahwa mereka segera bergegas memenuhi panggilan pemanggil
yang memanggil mereka menuju pada mahsyar. Hal ini juga diberitakan dalam
firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru
kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan), sambil
menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka
belalang yang berterbangan, mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu (TQS
al-Qamar [54]: 6-8).
Sedangkan muqni’î
ru`ûsihum berarti râfi’î ru`ûsihim yanzhur uhurûn fî dzull (mengangkat
kepala mereka memandang dalam keadaan hina). Sebab pengertian iqnâ’
al-ra`s adalah rafa’ahu (mengangkat kepalanya). Demikian
dikatakan Ibnu Abbas dan Mujahid sebagaimana dikutip al-Qurthubi dalam
tafsirnya. Tak jauh berbeda, al-Razi juga menjelaskan bahwa pada hari itu
mereka mengangkat kepala mereka ke langit untuk memandang langit dengan
pandangan ketakutan dan ketundukan. Al-Hasan, sebagaimana dikutip al-Qurthubi,
menyatakan bahwa wajah manusia pada saat itu mengadap ke langit, tidak
memandang orang lain.
Kemudian
ditegaskan lagi: Lâ yartaddu ilayhim tharfuhum (sedang mata
mereka tidak berkedip-kedip). Kata irtaddaberarti raja’a (kembali).
Sedangkan kata al-tharf pada asalnya berarti tahrîk
al-ajfân (menggerakkan pelupuk mata). Menurut Fakhruddin al-Razi, ini
menggambarkan bahwa terus menerusnya tatapan mata mereka yang terpejam. Ini
menunjukkan kebingungan dan kegusaran dalam hati mereka
Diberitakan
pula: Wa af’idatuhum hawâ` (dan hati mereka kosong). Secara
bahasa, kata al-hawâ` berarti al-mujawwaf al-khâliyy (kosong,
hampa). Demikian al-Qurthubi dalam tafsirnya. Itu artinya, hati mereka kosong
dari akal dan pemahaman. Hal itu disebabkan karena mereka menyaksikan realitas
yang menakutkan mereka. Inilah waktu terjadinya azab kepda pelaku kezaliman.
Demikianlah
sunnatullah yang telah ditetapkan-Nya. Bahwa hukuman Allah SWT terhadap pelaku
kezaliman tidak selalu langsung terjadi. Adakalanya diberikan tangguh. Bahkan
tangguh itu terjadi pada hari kiamat kelak, yakni dimasukkan ke dalam neraka.
Allah SWT berfirman: Dan apabila mereka datang kepadamu, mereka
mengucapkan salam kepadamu dengan memberi salam yang bukan sebagai yang ditentukan
Allah untukmu. Dan mereka mengatakan pada diri mereka sendiri: "Mengapa
Allah tiada menyiksa kita disebabkan apa yang kita katakan itu?" Cukuplah
bagi mereka neraka Jahanam yang akan mereka masuki (TQS al-Mujadilah
[58]: 8). Wal-Lâh a’lam bi al-shawâb.
Ikhtisar:
1. Allah SWT
sama sekali tidak lalai terhadap perbuatan orang zalim
2. Hukuman kepada pelaku kezaliman pasti dijatuhkan
2. Hukuman kepada pelaku kezaliman pasti dijatuhkan
4 Fase Turunnya Azab Untuk Orang zalim
Oleh risman
Banyak di antara kita yang mengira bahwa
Allah akan menurunkan azab kepada orang zalim dengan instan. Segera setelah
kezaliman yang ia lakukan. Tapi ini adalah perkiraan yang salah.
Orang zalim itu akan melalui 4 fase yang
mesti kita pahami secara baik. Supaya kita tidak berburuk sangka kepada Allah
dan putus asa melihat kenyamanan si zalim dalam melancarkan kejahatannya.
Fase pertama: Penangguhan atau penundaan.
Allah berfirman:
{وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ}
Dan aku akan memberi
tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh (Al Qalam: 45)
Di fase itu Allah
menangguhkan azab bagi orang zalim. Semoga saja ia bertaubat atau kembali
kepada jalur yang benar.
Fase kedua: Istidraj.
Allah berfirman:
(سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ)
Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan dengan cara yang tidak mereka
ketahui. (Al A’raf: 182)
Bukan artinya dunia
disempitkan bagi mereka. Tidak sama sekali. Bahkan justru dibukakan dunia selebar-lebarnya,
diangkatkan derjatnya di mata manusia, dihamparkan baginya rezki dan kelezatan
dunia, Allah memberikan apa saja yang ia minta dan inginkan, bahkan melebihi
apa yang mereka harapkan.
Fase ketiga:
Pemolesan hingga kelihatan cantik dan indah.
(وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ )
“Dan setan telah
menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka..” (An Naml: 24)
Saat itu hati orang
zalim akan mati. Karenanya ia akan menganggap seluruh pendapatnya adalah
kebaikan yang mesti ia lakukan. Hatinya tidak akan hidup lagi untuk menyesali
apa yang sudah ia lakukan.
Fase keempat: Turun
azab.
{وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى
وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ}
“Dan begitulah azab
Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim.
Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras”. (Hud: 102)
Pada saat ini orang
zalim tidak diberi ampun lagi. Kesempatan untuk perbaikan sudah ditutup. Azab
Allah segera turun terhadap si zalim. Dan bentuk azabnya sangat dahsyad, tidak
terbayangkan oleh siapapun.
Ketika itulah
hati-hati orang mukmin akan terobati.
فقطع دابر القوم الذين ظلموا والحمد لله رب العالمين.
“Maka orang-orang
yang lalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam”. (Al An’am: 45)
Ustadz Zulfi Akmal,
Lc. MA.
Alasan
Allah Membiarkan Orang Dzalim Tetap Diberi Kenikmatan
Oleh wiwik setiawati
Diantara kita mungkin pernah berfikir kenapa orang yang telah
berbuat dzolim, ingkar dan menyakiti orang lain tetap hidup makmur dan bebas?
Berbeda dengan orang yang beriman yang justru tidak henti-hentinya mendapat
cobaan dalam berbagai bentuk dari Allah SWT. Lantas, adakah alasan Allah SWT
melakukan demikian?
Pertanyaan ini tanpa disadari dapat mengundang
diri untuk mempertanyakan keadilan Allah. Walau kondisi
seseorang tidak sebaik mereka, yakinlah Allah telah menyelamatkan diri tidak
diserupa dengan mereka dan masih memberi kekuatan diri untuk terus beribadah
kepada-Nya.
Lantas mengapa orang yang sudah zalim dan ingkar kepada Allah
masih diberikan rezeki, kesehatan, tidak ditampakkan dosanya dan tidak
disegerakan sangsi kepadanya. Dalam kitab Nashaihul Ibad, Saad bin Hilal
berkata bahwa meski dzalim dan selalu melanggar perintah Allah, orang dzalim
tetap tetap memberinya 4 anugerah kepadanya:
1.Orang dzalim tidak terhalang untuk mendapatkan
rezeki
Allah SWT memiliki sifat Rahman yakni kasih
Allah pada semua manusia, dan rahiim kasih sayang Allah hanya untuk orang
beriman saja kelak di akhirat. Nah orang dzalim mendapat kasih sayang berupa
rahman, jadi meski Ia dzalim atau kafir, tetap saja mendapatkan nikmat Allah
ini. Namun Rahman Allah itu hanya sebatas di dunia saja.
Akan tetapi orang dzalim tidak akan mendapatkan
sifat rahiim, karena sifat ini hanya untuk kasih sayang Allah hanya untuk orang
beriman dari mulai di dunia dan di akhirat. Seperti dalam surat Al-Israa’ ayat
20 berikut ini.
Kepada masing-masing golongan baik golongan ini
maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan
kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (Q.S. Al-Israa’ [17] : 20).
Orang dzalim adalah orang yang
menginginkan kehidupan di dunia saja. Mereka bahkan disegerakan diberi
keduniawaian sebagaimana yang mereka minta.
Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang
(duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki
bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia
akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. (Q.S. Al-Israa’ [17] : 19).
Perhatikan secara jelas dan seksama orang zalim
itu, tentu bukan dengan pandangan kedengkian karena kelebihan materi mereka,
apakah sejujurnya mereka bahagia dan tenang dengan harta yang didapatnya itu,
lantas bagaimana kehidupan keluarganya.
Ternyata ketenangan dan kebahagian hanya muncul
dipermukaan, namun didalamnya hati mereka sudah tentu gersang. Manifestasinya
terlihat dengan tiada henti mereka mengejar kedudukan, kekayaan dan
kelezatan hidup. Apa yang sudah didapat walau melimpah, masih terus dianggap
kurang.
Dengan demikian tidak perlu kuatir dengan orang
zalim yang malah mendapatkan apa apa yang mereka inginkan di dunia. Jika tiba
waktunya yang dijanjikan Allah maka segala harta kekayaannya tidak dapat
dijadikan penebus untuk membebaskan dirinya dari siksanya yang pedih yang telah
disiapkan Allah.
2. Orang dzalim tidak terhalang untuk mendapat
kesehatan
Sifat Allah Rahman juga berlaku untuk kesehatan.
Setiap orang yang dzalim tidak terhalang untuk mendapat kesehatan. Selain
karena izin Allah SWT, kesehatan didapat karena dibarengi dengan pola hidup
sehat dan olahraga.
Bagi mereka yang dzalim namun tetap menjaga pola
hidupnya, maka Allah SWT tetap menganugerahkan kesehatan karena usahanya
tersebut. Akan tetapi ini tidak berlaku jika Allah menginginkan hambanya yang
dzalim sakit, meski Ia telah menjaga pola hidup sehat dan berolahraga, namun
akan tetap mengalami sakit dengan izin Allah.
3 Allah tidak akan menampakkan dosanya semasa
hidup di dunia
Allah tidak akan memperlihatkan dosa semasa di
dunia kepada orang dzalim. Ia hanya akan mengetuk pintu bagi orang terpilih
tentang beratnya azab neraka terhadap dosa yang telah dilakukan di dunia.
Memperlihatkan dosa semasa hidup juga termasuk
nikmat Allah, bagaimana tidak, dengan begitu manusia akan mengingat kematian
dan akhirnya beralih menjadi lebih baik lagi. Namun kepada orang dzalim, Allah
tidak menganugerahkan hal tersebut. Mata hati mereka tertutup dan tidak bisa
melihat dosa-dosa yang telah mereka lakukan.
4. Allah tidak menyegerakan hukumannnya di dunia
Bagi mereka yang dzalim, Allah juga tidak
menyegerakan hukumannnya di dunia. Namun hal ini bukan berarti orang dzalim
luput dari pengawasan Allah SWT. Allah hanya menangguhkan atas mereka. Terhadap
rahmatNya yang tetap diberikan kepada manusia yang jelas-jelas ingkar,
menunjukkan kesabaran Allah atas semua ciptaan-Nya.
Firman Allah: Dan janganlah sekali-kali kamu
(Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang
yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang
pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, (Ibrahim :42)
Firman Allah : Dan tinggalkanlah dosa yang
nampak dan yang tersembunyi. Sesungguhnya orang yang mengerjakan dosa, kelak
akan diberi pembalasan (pada hari kiamat), disebabkan apa yang mereka telah
kerjakan. (Al Anam : 120)
Dengan demikian tidaklah usah irilah dengan
mereka karena Allah hanya menangguhkan. Bukan kah hidup di dunia hanya
sementara, di sinilah kita diwajibkan mendapatkan bekal untuk mendapatkan surga
di akhirat kelak.
http://www.infoyunik.com/2015/06/alasan-allah-membiarkan-orang-dzalim.html
http://www.infoyunik.com/2015/06/alasan-allah-membiarkan-orang-dzalim.html
Kekhawatiran Rasulullah SAW
Berbuat Dzolim
Ust. Musyafa Ahmad Rahim
Terus terang,
semenjak salah seorang kawan yang menjadi dosen di LN mengirim hadits
sebagaimana tertera dalam gambar, meskipun dalam konteks yang berbeda, dan juga
fokus tema yang berbeda pula...
Aku sangat tergelitik, lalu tergerak untuk
mencoba memahami, dan mata ini justru tertumbuk pada bagian akhir hadits.
"... dan sesungguhnya aku harap bertemu
Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran
menzhalimi di jiwa atau di harga."
Ya Allah...
Bimbinglah
diri yang lemah ini
Jangan sampai
di akhirat nanti
Ada seorang
bani insani
Yang menuntut
diri ini
Dengan suatu
kezhaliman, amin.
Bayangkan saja, bahasa Rasulullah SAW, beliau
yang غفر له ما تقدم من ذنبه وما تأخر (telah diampuni dosa-dosanya yang dulu
maupun yang kemudian)...
Terasa sekali ketakutan beliau terhadap
kemungkinan adanya seseorang menuntut beliau atas suatu kezhaliman......
MasyaAllah...
http://www.portalpiyungan.com/2016/01/kekhawatiran-rasulullah-saw-berbuat.html
MasyaAllah...
http://www.portalpiyungan.com/2016/01/kekhawatiran-rasulullah-saw-berbuat.html
Ketika Malaikat Maut
Datangi
Orang Dzalim
Oleh : Pipit Era Martina
DALAM sebuah
riwayat, Imam Ghazali pernah menceritakan tentang keinginan Nabi Ibrahim AS,
yang penasaran akan wajah malaikat maut ketika mencabut nyawa orang yang
dzalim. Dia memohon kepada Allah SWT untuk diperkenankan melihat bagaimana
paras malaikat pencabut nyawa. Keinginan beliaupun dikabulkan oleh Allah SWT.
Diperlihatkanlah
sosok pria dengan tubuh yang sangat besar, berkulit hitam legam. Sosok yang
sangat menakutkan, rambutnya berdiri seperti lidi dan tajam, berbau busuk,
memiliki dua mata, satu di depan dan yang satu di belakang. Ia mengenakan
pakaian serba hitam, dari mulutnya keluar jilatan api yang berkobar-kobar.
Seketika
Nabi Ibrahim AS jatuh pingsan, setelah kembali sadar beliau merenung, betapa
Allah SWT menunjukkan kuasanya untuk memberi pelajaran bagi setiap manusia
untuk tunduk pada-Nya.
Lebih lanjut
Imam Ghazali menuturkan, di akhir sakaratul maut, manusia akan diperlihatkan
wajah malaikat pencatat Amal. Kepada orang dzalim, si malaikat akan berkata,
“Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa
hadir ke tengah-tengah perbuatan keji, dan membuat kami hadir menyaksikan
perbuatan buruk, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan buruk. Semoga Allah SWT
tidak memberimu balasan yang baik!
Siapa yang
takkan bergetar hatinya ketika mendengar malaikat berbicara serta mengatakan
dengan suara yang lantang dan Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa malaikat akan
memberi kabar buruk kepada orang dzalim menjelang sakaratul mautnya.
“Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim (berada)
dalam tekanan-tekanan sakaratul maut,sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (seraya berkata): ‘keluarkan nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas
dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah SWT (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan
diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’am:93).
Di saat itu
malaikatul maut hadir dan membentangkan tangan-tangannya untuk memukuli dan
menyiksa sampai nyawa mereka keluar dari badan. Karena, malaikatul maut berkata
: “Keluarkan nyawamu”.
Orang dzalim yang sudah mendekati ajalnya akan diberi
kabar buruk oleh malaikatul maut, oleh karena itu, nyawa mereka bercerai-berai
hingga sulit untuk meninggalkan jasad. Di saat itu ia berada dalam keadaan yang
tidak menginginkan akhirat, memberatkan dunia dan ingin kembali berlena dengan
keindahan dunia. Di saat itu pula turunlah dari langit para malaikat yang
bermuka hitam sambil membawa kain mori kasar. Lalu mereka duduk di
sekelilingnya. Saat itu turunlah malaikatul maut dan duduk di arah kepalanya
seraya berkata, ‘Wahai nyawa yang hina keluarlah dan jemputlah kemurkaan dan
kemarahan Allah!’. Dengan cara yang akan mampu di bayangkan, malaikat maut
mencabut nyawa seseorang dengan paksa, dan nyawa tersebut dibungkuslah
menggunakan kain mori kasar yang telah dipersiapkan oleh para malaikat yang
sedari tadi mengelilinginya. Dan setelah itu terciumlah aroma busuk teramat
busuk yang pernah tercium di muka bumi ini.
Ketika
sakaratul maut hampir selesai, di mana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai
merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya malaikatul maut
mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat.
Rasulullah
SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan
dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya
tempat di surga atau neraka”.
Dan inilah
ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang yang dzalim di neraka,
“Wahai musuh Allah SWT itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka.”
ORANG-ORANG dzalim ketika mereka menghadapi kematian,
ruhnya akan keluar dengan susah payah. Mereka benar-benar tersiksa dengan
keadaan itu. Mungkin pernah kita saksikan kematian beberapa orang disekitar
dengan proses yang begitu sulit dan menegangkan atau mungkin amat menakutkan.
Betapa
kepedihan yang teramat sangat itu dirasakan oleh mereka yang enggan mempercayai
akan adanya akhirat, enggan mengakui kuasa Allah Yang Maha Esa.
Hingga pada
suatu masa, nyawa yang melekat dalam raga ini akan di kembalikan kepada
pemiliknya. Di saat itulah, penyesalan demi penyeselan memenuhi ruang jiwa,
tiada daya upaya yang mampu mereka lakukan kecuali terus merintih, memohon agar
nyawa tak berpisah dengan raga, memohon agar Allah sudi memberi sedikit saja
waktu untuk memperbaiki tingkah laku serta bertaubat sepenuhnya atas segala perbuatan
buruk selama ini.
Namun,
sekali lagi tiada seorangpun yang mampu menghalangi ataupun menunda keputusan
Illahi Rabbi, percuma saja, semua sia-sia.
Allah berfirman :
“(demikianlah
keadaan orang-orang kafir), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbi kembalikan aku ke dunia. Agar aku berbuat
amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya
itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan merekaada dinding
sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukminun: 99-100).
Membayangkannya
saja air mata ini tak sanggup lagi bertahan, ketakutan menyeruak keseluruh
tubuh, namun kembali, ucapan itu hanya akan didengar oleh mereka yang selama
hidupnya tiada henti melakukan kedzoliman terhadap orang lain ataupun diri
sendiri. Ingatlah! kala tangan bergerak diluar porsi fungsinya, ada malaikat
yang mencatat. Kala mata mulai memandang kearah yang membuat hati berkata dan
berpikir buruk, ada malaikat yang kan menggerakkan jemarinya menulis
sedetail-detailnya pikiranmu. Kala hati berniat melangkahkan kaki ketempat yang
tidak Allah Swt senangi, ada malaikat yang tak pernah tidur melihat tiap gerak
gerikmu.
Maka, jangan
kau tanya bagimana rasa sakit yang dialami oleh orang yang pernah mengalami
mati (mati suri), sudah jelas sakit yang mereka rasakan adalah sakit yang tak
pernah kau temui selama di dunia.
Orang yang
tertancap pedang saja masih sanggup berteriak,namun tidak kala matamu telah
bertemu dengan malaikat maut. Jangankan berteriak, kerongkongan ini serasa
kering seketika tanpa diminta, organ tubuh ini serasa berhenti, meski kita
masih menginginkan ia bersemi damai dalam raga ini. Bahkan akal sekalipun telah
terhenti dan tertutupi karena merasakan sakit sakaratul maut yang luar biasa.
Kalaupun masih tersisa kekuatan, itu di saat ruh dicabut dan diangkat. Namun,
saat itu, warna tubuh sudah berubah dan rasa sakit sudah menyerang ke seluruh
anggota tubuh. Hingga akhirnya bagian hitam matanya naik sampai menyentuh
kelopak mata, sementara lidah tertarik ke dalam hingga pangkalnya dan jari jemari
juga menjadi kaku.
Tak lagi sanggup membayangkan rasa sakit, di kala
urat-urat dicabut satu persatu dari tubuh. Mulanya kedua kaki menjadi dingin,
lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya, dan seterusnya. Saat itulah
pandangan terhadap dunia yang fana ini perlahan mulai sirna, dan tertutuplah
sudah pintu taubat yang selama ini jarang kita masuki. Tinggallah penyesalan
dan kekecewaan yang mendampingi rasa sakit yang tiada henti hingga hari kiamat
nanti.
Sebuah
hadist yang disampaikan lewat sahabatnya Abu Hurairah Ra.: “Perbanyaklah kalian
mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. Al-Tirmidzi).
Setiap
manusia yang jauh terlena dengan keindahan dunia, selalu menyesal di kala nyawa
sudah di ujung tanduk. Mereka tak pernah menyadari ataupun mengingat bahwa mati
akan datang tanpa menunggu kita siap. Tak peduli dengan iman yang lekat ataupun
yang tak taat. KeputusanNya jelas nyata tak dapat di rundingkan layaknya kau
berunding saham dengan klienmu di dunia.
Jangan menunda waktu untuk hijrah memperbaiki diri, segerakan. Ingat! Mati tak
menunggu usia tua, tak menunggu kau kaya, tak pula menunggu amalmu sempurna.
https://www.islampos.com/ketika-malaikat-maut-datangi-orang-dzalim-1-247851/
https://www.islampos.com/ketika-malaikat-maut-datangi-orang-dzalim-2-habis-247857/
https://www.islampos.com/ketika-malaikat-maut-datangi-orang-dzalim-1-247851/
https://www.islampos.com/ketika-malaikat-maut-datangi-orang-dzalim-2-habis-247857/
Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran tentang larangan dan akibat dari perbuatan zalim
1.“Mereka mempunyai tikar tidur dari api
neraka dan di atas mereka ada selimut (api neraka) . Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang zalim,” (QS. Al A’raaf [7]:
41)
2.“Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada
Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan): “Sesungguhnya kami dengan
sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami.
Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu
menjanjikannya (kepadamu)?” Mereka (penduduk neraka) menjawab: “Betul.”
Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu: “Kutukan
Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim” (QS : Al A’raaf [7 ] : 44)
3.“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota,
sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat
Kami kepada mereka; dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota; kecuali
penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS Al Qashash
[28]:59)
4.Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat
sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman…….” (QS.
Yunus [10]:13)
5.“Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan
runtuh disebabkan kezaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu
pelajaran bagi kaum yang mengetahui.” (QS. An Naml [27]:52)
6.Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah
SWT dan termasuk dari salah satu dosa-dosa besar. Manusia yang berbuat zalim
akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an Surah Asy-Syura : 42 “Sesungguhnya
dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan
melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang
pedih“.
7.Allah SWT melarang perbuatan zalim, sebagaimana
tertulis dalam firman-Nya di Surah Ibrahim ayat 42-45 : “Dan janganlah
sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang
diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh
kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,
mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya,
sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah
peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada
mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: “Ya Tuhan kami, beri tangguhlah
kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya
kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada
mereka dikatakan): “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa
sekali-kali kamu tidak akan binasa? Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat
kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata
bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan
kepadamu beberapa perumpamaan.”.
Berikut beberapa hadits
Rasulullah SAW tentang larangan berbuat zalim :
1.Dari Abu Dzar Al-Ghifari ra dari Nabi SAW bersabda
meriwayatkan firman Allah ‘azza wa jalla, berfirman, “Wahai
hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku
mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai
hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka
mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai
hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri
makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu.
Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian,
kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku,
niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya
kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan Aku akan
mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian
semua. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan
kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai
hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya
bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakan-Ku. Wahai
hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik
dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan orang yang
paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun dalam
Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai
yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berdiri di atas satu
dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan
mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki, hanya
seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang jarum jahit (kemudian
diangkat). Wahai hamba-hambaKu, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan
untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian. Maka barang siapa
mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah, dan barang siapa mendapatkan
selain itu, hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya.” (HR.
Muslim)
2.Dari Anas r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Hendaklah
kamu menolong saudaramu yang menganiaya dan yang teraniaya“, sahabat
bertanya: “Wahai Rasulullah, (benar) aku akan menolong apabila ia
dianiaya, maka bagaimana cara menolongnya apabila ia menganiaya?” .
Beliau menjawab: “Engkau cegah dia dari (perbuatan) penganiayaan, maka
yang demikian itulah berarti menolongnya” (HR. Bukhari)
3.Dari Abi Hurairah r.a, Nabi SAW bersabda: “Tahukah
kamu siapa yang bangkrut itu?“, mereka (sahabat) berkata: “Ya
Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya
kesenangan dan uang” (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya
orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat)
membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang
(dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan
mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan
orang (yang menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang
yang terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu
habis, sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan
kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan
kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkankedalam
neraka (HR. Muslim)
4.Rasulullah SAW bersabda, “Kezaliman itu ada 3
macam: Kezaliman yang tidak diampunkan Allah, Kezaliman yang dapat diampunkan
Allah, dan kezaliman yang tidak dibiarkan oleh Allah. Adapun kezaliman yang
tidak diampunkan Allah adalah syirik, firman Allah SWT: “Sesunggahnya syirik
itu kezaliman yang amat besar!”,adapun kezaliman yang dapat diampunkan Allah
adalah kezaliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia
terhadap Allah, Tuhannya. DAN KEZALIMAN YANG TIDAK
DIBIARKAN ALLAH ADALAH KEZALIMAN HAMBA-HAMBA-NYA DI ANTARA SESAMA MEREKA,
KARENA PASTI DITUNTUT KELAK OLEH MEREKA YANG DIZALIMI.” (HR.
al-Bazaar & ath-Thayaalisy)
5.Apabila kita berbuat salah terhadap orang lain, kita
harus segera minta maaf, selagi kita masih hidup dan untuk memperingan
siksa di akhirat nanti. Abu Hurairah r.a. berkata: “Nabi SAW bersabda: “Siapa
yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan
badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf) nya
sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau
dirham, jika ia punya amal shalih, maka akan diambil menurut penganiayaannya,
dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan
orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya.” (HR. Bukhori,
Muslim)
Setelah kita mengetahui bahayanya perbuatan zalim yang
dapat membuat kita menjadi seorang hamba yang bangkrut di akhirat kelak,
marilah kita selalu menjaga diri kita, agar tidak berbuat zalim terhadap
sesama.
Dewi Yana
HASIL CARIAN BAGI AYAT PERTAMA DALAM
SENARAI BERJAYA MENCAPAI 41 AYAT AL QURAN
1.Surah AsSaf. Ayat 007.
Dan tidak ada yang lebih zalim
daripada orang yang mengada-adakan perkara dusta terhadap Allah, sedang dia
diajak kepada memeluk Islam dan (ingatlah), Allah tidak memberi hidayat
petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
2.Surah AlQasas. Ayat 056.
Sesungguhnya engkau (wahai
Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayat petunjuk kepada sesiapa yang engkau
kasihi (supaya dia menerima Islam), tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi
hidayat petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang
peraturanNya) dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang (ada
persediaan untuk) mendapat hidayat petunjuk (kepada memeluk Islam).
3.Surah Yunus. Ayat 017.
Dengan yang demikian, tidaklah
ada yang lebih zalim daripada orang yang berdusta terhadap Allah atau yang
mendustakan ayat-ayatNya. Sesungguhnya orang-orang yang berdosa itu tidak akan
berjaya.
4.Surah Ali'Imran. Ayat 094.
(Jika tidak) maka sesiapa yang
mereka-reka kata-kata dusta terhadap Allah sesudah yang demikian itu, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim.
5.Surah Ali'Imran. Ayat 086.
Bagaimana Allah akan memberi
petunjuk hidayat kepada sesuatu kaum yang kufur ingkar sesudah mereka beriman
dan juga sesudah mereka menyaksikan bahawa Rasulullah (Nabi Muhammad) itu
adalah benar dan telah datang pula kepada mereka keterangan-keterangan yang
jelas nyata dan (ingatlah), Allah tidak akan memberikan petunjuk hidayatNya
kepada kaum yang zalim.
6.Surah AsSajdah. Ayat 022.
Dan tidaklah ada yang lebih zalim
daripada orang yang diberi ingat dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian dia
berpaling daripadanya (dan tetap mengingkarinya). Sesungguhnya Kami tetap
membalas orang-orang yang berdosa (apa lagi orang-orang yang lebih zalim).
7.Surah AlA’raaf. Ayat 162.
Maka orang-orang yang zalim di
antara mereka menukarkan perintah itu dengan perkataan yang tidak dikatakan
kepada mereka. Oleh itu, Kami turunkan azab dari langit menimpa mereka, dengan
sebab kezaliman yang mereka lakukan.
8.Surah AsSaaffat. Ayat 152.
Allah beranak; sedang mereka,
sesungguhnya adalah orang-orang yang berdusta!
9.Surah Al'Ankabut. Ayat 068.
Dan tidaklah ada yang lebih zalim
daripada orang yang mereka-reka perkara-perkara yang dusta terhadap Allah atau
mendustakan kebenaran setelah kebenaran itu disampaikan kepadanya. Bukankah
(telah diketahui bahawa) dalam Neraka Jahannam disediakan tempat tinggal bagi
orang-orang yang kafir?
10.Surah AzZumar. Ayat 057.
Atau berkata: Kalaulah Allah
memberi hidayat petunjuk kepadaku, tentulah aku telah menjadi dari orang-orang
yang bertakwa! -
11.Surah AnNuur. Ayat 050.
(Mengapa mereka bersikap
demikian), adakah kerana hati mereka mengandungi penyakit (kufur) atau kerana
mereka ragu-ragu (terhadap kebenaran hukuman) ataupun kerana mereka takut
bahawa Allah dan RasulNya akan berlaku zalim kepada mereka? ( Allah dan
RasulNya tidak sekali-kali akan berlaku zalim) bahkan merekalah sendiri
orang-orang yang zalim (disebabkan keraguan dan kekufuran mereka).
12.Surah Hud. Ayat 018.
Dan tidak ada yang lebih zalim
daripada orang-orang yang mereka-reka perkara-perkara dusta terhadap Allah!
Orang-orang yang demikian sifatnya akan dibawa mengadap Tuhan mereka dan pada
hari itu akan berkatalah saksi-saksi (dari malaikat-malaikat, Nabi-nabi dan
anggota-anggota tubuh mereka sendiri): Inilah orang-orang yang membuat-buat
dusta terhadap Tuhan mereka. Ketahuilah (sesungguhnya) laknat Allah tertimpa
kepada orang-orang yang zalim!
13.Surah AnNahl. Ayat 113.
Dan demi sesungguhnya, mereka
pula telah didatangi seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, lalu mereka
mendustakannya; maka mereka pun ditimpa azab sedang mereka berkeadaan zalim.
14.Surah AlAhqaaf. Ayat 010.
Katakanlah lagi: Bagaimana
fikiran kamu jika Al-Quran ini (yang datangnya) dari Allah dan kamu
mengingkarinya, pada hal ada seorang saksi dari Bani Israil memberi keterangan
mengakui (sahnya Kitab) yang sama seperti Al-Quran ini, lalu dia percayakan
(Al-Quran ini dari Allah), sedang kamu dengan sombong angkuh mengingkarinya?
(Tidakkah dengan yang demikian kamu bersifat zalim)? Sesungguhnya Allah tidak
memberi hidayat petunjuk kepada orang-orang yang zalim (yang degil dalam
kekufurannya).
15.Surah AzZumar. Ayat 032.
(Apabila berlaku yang demikian), maka nyatalah
bahawa tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang mereka-reka
perkara-perkara yang dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran sebaik-baik
sahaja kebenaran itu disampaikan kepadanya. Bukankah (telah diketahui bahawa)
dalam Neraka Jahannam disediakan tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir?
16.Surah AlAn'aam. Ayat 021.
Dan siapakah lagi yang lebih
aniaya dari orang yang mengada-adakan perkara-perkara yang dusta terhadap Allah
atau yang mendustakan ayat-ayat keteranganNya? Sesungguhnya orang-orang yang
zalim itu tidak akan berjaya.
17.Surah AlA’raaf. Ayat 005.
Maka tidak ada yang mereka
katakan ketika datangnya azab Kami kepada mereka, melainkan mereka (mengakui
dengan) berkata: Sebenarnya kami adalah orang-orang yang zalim.
18.Surah AnNisaa'. Ayat 168.
Sesungguhnya orang-orang yang
kafir serta berlaku zalim, Allah tidak sekali-kali akan mengampunkan mereka dan
tidak akan menunjukkan jalan kepada mereka:
19.Surah AlKahfi. Ayat 015.
(Mereka berkata pula sesama
sendiri): Kaum kita itu, menyembah beberapa tuhan yang lain dari Allah;
sepatutnya mereka mengemukakan keterangan yang nyata yang membuktikan ketuhanan
makhluk-makhluk yang mereka sembah itu? (Tetapi mereka tidak dapat berbuat demikian);
Maka tidak ada yang lebih zalim dari orang-orang yang berdusta terhadap Allah.
20.Surah AnNaml. Ayat 043.
Dan dia dihalangi (daripada
memeluk Islam pada masa yang lalu ialah) apa yang dia pernah menyembahnya (dari
benda-benda) yang lain dari Allah; sesungguhnya adalah ia (pada masa itu) dari
puak yang kafir.
21.Surah AlQasas. Ayat 037.
Dan (bagi menjawabnya) Nabi Musa
berkata: Tuhanku lebih mengetahui siapakah yang membawa hidayat petunjuk dari
sisiNya dan siapa yang akan beroleh kesudahan yang baik di dunia ini.
Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan berjaya.
22.Surah AlWaqi'ah. Ayat 002.
Tiada sesiapapun yang dapat
mendustakan kejadiannya.
23.Surah AlAn'aam. Ayat 157.
Atau supaya kamu (tidak)
mengatakan: Sesungguhnya kalau diturunkan Kitab kepada kami tentulah kami
mendapat petunjuk hidayat lebih daripada mereka. (Kamu tidak akan dapat
berdalih lagi) kerana sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan (yang
cukup) dari Tuhan kamu dan petunjuk hidayat serta rahmatNya (yang
melimpah-limpah). Oleh itu, siapakah yang lebih zalim lagi daripada orang yang
mendustakan ayat-ayat keterangan Allah dan berpaling daripadanya? Kami akan
membalas orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat keterangan Kami (dengan)
azab seksa yang seburuk-buruknya, disebabkan mereka sentiasa berpaling
(mengingkarinya).
24.Surah AtTaubah. Ayat 019.
Adakah kamu sifatkan hanya
perbuatan memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan Haji dan (hanya
perbuatan) memakmurkan Masjidilharam itu sama seperti orang yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat serta berjihad pada jalan Allah? Mereka (yang bersifat
demikian) tidak sama di sisi Allah dan Allah tidak memberikan hidayat petunjuk
kepada kaum yang zalim.
25.Surah AsySyu’araa. Ayat 209.
Memperingatkan mereka dan Kami
tidak sekali-kali berlaku zalim.
26.Surah AtTaubah. Ayat 027.
Kemudian Allah menerima taubat
orang-orang yang dikehendaki (dengan memberi taufiq untuk memeluk Islam),
sesudah (orang-orang kafir itu ditimpakan dengan azab) dan (ingatlah) Allah
Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.
27.Surah AsSaaffat. Ayat 022.
( Allah berfirman kepada
malaikat): Himpunkanlah orang-orang yang zalim itu, dan orang-orang yang
berkeadaan seperti mereka, serta benda-benda yang mereka sembah -
28.Surah AnNahl. Ayat 116.
Dan janganlah kamu berdusta
dengan sebab apa yang disifatkan oleh lidah kamu: Ini halal dan ini haram,
untuk mengada-adakan sesuatu yang dusta terhadap Allah; sesungguhnya
orang-orang yang berdusta terhadap Allah tidak akan berjaya.
29.Surah AnNahl. Ayat 037.
Jika engkau (wahai Muhammad)
terlalu tamak (inginkan mereka beroleh hidayat petunjuk, maka sesungguhnya
Allah tidak memberi hidayat petunjuk kepada orang-orang yang berhak
disesatkanNya dan tiadalah bagi mereka sesiapapun yang dapat memberikan
pertolongan.
30.urah Ali'Imran. Ayat 057.
Adapun orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal-amal soleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka
dan (ingatlah), Allah tidak suka kepada orang-orang yang zalim.
31.Surah AlHajj. Ayat 071.
Dan mereka menyembah yang lain
dari Allah iaitu benda-benda yang Allah tidak menurunkan sebarang keterangan
membenarkannya dan yang mereka tidak mempunyai sebarang pengetahuan mengenainya
dan (ingatlah) tiadalah bagi orang-orang yang zalim (dengan perbuatan syirik)
itu sesiapapun yang dapat memberikan pertolongan (di dunia dan di akhirat).
32.Surah AlBaqarah. Ayat 135.
Dan mereka (kaum Yahudi dan
Nasrani) berkata: Jadilah kamu pemeluk agama Yahudi atau pemeluk agama Nasrani,
nescaya kamu akan mendapat petunjuk. Katakanlah (wahai Muhammad: Kami
orang-orang Islam tidak akan menurut apa yang kamu katakan itu) bahkan kami
mengikut agama Nabi Ibrahim yang tetap di atas dasar Tauhid dan bukanlah dia
dari orang-orang musyrik.
33.Surah AlBaqarah. Ayat 095.
Dan sudah tentu mereka tidak akan
mencita-citakan mati itu selama-lamanya, dengan sebab dosa-dosa yang telah
mereka lakukan dan Allah sentiasa mengetahui akan orang-orang yang zalim itu.
34.Surah AlJumu'ah. Ayat 007.
Dan (sudah tentu) mereka tidak
akan bercita-cita hendakkan mati itu selama-lamanya, dengan sebab dosa-dosa
yang mereka telah lakukan dan Allah sentiasa mengetahui akan orang-orang yang
zalim itu.
35.Surah AsySyuraa. Ayat 008.
Dan jika Allah menghendaki,
tentulah Dia menjadikan mereka satu umat (yang bersatu dalam agama Allah yang
satu); akan tetapi Allah (tidak merancang yang demikian bahkan Dia akan)
memasukkan sesiapa yang dikehendakiNya ke dalam rahmatNya (menurut peraturan
yang telah ditetapkan) dan orang-orang yang zalim tidak ada baginya sesiapapun
yang dapat memberikan perlindungan dan pertolongan.
36.Surah Yunus. Ayat 035.
Bertanyalah (wahai Muhammad):
Adakah di antara makhluk-makhluk yang kamu sekutukan dengan Tuhan itu, sesiapa
yang dengan memberi petunjuk kepada kebenaran? Katakanlah: Allah jualah yang
memberi hidayat petunjuk kepada kebenaran; (kalau sudah demikian) maka adakah
yang dapat memberi hidayat petunjuk kepada kebenaran itu, lebih berhak diturut
ataupun yang tidak dapat memberi sebarang petunjuk melainkan sesudah dia diberi
hidayat petunjuk? Maka apakah alasan sikap kamu itu? Bagaimana kamu sanggup
mengambil keputusan (dengan perkara yang salah, yang tidak dapat diterima oleh
akal)?
37.Surah AlMaa’idah. Ayat 029.
Sesungguhnya aku mahu supaya
engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuhku) dan dosamu sendiri. Maka
dengan itu menjadilah engkau dari ahli Neraka, dan itulah dia balasan
orang-orang yang zalim.
38.Surah AlLail. Ayat 009.
Serta dia mendustakan perkara
yang baik,
39.Surah AlAnbiyaa'. Ayat 059.
(Setelah melihat kejadian itu) mereka
bertanya: Siapakah yang melakukan perbuatan yang demikian terhadap tuhan-tuhan
kami? Sesungguhnya adalah dia dari orang-orang yang zalim.
40.Surah AlFurqaan. Ayat 004.
Dan orang-orang yang kafir itu
berkata: (Al-Quran) ini hanyalah satu perkara dusta yang direka-reka oleh
Muhammad dan ia dibantu membuatnya oleh kaum yang lain. Maka (dengan kata-kata
itu) sesungguhnya mereka telah mendatangkan satu tuduhan yang zalim dan dusta.
41.Surah AlFurqaan. Ayat 004.
Dan orang-orang yang kafir itu
berkata: (Al-Quran) ini hanyalah satu perkara dusta yang direka-reka oleh
Muhammad dan ia dibantu membuatnya oleh kaum yang lain. Maka (dengan kata-kata
itu) sesungguhnya mereka telah mendatangkan satu tuduhan yang zalim dan dusta.
[ Out Of Topics ] Tidak
Semua Muslim Layak Dijadikan Guru Atau Ustadz