Sumber Ungkapan “Pemimpin Kafir Yang Adil
Lebih Baik Dari
Pemimpin Muslim Yang Zalim”
11
Maret 2016
Oleh: Ustadz
Abdullah Haidir, Lc.
Manhajuna.com –
Akhir-akhir ini beredar ungkapan yang sangat disukai suatu ‘kaum’ demi
memuluskan jalan bagi seorang kafir untuk memimpin negerinya. Mereka menyebar
perkataan yang mereka klaim sebagai perkataan Ali ra, yaitu, “Pemimpin kafir
yang adil lebih utama dari pemimpin muslim yang zalim.”
Siapa muslim yang
tidak mengormati Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu?! Semua mencintai dan
memuliakannya. Maka akan tampak sekali betapa kata-kata tersebut akan
memberikan pengaruh kaum muslimin, terutama yang awam.
Tahukah anda,
dibalik kata-kata itu ada racun syiah?
( Jangan marah
dulu….:) sini saya jelaskan.
Ungkapan itu bukan
perkataan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu, tapi perkataan seorang tokoh
ulama (baca: pendeta) syiah yang bernama Ali bin Musa bin Ja’far bin Thawus,
dikenal dengan sebutan Sayyid Ibnu Thawus, Tokoh ulama Syiah asal Irak yang
lahir tahun 589. Lengkapnya silakan lihat Wikipedia.
Baca juga: Tanggapan Kultwit Tentang Pemimpin Kafir
Pintarnya mereka
(baca: liciknya) adalah ketika menyebut sumber ungkapan tersebut hanya menulis
Ali ra saja, tidak menyebut nasabnya dengan lengkap, agar para pembaca mengira
bahwa itu adalah ungkapan Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu, tentu tujuannya
agar mudah diterima masyarakat.
Kapan kata-kata itu
diucapkan?
Anda ingat sejarah
kelam yang menimpa dunia Islam saat keruntuhan Khilafah Bani Abbasiyah di
Baghdad?
Yap, itu terjadi
pada tahun 656 H = 1258 M. Saat itu pasukan Tatar yang dipimpin panglima kafir
dan bengis yang bernama Hulagu Khan, menyerbu Baghdad dan menaklukkannya.
Baghdad luluh lantak
dan porak poranda, perpustakaan-perpustakaan yang menyimpan kitab-kitab
berharga mereka musnahkan, penduduknya mereka bantai, sehingga ada yang
memperkirakan satu juta warga Baghdad terbunuh. Kelam sekali.
Nah, suatu kali,
Hulagu Khan mengumpulkan para ulama Baghdad untuk meminta fatwa mereka (hebat,
orang kafir minta fatwa), mana yang lebih utama, pemimpin kafir yang adil atau
pemimpin muslim yang zalim? Para ulama saat itu diam tak berfatwa. Sangat boleh
jadi karena kondisinya sangat dilematis, karena di hadapan mereka ada pemimpin
kafir yang kejam sedang berkuasa dan dapat berbuat apa saja, sementara mereka
yakin bahwa seorang kafir tidak boleh diangkat sebagai pemimpin. Namun akhirnya
Ali bin Thawus ini berani mengeluarkan fatwanya dengan menyatakan bahwa
pemimpin kafir yang adil lebih utama dari pemimpin muslim yang zalim.
Kisah ini tercatat
dalam kitab-kitab karangan kaum Syiah sendiri, di antaranya; Al-Adab
As-Sulthaniyah, karangan Ibnu Thaqthaqi.
Ini teks arabnya
dari kitab tersebut:
لما فتح السلطان هولاكو بغداد في سنة ست وخمسين وستمائة أمر أن يستفتى
العلماء أيهما أفضل: السلطان الكافر العادل أم السلطان المسلم الجائر ؟ ثم جمع
العلماء بالمستنصرية لذلك ، فلما وقفوا على الفتيا أحجموا عن الجواب وكان رضيُّ
الدين علي بن طاووس حاضراً هذا المجلس وكان مقدماً محترماً ، فلما رأى إحجامهم تناول
الفتيا ووضع خطه فيها بتفضيل العادل الكافر على المسلم الجائر ، فوضع الناس خطوطهم
بعده. -الآداب السلطانية لابن الطقطقي/-2
Jadi ucapan tersebut
tidak bersumber dari Al-Quran, hadits, perkataan shahabat dan para ulama salaf
dari kalangan Ahlussunah wal jamaah. Tapi dari mulut seorang syiah yang memang
berkepentingan dengan ucapan tersebut saat itu. Mengapa? Karena mereka sedikit
atau banyak termasuk yang berperan atas kejatuhan Khilafah Abbasiyah, tentu
disamping faktor-faktor lain. Karena kelompok syiah terus merongrong penguasa
Bani Abbasiyah.
Tercatat dalam
sejarah ada perdana menteri pada masa akhir Khilafah Bani Abbasiyah yang
bernama Ibnu Alqami yang secara diam-diam berkonspirasi dengan Hulagu Khan
untuk menyerang Baghdad dan meruntuhkan kekhalifahan Bani Abbasiyah, dengan
harapan setelah itu dia diserahkan kekuasaan atas Baghdad. Namun setelah
pasukan Hulagu Khan menguasa Baghdad, kekuasaan itu tak diberikan kepadanya dan
bahkan dia sendiri dibunuh. Kematian tragis seorang pengkhianat.
(Manhajuna/GAA)
Pemimpin Muslim atau Kafir yang Penting Adil
( kata si Alwi Shihab )
Islam tidak melarang umatnya untuk berinteraksi dengan
nonmuslim. Dengan syarat mereka tidak mengganggu ibadah dan keamanan kaum
muslimin.
“Perbedaan agama bukan menjadi penghalang dalam perkawanan
seseorang,” tutur Alwi Shihab dalam acara Saresehan Nasional Dialog Kebangsaan,
Jumat (6/6) pagi, di Pondok Pesantren Al-Islam Gedong Kiwo,
Yogykarta.
Dengan mengutip perkataan Sayyidina Ali, Alwi Shihab
mengatakan bahwa pemimpin yang kafir tetapi adil itu lebih baik dibanding
dengan pemimpin muslim tetapi tidak adil.
“Pembicaraan kali ini adalah ingin mengetahui jati diri
sebagai bangsa. Jatidiri kita sebagai bangsa adalah kita harus berpegang teguh
pada Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila,” ucap mantan Mentri Luar Negeri era Gus
Dur tersebut.
Alwi menambahkan, perlu ada keharmonisan dan saling hormat
menghormati satu dengan yang lain dalam membangun bangsa Indonesia. Allah tidak
melarang umat Islam untuk berlaku baik dan adil kepada nonmuslim. Selama mereka
tidak memerangi dan mengusir kamu dari negerimu.
Sebab itu, para pemuda dan pemudi NU harus mempertahankan
idealisme NU sebaga Islam yang ramah. “Kita perlu menjaga idealisme NU yang
sebagai Aswaja yang fleksibel. NU adalah Islam yang inklusif,” pesan Alwi
Shihab kepada para peserta. Menurutnya, Islam inklusif adalah jawaban terhadap
masalah kebangsaan saat ini.
Selain Alwi Shihab, dialog yang dihadiri para pelajar dan
tokoh muda NU itu menghadirkan Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan.
(sumber: nu.or.id)
Pernyataan
Sesat : Pemimpin Yang Kafir Tetapi Adil Itu Lebih Baik Dibanding Dengan
Pemimpin Muslim Tetapi Tidak Adil ?