Monday, May 16, 2016

Geopolitik Iran Dalam Konflik Suriah

Hasil gambar untuk geo politik iran

Krisis kemanusiaan yang menimpa rakyat Suriah mengundang reaksi banyak pihak. Komisi Hukum dan Undang-Undang MUI, Dr. Abdul Chair Ramadhan menilai bahwa yang terjadi di Aleppo, Suriah merupakan bagian dari Arab Spring yang sebelumnya pernah terjadi di beberapa kawasan Timur Tengah.
“Berbicara Aleppo tidak bisa dipisahkan dengan krisis kawasan di Timur Tengah. Ini bagian dari Arab Spring yang sebelumnya terjadi, dan akan terjadi penguatan atau hegemoni Syiah di kawasan Suriah. Semua negara terutama Barat, Amerika dengan sekutunya, Israel dengan Yahudinya, Iran dengan Syiahnya menginginkan terjadinya krisis di Timur Tengah,” katanya saat dihubungi Kiblat.net pada Rabu (11/05).
Menurutnya, dalam konflik Suriah Syiah memiliki tujuan geopolitik dalam rangka penguasaan ruang. Penguasaan ruang itu sangat berharga bagi Syiah, terutama di Timur Tengah untuk mengupayakan hegemoni atau dominasi Syiah di dalamnya.
“Sehingga ini akan menguntungkan bagi Syiah Iran, dalam rangka ekspansi idiologi yang mereka kembangkan dengan berbagai cara dan ini didukung oleh daya gentar Iran. Katakanlah yang sangat signifikan adalah pengayaan nuklir, ditambah lagi pengusaan jalur transportasi minyak dunia. Lewat Teluk Persia yang dia klaim dan dia kuasai, dan Laut Yaman,” imbuhnya.
Di kawasan daratan, katakanlah Suriah ini, Barat pun meyakini bahwa Armageddon akan terjadi di Damaskus. Semua para ahli, pemikir, intelijen Barat, Yahudi, Iran, ini semua mengakui bermula Armageddon adalah di Suriah, Syam.
“Ini akan menjadi suatu kepentingan yang sangat menentukan siapa yang menguasai wilayah itu, maka dia akan jadi pemenang dalam peperangan akhir zaman. Inilah yang menjadi sub target ekspansi, baik itu ekspansi ideologis politik maupun militer Iran untuk menguasai baik langsung maupun tidak langsung kawasan Timur Tengah. Tinggal hanya ada satu lawan, rival dari Syiah Iran adalah Saudi Arabia. Saudi Arabia dan Iran ini memang akan menjadi dua kekuatan yang sangat bersaing, dan ada kepentingan barat untuk memelihara konflik ini,” jelasnya.
Akan tetapi, lanjutnya, jika kita melihat sejarah berdirinya Iran, tidak bisa dilepaskan dari keterliabatan Amerika Serikat dan Israel yang turut membesarkan militer Syiah di masa Syah Pahlevi. Dan pada saat perang antara Iran dan Iraq, ada dukungan dari kedua negara ini (Amerika dan Israel).
“Sekarang bagaimana dengan Iran, Israel, dengan Amerika. Pasti mereka ada kepentingan untuk mewujudkan siapa yang akan menjadi pemenang. Sehingga Iran wajar selalu mengkampanyekan terhadap Amerika perlawanan terhadap Israel. Tapi itu hanya apologi, itu hanyalah kebohongan belaka,” tegasnya.
Dengan Aleppo, kata dia, Suriah dan lain-lain, hal ini terkait dengan geopolitik atau ruang hidup. Bagi Iran, hidup itu diterjemahkan dalam konsep Al-Wilayah, yang menjadi bagian dari salah satu rukun Islam Syiah. Sedangkan Al-Imamah adalah bagian yang bersifat elementer dalam rukun iman Syiah. Al-Imamah targetnya adalah orangnya, tapi kalau Al-Wilayah adalah skup kekuasaanya. Yaitu kekuasaan yang tidak terbatas hanya dalam teritori Iran. Jadi mencakup seluruh dunia.
“Tetapi untuk menguasai dunia tahap awalnya adalah menguasai Timur Tengah. Kalau Timur Tengah semuanya sudah dikuasai, dalam hal ini yang paling signifikan adalah Syam. Ini selangkah lagi, akan menguasai Arab Saudi, itu data besarnya. Hanya satu yang belum mereka kuasai secara efektif adalah Suriah, karena masih bergejolak. Dan kedua adalah Saudi Arabia,” ulasnya.
Ia menjelaskan bahwa berlakunya doktrin Imamah itu jelas dicantumkan dalam pasal konstitusi Iran. “Doktrin Wilayah dimasukkan dalam pasal dua konstitusi Iran, Wilayatul Faqih dimasukkan dalam pasal lima konstitusi Iran,” lanjut dia.
“Inilah yang menjadi dasar pijakan ekspansi ideologi mereka untuk menguasai terutama adalah Timur Tengah dan selanjutnya adalah seluruh negara, terutama negara muslim. Rivalnya adalah Saudi Arabia, Timur Tengah, dan secara geopolitik ia berhadapan dengan Amerika Serikat,” tandasnya.
Reporter: Taufiq Ishak