Dakwah
Tauhid Pondasi Kemuliaan Politik
Negara Islam
Ahad, 12 Jun 2016 07:01
Oleh : Dr. Slamet Muliono*
Sinergitas
Dakwah dan Politik
Sinergitas
antara Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin Saud telah membentuk negara
Arab Saudi yang kokoh di atas pondasi tauhid. Muhammad bin Abdul Wahhab
berkonsentrasi pada dakwah tauhid dan Muhammad bin Saud berfokus pada
perjuangan politik. Namun keduanya bekerjasama dan saling menopang sehingga
terwujud sebuah negara dengan memperjuangkan panji-panji tauhid. terlebih lagi,
Mekkah dan Madinah merupakan wilayah yang sangat strategis dalam dua hal.
Pertama, strategis dalam konteks tempat.
Artinya, Mekkah dan Madinah merupakan tempat bertemunya seluruh bangsa, dengan
berbagai budaya dan karakternya, saat melakukan haji. Kedua,
strategis dalam sosialisasi dakwah. Artinya, Mekkah dan Madinah sangat efektif
dipergunakan untuk mengkomunikasikkan dan mensosialisasikan dakwah tauhid
kepada mereka yang datang berhaji maupun umroh.
Keberhasilan
duet Muhammad itu benar-benar teruji hingga saat ini. Muhammad bin Abdul Wahhab
benar-benar berdakwah dengan menekankan pemberantasan unsur-unsur syirik dan
pengkeramatan terhadap benda apapun. Apa yang dilakukan Muhammad bin Abdul
Wahhab itu dilindungi oleh Muhammad bin Saud sebagai pmegang kendali
politik. Sementara Muhammad bin Saud berkonsentrasi memperjuangkan tegakkan
kehidupan politik dalam kehidupan bernegara. Apa yang diupayakan Muhammad bin
Saud didorong oleh spirit dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab. Perjuangan dua
sayap, dakwah dan politik, berjalan simultan hingga saat ini, sehingga berhasil
menopang kokohnya negara Saudi Arabia.
Perkawinan
dakwah dan politik ini juga memunculkan sorotan dan kritik tajam. Satu pihak
memandang bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab diperalat untuk mengokohkan
kepentingan politik Muhammad Bin Saud. Atau sebaliknya bahwa Muhammad bin Abdul
Wahhab justru memperalat Muhammad bin Saud untuk meraih kepentingan duniawi.
Namun kritik itu terbantahkan dengan dua hal.
Pertama, Muhammad bin Abdul Wahhab merupakan
sosok ulama yang benar-benar berjuang untuk menegakkan dakwah tauhid. Dia tetap
hidup sederhana hingga akhir hayatnya tanpa mengambil manfaat untuk kepentingan
pribadi. Kedua, Muhammad bin Saud konsisten dalam menegakkan negara
dengan pondasi tauhid tanpa terpengaruh oleh ideologi yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip dakwah tauhid. Upaya untuk mendeskreditkan perkawinan dakwah
dan politik itu tidak pernah berhenti.
Ketika
Dakwah dan Politik Asimeteris
Pembagian
fokus perjuangan duet Muhammad (Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad bin
Saud) penting untuk dijadikan sebuah model praktek bernegara modern, sekaligus
menjawab berbagai keraguan bahwa agama dan politik tidak bisa berjalan seiring.
Apa yang ditunjukkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, yang begitu gigih
menegakkan dakwah tauhid, benar-benar besar pengaruhnya dalam penegakan
nilai-nilai agama di masyarakat. Tegaknya dakwah tauhid ini ditopang oleh
kekuatan politik, sehingga pihak-pihak yang memusuhi dakwah tauhid akan
berhadapan dengan negara. Perjuangan dakwah tauhid inilah yang menjadi kata
kunci suksesnya duet Muhammad ini.
Hal
ini berbeda dengan kondisi dakwah dan politik di Indonesia. Agama dan politik
berjalan sendiri-sendiri dan cenderung saling memusuhi. Dakwah tauhid bukan
hanya menjadi rintangan di negeri mayoritas muslim ini, tetapi menjadi musuh
bersama (common enemy). Yang ironis, yang memusuhi dakwah tauhid adalah
internal umat Islam sendiri. Di dalam tubuh umat Islam sendiri banyak firqah
(golongan), dan masing-masing golongan memiliki praktek beragama yang
berbeda-beda. Di sisi yang lain, praktek politik di Indonesia dikuasai oleh
kelompok nasionalis. Kelompok nasionalis memandang bahwa agama lebih banyak
dianggap sebagai pembenar perilaku politik, bukan sebagai rujukan praktek
politik mereka.
Ketika
agama dipergunakan sebagai pembenar perilaku politik mereka, maka agama hanya
dipergunakan saat dibutuhkan dan akan dicampakkan ketika merugikan
kepentingannya. Dengan kata lain, agama digunakan sebagai kendaraan politik dan
akan terus dimanfaatkan sebagai stempel atau pembenaran terhadap perilaku
politik. Di sisi yang lain, agama yang menekankan kepada “dakwah tauhid” justru
menjadi ejekan, cemoohan, dan kambing hitam. Bahkan dakwah tauhid menjadi
sebagai musuh dan membahayakan negara, seperti tuduhan sebagai akar gerakan terorisme
dan radikalisme.
Ketika
persatuan Islam menjadi acuhan utama, tanpa memprioritaskan dakwah tauhid, maka
yang sering terjadi adalah “perselingkuhan” antara kelompok agama dan politik
yang berujung memarginalkan aspirasi politik umat Islam. Bahkan umat Islam
banyak menjadi korban dan terus menerus menjadi bulan-bulanan kelompok
nasionalis. Perlindungan terhadap pelaku homoseksual, bolehnya pernikahan beda
agama, bebasnya peredaran minuman keras merupakan contoh kongkret bagaimana
kegagalan perjuangan kelompok Islam dalam bernegara. Bahkan yang lebih
menyakitkan sebagian besar umat Islam adalah kerjasama di antara mereka,
sehingga menyepakati kebolehan kelompok non muslim menjadi pemimpin negeri
mayoritas muslim ini.
Tidak
sinergisnya antara pejuang dakwah dan pemimpin politik di negeri ini menjadi
bencana besar bagi umat Islam. Terlebih lagi, kosongnya dakwah tauhid dalam
praktek bernegara dan bernegara menjadi bencana politik dan bencana sosial bagi
umat Islam. Yang lebih parah dan tragis adalah dakwah tauhid menjadi musuh
bersama yang harus dimusnahkan di negeri ini karena dianggap membahayakan
kehidupan bernegara. Padahal rusak dan hancurnya negeri ini adalah karena
adanya upaya sistematis terhadap dakwah tauhid.
Tidak
akan berdiri tegak sebuah negara secara hakiki ketika pejuang dakwah dan
pemimpin politik membiarkan kebergantungan kepada selain Allah dan memusnahkan
dakwah tauhid. Inilah pelajaran penting dari sinergi Muhammad bin Abdul Wahhab
dan Muhammad bin Saud dalam menegakkan dakwah tauhid di negara Saudi Arabia.
Surabaya,
11 Juni 2016
*Penulis adalah Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya dan Direktur Pusat Kajian
Islam dan Peradaban (PUSKIP) Surabaya
http://fokusislam.com/3678-dakwah-tauhid-pondasi-kemuliaan-politik-negara-islam.html
*Penulis adalah Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya dan Direktur Pusat Kajian
Islam dan Peradaban (PUSKIP) Surabaya
http://fokusislam.com/3678-dakwah-tauhid-pondasi-kemuliaan-politik-negara-islam.html
Kontribusi
Wahabi Terhadap Kekuatan Arab Saudi
Jumat, 10 Jun 2016 08:03
Oleh : Dr. Slamet Muliono*
Menarik untuk mengulas hasil diskusi yang digagas oleh Pusat
Kajian Islam dan Peradaban (PUSKIP) Surabaya. Acara yang digelar pada hari
Kamis, 9 Juni 2016 itu menghadirkan narasumber Prof. Dr. Ali Mufrodi, MA. Pakar
Sejarah Islam dari Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya dan Dr. Ainul Haris,
M.Ag., penulis disertasi dengan tema Pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahhab
tentang Kenabian. Dalam diskusi itu banyak mengulas tentang akar dan genealogi
pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab, sehingga tergambar dengan jelas bagaimana
latar belakang dan sejarah perjuangan dakwah beliau hingga munculnya perlawanan
atas dakwahnya.
Muhammad
bin Abdul Wahhab, yang lahir tahun 1703 Masehi di Uyainah itu dan
memiliki seorang ayah yang ahli dan menguasai fiqih madzhab Hambali (Ahmad
bin Hanbal), sehingga basis pengetahuan tentang madzhab Hambali sangat kuat.
Bahkan dia memperdalam agamanya dengan belajar langsung ke Mekkah dan Madinah
serta Baghdad selama 23 tahun. Sejak itulah dia menyebarkan ajaran tauhid ke
masyarakatnya di Uyainah hingga mengalami perlawanan.
Kondisi
sosial politik dunia Islam saat itu sedang meredup, sehingga tidak memiliki
kekuatan dan pengaruh bagi dunia Islam. Sementara kondisi keagamaan mengalami
kebekuan, dan dari sisi aqidah, masyarakatnya banyak bertawassul (meminta)
lewat tempat-tempat yang dianggap keramat atau memiliki kekuatan, seperti pohon
atau kuburan. Masyarakat pada saat itu mempercayai adanya kekuatan dari pohon
kurma yang disebut al-Fahal (pejantan). Pohon itu dipercayai
bisa mengabulkan keinginan para perempuan yang ingin punya keturunan, sehingga
mereka meminta kepadanya agar dikaruniai seorang anak. Begitu pula, ada sebuah
kuburan Zaid bin Khaththab (kakak Umar bin Khaththab) yang dikeramatkan,
sehingga banyak masyarakat yang datang ke kuburan itu dan meminta berkah dan
menyampaikan hajatnya.
Kondisi
sosial masyarakat yang demikian, membuat Muhammad bin Abdul Wahab tergerak
untuk mendakwahi mereka secara santun. Dakwah tauhid dengan memurnikan aqidah
inilah yang kemudian menimbulkan reaksi dan perlawanan dari masyarakatnya,
hingga dia sempat terusir dari tempat tinggalnya. Ketika terusir inilah, dia
bertemu dengan Muhammad Ibnu Saud di daerah Dar’iyyah, dekat Riyadh dan
keduanya bersepakat untuk saling bantu di bidang agama dan politik. Muhammad
bin Abdul Wahhab fokus di bidang agama dan Muhammad Ibnu Saud fokus di bidang
politik. Dua orang ini bersepakat dan berjanji dan bekerjasama saling bantu
untuk menegakkan agama dan politik secara bersama-sama. Bahkan Muhammad ibnu
Saud mengawinkan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan adik perempuannya.
Dakwah
Tauhid
Yang
membedakan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan juru dakwah yang lain adalah
penekanan kepada pemurnian agama (tauhid). Hal inilah yang menjadikan gerakan
dakwahnya mengalami hambatan besar. Namun karena dukungan politik dari Muhammad
ibu Saud ini, maka gerakan dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab mengalami kemajuan
dan perkembangan pesat. Kalau ulama lain berdakwah mengajak kepada persatuan,
mengajarkan akhlaq, fiqih atau syariah, tetapi Muhammad bin Abdul Wahhab
mengajak masyarakat untuk memurnikan aqidah mereka.
Apa
yang dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab dianggap mengganggu tatanan dan
merusak perekonomian masyarakat. Ketika memiliki jalur kekuasaan dengan
Muhammad Ibnu Saud, maka dia bisa menggerakkan penguasa untuk menghancurkan
tempat-tempat yang dikeramatkan. Hal ini diyakini akan merusak keyakinan dan
kepercayaan agamanya. Dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab inilah yang membuat
masyarakat yang terbiasa dengan tradisi tawassul kepada benda dan tempat
keramat marah dan memusuhinya. Tidak sedikit tuduhan sesat, gila atau terkena
sihir menimpanya. Namun hal itu tidak menyurutkan langkahnya. Apa yang
diajarkan Muhammad bin Abdul Wahhab sangat berpengaruh dan melekat pada
masyarakat Arab, khususnya di Mekkah dan Madinah dalam berpegang teguh kepada
ajaran Nabinya.
Salah
satu contoh dari ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab yang melekat hingga kini
adalah pentingnya dasar rujukan (dalil) dalam setiap melakukan amal kebaikan. Orang
Saudi begitu mudah membangunkan masjid untuk anggota keluarganya yang
meninggal. Hal ini berdasarkan hadits : Man banaa masjidan, banallahu
lahu baitan fi al-jannati (Barangsiapa membangun masjid, maka Allah
akan membangunkan rumah di surga)
Kerja
keras dan dakwah yang gigih inilah, sangat tepat apabila para ulama memberi
gelar kepada Muhammad bin Abdul Wahhab sebagai tokoh pembaharu (Mujaddid).
Hal ini diilhami oleh keberhasilannya dalam mengembalikan keyakinan masyarakat
Islam kepada pemurnian ajaran agamanya. Dakwah tauhid telah berhasil
mengembalikan kepercayaan agama masyarakatnya yang tercampur dengan tradisi
lokal yang menyesatkan dari keyakinan yang lurus. Pengalihan dari pengkeramatan
dan pensakralan kepada benda, yang dianggap bisa mendatangkan kebaikan atau
keburukan,kepada penyucian dan pengagungan hanya kepada Allah merupakan contoh
konkret pembaharuan yang dilakukannya.
Namun
sepak terjang Muhammad bin Abdul Wahhab mengalami gelombang perlawanan yang
luar biasa. Salah satu di antaranya dari musuh-musuh Islam yang menjulukinya
sebagai tokoh kesesatan dan penghancuran situs-situs penting, serta tidak
menghargai sejarah peradaban masa lalu. Bahkan tuduhan itu menggunakan
tokoh-tokoh Islam dengan menuduhnya sebagai akar muncul tindakan terorisme dan
radikalisme. Padahal gerakan-gerakan terorisme dan radikalisme, yang muncul
sebagai gerakan global ini, justru diciptakan oleh mereka yang memusuhi dakwah
tauhid ini. Bahkan “dakwah tauhid” Muhammad bin Abdul Wahhab memberi inspirasi
dan mengokohkan Arab Saudi dalam menghadapi para pembenci Islam.
Surabaya, 10 Juni 2016
*Penulis
adalah Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya dan Direktur Pusat Kajian Islam dan
Peradaban (PUSKIP) Surabaya
http://fokusislam.com/3644-kontribusi-wahabi-terhadap-kekuatan-arab-saudi.html
http://fokusislam.com/3644-kontribusi-wahabi-terhadap-kekuatan-arab-saudi.html