Friday, June 17, 2016

Kufur Nikmat; Kisah Si Lepra, Si Botak, Dan Si Buta. Pikirkan,Syukurilah Dan Tanyakan Pada Hatimu !


Kufur Nikmat; Kisah Si Lepra, Si Botak, dan Si Buta

Hidup adalah ujian, dan tidak ada ruang dalam segala sisi dalam hidup dan kehidupan ini hampa dari ujian. Sang Penguji adalah Sang Pencipta yang hanya pada-Nya wajib beribadah: Allah subhanau wa ta'ala (SWT).

Banyak menusia terlena akan kehidupan dunia, sehingga segala nikmat yang Allah karuniakan padanya, ia sangka hanyalah dari jerih payahnya semata, dan Allah tidak campur tangan, otoritas Tuhan telah digeser secara sengaja maupun tidak yang puncaknya, ingkar akan kewujudan Tuhan. Inilah imbas dari gerakan sekularisme yang menggeser Tuhan dari ruang publik, lalu meletakkan dalam pojok-pojok kehidupan.

Karena itu, agama mengajarkan, supaya selalu ingat akan tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk menghamba pada Allah yang merupakan bagian dari manifestasi rasa syukur atas segala bentuk nikmat yang dikaruniakan Allah pada segenap hamba-Nya.

Begitu banyak nikmat, baik yang lahir maupun yang tersembunyi. Harta, tahta, keluarga, adalah nikmat lahir yang mendatangkan kebahagiaan, demikian pula, kesehatan, keimanan, serta rasa puas juga bagian dari nikmat yang sangat mahal dan tak bisa ditukar dengan apa pun.

Nikmat itulah menjadi ujian bagi umat manusia, agar senantiasa besyukur, terutama dalam keadaan senang dan bahagia, dan bersabar atas musibah dan ksusahan yang menimpa dirinya, semua itu mendatangkan kebaikan bagi seorang mukmin.

Semoga kita terhindar dari golongan yang ingkar nikmat, sehingga azab Allah terhindar, dan nikmat-nikmat lain terus menyusul dan bertambah hingga ajal menjemput, sebagaimana firman Allah, La'in syakartum la'azdidannakum wala'in kafartum, inna adzaby lasyadid, (QS. 14: 7).
***
Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Abu Hurairah, dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dalam "Kitab Al-Anbiya'" Bab, Ma Dzukira 'an Bani Israil, (no.3277), Rasulullah SAW bersabda, Terdapat tiga orang di Bani Israil: orang lepra, orang botak, dan orang buta. Allah ingin menguji mereka, maka Allah mengutus malaikat --dalam wujud manusia-- kepada mereka. Kemudian malaikat mendatangi orang lepra dan berkata, "Apa yang kamu sukai?" Orang lepra menjawab, "Warna yang bagus, kulit yang indah; orang-orang telah merasa jijik melihatku." Maka dihapuslah kulit yang buruk tersebut, lalu diberikan warna yang cerah dan kulit yang mulus. Kemudian malaikat berkata, "Harta apa yang paling kamu sukai?" Si Lepra menjawab, "Onta!" Maka ia pun diberi onta yang sedang bunting, lalu malaikat berkata, Kamu diberkati dengannya.

Malaikat lalu mendatangi orang yang terkena penyakit botak, dan bertanya, "Apa yang paling kamu sukai?" Si Botak menjawab, "Rambut yang indah, karena hal ini tidak ada padaku; orang-orang telah merasa jijik terhadapku!" Maka atas kuasa Allah, ia pun diberi rambut yang indah. Lalu malaikat kembali bertanya, Harta apa yang paling kamu sukai? Si Botak menjawab, "Sapi!" Lalu diberikan padanya sapi yang bunting, lalu malaikat berpesan, Kamu diberkati dengan hal ini!

Malaikat lalu mendatangi orang yang buta dan berkata, Apa yang paling kamu sukai? Orang buta menjawab, Agar Allah mengembalikan penglihatanku, sehingga aku dapat melihat manusia lagi! Maka, dihapuslah hal tersebut dan Allah mengembalikan penglihatan kepadanya. Kemudian malaikat bertanya lagi, Harta apa yang paling kamu sukai? Ia pun menjawab, Domba! Maka diberikanlah padanya domba yang bunting.

Lambat laun, setelah melewati masa yang cukup panjang, piaraan ketiga orang di atas beranak pinak. Lelaki mantan pengidap lepra, memiliki lembah yang dipenuhi onta, sedang mantan botak juga memiliki lembah yang dipenuhi sapi, dan si mantan buta, juga memiliki lembah yang penuh dengan domba.

Maka malaikat pun kembali datang kepada mantan lepra dengan rupa dan kondisi seperti orang lepra sebelumnya, dan berkata, Lelaki miskin, kami tidak dapat mencari nafkah lagi dalam perjalananku, maka kami hanya bisa mengadu kepada Allah dan kepadamu, aku meminta kepadamu, demi Dzat yang memberikan warna kulit yang cerah dan mulus kepadamu, dan telah memberikan harta, aku meminta onta untuk bekal perjalananku! Maka lelaki yang asalnya lepra itu berkata kepada malaikat yang menyamar, Sesungguhnya hak-hak masih banyak! Maka malaikat pun berkata padanya, Sepertinya aku mengenalmu, bukankah kamu dulu orang lepra yang orang-orang merasa jijik terhadapmu, dan fakir yang diberi karunia oleh Allah? Si mantan lepra pun menjawab, Aku telah mewarisi sebagai orang besar dari orang besar! Maka, malaikat yang menyamar berkata, Apabila kamu berbohong, maka Allah akan menjadikanmu sebagaimana sebelumnya!

Lalu malaikat pun mendatangi orang yang sebelumnya botak, dengan menyamar seperti keadaan orang botak sebelumnya. Lalu malaikat itu berkata, sebagaimana dikatakan pada mentan pengidap lepra, dan ia pun menjawab sebagaimana jawaban si lepra, dan malaikat mengingatkan, Apabila kamu berbohong, maka Allah akan menjadikanmu sebagaimana sebelumnya!

Kemudian malaikat mendatangi orang yang dulunya buta, dan menyamar sebagaimana keadaan orang buta itu, dan berkata, Lelaki miskin, ibnu sabil, aku kehabisan bekal dalam perjalananku. Maka, tidak ada lagi tempat mengadu kecuali kepada Allah dan kepadamu. Aku memintamu, demi Dzat yang mengembalikan penglihatan kepadamu, aku meminta domba sebagai bekal dalam perjalananku! Maka orang yang dulu buta itu berkata, Dahulu aku buta, maka Allah mengembalikan penglihatanku, dahulu aku miskin, kemudian Allah menjadikanku kaya. Maka Ambillah apa yang kamu inginkan. Demi Allah, pada hari ini aku tidak menyusahkanmu dengan melarang apa yang kamu ambil! Lalu malaikat menyamar itu berkata, Peganglah hartamu. Sesungguhnya kalian sedang diuji. Allah telah ridha kepadamu dan murka terhadap dua sahabatmu, Si Lepra dan si Botak!
Setu-Bekasi, 16 Sep. 2014. Ilham Kadir, Sekretaris Pemuda KPPSI Sulsel

Pikirkan dan Syukurilah!

Artinya, ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada Anda. Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki.

{Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya.}
(QS. Ibrahim: 34)

Kesehatan badan, keamanan negara, sandang pangan, udara dan air, semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, Anda memiliki dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Anda menguasai kehidupan, tetapi tak pernah mengetahuinya.

{Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin.}
(QS. Luqman: 20)

Anda memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki.

{Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?}
(QS. Ar-Rahman: 13)

Apakah Anda mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan jalan terus menerus tiada henti? Apakah Anda mengira bahwa berdiri tegak di atas kedua betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak kuat dan suatu ketika patah?

Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika sanak saudara di sekitar Anda masih banyak yang tidak bisa tidur karena sakit yang mengganggunya? Pernahkah Anda merasa nista manakala dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang di sekitar Anda yang tidak bisa makan dan minum karena sakit?
Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.

Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung?

Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisash, meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat.

Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!

 وَفِىٓ أَنفُسِكُمۡۚ أَفَلَا تُبۡصِرُونَ

{Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan.}
(QS. Adz-Dzariyat: 21)

Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan janganlah termasuk golongan...

 يَعۡرِفُونَ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ ثُمَّ يُنڪِرُونَہَا

{Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.}
(QS. An-Nahl: 83)
Dari buku Laa Tahzan DR. 'Aidh al-Qarni


Tanyakan Pada Hatimu

عن وابصة بن معبد رضي الله عنه قال : أتيت رسول الله صلى الله عليه و سلم , فقال: جئت تسأل عن البر؟ قلت: نعم. قال: استفت قلبك. البر مااطمأن إليه النفس واطمأن إليه القلب. والإثم ماحاك في النفس و تردد في الصدر وإن أفتاك الناس وأفتوك

Dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau berkata: “Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab: Benar. Kemudian beliau bersabda: “Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.”

(HR. Ahmad (4/227-228), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (22/147), dan Al Baihaqi dalam Dalaailun-nubuwwah (6/292))

Syaikh ‘Utsaimin menjelaskan makna hadits di atas bahwa yang dimaksud dengan al birru adalah kebaikan yang banyak.

Adapun dosa, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa ia adalah, “Apa saja yang meragukan dalam hatimu.”

Imam An Nawawi mengatakan dalam
menjelaskan makna hadits ini bahwa hadits ini merupakan dalil bahwa setiap orang hendaknya melihat kembali hatinya ketika dia akan melakukan suatu pekerjaan. Jika jiwanya menjadi tentram ia akan melakukannya, dan jika jiwanya menjadi tidak tentram maka ia tinggalkan perbuatan tersebut. (Syarhul Arba’in An Nawawiyyah)

Di antara pelajaran penting yang terkandung dalam hadits di atas sebagaimana telah disebutkan oleh syaikh Utsaimin rahimahullah adalah:
- Keutamaan akhlak mulia, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan akhlak yang mulia sebagai sebuah kebaikan.

- Timbangan perbuatan dosa adalah ketika jiwa merasa ragu dan hati menjadi tidak tenang.

- Seorang mukmin tidak suka aib-aibnya diketahui orang lain. Hal ini bertolak belakang dengan orang yang tidak punya malu, ia tidak peduli jika aib-aibnya diketahui oleh orang lain.

- Seseorang hendaknya melihat kepada hatinya, bukan apa yang difatwakan oleh orang lain. Karena terkadang orang-orang yang tidak berilmu berfatwa kepadanya, akan tetapi hatinya masih ragu dan tidak menyukainya. Jika demikian maka hendaknya dia tidak mengembalikan perkaranya terhadap fatwa orang yang tidak berilmu, akan tetapi hendaknya ia kembalikan kepada apa yang ada pada dirinya.

- Selagi seseorang mampu untuk melakukan ijtihad maka ia tidak boleh melakukan taklid. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (artinya): “Meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mendukungmu.”
Wallahu Ta’ala A’lamu bish showwab