Maryam Rajavi (Footo: maryam-rajavi.com)
Pemimpin oposisi Iran
Maryam Rajavi mengatakan bahwa rezim wilayatul fakih Iran telah melakukan
kejahatan di Suriah untuk menutupi kegagalannya. Itulah sebabnya, ia menuntut
rezim wilayatul fakih di Iran harus ditumbangkan.
Sunni mengalami pelecehan dan penindasan oleh rezim Iran
lebih dari sebelumnya. Ia mencatat bahwa rezim Iran meluncurkan serangan rudal
di kamp pengungsi Liberty di Baghdad, yang menjatuhkan puluhan korban,
ungkapnya menjelaskan pada konferensi pers, di Paris, seperti dilansir koran youm7
kemarin (9/7).
Sebelumnya, Pemimpin Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI)
itu mengatakan bahwa situasi di Iran telah menjadi lebih buruk setelah
kesepakatan nuklir dicapai dengan kekuatan utama dunia sebagai imbalan untuk
mengangkat sanksi.
“Setelah kesepakatan nuklir bulan Juli 2015, ada beberapa
orang di Eropa dan Amerika berharap untuk mendapatkan keterbukaan di Iran.
Sebagian orang berpikir bahwa kelompok moderat unggul dan memegang kepemimpinan
dengan adanya pemilu absurd diadakan pada bulan Maret,” ungkapnya.
“Namun, setelah kesepakatan nuklir, situasinya lebih buruk
di semua area: eksekusi dan penangkapan meningkat. Resesi ekonomi dan
kemiskinan melonjak naik. Dan juga eskalasi Pengawal Revolusi telah memicu
perang di Suriah dan pembantaian lebih mengerikan terhadap warga Irak di tangan
Brigade Quds,” yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Qassim Sulaimani.
Reporter: Salem
Hashtag
#FreeIran Mencuat, Rezim Khomenei
Ingin Digulingkan
Hashtag FreeIran menyita
perhatian para netizen sehingga menjadi trending topic, menandai bangkitnya
perjuangan oposisi di Iran menentang rezim berkuasa di negara syiah itu saat
ini.
Sebagaimana diberitakan oleh
Islam Memo (9/7/2016) dikutip Dakwatuna, hashtag FreeIran menghiasi media
sosial twitter bersamaan dengan pertemuan tahunan oposisi Iran di kota Paris,
Perancis, baru-baru ini.
Pemimpin kelompok oposisi Iran,
Maryam Rajawi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa rezim berkuasa di negaranya
gagal mewujudkan harapan rakyat, dan kekecewaan publik akan meluap jika tidak
direspons dengan baik oleh penguasa.
Rajawi menuding pemimpin spritual
Iran, Ali Khomeini, mengotori perundingan tentang nuklir Iran dengan aksi-aksi
pembunuhan terhadap para pengungsi Iran di Irak, keterlibatan dalam konflik
berdarah di Suriah, serta mendukung milisi-milisi syiah di kawasan Timur
Tengah.
Rajawi menambahkan bahwa
perlawanan oposisi menentang rezim berkuasa di Iran semakin populer dan mulai
mendapatkan dukungan luas rakyat Iran di dalam dan luar negeri.
Kelompok oposisi Iran menggelar
pertemuan tahunan di Paris selama dua hari dengan dihadiri oleh tokoh-tokoh
politik Arab dan asing lainnya, serta diikuti oleh khalayak luas warga Iran
yang tinggal di berbagai negara.
Red : Maulana Mustofa
http://www.antiliberalnews.com/2016/07/10/hashtag-freeiran-mencuat-rezim-khomeini-ingin-digulingkan/
Tokoh Syiah Irak Tuding Iran
Mengirim Pembom
Bunuh Diri ke Irak
Muqtada Al-Sadr,
pemimpin Syiah dari Gerakan Sadr di Baghdad, menuduh Iran telah mengirimkan
pembom bunuh diri ke Irak. Pernyataan ini menekankan bahwa Teheran memiliki
intervensi negatif di Irak. Sadr menyatakan penolakan intervensi mereka.
“Iran adalah seperti negara tetangga lainnya: Arab Saudi dan
Turki. Semua negara ini telah melakukan campur tangan negatif di Irak dengan
mengirimkan pembom bunuh diri atau milisi. Dan saya menolak itu semua,”
ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan saluran Asy-Syarqiyah Irak, seperti
dikutip media Al-Hadats Hurrah dan situs-situs Timur Tengah lainnya (9/7).
Sadr menggambarkan dirinya, “Hubungan saya dengan Iran tidak
nyambung. Sebagian besar pejabat Iran tidak menyukai sikap saya terhadap apa
yang terjadi di Irak. Mereka tidak mendapatkan saya di posisi yang jelas.”
Pernyataan pemimpin kelompok militan Syiah itu berkaitan
dengan tuduhan kelompoknya berada di balik serangan di Zona Hijau Irak. Ia
menegaskan anggotanya tidak pernah menyerbu gedung parlemen dan perdana menteri
Irak, selama aksi duduk di pintu gerbang ke Zona Hijau di Baghdad pusat, yang
menuntut reformasi politik dan mengakhiri korupsi di lembaga-lembaga negara.
Sadr mengatakan, “Demonstran mundur ke perayaan Square dan
tidak ada serangan terhadap kedutaan di kawasan ini.” Ia menekankan bahwa siapa
pun yang menyerang kedutaan Arab atau negara asing tidak mewakili Gerakan Sadr.
Pemimpin militan Syiah berpengaruh di Irak itu juga
menyerukan demonstrasi baru menuntut reformasi pemerintahan dan pemilu ke depan
yang lebih baik. Dia menjelaskan bahwa pemilu sebelumnya telah menghasilkan
parlemen Irak yang tidak adil dan berjalan dengan politik imbalan (A carrot and
stick)
untuk membayar suap.
untuk membayar suap.
Reporter: Salem
Pimpinan
Oposisi Iran Sebut ISIS Adalah
Boneka Iran
Presiden oposisi Iran, Maryam
Rajavi mengungkapkan adanya keterlibatan rezim Iran dengan kelompok takfiri
ISIS (Islamic State of Iraq and Sham) di Irak dan Suriah.
Melansir Al Arabiya, Kamis lalu
(30/4), Maryam yang saat ini menetap di pengasingan mengatakan hubungan rahasia
yang terjalim antara Iran dengan ISIS itu di hadapan anggota parlemen di AS
(Amerika Serikat).
”Itu, rezim Mullah yang membantu
penciptaan ISIS. Dan pembunuhan kaum Sunni di Irak membantu munculnya ISIS,”
kata Maryam.
Maryam Rajavi adalah presiden
terpilih dari warga Iran yang tergabung dalam Dewan Nasional Perlawanan Iran,
sebuah kelompok besar yang terdiri dari lima koalisi oposisi Iran termasuk di
dalamnya aliansi MEK (Mujahidin Rakyat Iran).
Sebelumnya, panglima tertinggi
Mujahidin Suriah, Mohammed Zehran Al-Alloushi mengungkapkan keanehan gerakan
kelompok ISIS yang tak berhenti memerangi Mujahidin Suriah dan bahkan gemar
membunuhi mereka.
Selain mengungkap sejumlah amir
(petinggi) ISIS yang ternyata adalah pasukan tentara Bashar Al-Assad, Zahran
juga mengungkap bukti paspor petinggi ISIS, Hajj Bakr, yang bebas keluar masuk
Iran.
Dugaan kuat keterlibatan Iran
dengan kelompok ISIS menurut Zehran didasari oleh maraknya pembantaian yang
dilakukan ISIS terhadap Mujahidin Sunni dan waga sipil Sunni Suriah, sementara
konfrontasi ISIS dengan rezim Syi'ah Bashar Al-Assad, Iran, dan Hizbullah hanya
sekedar nuansa yang dibarengi dengan jarangnya konflik bersenjata antara
mereka.
PBB: Milisi Syiah Irak Lakukan Kejahatan Kemanusiaan di Fallujah
Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa menuding milisi
Syiah Irak telah melakukan kejahatan perang di kota Fallujah dengan membantai
lebih dari 50 orang dan menahan 900 orang lebih kaum laki-laki dan anak-anak.
Penangkapan warga Sunni dilakukan oleh milisi Syiah
Irak dilakukan saat pembebasan kota Fallujah pada bulan Juni kemarin, ujar
delegasi tinggi PBB untuk HAM di Irak, Zaid Said al-Husein.
Zaid Said melanjutkan, “Hingga saat ini sebanyak 900
lebih warga Sunni kota Fallujah yang menyelamatkan diri keluar kota dalam
pertempuran kemarin masih dilaporkan hilang.”
Menurut Zaid, pihaknya memiliki bukti otentik dimana
pada awal bulan Juni kemarin sebanyak 1.500 warga sipil yang sedang melarikan
diri dari perang di kota Fallujah Irak ditangkap oleh milisi Syiah Irak
bentukan Iran “Brigade Hizbullah”.
Selain mendapat bantuan koalisi nternasional pimpinan
Amerika Serikat dan pasukan Garda Revousi Syiah Iran, pemerintah Baghdad juga
memperkerjakan milisi Syiah yang berasal dari berbagai negara untuk menyudutkan
warga Sunni Irak atas nama perang melawan Negara Islam.
Perlu diketahui bahwa konflik di Irak bermula dari
sikap diskriminatif mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki terhadap warga Sunni
Irak dari tahun 2003 hingga tahun 2014. (Bbcarabic/Ram)
Related articles
Aqidah Kufur Syiah Tentang Imam Mahdi
Bahaya Besar Wilayatul Faqih
Bahaya Ajaran Imamah Dalam Syiah. SYIAH & Ambisi Merebut
Negeri Ahlussunnah
Imam ke 12 Imam Mahdi : Ia ujud atas andaian bukan atas
kelahiran.
Imam Kedua Belas Syiah, Manusia Fiktif
Mantan Menlu AS: Iran Lebih Berbahaya dari ISIS
http://international.sindonews.com/read/899415/42/mantan-menlu-as-iran-lebih-berbahaya-dari-isis-1410168100
Syiah Dari Konsep Imamahnya
Siapakah Al-Qaim Al-Mahdi Yang Ditunggu Syiah Rafidah?
Syubhat ( klaim ) Syiah Sebagai Kelompok Yang
Benar, menganggap “ Khurasan ( keberadaan al-Mahdi ) adalah bagian dari Iran !