Sunday, July 10, 2016

Pemimpin Oposisi Iran: Rezim Wilayatul Fakih Harus Ditumbangkan ( Insya Allah )

Pemimpin oposisi Iran: Rezim Wilayatul Fakih Harus DitumbangkanFree Iran
Maryam Rajavi (Footo: maryam-rajavi.com)

Pemimpin oposisi Iran Maryam Rajavi mengatakan bahwa rezim wilayatul fakih Iran telah melakukan kejahatan di Suriah untuk menutupi kegagalannya. Itulah sebabnya, ia menuntut rezim wilayatul fakih di Iran harus ditumbangkan.
Sunni mengalami pelecehan dan penindasan oleh rezim Iran lebih dari sebelumnya. Ia mencatat bahwa rezim Iran meluncurkan serangan rudal di kamp pengungsi Liberty di Baghdad, yang menjatuhkan puluhan korban, ungkapnya menjelaskan pada konferensi pers, di Paris, seperti dilansir koran youm7 kemarin (9/7).
Sebelumnya, Pemimpin Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI) itu mengatakan bahwa situasi di Iran telah menjadi lebih buruk setelah kesepakatan nuklir dicapai dengan kekuatan utama dunia sebagai imbalan untuk mengangkat sanksi.
“Setelah kesepakatan nuklir bulan Juli 2015, ada beberapa orang di Eropa dan Amerika berharap untuk mendapatkan keterbukaan di Iran. Sebagian orang berpikir bahwa kelompok moderat unggul dan memegang kepemimpinan dengan adanya pemilu absurd diadakan pada bulan Maret,” ungkapnya.
“Namun, setelah kesepakatan nuklir, situasinya lebih buruk di semua area: eksekusi dan penangkapan meningkat. Resesi ekonomi dan kemiskinan melonjak naik. Dan juga eskalasi Pengawal Revolusi telah memicu perang di Suriah dan pembantaian lebih mengerikan terhadap warga Irak di tangan Brigade Quds,” yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Qassim Sulaimani.
Reporter: Salem

Hashtag #FreeIran Mencuat, Rezim Khomenei 
Ingin Digulingkan

Hashtag FreeIran menyita perhatian para netizen sehingga menjadi trending topic, menandai bangkitnya perjuangan oposisi di Iran menentang rezim berkuasa di negara syiah itu saat ini.

Sebagaimana diberitakan oleh Islam Memo (9/7/2016) dikutip Dakwatuna, hashtag FreeIran menghiasi media sosial twitter bersamaan dengan pertemuan tahunan oposisi Iran di kota Paris, Perancis, baru-baru ini.

Pemimpin kelompok oposisi Iran, Maryam Rajawi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa rezim berkuasa di negaranya gagal mewujudkan harapan rakyat, dan kekecewaan publik akan meluap jika tidak direspons dengan baik oleh penguasa.

Rajawi menuding pemimpin spritual Iran, Ali Khomeini, mengotori perundingan tentang nuklir Iran dengan aksi-aksi pembunuhan terhadap para pengungsi Iran di Irak, keterlibatan dalam konflik berdarah di Suriah, serta mendukung milisi-milisi syiah di kawasan Timur Tengah.

Rajawi menambahkan bahwa perlawanan oposisi menentang rezim berkuasa di Iran semakin populer dan mulai mendapatkan dukungan luas rakyat Iran di dalam dan luar negeri.
Kelompok oposisi Iran menggelar pertemuan tahunan di Paris selama dua hari dengan dihadiri oleh tokoh-tokoh politik Arab dan asing lainnya, serta diikuti oleh khalayak luas warga Iran yang tinggal di berbagai negara.
Red : Maulana Mustofa

Tokoh Syiah Irak Tuding Iran Mengirim Pembom
 Bunuh Diri ke Irak

Muqtada Al-Sadr, pemimpin Syiah dari Gerakan Sadr di Baghdad, menuduh Iran telah mengirimkan pembom bunuh diri ke Irak. Pernyataan ini menekankan bahwa Teheran memiliki intervensi negatif di Irak. Sadr menyatakan penolakan intervensi mereka.
“Iran adalah seperti negara tetangga lainnya: Arab Saudi dan Turki. Semua negara ini telah melakukan campur tangan negatif di Irak dengan mengirimkan pembom bunuh diri atau milisi. Dan saya menolak itu semua,” ungkapnya dalam sebuah wawancara dengan saluran Asy-Syarqiyah Irak, seperti dikutip media Al-Hadats Hurrah dan situs-situs Timur Tengah lainnya (9/7).
Sadr menggambarkan dirinya, “Hubungan saya dengan Iran tidak nyambung. Sebagian besar pejabat Iran tidak menyukai sikap saya terhadap apa yang terjadi di Irak. Mereka tidak mendapatkan saya di posisi yang jelas.”
Pernyataan pemimpin kelompok militan Syiah itu berkaitan dengan tuduhan kelompoknya berada di balik serangan di Zona Hijau Irak. Ia menegaskan anggotanya tidak pernah menyerbu gedung parlemen dan perdana menteri Irak, selama aksi duduk di pintu gerbang ke Zona Hijau di Baghdad pusat, yang menuntut reformasi politik dan mengakhiri korupsi di lembaga-lembaga negara.
Sadr mengatakan, “Demonstran mundur ke perayaan Square dan tidak ada serangan terhadap kedutaan di kawasan ini.” Ia menekankan bahwa siapa pun yang menyerang kedutaan Arab atau negara asing tidak mewakili Gerakan Sadr.
Pemimpin militan Syiah berpengaruh di Irak itu juga menyerukan demonstrasi baru menuntut reformasi pemerintahan dan pemilu ke depan yang lebih baik. Dia menjelaskan bahwa pemilu sebelumnya telah menghasilkan parlemen Irak yang tidak adil dan berjalan dengan politik imbalan (A carrot and stick)
untuk membayar suap.
Reporter: Salem

Pimpinan Oposisi Iran Sebut ISIS Adalah 
Boneka Iran

Presiden oposisi Iran, Maryam Rajavi mengungkapkan adanya keterlibatan rezim Iran dengan kelompok takfiri ISIS (Islamic State of Iraq and Sham) di Irak dan Suriah.

Melansir Al Arabiya, Kamis lalu (30/4), Maryam yang saat ini menetap di pengasingan mengatakan hubungan rahasia yang terjalim antara Iran dengan ISIS itu di hadapan anggota parlemen di AS (Amerika Serikat).

”Itu, rezim Mullah yang membantu penciptaan ISIS. Dan pembunuhan kaum Sunni di Irak membantu munculnya ISIS,” kata Maryam.

Maryam Rajavi adalah presiden terpilih dari warga Iran yang tergabung dalam Dewan Nasional Perlawanan Iran, sebuah kelompok besar yang terdiri dari lima koalisi oposisi Iran termasuk di dalamnya aliansi MEK (Mujahidin Rakyat Iran).

Sebelumnya, panglima tertinggi Mujahidin Suriah, Mohammed Zehran Al-Alloushi mengungkapkan keanehan gerakan kelompok ISIS yang tak berhenti memerangi Mujahidin Suriah dan bahkan gemar membunuhi mereka.

Selain mengungkap sejumlah amir (petinggi) ISIS yang ternyata adalah pasukan tentara Bashar Al-Assad, Zahran juga mengungkap bukti paspor petinggi ISIS, Hajj Bakr, yang bebas keluar masuk Iran.

Dugaan kuat keterlibatan Iran dengan kelompok ISIS menurut Zehran didasari oleh maraknya pembantaian yang dilakukan ISIS terhadap Mujahidin Sunni dan waga sipil Sunni Suriah, sementara konfrontasi ISIS dengan rezim Syi'ah Bashar Al-Assad, Iran, dan Hizbullah hanya sekedar nuansa yang dibarengi dengan jarangnya konflik bersenjata antara mereka.

PBB: Milisi Syiah Irak Lakukan Kejahatan Kemanusiaan di Fallujah

Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa menuding milisi Syiah Irak telah melakukan kejahatan perang di kota Fallujah dengan membantai lebih dari 50 orang dan menahan 900 orang lebih kaum laki-laki dan anak-anak.
Penangkapan warga Sunni dilakukan oleh milisi Syiah Irak dilakukan saat pembebasan kota Fallujah pada bulan Juni kemarin, ujar delegasi tinggi PBB untuk HAM di Irak, Zaid Said al-Husein.
Zaid Said melanjutkan, “Hingga saat ini sebanyak 900 lebih warga Sunni kota Fallujah yang menyelamatkan diri keluar kota dalam pertempuran kemarin masih dilaporkan hilang.”
Menurut Zaid, pihaknya memiliki bukti otentik dimana pada awal bulan Juni kemarin sebanyak 1.500 warga sipil yang sedang melarikan diri dari perang di kota Fallujah Irak ditangkap oleh milisi Syiah Irak bentukan Iran “Brigade Hizbullah”.
Selain mendapat bantuan koalisi nternasional pimpinan Amerika Serikat dan pasukan Garda Revousi Syiah Iran, pemerintah Baghdad juga memperkerjakan milisi Syiah yang berasal dari berbagai negara untuk menyudutkan warga Sunni Irak atas nama perang melawan Negara Islam.
Perlu diketahui bahwa konflik di Irak bermula dari sikap diskriminatif mantan Perdana Menteri Nouri al-Maliki terhadap warga Sunni Irak dari tahun 2003 hingga tahun 2014. (Bbcarabic/Ram)

Related articles

Aqidah Kufur Syiah Tentang Imam Mahdi
Bahaya Besar Wilayatul Faqih
Bahaya Ajaran Imamah Dalam Syiah. SYIAH & Ambisi Merebut Negeri Ahlussunnah
Imam ke 12 Imam Mahdi : Ia ujud atas andaian bukan atas kelahiran.
Imam Kedua Belas Syiah, Manusia Fiktif
Mantan Menlu AS: Iran Lebih Berbahaya dari ISIS
http://international.sindonews.com/read/899415/42/mantan-menlu-as-iran-lebih-berbahaya-dari-isis-1410168100
Syiah Dari Konsep Imamahnya
Siapakah Al-Qaim Al-Mahdi Yang Ditunggu Syiah Rafidah?
Syubhat ( klaim ) Syiah Sebagai Kelompok Yang Benar, menganggap “ Khurasan ( keberadaan al-Mahdi ) adalah bagian dari Iran !