Al Quran : The Miracle Of Miracles. Allah Tidak
Sekali-Kali Menjadikan Seseorang Mempunyai Dua Hati Dalam Jiwanya. Masukilah
Islam Secara Kaffah ( Not Less Than 100 % Kaffah ! )
Al-Muflis ( Bangkrut )
[ IT ] Jagalah Allah !
Anda suka membaca buku motivasi? Jika iya benarkah
dengan membaca buku tersebut Anda bisa mencapai tujuan Anda? Beberapa pemikiran
berikut akan bisa menjadi cara pandang baru bagaimana melihat buku motivasi.
Ada beberapa bahaya yang tidak kita sadari dari buku
motivasi. Antara lain: keserakahan, tidak
menjadi diri sendiri, dan menjadi bingung.
Biasanya buku-buku motivasi
berisi mengenai cara pencapaian impian atau keinginan. Bahkan keinginan yang
muluk-muluk dan tidak masuk akal.Hal ini memanfaatkan sifat serakah manusia.
Semakin kita termakan iming-iming
dalam buku motivasi maka sifat serakah kita akan mendominasi. Kita tidak bisa
melihat hal-hal indah yang telah kita punyai.
Cara-cara yang disampaikan pada
umumnya bersifat mencuci otak. Sehingga kita seperti dihipnotis oleh penulis
buku motivasi tersebut. Hal ini akan berakibat kita akan menganggap motivator
tersebut adalah dewa penyelamat.
Kita menjadi tidak berani
berpikir dengan pikiran kita sendiri. Kita tidak menjadi diri sendiri.
Sedikit-sedikit mencari-cari jawaban ke buku motivasi. Akibatnya kita menjadi
manusia yang lemah dan mudahah dipengaruhi.
Banyaknya buku motivasi yang
beredar akan membuat kita bingung. Mana buku yang benar. Padahal buku motivasi
tidak bisa menjadi pegangan. Yang diuntungkan dari buku motivasi adalah orang-orang
yang terlibat bisnis perbukuan.
Lalu apakah motivasi tidak kita
perlukan? Motivasi tetap perlu. Dan buku motivasi bukanlah sumber motivasi yang
sebenarnya.
Ingatkah Anda saat lulus SD?
Kelulusan SD adalah salah satu contoh kesuksesan tanpa dibutuhkan buku
motivasi.
Motivasi apa yang membuat kita
lulus SD. Jawabannya adalah orang tua kita atau orang-orang yang kita cintai.
Itulah motivasi kita sebenarnya. Kita akan mampu melakukan apa saat merasa
disayangi. Dan kita akan mampu melakukan apa saja untuk orang-orang yang kita
cintai.
Ratusan bahkan ribuan buku
motivasi (self help, pengembangan diri) diterbitkan tiap tahunnya. Jenis
maupun judulnya macam-macam. Walaupun isinya sama/hampir sama orang tetap saja
membeli buku semacam ini. Tak jarang buku jenis ini menjadi bestseller setiap
tahunnya. Coba saja anda jalan-jalan ke toko buku, saya yakin anda akan
mendapati buku motivasi terpajang rapi di
rak bestseller atau new arrival sebagai bukti betapa diminatinya
buku ini. Tahukah anda, fakta ini hanya berlaku di Indonesia, tidak di negara
lain, terutama negara maju.
Terus terang, mulanya saya adalah
penggemar berat buku motivasi, self help. pengembangan diri, atau
semacamnya. Tak jarang saya ke toko buku hanya untuk mendapatkan buku motivasi
edisi terbaru. Bahkan saya sering lupa waktu kala berhadapan dengan halaman
buku ini, Sungguh menyenangkan. Akhirnya, buku motivasi saya bertumpuk, jenis
terbanyak di rak buku. Kenapa? Semua masalah seakan selesai dengan buku ini.
Hal yang tidak mungkin anda dapatkan di buku filsafat, buku ke-profesi-an
(kedokteran, farmasi, akuntansi, ekonomi, hukum, dll). Mungkin alasan yang sama
sehingga ribuan orang rela menyisihkan uang demi buku 'ajaib' ini.
Anda jangan ikuti
saya?
Mungkin anda bertanya, loh,
kok begitu, buku motivasi kan sangat bagus untuk pengembangan diri. Sama
sekali saya tidak melarang anda membeli buku, hanya saja 1-2 maksimal 3 buku
motivasi sudah cukup, malah lebih dari cukup. Anda harus tahu, semua buku
motivasi isinya sama! teknik untuk sukses tidak pernah berubah sejak zaman
batu, anda harus jujur, disiplin, ulet, pantang menyerah, dll untuk sukses.
Wejangansemacam ini sudah ada
sejak dahulu kala. Buku motivasi kemudian muncul dengan bahasa yang berbeda,
sedikit nyentrik supaya orang mau membaca wejangan usang
tersebut dan tentunya laku dipasaran. Hemat saya, tidak ada gunanya anda
menumpuk buku motivasi-seperti yang saya lakukan, hanya buang-buang uang.
Kecuali anda punya harta melimpah. Buku jenis lain akan jauh lebih bermanfaat.
Saran?
Miliki buku motivasi, baca dengan
tuntas. Sedikit saja, jangan mengoleksinya. Ini sebagai tahap awal merangsang
minat baca. Selanjutnya cari (koleksi) buku yang anda minati atau yang
berhubungan dengan profesi anda (diutamakan). Silahkan koleksi, itu bagus, tapi
sebaiknya anda menyisihkan uang untuk buku yang lebih aplikatif dan bisa
digunakan dalam keseharian anda. Intinya, jangan mengoleksi buku
motivasi! maksa...hehe
Racun
Pengembangan Diri
Tidak banyak orang yang menyadari bahwa berbagai
referensi self-development dan self-help serta psikologi
populer -baik dalam bentuk buku, tayangan video, MP3 dan audio book,
maupun seminar/pelatihan- mengandung banyak racun yang justru membuat dirinya
menjadi kerdil, kebingungan, berjalan di tempat, dan bahkan apatis. Apakah Anda
pernah merasa demikian?
Dalam artikelnya yang berjudul Perspectives on
self-help and bibliotherapy: You Are What You Read, diterbitkan
dalam Handbook of Counselling Psychology, L. Craighead menuliskan tiga
potensi bahaya yang terdapat dalam buku atau program pengembangan diri sebagai
berikut:
“First, people may falsely label themselves as
psychologically disturbed. Second, people may misdiagnose themselves and use
material that deals with the wrong problem. Third, they may not be able to
evaluate a program and may select an ineffective one.”
Ketiga hal di atas dapat membuat Anda memiliki
masalah-masalah baru yang lebih parah dibandingkan sebelum membaca buku
tersebut. Baru-baru ini saja dua orang meninggal dunia dan sembilan belas
lainnya dirawat di rumah sakit dalam acara retreat seminar dari
salah seorang guru The Secret.
Atau dalam kasus lain, seringkali sebenarnya Anda
berada dalam kondisi yang stabil dan sehat, namun gara-gara iseng membaca
sebuah penjelasan atau mencoba sebuah kuesioner pengembangan diri, Anda jadi
depresi karena dinyatakan memiliki gangguanatau
masalah tertentu.
Tapi ada satu lagi racun yang jarang disadari, yakni
timbulnya keyakinan delusional bahwa sekedar mengkonsumsi materi pengembangan
diri akan dengan sendirinya mengubah diri Anda menjadi lebih baik.
Catat baik-baik bahwa buku dan program tersebut hanya
bertugas untuk memotivasi Anda, tapi ia tidak dapat mengubah Anda menjadi lebih
baik! Rasa bahagia dicerahkan, terlengkapi, berpengetahuan, dsb yang Anda
rasakan itu bukanlah bukti bahwa Anda sudah berubah dan memiliki kualitas hidup
yang lebih baik. Itu hanyalah euforia sesaat yang memang diciptakan oleh
berbagai referensi self-helpdengan tujuan menempatkan Anda dalam kondisi
psikologis dan kognitif yang subur untuk sesegera mungkin melakukan aksi
perubahan.
Euforia bukanlah perubahan itu sendiri. Ia hanya pintu
gerbang menuju kualitas dan transformasi yang Anda sebenarnya inginkan. Jadi
jika Anda hanya berhenti di sana, tidak heran Anda sedikit sekali melihat
perubahan permanen. Anda hanya akan menjadi seorang pecandu pengembangan
diri yang hidup mengejar sensasi ilmu-ilmu baru tanpa pernah mempraktekkannya.
Setiap produk pengembangan diri di luar sana
menjanjikan kesegaran, kedamaian, kesembuhan, kebebasan, kesuksesan, kebahagiaan, dan
kesempurnaan hidup. Tapi berdasarkan pengamatan pribadi saya selama
bertahun-tahun hingga hari ini, terlalu sedikit sekali pembaca yang berhasil
mengalami hal-hal yang dijanjikan tersebut ditingkat yang lebih nyata daripada
sekedar euforia sesaat.
Saya beritahu satu rahasia, saya jauh lebih banyak
menangani kasus orang yang terjebak, terjerembab, dan teracuni oleh
materi-materi pengembangan diri dibandingkan menangani orang polos yang memang
tidak mengkonsumsi hal demikian. Mereka biasanya merasa sudah tahu apa yang
harus diperbuat berkat pengetahuan buku dan pelatihan yang mereka ikuti, bahkan
bisa mendekonstruksi sendiri kesulitan yang mereka sedang alami, namun anehnya
tetap tidak mampu mengeluarkan diri dari kondisi tersebut.
Alasannya sederhana, bukannya sibuk mempraktekkan
pengetahuan dan inspirasi yang baru saja mereka dapatkan, mereka malah sibuk
sibuk mencari ilmu canggih, tehnik cepat, poin inspirasi, langkah praktis, atau
sistem terobosan yang lebih manjur lainnya.
Tulisan-tulisan tersebut terlihat begitu indah dan
ajaib sehingga tanpa disadari malah meracuni pikiran Anda. Sama seperti betapa
konyolnya seseorang jika ia merasa sudah menyelamatkan dunia setelah menonton
film Superman, demikianlah konyolnya jika Anda merasa sudah menjadi lebih baik
setelah membaca buku-buku pengembangan diri.
Kita terbiasa menipu diri sendiri,
teryakini dan memimpikan peningkatan kualitas hidup akan terjadi sebagai akibat
langsung dari menghapal, mencatat berbagai rumus indah yang diberikan oleh para
pelatih dan konsultan sukses. Seiring waktu, kita menjadi serba-tahu-segalanya,
sekaligus kewalahan karena harus menyimpan teori yang kadang saling bertolak
belakang, lalu akhirnya merasa bingung mengapa tidak pernah melihat buah yang
nyata.
“Self-help books offer different possible moves for
different games. They point the reader toward the game, invite him or her to
define a strategy and then to go out to do what is necessary to actualize it.”
Renungkan berapa banyak program pengembangan
diri, self-help, psikologi populer, dan referensi inspirasi dan
motivasional lainnya yang pernah Anda konsumsi sampai hari ini, lalu jawab
dengan jujur apakah Anda sudah mempraktekkan setidaknya setengah dari apa yang
sudah Anda ketahui itu…
Saya tidak akan memberikan poin atau rumus apapun hari
ini. Anda hanya perlu berhenti membuang waktu, uang, dan tenaga Anda demi
ilmu-ilmu baru. Praktekkan apa yang sudah Anda baca. Titik.
Lakukan sekarang, prajurit, ini perintah!
Menjadi Tuan Bagi
Pikiran Sendiri
Oleh : Intan Sahara (Dir. Konseling dan
Konsultan Askaf Family Center, Askaf Foundation, Social Working)
Manusia merupakan salah satu makhluk
ciptaan Tuhan yang memiliki elemen berbeda dari makhluk lainnya. Elemen-elemen
tersebut adalah tubuh, hati, dan pikiran. Pikiran yang menggerakkan segala
perilaku manusia. Tuhan memberikan satu kebebasan kepada manusia, yakni
kebebasan untuk berpikir dan berkehendak.
Dalam terminologi psikologi, pikiran
diatur oleh sebuah mekanisme atau proses yang disebut kognitif. Dari proses
itulah dihasilkan keputusan-keputusan untuk mengendalikan apa yang kita lakukan
dan apa yang tidak seharusnya kita lakukan.
Pikiran akan menjadi suatu hal yang nyata
dalam kehidupan ini. Pikiran menghasilkan aksi dan aksi menghasilkan reaksi. Pikiran
seumpama akar sedangkan sesuatu yang dihasilkan pikiran seumpama buah dan bunga
dari pohon kehidupan. Kebahagiaan, ketidakbahagiaan, sukses dan kegagalan,mood
dan apa yang dirasakan merupakan buah dan bunga dari bibit yang dibentuk dalam
pikiran kita. Dalam suatu kata-kata
bijaksana dari Siddharta Gautama : “ All
that we are is the result of what we have thought.”
Namun sering kita terjebak pada suatu
kondisi dimana kita tidak dapat mengatur diri sendiri. Mengatur diri sendiri berarti mengendalikan
pikiran. Bagi banyak orang, terasa begitu sulit untuk dapat mengatur dirinya
dan kehidupannya. Secara kontras sebagian orang dapat mengendalikan pikirannya,
sehingga ia dapat dengan mudah meraih impian, menghindari hal hal yang tidak
bermanfaat dan memberikan pengaruh pada orang lain.
Terdapat dua ide bagi fenomena psikologi
pikiran :
Kita cenderung tidak mengamati penyebab
yang tidak terlihat melainkan pada efek atau akibat.
Penyebab seringkali merupakan sesuatu
yang tersembunyi atau tidak tampak, tetapi tidak dapat dipisahkan dari seluruh
efek/akibat yang dihasilkan pada dunia fenomenal.
Manifestasi dari fenomena tersebut dalam
kehidupan sehari hari adalah misalnya saat
Anda ingin berhenti merokok. Saat keinginan untuk berhenti merokok mulai
dilaksanakan, maka secara tidak sadar Anda berpikir untuk tidak memikirkan
tentang rokok atau keinginan untuk merokok serta mengatakan pada diri Anda :
“Saya tidak akan merokok lagi”.
Sebaliknya, Anda mendapatkan diri Anda terus menerus memikirkan rokok,
pikiran tentang rokok memenuhi isi kepala dan keinginan untuk merokok semakin
kuat.
Hal yang sama terjadi pada seseorang yang
melakukan diet dengan mengurangi asupan makanan tertentu. Misalnya mengurangi
cemilan. Dengan berpikir menghindari cemilan, tidak akan ngemil lagi, justru akan membuat seseorang semakin
berpikir mengenai cemilan dan tubuh akan meresponnya dengan dorongan untuk
ngemil.
Demikian juga keinginan untuk merubah perilaku yang kurang baik
terkadang tanpa sadar dilakukan dengan cara yang justru malah mempertinggi
kemunculan perilaku kurang baik tersebut. Seperti saat seseorang mengatakan
pada dirinya sendiri ‘jangan malas lagi’, ‘jangan terlambat lagi’.
Bukan hanya saat bermaksud untuk
menghentikan kebiasaan, keinginan akan sesuatu, akan tetapi juga pada
pikiran-pikiran yang tidak diinginkan. Terkadang pikiran menakutkan yang tidak
diinginkan muncul bisa dikarenakan seseorang memiliki kenangan buruk atau
trauma terhadap suatu peristiwa kehidupan sehingga sedikit banyak mempengaruhi
kualitas kehidupannya. Sudah menjadi
insting otomatis bagi seseorang untuk menghilangkan pikiran itu dari
kepala atau bahkan berpura pura
bahwa pikiran itu tidak ada, akan tetapi
yang terjadi justru pikiran itu semakin menghantui.
Fenomena di atas disebabkan oleh suatu
proses kognitif yang dikenal dengan istilah thought suppression. Thought
suppression adalah upaya yang dilakukan secara sadar guna menghilangkan dengan
paksa informasi-informasi yang tidak diinginkan yang muncul dipikiran atau
kesadaran seseorang. Hal itu menjadi
sesuatu yang tidak dapat tertahankan untuk menekan suatu pikiran yang muncul,
yang membuat tidak nyaman, dan melihatnya sebagai suatu ekspresi yang mengancam
dari diri seseorang. Hal tersebulah yang membuat Freud fokus pada sifat dasar
dari alam pikiran yang dimunculkan ke kesadaran. Sebelum lebih lanjut mengenai
thought suppression, mari kita pahami istilah dibawah ini.
Brain teaser : selama dua menit kedepan,
pikirkan apapun yang ingin Anda pikirkan, kecuali berpikir tentang gajah
berwarna merah. Pikirkanlah apapun yang ingin Anda pikirkan, tetapi jangan
memikirkan gajah berwarna merah. Tentu saja yang muncul di mental imagery Anda
adalah seekor atau lebih gajah berwarna merah, setelah diinstruksikan untuk
melakukan suppressing pada pikiran itu. Wegner adalah peneliti pertama yang
meneliti tentang hal itu dan dikenal dengan istilah “white bear” (Wegner 1987).
Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa terdapat sifat dasar yang paradoks
atau berlawanan dari proses thought suppression ; yang merupakan sebab dari
kembalinya pikiran-pikiran yang tidak diinginkan ; fenomena dimana mereka
menyebutnya dengan rebound effect. (Wegner, Schneider, Carter, & White,
1987)
Mekanisme rebound effect yang menyebabkan
hal yang kita inginkan justru terjadi sebaliknya. Apa yang kita katakan pada
diri kita disaat menginginkan untuk keluar dari suatu keadaan seringkali
menjadi “instruksi” untuk melakukan suppression yang kemudian menjadi alarm
atau pengingat dari suatu pikiran yang tidak diinginkan. Instruksi tersebut
seolah-olah menjadi isyarat atau perintah bagi orang untuk memikirkan sesuatu
lebih dari yang mereka biasanya lakukan. Terdapat pengaruh yang kuat dari
suppression tersebut pada keadaan intrapersonal (misalnya emosional dan
kognitif) dan proses interpersonal (misalnya prasangka) serta hubungan thought
suppression pada psikopatologi.
Jika thought suppression merupakan proses
yang sempurna, idealnya pikiran yang di suppressed tersebut akan hilang, akan
tetapi studi yang dilakukan para ahli telah membuktikan
bahwa proses thought suppression merupakan proses yang tidak sempurna.
Dengan mengetahui mekanisme pada pikiran
membuat seseorang lebih mudah untuk dapat mengendalikan pikirannya sendiri,
yang tentunya akan berimplikasi pada banyak hal dalam kualitas kehidupan. Para
ahli telah banyak meneliti hal yang terkait pikiran yang merupakan variabel
konstruk, sehingga kita tidak perlu membedah otak secara fisik hanya untuk
mengubah apa yang ada dalam pikiran.
Terdapat cara atau teknik untuk
‘menetralisir’ pikiran yang tidak diinginkan, mengubah pikiran buruk, mengubah
kebiasaan buruk seperti merokok, ataupun sukses menjalankan diet antara lain :
Positive Self Talk
Cara yang pertama adalah dengan
memanfaatkan self talk yang ada pada diri setiap orang. Self talk adalah bicara
pada diri sendiri. Pembicaraan pribadi itulah yang oleh sebagian orang disebut
dengan kegiatan berpikir atau itulah pikiran Anda. Berdasarkan prinsip bahwa
apa yang orang katakan pada dirinya sendiri mempengaruhi perilaku mereka
(Ellis, 1976), maka self talk adalah sesuatu yang menentukan akan menjadi
seperti apa diri Anda. Self talk telah lama digunakan dalam modifikasi perilaku
kognitif (Meichenbaum, 1977). Self talk
mempengaruhi mood dan emosi yang pada akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.
Bagan dibawah ini menggambarkan bagaimana self talk bekerja :
Bagan Oleh Intan Sahara
Self talk bekerja dengan mempengaruhi
tindakan kita. Tindakan tersebut lama lama menjadi suatu kebiasaan dan
kebiasaan menjadi karakter.
Dengan mengetahui bagaimana self talk
bekerja, maka kita dapat memahami bahwa selftalk menjadi faktor penentu yang dapat membantu
kita untuk mengubah kebiasaan buruk dan perilaku yang tidak diinginkan. Kunci
untuk memanfaatkan selftalk adalah dengan menyadari atau mengenali apa yang
kita katakan pada diri sendiri, dengan itu kita dapat mengendalikan selftalk
tersebut. Selanjutnya, mulailah dengan menciptakan pembicaraan yang positif
dengan diri Anda. Fokus pada pikiran-pikiran positif. Bicara pada diri Anda
sendiri menggunakan kata-kata positif dan membangun. Kata-kata positif dan
membangun tersebut ialah dengan menghindari kata “tidak” dan “jangan”.
Mengapa? Karena jika Anda menggunakan bentuk kata negatif seperti
“tidak” atau “jangan”, itu berarti Anda sedang melakukan suppression pada
pikiran Anda sendiri yang akan mengakibatkan mekanisme rebound effect terjadi.
Untuk lebih jelasnya, causal loop diagram berikut ini menggambarkan bagaimana
jika Anda menggunakan positive self talk dan negative selftalk dengan
menggunakan kata “tidak” atau “jangan”.
Bagan Oleh: Intan Sahara
Seperti ketika Anda ingin berdiet dengan
berhenti ngemil, katakan pada diri Anda bahwa Anda mulai hari ini menjalani
gaya hidup sehat dan hanya akan memakan makanan yang sehat seperti sayur dan
buah. Jangan sekali-kali Anda mengatakan “saya tidak akan ngemil lagi, saya
tidak akan memakan makanan berlemak lagi, dan jangan sampai saya menyentuhnya”.
Selain menggunakan kata-kata positif
dalam self talk, gunakan juga kalimat yang spesifik mengenai apa yang Anda
ingin capai atau ubah, dengan melibatkan emosi dan keinginan kuat.
Change our attitude toward the unwanted
thought
Langkah pertama memastikan bahwa Anda
hanya menerima pikiran-pikiran positif pada diri Anda. Namun jika pikiran
negatif terlanjur dibiarkan merasuki pikiran, tindakan suppression hanya akan
bersifat destruktif. Apa yang harus
dilakukan agar seseorang terhindar dari tindakan suppression pada pikiran? Hal
itu penting karena seringkali tidak disadari bahwa kita ternyata melakukan
suppression terhadap pikiran.
Ide dasarnya adalah bahwa pikiran yang
menetap pada diri seseorang awalnya karena ia memberikan perhatian pada pikiran
tersebut kemudian tenggelam kedalam suatu reaksi emosional. Reaksi emosi
merupakan sumber energi bagi suatu pikiran yang ada, baik itu reaksi emosi
positif ataupun negatif. Sekali Anda memiliki reaksi emosional pada pikiran
tertentu, Anda akan terjebak kedalamnya, pikiran tersebut akan menetap, sampai
reaksi emosi tersebut terselesaikan. Reaksi emosi yang terselesaikan berarti
juga hilangnya sumber energi bagi pikiran tersebut. Seperti ketika Anda
mendapatkan pujian dari seorang kawan,
seringkali secara tidak sengaja Anda mengingat pujian dan perasaan yang
dirasakan saat itu. Hal itu meningkatkan tingkat kepercayaan diri dan mood Anda
setiap kali mengingatnya. Sayangnya kita cenderung lebih fokus pada hal negatif
daripada hal positif. Jika seorang kawan
menghina lalu Anda merasa kesal, hampir dapat dipastikan Anda memiliki reaksi
emosional yang lebih kuat dan cukup lama pada hal tersebut. Hal ini dapat menjelaskan proses traumatis
pada seseorang akibat mengalami kejadian yang kurang menyenangkan.
Oleh Karena itu perlu adanya perubahan
dalam sikap kita. Dengan merubah sikap berarti seseorang telah merubah
bagaimana ia bereaksi terhadap pikiran tersebut. Perubahan dalam sikap akan
dengan cepat mengilangkan reaksi emosional yang dimiliki terhadap suatu pikiran
yang ada. Ketika reaksi emosional telah dikurangi secara signifikan, pikiran
yang tidak diinginkan pun akan hilang. Menghilangkan pikiran yang tidak
diinginkan, berarti merubah tindakan dan kebiasaan kita.
Triknya adalah bukan bagaimana berupaya
untuk membebaskan diri dari suatu pikiran, melainkan pada bagaimana kita
memiliki reaksi baru terhadap pikiran itu. Kita tidak dapat mengendalikan apa
yang datang pada pikiran kita, akan tetapi kita dapat mengendalikan bagaimana
kita bereaksi dan bersikap terhadapnya. Kita perlu menghadapinya, menerimanya
dan memutuskan bahwa pikiran yang tidak diinginkan tidak perlu diperhatikan
sehingga kita tidak meresponnya secara emosional. Oleh karena itu, kita harus
dapat menerima dan merasa nyaman dengan apapun yang datang pada pikiran kita,
jangan bersembunyi darinya atau mencoba untuk menghilangkannya.
Dua trik yang dipaparkan diatas merupakan
cara atau teknik yang dapat membantu Anda agar dapat memahami keadaan dan
mekanisme pikiran Anda, sehingga dapat menjadi tuan di pikiran Anda sendiri.
References
Leonard F. Koziol, Debrah Ely Budding,
Dana Chidekel . (2011). From Movement to Thought: Executive Function, Embodied
Cognition, and The Cerebellum. USA : pringer Science+Business Media, LLC.
Swami Paramananda. (1923). The Message of
The East: Psychology of Thought. Gann Study Group. Vedanta Monthly.
Richard M. Wenzlaff, Daniel M. Wegner.
(2000). Thought Suppression. Annual Review Psychology, 51:59-91.
Daniel G. Amen, MD.(1998). Change Your
Brain Change Your Life. Times Book.
Bowen S., Witkiewitz K., Dillworth T.M.,
Chawla N. Simpson T.L., Ostafin B.D., et al. (2006). The Role of Thought
Suppression in The Relationship Between Mindfulness Meditation and Alcohol Use.
Journal Psychology of Addictive Behaviours.
Hooper, N., et al., (2011) Comparing
thought suppression and acceptance as coping techniques for food cravings.
Journal of Eating Behaviors, doi :10.1016/j.eatbeh.2011.10.002
Kaori Araki, Joseph K. Mintah, et al.
(2006), Belief in Self talk and Dynamic Balance Performance. Journal of Sport
Psychology.
A. Hatzigeorgiadis, et al. (2008).
Mechanisms underlying the self-talk–performance relationship: The effects of
motivational self-talk on self-confidence and anxiety. Journal of Psychology
Sport and exercise, 10, 186 – 192.
Mengapa Pemikiran Suppression adalah Counter-Produktif
(terjemahan)
Bagaimana mendorong pemikiran sebuah kesadaran dapat
membawanya kembali dengan sepenuh hati.
KADANG-KADANG TERASA seperti pikiran kita tidak berada
di tim yang sama seperti kita. Saya ingin pergi tidur, tapi ingin membuat saya
peristiwa rerunning terjaga dari masa kecil saya. Saya ingin melupakan lirik
itu tahun 80-an bodoh lagu pop tapi ingin mengulanginya lagi dan lagi
memuakkan.
Pertempuran internal bisa apa saja dari upaya untuk
menekan iritasi ringan sesekali (aku mematikan kompor?) untuk hambatan konstan
dekat-ke kehidupan sehari-hari. pikiran abadi makanan berkendara orang dengan
obesitas, gigih pikiran negatif isyarat depresi dan peristiwa traumatik
mendorong kembali ke dalam kesadaran untuk menghidupkan kembali lagi dan lagi.
Respon klasik untuk perdebatan mental - apakah relatif
sepele atau serius - adalah untuk mencoba dan melupakannya, dorong ke belakang
pikiran kita atau beberapa variasi lain pada tema. Sayangnya bertentangan
dengan intuisi kita tentang apa yang harus bekerja, penelitian psikologi telah menemukan
dalam dua puluh tahun terakhir bahwa pendekatan ini tidak hanya salah, tetapi
memiliki potensi untuk membuat situasi lebih buruk.
Rebound pikir
Dalam studi yang dimulai penelitian di bidang ini
Profesor Daniel Wegner dan rekan meneliti efek dari penindasan pemikiran (
Wegner et al., 1987 ). Peserta pertama diminta untuk mencoba untuk tidak
berpikir tentang beruang putih selama 5 menit, kemudian selama 5 menit
berikutnya diminta untuk berpikir tentang beruang putih. Sepanjang peserta
percobaan verbalised pengalaman apa pun yang mereka sedang dan, setiap kali
mereka memikirkan beruang putih, membunyikan lonceng.
Peserta yang pertama kali mencoba untuk menekan
pikiran mereka membunyikan bel hampir dua kali lebih sering sebagai peserta
dalam kelompok kontrol. Ternyata bahwa tindakan yang sangat pertama mencoba
untuk menekan pikiran membuatnya melawan semua kuat.
Efek ini telah kemudian telah direplikasi oleh
peneliti lain menggunakan berbagai jenis eksperimen dan tampaknya relatif kuat
(Wenzlaff & Wegner, 2000 ). Hasil yang sama bahkan ditemukan ketika orang
tidak langsung diperintahkan untuk menekan pikiran tertentu, tetapi hanya
didorong untuk melakukannya melalui bentuk halus dari manipulasi. Telah
dijuluki 'efek rebound pasca-penindasan' dan mungkin menjadi penting untuk
banyak aspek dari pengalaman kita sehari-hari.
menekan emosi
Sejak penemuan efek rebound peneliti telah diselidiki
situasi di mana itu terjadi, terutama bagaimana penekanan berinteraksi dengan
emosi. Tidak mengherankan pengalaman lebih emosional sarat dari beruang putih
sangat rentan terhadap efek rebound. Dalam satu studi peserta diminta untuk
menulis tentang baik acara sehari-hari emosional atau nonemotional ( Petrie et
al., 1998 ). Itu adalah peristiwa emosional yang paling sulit bagi peserta
untuk menekan. Seolah-olah isi emosional pikiran membuatnya bahkan lebih
mungkin untuk mendorong kembali terhadap upaya untuk menekan itu.
Tetapi bahkan jika peristiwa emosional sangat rentan
terhadap efek rebound, mungkin kita bisa lebih baik dalam menekan pikiran
tertentu dengan praktek? Mungkin alasan orang merasa sulit untuk menekan ide
beruang putih adalah bahwa itu adalah pemikiran yang tidak biasa. Studi telah,
oleh karena itu, melihat bagaimana orang mengelola ketika mereka menekan
pikiran mereka digunakan untuk menekan.
Wegner dan Emas (1995) meneliti penekanan emosional
dengan menggali masa lalu yang romantis orang menggunakan perbandingan rapi
antara 'api panas' dan 'api dingin'. A 'panas api' adalah mitra sebelumnya yang
masih kebakaran imajinasi, sementara 'dingin api' adalah mitra sebelumnya untuk
siapa sensasi itu hilang. Dalam teori 'panas api' harus menghasilkan pikiran
yang lebih mengganggu sehingga orang harus memiliki lebih banyak praktek
menekan mereka. Sementara itu karena api dingin tidak menghasilkan pikiran
mengganggu, orang harus memiliki kurang praktek menekan mereka.
Hasil penelitian menunjukkan persis pola yang
diharapkan: orang berpendapat bahwa sulit untuk menekan pemikiran tentang api
dingin mungkin karena mereka memiliki praktik kurang.
Menekan pikiran di laboratorium adalah satu hal,
meskipun, menekan mereka dalam kehidupan nyata, selama periode waktu, adalah
hal lain. Untuk mendapatkan ide tentang penindasan dari waktu ke waktu-frame
lagi, Trinder dan Salkovskis (1994) meminta orang untuk memantau pikiran
mengganggu selama empat hari. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, peserta
yang mencoba untuk menekan pikiran mengganggu negatif menemukan lebih nyaman
dan apalagi berpengalaman lebih dari pengalaman mereka berusaha untuk menekan.
Tampaknya bahwa bahkan dengan praktek berpikir penekanan cenderung mengarah
pada efek rebound dalam jangka panjang.
Kembali dengan sepenuh hati
Didorong oleh temuan ini efek paradoks penekanan
pemikiran, psikolog telah menemukan efek rebound ini di segala macam konteks
lain. Berikut adalah beberapa contoh dibahas oleh Wenzlaff dan Wegner (2000 ):
*Mengidam substansi. Bagi mereka pada diet atau
mencoba untuk berhenti merokok, pikir penekanan mungkin menjadi
kontra-produktif. Satu studi menemukan bahwa perokok yang mencoba untuk menekan
pikiran tentang rokok ditemukan memiliki hasrat yang lebih tinggi daripada
mereka yang tidak mencoba untuk menekan pikiran mereka ( Salkovkis &
Reynolds, 1994 ). Gangguan muncul sebagai teknik yang lebih baik.
*Kenangan mengganggu. Sama seperti mencoba untuk tidak
berpikir tentang makanan atau rokok, kenangan juga tampaknya kembali kuat
ketika mereka sengaja ditekan. Tapi hanya beberapa aspek memori tampaknya
ditingkatkan, dengan penekanan kadang-kadang mengganggu urutan peristiwa ingat.
*Depresi. Depresi memanifestasikan dirinya sebagai
pola berpikir negatif mana yang terburuk terlihat di hampir semua. Hanya
mencoba untuk menekan pikiran-pikiran ini mungkin membawa mereka kembali lebih
kuat, dengan tekanan psikologis melipatgandakan. Akibatnya beberapa psikolog
telah menyarankan model berbasis penerimaan pengobatan (misalnya Marcks &
Woods, 2005 ).
Ini hanya beberapa contoh, penelitian juga telah
melihat upaya masyarakat untuk menekan insiden traumatis, prasangka mereka,
rasa sakit fisik dan obsesi mereka. Sebuah pola umum muncul dalam banyak
penelitian: upaya untuk menjauhkan pikiran tentang rasa sakit, trauma atau
obsesi membawa mereka kembali dengan sepenuh hati.
pikiran kami yang tidak taat
Jadi apa itu tentang pikiran kita yang membuat mereka
begitu taat? Mengapa, ketika kita ingin menyingkirkan pikiran dari kepala kita
apakah itu kembali kuat? Profesor Daniel Wegner memberikan penjelasan rapi
disebut 'proses ironis teori'. Ini berpendapat bahwa efek rebound
pasca-penindasan bukan hanya beberapa konsekuensi acak bagaimana otak adalah
kabel, tetapi merupakan bagian integral dari proses penekanan sendiri ( Wegner,
1994) .
Menurut teori ini, inilah yang terjadi ketika saya
ingin menghentikan pikiran berulang di jalurnya: Pertama saya mengalihkan
perhatian diri dengan sengaja memikirkan sesuatu yang lain. Kedua, dan di sini
datang ironi, pikiran saya mulai proses monitoring sadar untuk memeriksa apakah
aku masih berpikir tentang hal yang saya tidak seharusnya berpikir tentang -
Anda tahu, untuk memeriksa apakah proses sadar bekerja atau tidak.
Masalahnya datang ketika saya sadar berhenti berusaha
untuk mengalihkan perhatian diri sendiri dan proses bawah sadar menjalankan
melihat keluar untuk hal yang saya mencoba untuk menekan. Apa pun itu melihat
yang terlihat samar-samar seperti target memicu pemikiran lagi dan bulat aku
pergi dalam lingkaran lain dari berpikir pikiran yang sama saya berusaha keras
untuk melupakan.
Ironi penekanan pemikiran, kemudian, adalah yang
secara aktif berusaha untuk mengelola pikiran kita sendiri kadang-kadang bisa
lebih berbahaya daripada baik. Meskipun masuk akal intuitif yang sempurna untuk
mencoba dan menekan pikiran yang tidak diinginkan, sayangnya sangat proses yang
kita gunakan untuk melakukan hal ini mengandung benih-benih kehancurannya
sendiri. Semakin kita mencoba dan mendorong pikiran mengganggu bawah, semakin
mereka muncul kembali, lebih kuat dari sebelumnya.
[Image credits:
kaneda99 & tilaneseven & kaneda99 & kygp ]
Aplikasi dalam Islam :
●Kalau di ghibahin Alhamdulillah dapat pahala gratis,
dan merupakan do’a untuk kita.
●Kalau berdosa Allah maha pengampun, Juga lihat masalah
lainnya dengan do’a melalui Asmaul husna.
●Fokus pada ketaatan antara waktu ( lihat artikel
dibawah ). artinya antara waktu shalat fardlu anda fokus kepada : Tauhiid, Komitmen kepada Al-Qur'an dan as-Sunnah, Iman kepada Qadhaa' dan Qadar, Iman kepada Hari Akhir. di impementasikan dengan Zuhud dan Wara'.
●Janji Allah
kepada Orang yang bertaqwa dan lain-lain.
●Surah : ( 20 ), Taha ( سورة طه ), ayat : 131 of 135
THAAHAA ( Taha ), Revealed At : Makkah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا
مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada
apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga
kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu
adalah lebih baik dan lebih kekal.
Dosa terhapus
antara
dua waktu
Agustus 7, 2016 maramis setiawan
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam
bersabda
الصَّلَوَاتُ
الخَمْسُ، وَالجُمُعَةُ إِلَى الجُمُعَةِ، وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ
مُكَفِّراتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ (رواه مسلم )
“Shalat lima waktu,
dari Jum’at yang satu ke Jum’at yang berikutnya, dari Ramadhan yang satu ke
Ramadhan yang berikutnya itu dapat menjadi penghapus dosa-dosa antara jarak
keduanya itu, apabila dosa-dosa besar dijauhi.” (Riwayat Muslim)
Faidah-faidah yang
dapat dipetik dari hadits:
1. Shalat lima waktu
akan menghapuskan dosa diantara kedua waktu shalat tersebut, yaitu antara
shubuh dengan dzuhur, antara dzuhur dengan ashar, antara ashar dengan maghrib,
antara maghrib dengan isya, antara isya dengan shubuh.
2. Menunjukkan
keutamanan Shalat Jumat dan keutamaan Puasa Ramadhan, yaitu dosa dalam rentang
waktu diantaranya akan terhapus.
3. Menunjukkan bahwa
dosa itu ada yang dosa besar dan ada yang dosa kecil
4. Kalimat “apabila
dosa-dosa besar dijauhi” ( إِذَا اجْتُنِبَتِ الكَبَائِرُ ) terjadi perbedaan penafsiran
diantara para ulama. Yang pertama memahami bahwa itu sebagai syarat, selama
tidak melakukan dosa besar selama dua rentang waktu tersebut maka dosa-dosa
kecil akan terampuni, namun jika dia masih melakukan dosa besar juga dalam dua
rentang waktu tersebut maka dosa-dosa kecil pun tidak akan diampuni. Pemahaman
yang kedua bahwa yang akan diampuni oleh Allah adalah dosa-dosa kecil tanpa
melihat apakah dalam dua rentang waktu tersebut juga memiliki dosa besar atau
tidak. Adapun secara zhahir dan yang lebih kuat adalah pemahaman yang kedua,
yaitu yang terhapus adalah dosa-dosa kecil tanpa syarat harus bebas dari dosa
besar terlebih dahulu. wallahua’lam
5. Diantara perbuatan
dosa yang masuk ke dalam dosa besar adalah :
Setiap perbuatan dosa
yang terdapat hukumannya di dunia (hadd) atau terdapat ancamannya secara khusus
di akhirat.
Setiap perbuatan dosa
yang Allah ta’ala melaknat atau memurkai perbuatan tersebut
Setiap perbuata dosa
yang disebutkan oleh Rasulullah dengan peniadaan iman yaitu dengan lafazh لاَ يُؤْمِنُ
atau dengan adanya kalimat “bukan golongan kami” (لَيسَ منّا )
5. Dosa besar
tidaklah diampuni hanya dengan melakukan amalan shalih semata, dosa besar hanya
akan diampuni dengan taubat secara khusus kepada Allah ta’ala dengan taubat
yang sebenar-benarnya.
wabillaahittaufiq
@maramissetiawan
Catatan Faidah
Pengajian Riyadhus Shalihin, oleh Ustadz Ahmad Sabiq, Gresik, 01-08-2016 ,
dengan beberapa tambahan nukilan dari syarah riyadhus shalihin oleh Syaikh
Utsaimin dan Syaikh Salim
Jangan
Menuhankan Ikhtiar
Alhamdulillah. Segala puji hanya
milik Allah yang menggenggam seluruh makhluk-Nya. Dialah Dzat Yang Maha Dekat,
Maha Tahu lagi Maha Kuasa atas segalanya secara sempurna. Semoga sholawat dan
salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Saw.
Saudaraku, sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas seluruh makhluk dan segala kejadian. Tiada satupun peristiwa
sekecil dan sehalus apapun yang terjadi di alam semesta ini kecuali karena
Allah mengizinkannya terjadi. Bergabung seluruh jin dan manusia untuk melakukan
sesuatu, jikalau Alloh tidak mengizinkan maka pasti tidak akan terjadi.
Alloh Swt. berfirman,
“…Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Alloh melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Alloh telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath
Tholaq [65]:2-3)
Kita memang harus menyempurnakan
ikhtiar, sebagai bentuk ibadah kita kepada Allah Swt. Akan tetapi jangan sampai
kita menuhankan ikhtiar kita, seolah hanya dengan usaha kita sendirilah kita
bisa berhasil, seolah hanya dengan kecerdasan kita sendirilah kita bisa meraih
sukses. Tidak demikian, karena sesungguhnya Allah yang memberi kekuatan dan
kemampuan kepada kita, Allah pula yang memberi ilmu pengetahuan kepada kita.
Juga Allah yang memberikan kesempatan kepada kita untuk berusaha.
Kewajiban kita adalah menjadikan
segala karunia dari Allah itu sebagai ladang amal sholeh, mengisinya dengan
ikhtiar yang sempurna sesuai dengan apa yang Allah ridhai; menempuh jalan yang
halal dan menjauhi yang haram dan yang syubhat.
Kita pergi ke dokter, meminum
obat, adalah langkah kita menyempurnakan ikhtiar agar sembuh dari sakit.
Sedangkan yang memberikan sehat kepada kita, yang mengangkat sakit kita
hanyalah Allah Swt. Kita pergi ke sekolah, berlajar dari para guru, adalah
langkah kita menyempurnakan ikhtiar agar menjadi orang yang berilmu. Sedangkan
yang memiliki dan memberikan ilmu kepada kita hakikatnya hanyalah Allah Swt.
Saudaraku, marilah kita
sempurnakan ikhtiar kita sebagai bentuk ibadah kepada Allah Swt. Semoga Allah
ridha kepada kita dan melimpahi kita dengan pertolongan dan keselamatan. Aamiin
yaa Robbal ‘aalamiin.
*Penulis
adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.