Oleh
Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad
Saifullah
Dalam pembahasan yang lalu telah
kami jelaskan bahwa Salafiyyah bukan suatu hizb (kelompok) atau golongan.
Sesungguhnya dia adalah jama’ah yang berjalan di atas jalan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dia bukanlah salah satu kelompok
dari kelompok-kelompok yang muncul sekarang ini, karena dia adalah jama’ah yang
terdahulu dari zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berlanjut
terus-menerus di atas kebenaran dan nampak hingga hari kiamat sebagaimana
diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka dakwah Salafiyyah adalah
dakwah kepada Islam yang murni bukan dakwah hizbiyyah. Imam dakwah Salafiyyah
adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para imam yang datang
berikutnya dari para sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka
dalam kebaikan hingga hari kiamat.
Di antara daulah yang ditegakkan
atas landasan dakwah Salafiyyah adalah daulah Su’udiyyah di jazirah Arabiyyah,
yang dikenal sebagai pembela dakwah Salafiyyah yang gigih sejak berdirinya
hingga saat ini.
Maka daulah Su’udiyyah memiliki
kehormatan sebagai pembela dakwah yang haq dan pembela para ulama Sunnah.
Usaha yang agung dari daulah
Su’udiyyah di dalam mendakwahkan Islam yang haq menyejukkan mata dan
membesarkan hati setiap muslim yang cinta kepada Islam yang haq, tetapi
sebaliknya membuat geram dan panas orang-orang yang hatinya diselubungi oleh
kebatilan dan kebid’ahan!.
Lihatlah di semua media masa
sekarang, siapakah yang memusuhi daulah Su’udiyyah saat ini ? Mereka adalah
gabungan dari berbagai kelompok bid’ah mulai dari Syi’ah Rafidhah, Shufiyyah,
Asy’ariyyah, Maturidiyyah, Quthbiyyah Ikhwaniyyah, Quthbiyyah Sururiyyah,
Tablighiyyah, Hizbut Tahrir, JIL dan sederet nama-nama lainnya yang menujukkan
kesesatan jalan mereka. Dari jati diri mereka dapat disimpulkan bahwa mereka
memusuhi daulah Su’udiyyah bukan karena orang-orangnya, tapi karena dakwah
daulah Su’udiyyah kepada manhaj Salaf.
Berangkat dari kenyataan ini,
terbetik dalam benak kami untuk menyumbangkan sedikit pembelaan kepada daulah
pembela dakwah Salafiyyah ini sebagai wujud loyalitas kami kepada al-haq dan
ahlinya.
PERTEMUAN ANTARA DUA IMAM DAKWAH
SALAFIYYAH
Membicarakan tentang dakwah
Salafiyyah di jazirah Arabiyyah tidak bisa dilepaskan dari sebuah pertemuan
yang bersejarah pada tahun 1158H bertepatan dengan tahun 1745M antara dua imam
dakwah Salafiyyah ; Mujaddid abad ke-13H Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
dengan amir Ar-Rasyid Muhammad bin Su’ud –penguasa negeri Dar’iyyah waktu itu
dan pendiri daulah Su’udiyyah-, keduanya sepakat untuk bekerjasama mendakwahkan
dakwah Tauhid –dakwah Salafiyyah- dengan segenap daya upaya. Muhammad bin Su’ud
menyambut baik kedatangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di Dar’iyyah dan
mengatakan kepada Syaikh : “Berbahagialah di negeri yang lebih baik daripada
negerimu, dan berbahagialah dengan dukungan dan pembelaan”.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
berkata : “Dan aku memberi khabar gembira kepadamu dengan kemuliaan dan
kedudukan yang kokoh kalimat ini –Laa Ilaha Illallah- barangsiapa yang
berpegang teguh dengannya, mengamalkannya, dan membelanya, maka Alloh akan
memberikan kekuasaan kepadanya pada negeri dan hamba-hambaNya, dialah kalimat
tauhid, yang merupakan dakwah para rasul semuanya. Engkau melihat bahwa Nejed
dan sekitarnya dipenuhi dengan kesyirikan, kejahilan, perpecahan dan peperangan
diantara mereka, aku berharap agar engkau menjadi imam bagi kaum muslimin,
demikian juga pada keturunanmu”.
Maka Muhammad bin Su’ud berkata :
“Wahai Syaikh, ini adalah agama Alloh dan RasulNya, yang tidak ada keraguan di
dalamnya. Berbahagialah dengan pembelaan kepadamu dan kepada dakwah yang engkau
seru, dan aku akan berjihad membela dakwah Tauhid” [Tarikh Najed oleh Husain
bin Ghannam hal. 87 dan Unwatul Majd Fi Tarikhi Najed oleh Utsman bin Bisyr
1/12]
Maka mulailah kedua imam dakwah
Salafiyyah tersebut beserta para pendukung keduanya menyebarkan dakwah
Salafiyyah dengan modal ilmu dan keimanan, dan mengibarkan bendera jihad di
depan setiap para penghalang jalan dakwah.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
tidak henti-hentinya melancarkan dakwah kepada Allah, mengajarkan ilmu-ilmu
syar’i kepada para penuntut ilmu, menyingkap syubhat-syubhat yang disebarkan
oleh orang-orang kafir, para penyembah kubur, dan selain mereka. Beliau
menghasung umat agar berjihad dengan berbagai jenisnya. Beliau juga langsung
turun di medan jihad berserta anak-anak beliau. Beliau tulis karya-karya ilmiah
dan risalah-risalah yang bermanfaat di dalam menjelaskan aqidah yang shahihah,
sekaligus membantah setiap pemikiran yang menyelisihinya dengan berbagai macam
argumen, sehingga nampaklah agama Alloh, menanglah pasukan Alloh dan hinalah
pasukan setan, menyebarlah aqidah Salafiyah di jazirah Arabiyyah dan
sekitarnya, bertambah banyaklah para penyeru kepada kebenaran, dihapuslah
syi’ar-syi’ar kebid’ahan, kesyirikan dan khurafat, ditegakkanlah jihad, dan
masjid-masjid di makmurkan dengan shalat dan halaqah-halaqah pengajaran Islam
yang murni. [Muqaddimah Syaikh Abdul Aziz bin Baz atas kitab Syaikh Ahmad bin
Hajar Alu Abu Thami hal.4]
BERDIRINYA DAULAH SU’UDIYYAH
SALAFIYYAH
Para ulama tarikh sepakat bahwa
pendiri daulah Su’udiyyah (kerajaan Saudi Arabia) adalah Al-Imam Muhammad bin
Su’ud, dialah yang membuat sunnah hasanah pada keturunannya di dalam membela
agama Alloh dan memuliakan para ulama Sunnah. [Lihat Unwanul Majid oleh Ibnu
Bisyr 1/234-235]
Dr. Munir Al-Ajlani menyebutkan
bahwa pendiri daulah Su’udiyyah adalah Muhammad bin Su’ud, dengan baiatnya
kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk mengikhlaskan ibadah semata
kepada Alloh dan ittiba kepada hukum Islam yang shahih di dalam siyasah
(politik) daulah, serta menegakkan jihad fi sabilillah. [Tarikh Bilad Arabiyyah
Su’udiyyah hal. 46-47]
Maka daulah Su’udiyyah adalah
daulah Islamiyyah yang ditegakkan untuk menerapkan hukum Islam dalam kehidupan
dan sekaligus daulah Salafiyyah yang membela dakwah Salafiyyah dan
menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia.
DAULAH SU’UDIYYAH DAN DAULAH
UTSMANIYYAH
Sebagian orang menyangka bahwa
Syaikh Muhammad bin Adbul Wahhab dan Muhammad bin Su’ud melakukan pemberontakan
terhadap daulah Utsmaniyyah, seperti yang dilakukan Muhammad bin Hasan
Al-Hajawi Ats-Tsa’alabi Al-Fasi di dalam kitabnya Al-Fikru Sami Fi Tarikhil
Fiqh Islami (2/374) yang menyatakan bahwa Muhammad bin Su’ud mendukung dakwah
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk merealisasikan impiannya di dalam
melepaskan diri dari kekuasaan daulah Turki Utsmani!
Pernyataan Muhammad bin Hasan Al-Fasi
di atas adalah pernyataan yang keliru, karena menyelisihi realita sejarah,
realita sejarah menunjukkan bahwa di saat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
melancarkan dakwahnya dan bahkan jauh sebelumnya negeri Nejed –termasuk
Dar’iyyah- tidak pernah menjadi wilayah daulah Utsmaniyyah. [Tarikh Bilad
Arabiyyah Su’udiyyah hal. 47]
Di antara bukti-bukti sejarah
yang menunjukkan bahwa Nejed tidak pernah masuk dalam wilayah daulah Turki
Utsmani adalah sebuah dokumen yang ditulis oleh Yamin Ali Affandi dengan judul
asli berbahasa Turki : Qawanin Ali Utsman Dur Madhamin Daftar Diwan, di
dalamnya terdapat daftar wilayah daulah Turki Utsmani sejak penghujung abad ke
11H yang terbagi menjadi 32 wilayah, 14 wilayah darinya adalah wilayah-wilayah
di jazirah Arabiyyah, dan Najed tidak tercantum dalam daftar wilayah tersebut.
[Lihat Bilad Arabiyyah wa Daulah Utsmaniyyah oleh Sathi’ Al-Hushari hal.
230-240]
Merupakan hal yang dimaklumi oleh
setiap pemerhati sejarah Islam bahwa banyak dari wlayah-wilayah kaum muslimin
yang tidak masuk ke dalam wilayah daulah Turki Utsmani yang ditunjukkan oleh
adanya daulah-daulah yang sezaman dengan daulah Turki Utsmani seperti daulah
Shafawiyyah Rafidhiyyah di Iran, daulah Mongoliyyah di India, daulah
Maghribiyyah di Maroko dan beberapa negara Islam di Indonesia.
DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE
PERTAMA DARI DAULAH SU’UDIYYAH
Tidak henti-hentinya Al-Imam
Muhammad bin Su’ud memenuhi janjinya kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di
dalam mendukung dakwah Salafiyyah dan berjihad fi sabilillah di hadapan para
penghalang dakwah hingga beliau wafat pada tahun 1179H
Sepeninggal Muhammad bin Su’ud,
dibai’atlah putranya Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam kaum
muslimin. Di antara yang membaiatnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad
memiliki perhatian yang besar kepada keilmuan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
sejak usia dini, ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab masih di negeri
Uyainah beliau mengirim surat kepada Syaikh agar menuliskan kepadanya tafsir
surat Al-Fatihah, maka Syaikh menuliskan kepadanya tafsir surat Al-Fatihah yang
di dalamnya terkandung aqidah Salafush Shalih, ketika itu beliau belum mencapai
usia baligh. Merupakan hal yang dimaklumi bahwa menuntut ilmu dalam usia dini
memiliki atsar yang dalam dan kokoh.
Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad
bin Su’ud memiliki sebuah risalah yang agung, yang memiliki andil yang besar di
dalam menyebarkan aqidah Salafush Shalih, beliau buka risalah tersebut dengan
pujian kepada Alloh dan shalawat dan salam atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam kemudian beliau berkata.
“Dari Abdul Aziz bin Muhammad bin
Su’ud kepada para ulama dan para hakim syar’i di Haramain, Syam, Mesir dan
Iraq, beserta para ulama yang lain dari Masyriq dan Maghrib…” Kemudian beliau
mulai menjelaskan aqidah Salafush Shalih dengan penjelasan yang gamblang dan
argumen-argumen yang kuat, beliau berbicara tentang hikmah penciptaan Alloh
terhadap makhlukNya, makna kalimat tauhid, hak Alloh dan hak RasulNya, siapakah
musuh-musuh dakwah Slafiyyah dan yang lainnya. Kemudian beliau mengakhiri
risalahnya dengan ajakan untuk kembali kepada Kitab dan Sunnah, mengamalkan
keduanya dan meninggalkan segala macam bid’ah dan kesyirikan. Risalah ini
mencapai 34 halaman. [Al-Hadiyyah Saniyyah oleh Ibnu Sahman, bagian awal]
Beliau juga mengirim risalah ke
negeri-negeri Rum yang menjelaskan tentang agama yang haq dan tentang aqidah
Salafush Shalih. [Durar Saniyyah 1/143-146]
Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad
bin Su’ud juga banyak mengirim para ulama untuk mendakwahkan aqidah Salafiyyah
ke negeri-negeri di sekitarnya.
Di antara para ulama yang
memiliki peran yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Abdul
Aziz bin Muhammad adalah Syaikh Husain bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Husain, dan Syaikh Sa’id bin Hajji.
Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad
bin Su’ud dikenal banyak takut kepada Alloh, banyak berdzikir, selalu
memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang yang mungkar, sederhana dalam
pakaiannya, sesudah shalat Shubuh dia tidak keluar dari masjid hingga matahari
meninggi dan shalat Dhuha.
Pada masa pemerintahan Abdul Aziz
bin Muhammad negeri Saudi dalam keadaan aman, makmur dan sejahtera. [Unwanul
Majd oleh Ibnu Bisyr 1/124]
Ketika Al-Imam Abdul Aziz bin
Muhammad wafat pada tahun 1218H, putranya Su’ud bin Abdul Aziz dibaiat sebagai
penggantinya. Su’ud bin Abdul Aziz dikenal memiliki perikehidupan yang baik,
meneladani jejak para Salafush Shalih, dikenal kejujurannya, keberaniannya,
kedalaman ilmunya, selalu membela para wali Alloh dan memusuhi para musuh
Alloh. Pada zaman pemerintahannya, aqidah Salafiyyah tersebar luas hingga
meliputi Haramain (Makkah dan Madinah) serta berbagai penjuru jazirah
Arabiyyah. [Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/165]
Al-Imam Su’ud bin Abdul Aziz
menyebarkan sebuah kitab yang menjelaskan tentang aqidah Salafush Shalih dan
menyingkap syubhat-syubhat musuh-musuh dakwah Salafiyyah, kitab tersebut
disetujui dan ditandatangani oleh para ulama Makkah, para qadhi dari empat
madzhab dan Syarif Ghalib bin Musa’id [Durar Saniyyah i/318-320]
Di antara para ulama yang
memiliki andil yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Su’ud
bin Abdul Aziz ialah : Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh
Abdurrahman bin Nami dan Syaikh Muhammad bin Sulthan Al-Ausaji.
Pada masa pemerintahan Su’ud
Abdul Aziz bin Muhammad. Daulah Su’udiyyah mengalami kemajuan yang pesat dalam
keadaan keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu
Bisyr yang melihat langsung keadaan pada masa pemerintahan Su’ud Abdul Aizi bin
Muhammad. [Lihat Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/214]
Ketika Al-Imam Su’ud bin Abdul
Aziz bin Muhammad wafat pada tahun 1229H, putranya Abdullah bin Su’ud dibaiat sebagai
penggantinya. Abdullah bin Su’ud dikenal keberaniannya, kebaikan agamanya dan
kedermawanannya.
Al-Imam Abdullah bin Su’ud
menempuh jalan yang telah ditempuh oleh ayahandanya, Su’ud, hanya saja sebagian
saudara-saudaranya tidak sependapat dengannya, hingga terjadilah perpecahan
yang menyebabkan lemahnya daulah Su’udiyyah hingga runtuhnya daulah Su’udiyyah
periode pertama dengan ditandai oleh wafatnya Abdullah bin Su’ud pada tahun
1233H
DAKWAH SALAFIYAH PADA PERIODE
KEDUA DARI DAULAH SU’UDIYYAH
Pada tahun 1240H berdirilah
daulah Su’udiyyah periode kedua dengan dibaiatnya Al-Imam Turki bin Abdullah
bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam bagi kaum muslimin dan penerus penyebar
dakwah Salafiyyah di jazirah Arabiyyah. Al-Imam Turki bin Abdullah dikenal memiliki
ghirah yang besar terhadap syari’at Alloh dan gigih berjihad menegakkan kalimat
Tauhid. [Tarikh Daulah Su’udiyyah oleh Dr. Madihah Darawisy hal.58]
Di antara para ulama yang
memiliki andil yang besar dalam penyebaran dakwah Salafiyyah di periode ini adalah
Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –penulis
kitab Fathul Majid-, Syaikh Abdul Lathif bin Abdurrahman Alu Syaikh, Syaikh
Hamd bin Muhammad bin Atiq, dan Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa [Aqidah Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyah hal. 560-575]
DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE
KETIGA DARI DAULAH SU’UDIYYAH (NEGERI SAUDI SEKARANG INI)
Setelah runtuhnya daulah
Su’udiyyah periode kedua pada tahun 1308H, berdirilah daulah Su’udiyyah periode
ketiga yaitu daulah Su’udiyyah sekarang ini yang ditandai dengan dibaiatnya
Al-Malik Abdul Aziz bin Abdurrahman Alu Su’ud pada tanggal 21 Jumadil Ula 1351H
Al-Malik Abdul Aziz dikenal
sebagai seorang yang gigih mengikuti jejak Salafush Shalih di dalam mendakwahi
manusia kepada aqidah yang shahihah dan berpegang teguh kepada syari’at
Islamiyyah serta menerapkan hukum-hukum Islam dalam semua segi kehidupan.
Al-Malik Abdul Aziz berkata : “Aku
adalah penyeru kepada aqidah Salafush Shalih, dan aqidah Salafush Shalih adalah
berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan apa yang datang dari Khulafaur Rasyidin” [Al-Wajiz Fi Siratil Malik
Abdul Aziz hal.216]
Beliau juga berkata : “Mereka
menamakan kami Wahabiyyin, dan menamakan madzhab kami adalah madzhab wahabi
yang dianggap sebagai madzhab yang baru. Ini adalah kesalahan fatal, yang
timbul dari propaganda-propaganda dusta yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam.
Kami bukanlah pemilik madzhab baru atau aqidah baru. Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab tidak pernah mendatangkan sesuatu yang baru, aqidah kami adalah aqidah
Salafush Shalih yang datang di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang ditempuh oleh Salafush Shalih. Kami
menghormati imam empat, tidak ada perbedaan di sisi kami antara para imam :
Malik, Syafi’i, Ahmad dan Abu Hanifah, semuanya terhormat dalam pandangan kami”
[Al-Wajiz Fi Siratil Malik Abdul Aziz, hal. 217]
DAULAH SU’UDIYYAH DAN PENERAPAN
SYARI’AT ISLAM
Daulah Su’udiyyah menjadikan
Kitab dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai undang-undang
dasar daulah sebagaimana termuat dalam surat kabar Ummul Qura 21 Shafar 1345H :
“Seluruh hukum di Saudi berdasarkan atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang ditempuh oleh para sahabat dan
Salafush Shalih” [Syibhul Jazirah Fi Ahdil Malik Abdul Aziz 1/354]
Daulah Su’udiyyah menerapkan
syari’at Islam di seluruh penjuru daulah. Di antara hal-hal yang nampak dari
penerapan syari’at yang bisa dilihat oleh setiap orang yang datang ke negeri
Saudi adalah.
1. Menjadikan aqidah Salaf
sebagai pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan dari tingkat TK hingga
perguruan tinggi.
2. Menghilangkan semua hal yang
merusak aqidah dan membawa kepada kesyirikan seperti kubah-kubah di atas kubur,
berhala-berhala, dan yang lainnya.
3. Melarang semua pemikiran yang
menyelisihi Islam seperti rasialisme, sekulerisme, komunisme, dan yang lainnya
dengan melarang masuknya buku-buku yang mengandung pemikiran-pemikiran tersebut
ke dalam negeri.
4. Mendirikan Haiah Amar Ma’ruf
wa Nahi Munkar yang bertugas mengawasi pelaksanaan hukum-hukum dan
syi’ar-syi’ar Islam serta menghasung kaum muslimin agar selalu shalat
berjama’ah, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan ibadah-ibadah yang lainnya.
5. Seluruh mahkamah di daulah
Su’udiyyah berlandaskan hukum-hukum Islam
6. Menegakkan hukum-hukum had
terhadap pelanggaran-pelanggaran syar’i seperti qishash, dera potong tangan
pencuri, dan yang lainnya.
Hingga detik ini kami belum
pernah melihat negara mana pun di dunia yang mampu menegakkan hukum-hukum had
ini kecuali daulah Su’udiyyah –semoga Alloh menjaga daulah Su’udiyyah dari
rongrongan musuh-musuh-Nya.
KEAMANAN DAN KESEJAHTERAAN BERKAH
PENERAPAN SYARI’AT ISLAM
Alloh telah menjanjikan keamanan,
kekokohan kedudukan, dan kesejahteraan bagi siapa saja yang melaksanakan
syari’at-syari’at Alloh.
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ
مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا
“Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan
amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku” [an-Nur/24
: 55]
Demikian juga, Allah
menjanjikan keamanan dan petunjuk di dunia dan akhirat bagi siapa saja yang
mentauhidkanNya.
الَّذِينَ آمَنُوا
وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ
مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik),
mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk” [Al-An’am/6 : 82]
Siapa pun yang datang
ke negeri Saudi Arabia akan mengatakan keamanan yang tidak bisa didapat di
negeri-negeri lainnya. Angka kriminalitas di negeri Saudi Arabia terkecil di
dunia, hal ini diakui oleh negeri-negeri di luar Saudi Arabia termasuk
negeri-negeri kafir.
Manfaat keamanan di Saudi
Arabia tidak hanya dirasakan oleh para penduduk Saudi Arabia, tetapi juga
dirasakan oleh seluruh kaum muslimin di seluruh dunia terutama yang
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Dahulu sebelum Makkah masuk wilayah
daulah Su’udiyyah dikatakan bahwa : “orang yang berangkat haji dianggap orang
yang hilang, dan jika dia kembali dianggap seperti orang yang dilahirkan
kembali”, hal ini disebabkan lantaran tidak amannya jalan yang dilalui oleh
orang-orang yang haji, banyak pencurian, perampokan, dan pembunuhan. [Halatul
Amn Fi Ahdil Malik Abdul Aziz oleh Rabih Luthfi Jum’ah, hal. 42]
Tentang kemakmuran
negeri Saudi tidak seorangpun pada saat ini yang tidak mengetahuinya, padahal
negeri Saudi adalah negeri yang gersang, tetapi dengan rahmat Alloh kemudian dengan
sebab penegakkan tauhid dan syari’at Islam. Alloh melimpahkan rizqi dari arah
yang tidak disangka-sangka.
DAULAH SU’UDIYYAH
MENGHORMATI PARA ULAMA SUNNAH
Ilmu memiliki
keutamaan yang agung, dan sungguh Alloh telah meninggikan derajat para ulama
yang mengamalkan agamanya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
اللَّهُ الَّذِينَ
آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu beberapa derajat” [Al-Mujadilah/ : 11]
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya para
ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan
dinar dan dirham, tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu, maka barangsiapa
yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak” [Diriwayatkan
oleh Tirmidzi dalam Jami’nya 5/48, Abu Dawud dalam Sunannya 3/317, dan Ibnu
Majah dalam Sunannya 11/81 dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 1/83
dan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Targhib 1/105]
Masih banyak lagi
dalil-dalil yang menyebutkan tentang kedudukan yang agung dari para ulama.
[Lihat Urgensi Ilmu dan Ulama dalam majalah Al-Furqon Edisi 6/III hal. 29-33]
Daulah Su’udiyyah
sejak awal berdirinya hingga saat ini begitu menghormati dan memuliakan para
ulama Sunnah dari dalam dan luar negeri Saudi. Hal ini diketahui oleh siapapun
yang membaca dan melihat sejarah perjalanan daulah Su’udiyyah sejak berdirinya
hingga sekarang.
Syaikh Musthafa
Al-Adawi –seorang ulama dari Mesir- berkata : “Aku bersyukur kepada Alloh yang
telah memberikan khusnul khatimah kepada Syaikhuna Al-Jalil Muqbil bin Hadi
Al-Wadi’i, karena seseorang yang meninggal dengan sebab sakit perut adalah
syahid sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
dishalati di Masjidil Haram dan dikuburkan di Makkah Baladul Haram.
Tidak lupa aku
mengucapkan syukur kepada pemerintah negeri Saudi Arabia –semoga Alloh membalas
mereka dengan kebaikan- atas sambutan dan pelayanan mereka yang baik terhadap
para ulama tanpa membeda-bedakan apakah dia itu warga negara Saudi atau warga
negara Yaman, atau warga negara Mesir” [Wada’in Lisyakhina Al-Wadi’i yang dimuat
oleh majalah Tauhid Kairo Mesir Tahun ke-30 Edisi 6 Jumadi Tsaniyyah 1422H
hal.62]
PERAN DAULAH
SU’UDIYYAH DALAM DAKWAH ISLAMIYYAH
Daulah Su’udiyyah
memiliki peran yang besar di dalam penyebaran dakwah Islamiyyah sekarang ini,
setiap orang yang memiliki sedikit perhatian tentang dakwah Islamiyyah pasti
akan mengetahui tentang hal ini, dan tidak mengingkari hal ini kecuali
orang-orang yang dalam hatinya ada sesuatu.
Di antara saham yang
besar dari daulah Su’udiyyah di dalam menyebarkan aqidah shahihah dan agama
yang shahih ke seluruh penjuru dunia adalah mencetak dan menerbitkan
kitab-kitab yang bermanfaat dan risalah-risalah yang berharga dari para ulama
Sunnah dalam jumlah yang besar dan menyebarkannya ke seluruh dunia dengan
beraneka ragam bahasa, mulai dari mushaf Al-Qur’an dan terjemahannya,
kitab-kitab aqidah, hadits, fiqh, tarikh dan disiplin ilmu yang lainnya.
Usaha lain yang tidak
kalah pentingnya di dalam dakwah adalah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan
yang mengajarkan Islam yang shahih di dalam dan luar negeri Saudi,
lembaga-lembaga ini memiliki kesitimewaan dengan disediakannya semua sarana
pendidikan seperti buku-buku dan yang lainnya secara gratis, bahkan diberikan
juga beasiswa kepada para penuntut ilmu yang belajar di lembaga-lembaga tersebut.
Direktorat Ifta,
Dakwah, dan Irsyad Saudi Arabia banyak mengirim para da’i ke seluruh dunia.
Da’i-da’i tersebut berasal dari dalam dan luar negeri Saudi, seperti Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani yang pernah ditugasi oleh Syaikh Abdul Aziz bin
Baz direktur Darul Ifta wad Da’wah untuk berdakwah di Mesir, Maroko dan
Inggris” [Tarjamah Syaikh Al-Albani dari www.albani.org]
SYUBHAT DAN
JAWABANNYA
Setelah membaca
uraian di atas, barangkali terlontar sebagian pertanyaan, seperti.
1. Mengapa daulah
Su’udiyyah dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan sistem pemerintahannya adalah
monarki (kerajaan)?
Kami katakan : Tidak
diragukan lagi bahwa cara pemilihan pemimpin yang Islami adalah dengan
penunjukkan sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu
terhadap Umar Radhiyallahu ‘anhu, atau dengan diserahkan kepada Ahli Syura
sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu [Lihat
Politik Islami dalam Al-Furqon Esisi 7/IV Rubrik Manhaj]
Jika pemimpin sebuah
daulah dipilih dengan selain cara di atas maka para ulama sepakat tentang
wajibnya taat kepada pemimpin tersebut (Lihat Fathul Baari 13/7) sebagaimana
para sahabat taat kepada Abdul Malik bin Marwan dan yang lainnya, demikian juga
hal tersebut tidak menjadikan daulah Islamiyyah menjadi daulah kufriyyah.
Merupakan hal yang
dimaklumi bahwa para ulama tarikh menyebut daulah Bani Umayyah dan Bani
Abbasiyyah adalah dua daulah Islamiyyah dalam keadaan cara pemilihan
pemimpinnya tidak sebagaimana dilakukan oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu dan
Umar Radhiyallahu ‘anhu.
Ketika daulah Turki
Utsmani runtuh dianggap oleh para tokoh pergerakan bahwa itu adalah pertanda
runtuhnya daulah Islamiyyah, dan semua orang tahu bahwa sistem pemerintahan
daulah Turki Utsmani adalah monarki.
2. Mengapa daulah
Su’udiyyah dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan daulah Su’udiyyah pernah
meminta bantuan kepada negara Amerika yang kafir?
Kami katakan :
Meminta bantuan orang kafir tidak menjadikan pelakunya kafir, bahkan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berangkat hijrah ke Madinah beliau
mengupah seorang kafir sebagai penunjuk jalan. Ketika Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam memerangi penduduk Hunain, sebagian orang kafir Makkah
seperti Shafwan bin Umayyah ikut dalam barisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam [Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dan dikatakan oleh Haitsami
dalam Majma’ Zawaid 6/180 Para perawinya perawi kitab shahih]
Tidak ada seorang pun
dari para tokoh pergerakan yang mengkafirkan daulah Turki Utsmani karena
bersekutu dengan Jerman pada waktu perang Dunia ke 1
Syaikhuna Al-Allamah
Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad berkata : “Para ulama Saudi Arabia ketika
membolehkan datangnya kekuatan asing ke Saudi Arabia karena darurat, hal ini
seperti kasus seorang muslim yang meminta pertolongan kepada non muslim untuk
membebaskan dirinya dari perampok yang hendak masuk ke rumahnya untuk melakukan
tindakan kriminal di rumahnya dan pada keluarganya : Apakah kita katakan kepada
orang yang terancam oleh para perampok ini : Kamu tidak boleh meminta
pertolongan kepada orang kafir untuk menyelamatkan diri dari perampokan!?
[Madariku Nazhar Fi Siyasah hal. 12]
Yang sangat
mengherankan dari orang-orang yang mengkafirkan daulah Su’udiyyah dengan sebab
meminta banuan Amerika bahwasanya mereka ini membolehkan diri-diri mereka
meminta suaka politik ke negeri kafir, bahkan kemudian bermukim di negeri
kafir, bahkan dengna resmi menjadi warga negara dari negeri kafir!
Bahkan banyak
orang-orang yang mengkafirkan daulah Su’udiyyah dengan sebab meminta bantuan
Amerika karena dharurat, sedangkan mereka meminta bantuan orang-orang kafir
hanya sekerdar untuk menambah suara partai mereka agar menang dalam pemilihan!
PENUTUP
Di akhir tulisan ini
ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan sebagai pelengkap bahasan diatas.
1. Kami katakan di
atas bahwasanya daualah Su’udiyyah berdiri dengan landasan dakwah Salafiyyah,
ini bukan berarti bahwa daulah adalah tujuan dakwah karena tujuan dakwah adalah
untuk memberikan hidayah kepada manusia, menyelamatkan mereka dari kesesatan
dan kesyirikan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.[Lihat
tulisan kami Daulah Bukan Tujuan Dakwah majalah Al-Furqon Edisi 12/III Rubrik
Manhaj]
2. Ketika kami
mengatakan bahwa Saudi Arabia adalah negeri Islam bukan berarti kami mengatakan
bahwa selain Saudi adalah darul kufur, karena jika masih nampak syi’ar-syi’ar
Islam dalam suatu negeri maka negeri tersebut adalah darul Islam sebagaimana
dikatakan oleh Al-Imam Qurthubi : “Adzan adalah tanda yang membedakan antara
darul Islam dan darul Kufur” [Al-Jami Li Ahkamil Qur’an 6/225 dan lihat tulisan
kami Darul Islam dan Darul Kufur majalah Al-Furqon Edisi 9/IV Rubrik Manhaj]
3. Ketika kami
mengatakan bahwa Saudi Arabia adalah negeri Islam bukan berarti negeri yang
sempurna tidak ada kesalahan, kekurangan dan kemaksiatan ; bahkan kemaksiatan
ada di negeri-negeri Islam sejak zaman para sahabat.
4. Kami tekankan lagi
bahwa tulisan kami ini hanyalah sekerdar pembelaan kepada negeri pembela dakwah
yang haq bukan untuk tendensi lain, dan kami hingga saat ini tidak punya
hubungan resmi dengan satu pun dari pejabat Saudi Arabia. Yang kami harapkan
dari tulisan kami adalah agar kita bisa mengambil ibrah bahwa mengikuti manhaj
yang haq di dalam berdakwah akan membuahkan kebaikan di dunia dan akhirat.
[Pembahasan ini banyak mengambil faedah dari
kitab Aqidah Syaikh Miuhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah oleh Syaikh Dr
Shalih bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Abud dan Atsaru Da’wah Salafiyyah Fi
Tauhidil Mamlakah Arabiyyah Su’udiyyah oleh Dr Hamud bin Ahmad Ar-Ruhaili]
[Disalin dari Majalah Al-Furqon, Edisi 09
Tahun V/Rabi’u Tsani 1427/Mei 2006M. Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon,
Alamat Maktabah Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik-Jatim]