Monday, August 8, 2016

Dakwah Salafiyyah Dan Daulah Su’udiyyah

Oleh
Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah
Dalam pembahasan yang lalu telah kami jelaskan bahwa Salafiyyah bukan suatu hizb (kelompok) atau golongan. Sesungguhnya dia adalah jama’ah yang berjalan di atas jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dia bukanlah salah satu kelompok dari kelompok-kelompok yang muncul sekarang ini, karena dia adalah jama’ah yang terdahulu dari zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berlanjut terus-menerus di atas kebenaran dan nampak hingga hari kiamat sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka dakwah Salafiyyah adalah dakwah kepada Islam yang murni bukan dakwah hizbiyyah. Imam dakwah Salafiyyah adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para imam yang datang berikutnya dari para sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga hari kiamat.

Di antara daulah yang ditegakkan atas landasan dakwah Salafiyyah adalah daulah Su’udiyyah di jazirah Arabiyyah, yang dikenal sebagai pembela dakwah Salafiyyah yang gigih sejak berdirinya hingga saat ini.

Maka daulah Su’udiyyah memiliki kehormatan sebagai pembela dakwah yang haq dan pembela para ulama Sunnah.

Usaha yang agung dari daulah Su’udiyyah di dalam mendakwahkan Islam yang haq menyejukkan mata dan membesarkan hati setiap muslim yang cinta kepada Islam yang haq, tetapi sebaliknya membuat geram dan panas orang-orang yang hatinya diselubungi oleh kebatilan dan kebid’ahan!.

Lihatlah di semua media masa sekarang, siapakah yang memusuhi daulah Su’udiyyah saat ini ? Mereka adalah gabungan dari berbagai kelompok bid’ah mulai dari Syi’ah Rafidhah, Shufiyyah, Asy’ariyyah, Maturidiyyah, Quthbiyyah Ikhwaniyyah, Quthbiyyah Sururiyyah, Tablighiyyah, Hizbut Tahrir, JIL dan sederet nama-nama lainnya yang menujukkan kesesatan jalan mereka. Dari jati diri mereka dapat disimpulkan bahwa mereka memusuhi daulah Su’udiyyah bukan karena orang-orangnya, tapi karena dakwah daulah Su’udiyyah kepada manhaj Salaf.

Berangkat dari kenyataan ini, terbetik dalam benak kami untuk menyumbangkan sedikit pembelaan kepada daulah pembela dakwah Salafiyyah ini sebagai wujud loyalitas kami kepada al-haq dan ahlinya.

PERTEMUAN ANTARA DUA IMAM DAKWAH SALAFIYYAH
Membicarakan tentang dakwah Salafiyyah di jazirah Arabiyyah tidak bisa dilepaskan dari sebuah pertemuan yang bersejarah pada tahun 1158H bertepatan dengan tahun 1745M antara dua imam dakwah Salafiyyah ; Mujaddid abad ke-13H Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan amir Ar-Rasyid Muhammad bin Su’ud –penguasa negeri Dar’iyyah waktu itu dan pendiri daulah Su’udiyyah-, keduanya sepakat untuk bekerjasama mendakwahkan dakwah Tauhid –dakwah Salafiyyah- dengan segenap daya upaya. Muhammad bin Su’ud menyambut baik kedatangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di Dar’iyyah dan mengatakan kepada Syaikh : “Berbahagialah di negeri yang lebih baik daripada negerimu, dan berbahagialah dengan dukungan dan pembelaan”.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata : “Dan aku memberi khabar gembira kepadamu dengan kemuliaan dan kedudukan yang kokoh kalimat ini –Laa Ilaha Illallah- barangsiapa yang berpegang teguh dengannya, mengamalkannya, dan membelanya, maka Alloh akan memberikan kekuasaan kepadanya pada negeri dan hamba-hambaNya, dialah kalimat tauhid, yang merupakan dakwah para rasul semuanya. Engkau melihat bahwa Nejed dan sekitarnya dipenuhi dengan kesyirikan, kejahilan, perpecahan dan peperangan diantara mereka, aku berharap agar engkau menjadi imam bagi kaum muslimin, demikian juga pada keturunanmu”.

Maka Muhammad bin Su’ud berkata : “Wahai Syaikh, ini adalah agama Alloh dan RasulNya, yang tidak ada keraguan di dalamnya. Berbahagialah dengan pembelaan kepadamu dan kepada dakwah yang engkau seru, dan aku akan berjihad membela dakwah Tauhid” [Tarikh Najed oleh Husain bin Ghannam hal. 87 dan Unwatul Majd Fi Tarikhi Najed oleh Utsman bin Bisyr 1/12]

Maka mulailah kedua imam dakwah Salafiyyah tersebut beserta para pendukung keduanya menyebarkan dakwah Salafiyyah dengan modal ilmu dan keimanan, dan mengibarkan bendera jihad di depan setiap para penghalang jalan dakwah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak henti-hentinya melancarkan dakwah kepada Allah, mengajarkan ilmu-ilmu syar’i kepada para penuntut ilmu, menyingkap syubhat-syubhat yang disebarkan oleh orang-orang kafir, para penyembah kubur, dan selain mereka. Beliau menghasung umat agar berjihad dengan berbagai jenisnya. Beliau juga langsung turun di medan jihad berserta anak-anak beliau. Beliau tulis karya-karya ilmiah dan risalah-risalah yang bermanfaat di dalam menjelaskan aqidah yang shahihah, sekaligus membantah setiap pemikiran yang menyelisihinya dengan berbagai macam argumen, sehingga nampaklah agama Alloh, menanglah pasukan Alloh dan hinalah pasukan setan, menyebarlah aqidah Salafiyah di jazirah Arabiyyah dan sekitarnya, bertambah banyaklah para penyeru kepada kebenaran, dihapuslah syi’ar-syi’ar kebid’ahan, kesyirikan dan khurafat, ditegakkanlah jihad, dan masjid-masjid di makmurkan dengan shalat dan halaqah-halaqah pengajaran Islam yang murni. [Muqaddimah Syaikh Abdul Aziz bin Baz atas kitab Syaikh Ahmad bin Hajar Alu Abu Thami hal.4]

BERDIRINYA DAULAH SU’UDIYYAH SALAFIYYAH
Para ulama tarikh sepakat bahwa pendiri daulah Su’udiyyah (kerajaan Saudi Arabia) adalah Al-Imam Muhammad bin Su’ud, dialah yang membuat sunnah hasanah pada keturunannya di dalam membela agama Alloh dan memuliakan para ulama Sunnah. [Lihat Unwanul Majid oleh Ibnu Bisyr 1/234-235]

Dr. Munir Al-Ajlani menyebutkan bahwa pendiri daulah Su’udiyyah adalah Muhammad bin Su’ud, dengan baiatnya kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk mengikhlaskan ibadah semata kepada Alloh dan ittiba kepada hukum Islam yang shahih di dalam siyasah (politik) daulah, serta menegakkan jihad fi sabilillah. [Tarikh Bilad Arabiyyah Su’udiyyah hal. 46-47]

Maka daulah Su’udiyyah adalah daulah Islamiyyah yang ditegakkan untuk menerapkan hukum Islam dalam kehidupan dan sekaligus daulah Salafiyyah yang membela dakwah Salafiyyah dan menyebarkannya ke seluruh penjuru dunia.

DAULAH SU’UDIYYAH DAN DAULAH UTSMANIYYAH
Sebagian orang menyangka bahwa Syaikh Muhammad bin Adbul Wahhab dan Muhammad bin Su’ud melakukan pemberontakan terhadap daulah Utsmaniyyah, seperti yang dilakukan Muhammad bin Hasan Al-Hajawi Ats-Tsa’alabi Al-Fasi di dalam kitabnya Al-Fikru Sami Fi Tarikhil Fiqh Islami (2/374) yang menyatakan bahwa Muhammad bin Su’ud mendukung dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk merealisasikan impiannya di dalam melepaskan diri dari kekuasaan daulah Turki Utsmani!

Pernyataan Muhammad bin Hasan Al-Fasi di atas adalah pernyataan yang keliru, karena menyelisihi realita sejarah, realita sejarah menunjukkan bahwa di saat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab melancarkan dakwahnya dan bahkan jauh sebelumnya negeri Nejed –termasuk Dar’iyyah- tidak pernah menjadi wilayah daulah Utsmaniyyah. [Tarikh Bilad Arabiyyah Su’udiyyah hal. 47]

Di antara bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Nejed tidak pernah masuk dalam wilayah daulah Turki Utsmani adalah sebuah dokumen yang ditulis oleh Yamin Ali Affandi dengan judul asli berbahasa Turki : Qawanin Ali Utsman Dur Madhamin Daftar Diwan, di dalamnya terdapat daftar wilayah daulah Turki Utsmani sejak penghujung abad ke 11H yang terbagi menjadi 32 wilayah, 14 wilayah darinya adalah wilayah-wilayah di jazirah Arabiyyah, dan Najed tidak tercantum dalam daftar wilayah tersebut. [Lihat Bilad Arabiyyah wa Daulah Utsmaniyyah oleh Sathi’ Al-Hushari hal. 230-240]

Merupakan hal yang dimaklumi oleh setiap pemerhati sejarah Islam bahwa banyak dari wlayah-wilayah kaum muslimin yang tidak masuk ke dalam wilayah daulah Turki Utsmani yang ditunjukkan oleh adanya daulah-daulah yang sezaman dengan daulah Turki Utsmani seperti daulah Shafawiyyah Rafidhiyyah di Iran, daulah Mongoliyyah di India, daulah Maghribiyyah di Maroko dan beberapa negara Islam di Indonesia.

DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE PERTAMA DARI DAULAH SU’UDIYYAH
Tidak henti-hentinya Al-Imam Muhammad bin Su’ud memenuhi janjinya kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di dalam mendukung dakwah Salafiyyah dan berjihad fi sabilillah di hadapan para penghalang dakwah hingga beliau wafat pada tahun 1179H

Sepeninggal Muhammad bin Su’ud, dibai’atlah putranya Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam kaum muslimin. Di antara yang membaiatnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad memiliki perhatian yang besar kepada keilmuan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sejak usia dini, ketika Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab masih di negeri Uyainah beliau mengirim surat kepada Syaikh agar menuliskan kepadanya tafsir surat Al-Fatihah, maka Syaikh menuliskan kepadanya tafsir surat Al-Fatihah yang di dalamnya terkandung aqidah Salafush Shalih, ketika itu beliau belum mencapai usia baligh. Merupakan hal yang dimaklumi bahwa menuntut ilmu dalam usia dini memiliki atsar yang dalam dan kokoh.

Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud memiliki sebuah risalah yang agung, yang memiliki andil yang besar di dalam menyebarkan aqidah Salafush Shalih, beliau buka risalah tersebut dengan pujian kepada Alloh dan shalawat dan salam atas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian beliau berkata.

“Dari Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud kepada para ulama dan para hakim syar’i di Haramain, Syam, Mesir dan Iraq, beserta para ulama yang lain dari Masyriq dan Maghrib…” Kemudian beliau mulai menjelaskan aqidah Salafush Shalih dengan penjelasan yang gamblang dan argumen-argumen yang kuat, beliau berbicara tentang hikmah penciptaan Alloh terhadap makhlukNya, makna kalimat tauhid, hak Alloh dan hak RasulNya, siapakah musuh-musuh dakwah Slafiyyah dan yang lainnya. Kemudian beliau mengakhiri risalahnya dengan ajakan untuk kembali kepada Kitab dan Sunnah, mengamalkan keduanya dan meninggalkan segala macam bid’ah dan kesyirikan. Risalah ini mencapai 34 halaman. [Al-Hadiyyah Saniyyah oleh Ibnu Sahman, bagian awal]

Beliau juga mengirim risalah ke negeri-negeri Rum yang menjelaskan tentang agama yang haq dan tentang aqidah Salafush Shalih. [Durar Saniyyah 1/143-146]

Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud juga banyak mengirim para ulama untuk mendakwahkan aqidah Salafiyyah ke negeri-negeri di sekitarnya.

Di antara para ulama yang memiliki peran yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Abdul Aziz bin Muhammad adalah Syaikh Husain bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Husain, dan Syaikh Sa’id bin Hajji.

Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad bin Su’ud dikenal banyak takut kepada Alloh, banyak berdzikir, selalu memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang yang mungkar, sederhana dalam pakaiannya, sesudah shalat Shubuh dia tidak keluar dari masjid hingga matahari meninggi dan shalat Dhuha.

Pada masa pemerintahan Abdul Aziz bin Muhammad negeri Saudi dalam keadaan aman, makmur dan sejahtera. [Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/124]

Ketika Al-Imam Abdul Aziz bin Muhammad wafat pada tahun 1218H, putranya Su’ud bin Abdul Aziz dibaiat sebagai penggantinya. Su’ud bin Abdul Aziz dikenal memiliki perikehidupan yang baik, meneladani jejak para Salafush Shalih, dikenal kejujurannya, keberaniannya, kedalaman ilmunya, selalu membela para wali Alloh dan memusuhi para musuh Alloh. Pada zaman pemerintahannya, aqidah Salafiyyah tersebar luas hingga meliputi Haramain (Makkah dan Madinah) serta berbagai penjuru jazirah Arabiyyah. [Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/165]

Al-Imam Su’ud bin Abdul Aziz menyebarkan sebuah kitab yang menjelaskan tentang aqidah Salafush Shalih dan menyingkap syubhat-syubhat musuh-musuh dakwah Salafiyyah, kitab tersebut disetujui dan ditandatangani oleh para ulama Makkah, para qadhi dari empat madzhab dan Syarif Ghalib bin Musa’id [Durar Saniyyah i/318-320]

Di antara para ulama yang memiliki andil yang besar dalam dakwah Salafiyyah pada masa pemerintahan Su’ud bin Abdul Aziz ialah : Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab, Syaikh Abdurrahman bin Nami dan Syaikh Muhammad bin Sulthan Al-Ausaji.

Pada masa pemerintahan Su’ud Abdul Aziz bin Muhammad. Daulah Su’udiyyah mengalami kemajuan yang pesat dalam keadaan keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Bisyr yang melihat langsung keadaan pada masa pemerintahan Su’ud Abdul Aizi bin Muhammad. [Lihat Unwanul Majd oleh Ibnu Bisyr 1/214]

Ketika Al-Imam Su’ud bin Abdul Aziz bin Muhammad wafat pada tahun 1229H, putranya Abdullah bin Su’ud dibaiat sebagai penggantinya. Abdullah bin Su’ud dikenal keberaniannya, kebaikan agamanya dan kedermawanannya.

Al-Imam Abdullah bin Su’ud menempuh jalan yang telah ditempuh oleh ayahandanya, Su’ud, hanya saja sebagian saudara-saudaranya tidak sependapat dengannya, hingga terjadilah perpecahan yang menyebabkan lemahnya daulah Su’udiyyah hingga runtuhnya daulah Su’udiyyah periode pertama dengan ditandai oleh wafatnya Abdullah bin Su’ud pada tahun 1233H

DAKWAH SALAFIYAH PADA PERIODE KEDUA DARI DAULAH SU’UDIYYAH
Pada tahun 1240H berdirilah daulah Su’udiyyah periode kedua dengan dibaiatnya Al-Imam Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Su’ud sebagai imam bagi kaum muslimin dan penerus penyebar dakwah Salafiyyah di jazirah Arabiyyah. Al-Imam Turki bin Abdullah dikenal memiliki ghirah yang besar terhadap syari’at Alloh dan gigih berjihad menegakkan kalimat Tauhid. [Tarikh Daulah Su’udiyyah oleh Dr. Madihah Darawisy hal.58]

Di antara para ulama yang memiliki andil yang besar dalam penyebaran dakwah Salafiyyah di periode ini adalah Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –penulis kitab Fathul Majid-, Syaikh Abdul Lathif bin Abdurrahman Alu Syaikh, Syaikh Hamd bin Muhammad bin Atiq, dan Syaikh Ahmad bin Ibrahim bin Isa [Aqidah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyah hal. 560-575]

DAKWAH SALAFIYYAH PADA PERIODE KETIGA DARI DAULAH SU’UDIYYAH (NEGERI SAUDI SEKARANG INI)
Setelah runtuhnya daulah Su’udiyyah periode kedua pada tahun 1308H, berdirilah daulah Su’udiyyah periode ketiga yaitu daulah Su’udiyyah sekarang ini yang ditandai dengan dibaiatnya Al-Malik Abdul Aziz bin Abdurrahman Alu Su’ud pada tanggal 21 Jumadil Ula 1351H

Al-Malik Abdul Aziz dikenal sebagai seorang yang gigih mengikuti jejak Salafush Shalih di dalam mendakwahi manusia kepada aqidah yang shahihah dan berpegang teguh kepada syari’at Islamiyyah serta menerapkan hukum-hukum Islam dalam semua segi kehidupan.

Al-Malik Abdul Aziz berkata : “Aku adalah penyeru kepada aqidah Salafush Shalih, dan aqidah Salafush Shalih adalah berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang datang dari Khulafaur Rasyidin” [Al-Wajiz Fi Siratil Malik Abdul Aziz hal.216]

Beliau juga berkata : “Mereka menamakan kami Wahabiyyin, dan menamakan madzhab kami adalah madzhab wahabi yang dianggap sebagai madzhab yang baru. Ini adalah kesalahan fatal, yang timbul dari propaganda-propaganda dusta yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam. Kami bukanlah pemilik madzhab baru atau aqidah baru. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tidak pernah mendatangkan sesuatu yang baru, aqidah kami adalah aqidah Salafush Shalih yang datang di dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang ditempuh oleh Salafush Shalih. Kami menghormati imam empat, tidak ada perbedaan di sisi kami antara para imam : Malik, Syafi’i, Ahmad dan Abu Hanifah, semuanya terhormat dalam pandangan kami” [Al-Wajiz Fi Siratil Malik Abdul Aziz, hal. 217]

DAULAH SU’UDIYYAH DAN PENERAPAN SYARI’AT ISLAM
Daulah Su’udiyyah menjadikan Kitab dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai undang-undang dasar daulah sebagaimana termuat dalam surat kabar Ummul Qura 21 Shafar 1345H : “Seluruh hukum di Saudi berdasarkan atas Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang ditempuh oleh para sahabat dan Salafush Shalih” [Syibhul Jazirah Fi Ahdil Malik Abdul Aziz 1/354]

Daulah Su’udiyyah menerapkan syari’at Islam di seluruh penjuru daulah. Di antara hal-hal yang nampak dari penerapan syari’at yang bisa dilihat oleh setiap orang yang datang ke negeri Saudi adalah.

1. Menjadikan aqidah Salaf sebagai pelajaran wajib di semua jenjang pendidikan dari tingkat TK hingga perguruan tinggi.

2. Menghilangkan semua hal yang merusak aqidah dan membawa kepada kesyirikan seperti kubah-kubah di atas kubur, berhala-berhala, dan yang lainnya.

3. Melarang semua pemikiran yang menyelisihi Islam seperti rasialisme, sekulerisme, komunisme, dan yang lainnya dengan melarang masuknya buku-buku yang mengandung pemikiran-pemikiran tersebut ke dalam negeri.

4. Mendirikan Haiah Amar Ma’ruf wa Nahi Munkar yang bertugas mengawasi pelaksanaan hukum-hukum dan syi’ar-syi’ar Islam serta menghasung kaum muslimin agar selalu shalat berjama’ah, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan ibadah-ibadah yang lainnya.

5. Seluruh mahkamah di daulah Su’udiyyah berlandaskan hukum-hukum Islam

6. Menegakkan hukum-hukum had terhadap pelanggaran-pelanggaran syar’i seperti qishash, dera potong tangan pencuri, dan yang lainnya.

Hingga detik ini kami belum pernah melihat negara mana pun di dunia yang mampu menegakkan hukum-hukum had ini kecuali daulah Su’udiyyah –semoga Alloh menjaga daulah Su’udiyyah dari rongrongan musuh-musuh-Nya.

KEAMANAN DAN KESEJAHTERAAN BERKAH PENERAPAN SYARI’AT ISLAM
Alloh telah menjanjikan keamanan, kekokohan kedudukan, dan kesejahteraan bagi siapa saja yang melaksanakan syari’at-syari’at Alloh.

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku” [an-Nur/24 : 55]

Demikian juga, Allah menjanjikan keamanan dan petunjuk di dunia dan akhirat bagi siapa saja yang mentauhidkanNya.

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” [Al-An’am/6 : 82]

Siapa pun yang datang ke negeri Saudi Arabia akan mengatakan keamanan yang tidak bisa didapat di negeri-negeri lainnya. Angka kriminalitas di negeri Saudi Arabia terkecil di dunia, hal ini diakui oleh negeri-negeri di luar Saudi Arabia termasuk negeri-negeri kafir.

Manfaat keamanan di Saudi Arabia tidak hanya dirasakan oleh para penduduk Saudi Arabia, tetapi juga dirasakan oleh seluruh kaum muslimin di seluruh dunia terutama yang melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Dahulu sebelum Makkah masuk wilayah daulah Su’udiyyah dikatakan bahwa : “orang yang berangkat haji dianggap orang yang hilang, dan jika dia kembali dianggap seperti orang yang dilahirkan kembali”, hal ini disebabkan lantaran tidak amannya jalan yang dilalui oleh orang-orang yang haji, banyak pencurian, perampokan, dan pembunuhan. [Halatul Amn Fi Ahdil Malik Abdul Aziz oleh Rabih Luthfi Jum’ah, hal. 42]

Tentang kemakmuran negeri Saudi tidak seorangpun pada saat ini yang tidak mengetahuinya, padahal negeri Saudi adalah negeri yang gersang, tetapi dengan rahmat Alloh kemudian dengan sebab penegakkan tauhid dan syari’at Islam. Alloh melimpahkan rizqi dari arah yang tidak disangka-sangka.

DAULAH SU’UDIYYAH MENGHORMATI PARA ULAMA SUNNAH
Ilmu memiliki keutamaan yang agung, dan sungguh Alloh telah meninggikan derajat para ulama yang mengamalkan agamanya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat” [Al-Mujadilah/ : 11]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, tetapi yang mereka wariskan adalah ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak” [Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Jami’nya 5/48, Abu Dawud dalam Sunannya 3/317, dan Ibnu Majah dalam Sunannya 11/81 dan dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari 1/83 dan Syaikh Al-Albani dalam Shahih Targhib 1/105]

Masih banyak lagi dalil-dalil yang menyebutkan tentang kedudukan yang agung dari para ulama. [Lihat Urgensi Ilmu dan Ulama dalam majalah Al-Furqon Edisi 6/III hal. 29-33]

Daulah Su’udiyyah sejak awal berdirinya hingga saat ini begitu menghormati dan memuliakan para ulama Sunnah dari dalam dan luar negeri Saudi. Hal ini diketahui oleh siapapun yang membaca dan melihat sejarah perjalanan daulah Su’udiyyah sejak berdirinya hingga sekarang.

Syaikh Musthafa Al-Adawi –seorang ulama dari Mesir- berkata : “Aku bersyukur kepada Alloh yang telah memberikan khusnul khatimah kepada Syaikhuna Al-Jalil Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i, karena seseorang yang meninggal dengan sebab sakit perut adalah syahid sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau dishalati di Masjidil Haram dan dikuburkan di Makkah Baladul Haram.

Tidak lupa aku mengucapkan syukur kepada pemerintah negeri Saudi Arabia –semoga Alloh membalas mereka dengan kebaikan- atas sambutan dan pelayanan mereka yang baik terhadap para ulama tanpa membeda-bedakan apakah dia itu warga negara Saudi atau warga negara Yaman, atau warga negara Mesir” [Wada’in Lisyakhina Al-Wadi’i yang dimuat oleh majalah Tauhid Kairo Mesir Tahun ke-30 Edisi 6 Jumadi Tsaniyyah 1422H hal.62]

PERAN DAULAH SU’UDIYYAH DALAM DAKWAH ISLAMIYYAH
Daulah Su’udiyyah memiliki peran yang besar di dalam penyebaran dakwah Islamiyyah sekarang ini, setiap orang yang memiliki sedikit perhatian tentang dakwah Islamiyyah pasti akan mengetahui tentang hal ini, dan tidak mengingkari hal ini kecuali orang-orang yang dalam hatinya ada sesuatu.

Di antara saham yang besar dari daulah Su’udiyyah di dalam menyebarkan aqidah shahihah dan agama yang shahih ke seluruh penjuru dunia adalah mencetak dan menerbitkan kitab-kitab yang bermanfaat dan risalah-risalah yang berharga dari para ulama Sunnah dalam jumlah yang besar dan menyebarkannya ke seluruh dunia dengan beraneka ragam bahasa, mulai dari mushaf Al-Qur’an dan terjemahannya, kitab-kitab aqidah, hadits, fiqh, tarikh dan disiplin ilmu yang lainnya.

Usaha lain yang tidak kalah pentingnya di dalam dakwah adalah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan Islam yang shahih di dalam dan luar negeri Saudi, lembaga-lembaga ini memiliki kesitimewaan dengan disediakannya semua sarana pendidikan seperti buku-buku dan yang lainnya secara gratis, bahkan diberikan juga beasiswa kepada para penuntut ilmu yang belajar di lembaga-lembaga tersebut.

Direktorat Ifta, Dakwah, dan Irsyad Saudi Arabia banyak mengirim para da’i ke seluruh dunia. Da’i-da’i tersebut berasal dari dalam dan luar negeri Saudi, seperti Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani yang pernah ditugasi oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz direktur Darul Ifta wad Da’wah untuk berdakwah di Mesir, Maroko dan Inggris” [Tarjamah Syaikh Al-Albani dari www.albani.org]

SYUBHAT DAN JAWABANNYA
Setelah membaca uraian di atas, barangkali terlontar sebagian pertanyaan, seperti.

1. Mengapa daulah Su’udiyyah dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan sistem pemerintahannya adalah monarki (kerajaan)?

Kami katakan : Tidak diragukan lagi bahwa cara pemilihan pemimpin yang Islami adalah dengan penunjukkan sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu terhadap Umar Radhiyallahu ‘anhu, atau dengan diserahkan kepada Ahli Syura sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu [Lihat Politik Islami dalam Al-Furqon Esisi 7/IV Rubrik Manhaj]

Jika pemimpin sebuah daulah dipilih dengan selain cara di atas maka para ulama sepakat tentang wajibnya taat kepada pemimpin tersebut (Lihat Fathul Baari 13/7) sebagaimana para sahabat taat kepada Abdul Malik bin Marwan dan yang lainnya, demikian juga hal tersebut tidak menjadikan daulah Islamiyyah menjadi daulah kufriyyah.

Merupakan hal yang dimaklumi bahwa para ulama tarikh menyebut daulah Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah adalah dua daulah Islamiyyah dalam keadaan cara pemilihan pemimpinnya tidak sebagaimana dilakukan oleh Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu dan Umar Radhiyallahu ‘anhu.

Ketika daulah Turki Utsmani runtuh dianggap oleh para tokoh pergerakan bahwa itu adalah pertanda runtuhnya daulah Islamiyyah, dan semua orang tahu bahwa sistem pemerintahan daulah Turki Utsmani adalah monarki.

2. Mengapa daulah Su’udiyyah dikatakan daulah Islamiyyah sedangkan daulah Su’udiyyah pernah meminta bantuan kepada negara Amerika yang kafir?

Kami katakan : Meminta bantuan orang kafir tidak menjadikan pelakunya kafir, bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berangkat hijrah ke Madinah beliau mengupah seorang kafir sebagai penunjuk jalan. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerangi penduduk Hunain, sebagian orang kafir Makkah seperti Shafwan bin Umayyah ikut dalam barisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam [Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dan dikatakan oleh Haitsami dalam Majma’ Zawaid 6/180 Para perawinya perawi kitab shahih]

Tidak ada seorang pun dari para tokoh pergerakan yang mengkafirkan daulah Turki Utsmani karena bersekutu dengan Jerman pada waktu perang Dunia ke 1

Syaikhuna Al-Allamah Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad berkata : “Para ulama Saudi Arabia ketika membolehkan datangnya kekuatan asing ke Saudi Arabia karena darurat, hal ini seperti kasus seorang muslim yang meminta pertolongan kepada non muslim untuk membebaskan dirinya dari perampok yang hendak masuk ke rumahnya untuk melakukan tindakan kriminal di rumahnya dan pada keluarganya : Apakah kita katakan kepada orang yang terancam oleh para perampok ini : Kamu tidak boleh meminta pertolongan kepada orang kafir untuk menyelamatkan diri dari perampokan!? [Madariku Nazhar Fi Siyasah hal. 12]

Yang sangat mengherankan dari orang-orang yang mengkafirkan daulah Su’udiyyah dengan sebab meminta banuan Amerika bahwasanya mereka ini membolehkan diri-diri mereka meminta suaka politik ke negeri kafir, bahkan kemudian bermukim di negeri kafir, bahkan dengna resmi menjadi warga negara dari negeri kafir!

Bahkan banyak orang-orang yang mengkafirkan daulah Su’udiyyah dengan sebab meminta bantuan Amerika karena dharurat, sedangkan mereka meminta bantuan orang-orang kafir hanya sekerdar untuk menambah suara partai mereka agar menang dalam pemilihan!

PENUTUP
Di akhir tulisan ini ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan sebagai pelengkap bahasan diatas.

1. Kami katakan di atas bahwasanya daualah Su’udiyyah berdiri dengan landasan dakwah Salafiyyah, ini bukan berarti bahwa daulah adalah tujuan dakwah karena tujuan dakwah adalah untuk memberikan hidayah kepada manusia, menyelamatkan mereka dari kesesatan dan kesyirikan dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.[Lihat tulisan kami Daulah Bukan Tujuan Dakwah majalah Al-Furqon Edisi 12/III Rubrik Manhaj]

2. Ketika kami mengatakan bahwa Saudi Arabia adalah negeri Islam bukan berarti kami mengatakan bahwa selain Saudi adalah darul kufur, karena jika masih nampak syi’ar-syi’ar Islam dalam suatu negeri maka negeri tersebut adalah darul Islam sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Qurthubi : “Adzan adalah tanda yang membedakan antara darul Islam dan darul Kufur” [Al-Jami Li Ahkamil Qur’an 6/225 dan lihat tulisan kami Darul Islam dan Darul Kufur majalah Al-Furqon Edisi 9/IV Rubrik Manhaj]

3. Ketika kami mengatakan bahwa Saudi Arabia adalah negeri Islam bukan berarti negeri yang sempurna tidak ada kesalahan, kekurangan dan kemaksiatan ; bahkan kemaksiatan ada di negeri-negeri Islam sejak zaman para sahabat.

4. Kami tekankan lagi bahwa tulisan kami ini hanyalah sekerdar pembelaan kepada negeri pembela dakwah yang haq bukan untuk tendensi lain, dan kami hingga saat ini tidak punya hubungan resmi dengan satu pun dari pejabat Saudi Arabia. Yang kami harapkan dari tulisan kami adalah agar kita bisa mengambil ibrah bahwa mengikuti manhaj yang haq di dalam berdakwah akan membuahkan kebaikan di dunia dan akhirat.
[Pembahasan ini banyak mengambil faedah dari kitab Aqidah Syaikh Miuhammad bin Abdul Wahhab As-Salafiyyah oleh Syaikh Dr Shalih bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Abud dan Atsaru Da’wah Salafiyyah Fi Tauhidil Mamlakah Arabiyyah Su’udiyyah oleh Dr Hamud bin Ahmad Ar-Ruhaili]
[Disalin dari Majalah Al-Furqon, Edisi 09 Tahun V/Rabi’u Tsani 1427/Mei 2006M. Penerbit Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon, Alamat Maktabah Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik-Jatim]