Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al Maidani
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
dalam sebuah hadits:
(يَتَقَارَبُ
الزّمَانُ، وَيَنْقُصُ العلم، وَيُلْقَىَ الشُّحُّ، وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ،
وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ). قالوا: يَا رَسُولَ اللهِ، أيُّمَا هُوَ؟ قَالَ:
(الْقَتْلُ الْقَتْلُ).
“Masa saling berdekatan, ilmu berkurang,
kepelitan tersebar, berbagai fitnah muncul, dan banyak kekacauan.” Mereka
bertanya: ”wahai Rasulullah, apakah kekacauan itu?’ Beliau menjawab:
“pembunuhan demi pembunuhan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ’anhu)
Disini Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam telah memberitakan tentang sebuah masa yang sangat buruk. Di mana ilmu
berkurang, kepelitan tersebar, serta muncul berbagai fitnah, dan kekecauan.
Masa kita ini adalah saat yang tepat untuk kita memahami hadits diatas. Di zaman
ini, ilmu telah sedemikian berkurang, sehingga sangat langka untuk kita temui
di tengah masyarakat muslimin, seorang yang bisa disebut sebagai ulama. Kondisi
ini semakin diperparah dengan kemunculan berbagai fitnah dan kekacauan di
tengah-tengah mereka.
Termasuk yang perlu kita waspadai di masa
ini dari sekian fitnah dan keributan yang terjadi adalah para tokoh penyesat
umat.
Di dalam hadits Tsauban radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي َاْلأَئِمَةَ
الْمُضِلِّينَ
“Hanya saja yang aku khawatirkan atas
umatku adalah para pemimpin (baca: tokoh) yang menyesatkan.” (HR. Ahmad dan
Ad-Darimi dengan sanad yang shahih sesuai dengan syarat Al Imam Muslim,
sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh Al Albani rahimahullah dalam As-Shahihah
4/110)
Dalam hadits diatas, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menggunakan kata ‘hanya saja’ menunjukkan bahwa
kekhawatiran beliau terhadap para pemimpin (baca:tokoh) yang menyesatkan
sedemikian kuat. Karena mereka adalah bahaya laten bagi kaum muslimin. Mereka
sangat mampu untuk menyesat umat ini dari jalan Allah.
Allah berfirman mengenai orang-orang yang
binasa:
وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا
وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا
“Dan mereka berkata: “Ya Rabb kami,
sesungguhnya kami telah menta`ati para pemimpin dan pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” (Al-Ahzab: 67)
Maka kita perlu berhati-hati dari bahaya
laten para tokoh yang menyesatkan. Mereka memiliki lisan yang mampu untuk
menyesatkan umat dengan mengolah kata dan bersilat lidah. Demikianlah keadaan
mereka.
Maka ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu
‘anhu pernah ditanya oleh Ziyad bin Fudhail:
“Apa yang dapat menghancurkan Islam?”
‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Yang menghancurkan Islam
adalah ketergelinciran seorang yang ‘alim, dan seorang munafik yang berdebat
dengan menggunakan al-kitab.”
Ini adalah bahaya laten bagi kaum
muslimin. Mereka akan menyesatkan kaum muslimin dari jalan Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan menggunakan dalil-dalil syar’i namun bukan pada tempatnya. Demi
Allah, pada masa ini, masyarakat kita dikepung oleh tipikal-tipikal pemimpin
maupun tokoh yang seperti itu. Menyeruak di sekitar mereka, para ulama su`
(jahat) yang dengan segala kelihain dan kelicikan, menyesatkan umat dengan
berbagai syubhat dan kerancuan pemikiran. Oleh karena itu, kita dituntut untuk
mewaspadai suasana genting ini, dengan mempelajari agama Allah Subhanahu wa
Ta’ala dari para ulama yang mengamalkan dan memperjuangkan agama Allah dengan
segala yang mereka miliki. Inilah satu-satunya penanganan yang paling efektif
dalam menanggulangi gejolak fitnah yang sedahsyat itu.
Berapa banyak orang yang menyuarakan
kebenaran, namun sedikit diantara mereka yang bisa menunjukkan bahwa yang benar
itu adalah benar, dan dia benar-benar di atas yang benar . Oleh sebab itu, Ibnu
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menegaskan: “Betapa banyak orang yang menginginkan
kebaikan tapi dia tidak mendapatkannya.”
Para pemimpin atau tokoh penyesat umat
lebih berbahaya bagi kaum muslimin daripada musuh-musuh Allah yang menyerang
dari luar lingkup kaum muslimin. Apakah mereka dari kalangan Yahudi maupun
Nashara. Kalau mereka dari kalangan orang-orang yang kafir, tentunya kebanyakan
kaum muslimin waspada terhadap berbagai makar mereka. Namun bagaimana dengan
musuh dalam selimut yang berbaju sama, berkopiah sama, dan berpenampilan sama
seperti kaum muslimin, bahkan beramal pada sebagian amalan, sama seperti kaum
muslimin. Mereka shalat seperti kaum muslimin, dan berbicara dengan
lisan/bahasa kaum muslimin. Akan tetapi mereka adalah para penyeru kepada
neraka jahannam.
Di dalam hadits Hudzaifah bin Al Yamaan
radhiyallahu ’anhu disebutkan:
(نَعَمْ،
دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ
فِيْهَا). قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، صِفْهُمْ لَنَا؟ فَقَالَ: (هُمْ مِنْ
جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا).
“Ya, para da’i yang mengajak kepada
pintu-pintu neraka jahannam. Barangsiapa yang memehuhi panggilan mereka, mereka
akan mencampakkannya ke dalam neraka jahanam itu.” Aku bertanya: “wahai
Rasulullah! Sebutkan ciri-ciri mereka kepada kami”. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Mereka dari jenis kita dan berbicara dengan
lisan-lisan (bahasa-bahasa) kita.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Inilah bahaya laten yang sangat kejam
dalam membinasakan kaum muslimin . Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ
بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Dan sesungguhnya kebanyakan (dari
manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka
tanpa ilmu.” (Al-An’am: 119)
بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ
بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ
نَاصِرِينَ
“Tetapi orang-orang yang dzalim,
mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, maka siapakah yang akan
menunjuki orang yang telah disesatkan oleh Allah? Dan tiadalah bagi mereka
seorang penolongpun.” (Ar-Rum: 29)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyelamatkan kita dari kejahatan para tokoh penyesat umat. Wallahu a’lam bish
shawab
sumber : alhujjah.wordpress.com