بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Segala puji yang disertai pengagungan
seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita
yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin yang
telah menurunkan Al Qur’an sebagai petunjuk. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam,
istri-istri Beliau, Keluarganya, para Sahabatnya dan ummat Beliau yang
senantiasa meniti jalannya dengan baik hingga hari kiamat.
Ibnu Rojab Al Hambaliy Rohimahullah
menyebutkan dalam Kitabnya At Takhwiif Min An Naar sebuah permasalahan yang
layak dan menarik kita renungkan.
BAB KELIMA
Letak (Neraka) Jahannam[1]
روى عطية عن ابن عباس قال : الجنة في السماء
السابعة و يجعلها الله حيث يشاء يوم القيامة و جهنم في الأرض السابعة أخرجه أبو
نعيم
‘Athiyah Rohimahullah meriwayatkan dari
Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma. Dia mengatakan, “Surga berada di langit
ketujuh. Allah menjadikannya dimana yang dia mau ketika hari qiyamat. Sedangkan
neraka jahannam berada di lapisan bumi yang ketujuh”. HR. Abu Nu’aim.
و خرج ابن مندة من حديث أبي يحيى القتات عن مجاهد
قال : قلت لابن عباس : أين الجنة ؟ قال : فوق سبع سموات قلت : فأين النار ؟ قال :
تحت سبع أبحر مطبقة
Ibnu Mandah Rohimahullah meriwayatkan
hadits dari Abu Yahya Al Qottaat dari Mujahid. Mujahid mengatakan, ‘Aku
bertanya kepada Ibnu ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma, ‘Dimanakah letak surga ?’
Beliau Rodhiyallahu ‘anhuma menjawab, ‘Di atas tujuh langit’. Lalu aku bertanya
lagi, ‘Dimanakah letak Neraka ?’ Beliau Rodhiyallahu ‘anhuma menjawab, ‘Di
bawah tujuh lapis laut yang bertingkat-tingkat (bawah –ed.)’.
Al Baihaqi Rohimahullah meriwayatkan
dengna sanad yang lemah dari Abu Az Za’ro’ dari Ibnu Mas’ud Rodhiyallahu ‘anhu.
Beliau Rodhiyallahu ‘anhu mengatakan, ‘Surga berada di langit ketujuh yang
tertinggi sedangkan neraka berada di bumi lapisan ketujuh yang paling rendah’.
Kemudian beliau Rodhiyallahu ‘anhu membaca Firman Allah Subhana wa Ta’ala,
إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ
“Sesungguhnya kitab orang-orang yang
berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyin[2]”. (QS. Al Muthoffifin [83] : 18)
Dan Firman Allah ‘Azza wa Jalla,
إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ
“Sesungguhnya kitab orang-orang
yangtersimpan dalam Sijjin[3]”. (QS. Al Muthoffifin [83] : 7)
Ibnu Mandah Rohimahullah juga
meriwayatkan hadits ini dan dalam riwayatnya disebutkan,
فإذا كان يوم القيامة جعلها الله حيث شاء
“Jika saat Qiyamat sudah tiba maka Allah
akan meletakkannya dimanapun yang Dia kehendaki”[4].
Muhammad bin ‘Abdullah bin Abu Ya’qub
mengatakan dari Bisyr bin Syaghoof, dari ‘Abdullah bin Salaam. Dia mengatakan,
إن الجنة في السماء و إن النار في الأرض
‘Sesungguhnya surga di langit dan
sesungguhnya neraka di bumi’. Hadits ini diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Abu Dunya[5].
Ibnu Abu Dunya meriwayatkan dengan
sanadnya dari Qotadah. Beliau berkata,
كانوا يقولون : إن الجنة في السموات السبع و إن
جهنم لفي الأرضين السبع
‘Dahulu mereka (Para Sahabat) berpendapat
sesungguhnya surga berada di langit yang tujuh dan sesungguhnya jahannam itu
sungguh berada di lapisan bumi yang tujuh’[6].
Warqo’ meriwayatkan dari Ibnu Abu Najih
dari Mujahid, Firman Allah Subhana wa Ta’ala,
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab)
rezkimudan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu”. (QS. Adz Dzariyat
[51] : 22)
Beliau (Qotadah) Rohimahullah mengatakan,
‘Surga di langit’.
Sebagian dari mereka berdalil dengan
firman Allah ini, bahwa sesungguhnya Allah Subhana wa Ta’ala telah mengabarkan
bahwa orang-orang kafir diperlihatkan kepada mereka neraka pada waktu pagi hari
dan sore hari –yaitu selama di alam barzakh-. Dan Dia (Allah) telah mengabarkan
bahwa pintu-pintu langit tidak akan dibukakan kepada mereka. Maka hal ini
menunjukkan bahwa neraka berada di bumi. Dan Firman Allah Subhana wa Ta’ala,
إِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّينٍ
“Sesungguhnya kitab orang-orang
yangtersimpan dalam Sijjin[7]”. (QS. Al Muthoffifin [83] : 7)
Di dalam hadits Al Barroo’ bin ‘Aazib
dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam ketika menyebutkan bagaimana dicabutnya
ruh. (Para malaikat) berkata tentang rohnya orang kafir,
حتى ينتهوا بها السماء فيستفتحون فلا يفتح له
‘Hingga mereka dibawa sampai ke langit
dunia kemudian mereka meminta dibukakan namun tidak dibukakan untuk mereka’.
Kemudian Rosulullah Shollallahu ‘alaihi
wa Sallam membaca,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi
mereka pintu-pintu langitdan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk
ke lubang jarum”. (QS. Al A’rof [7] : 40)
Kemudian beliau Shollallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda,
قال تعالى : اكتبوا كتابه في سجين في الأرض
السفلى قال : فتطرح روحه طرحا
“Lalu Allah berfirman, “Catatlah kitabnya
di sijjin yakni di bumi lapisan terbawah”. Kemudian ruhnya dilemparkan”[8].
78Dari Abu Huroiroh Rodhiyallahu ‘anhu
dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam mengenai bagaimana dicabutnya ruh.
(Para malaikat) berkata tentang ruhnya orang-orang kafir,
فتخرج كأنتن ريح جيفة فينطلقون به إلى باب الأرض
فيقولون : ما أنتن هذه الريح ! كلما أتوا على أرض قالوا ذلك حتى يأتوا به إلى
أرواح الكفار
‘Lalu ruh tersebut keluar seperti bau
bangkai yang sangat busuk. Lalu mereka membawanya ke pintu bumi. Mereka
mengatakan, ‘Alangkah busuknya bau ini’. Ketika sampai di bumi mereka
mengatakan hal yang sama. Sehingga mereka membawanya menuju ruh orang-orang
yang kafir’[9].
[Dikutip dari Kitab At Takhwiif min An
Naar oleh Ibnu Rojab dengan tahqiq Syaikh Bisyr Muhammad ‘Uyuun hal. 62-64
terbitan Maktabah Al Mu’ayyad, Thoif, KSA]
Mudah-mudahan bermanfaat.
Sigambal, selasa 29 Jumaadil Tsaniy
1435 H/ 29 April 2014 M
Aditya Budiman bin Usman
-yang mengharap ampunan Robbnya-
[1]Di dalam catatakan kaki untuk kitab
ini, Pentahqiq (Syaikh Basyir Muhammad ‘Uyun Rohimahullah) menyebutkan, ‘’Para
ahli Bahasa ‘Arab berselisih pendapat mengenai apakah Jahannam itu nama ‘arab
atau ‘ajam (non arab). Ada yang berpendapat Jahannam berasal dari Bahasa Arab
dari kata Juhumah yang berarti sesuatu yang tidak sedap dipandang. Disebutkan
dalam ungkapan meraka Bi’ru Jahannam yaitu sumur yang sangat dalam. Atas dasar
inilah kata ini tidak diberi tanwin karena sebagai ‘alam/nama dan ta’nits. Sebagian
ahli berpendapat bahwa Jahannam bukan berasal dari Bahasa ‘Arab dimasukkan ke
dalam Bahasa Arab, dan sehingga tidak bisa ditanwin karena sebagai ‘alam/nama
dan ‘ujmah (non Arab).
[2]Penulis Kitab Tafsir Jalalain
Rohimahumallah mengatakan, “Disebutkan dalam salah satu pendapat bahwa ‘Illiyin
adalah tempat yang ada di langit ke tujuh di bawah Arsy”. [hal. 599 terbitan
Darus Salam] ed.
[3]Syaikh Muhammad bin Sholeh Al
‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan, ‘Sijjin adalah tempat di lapisan bumi
terbawah dimana ditempatkan nereka –na’udzubillah minhaa-’. (Tafisr Juz ‘Amma
hal. 98 terbitan Dar Tsuroya.) ed.
[4]HR. Al Baihaqi dalam Al Ba’ts wan
Nusyur (455) dan Abu Nu’aim dalam Hilyahtul Auliya’ (VII/103). Sanad riwayat
ini dhoif, sebagaimana dikatakan penulis.
[5]HR. Ibnu Abu Dunya dalam Shifah an
Naar (178-179) dan HR. Al Baihaqi dalam Al Ba’ts wan Nusyur
(449).
[6]HR. Ibnu Abu Dunya dalam Shifah An
Naar (184).
[7]Syaikh Muhammad bin Sholeh Al
‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan, ‘Sijjin adalah tempat di lapisan bumi
terbawah dimana ditempatkan nereka –na’udzubillah minhaa-’. (Tafisr Juz ‘Amma
hal. 98 terbitan Dar Tsuroya.) ed.
[8]HR. Ahmad 287, 295, 296/IV, Abu
Dawud no. 4753, An Nasa’i 101/IV dan Al Hakim 37-40/I. Hadits ini dishohihkan
Ibnu Hibban. Hadits ini adalah hadits yang shohih.
[9]HR. Ibnu Hibban dalam Al Mawarid no.
733, Al Hakim 352-352/I. Ibnu Hibban dan Al Hakim menshohihkannya dan disetujui
oleh Al Hakim Rohimahumullah.