Sebuah bangunan yang menampung reaktor
pembangkit listrik tenaga nuklir di kota pelabuhan Bushehr, Iran. (Foto: AFP)
Oleh: Dr. Majid Rafizadeh (Arab News)
Negara-negara Barat menempatkan ISIS pada
tingkat teratas dalam agenda anti-terorisme dan kebijakan luar negeri mereka,
dan mengategorikan kelompok teroris tersebut sebagai ancaman keamanan nasional
nomor satu. Namun sesungguhnya, rezim Iran adalah ancaman keamanan yang lebih
besar bagi dunia saat ini. Berikut 10 alasan mengapa rezim Iran dianggap lebih
berbahaya daripada ISIS.
Negara-negara Barat menempatkan ISIS pada
tingkat teratas dalam agenda anti-terorisme dan kebijakan luar negeri mereka,
dan mengategorikan kelompok teroris tersebut sebagai ancaman keamanan nasional
nomor satu. Sebelum ISIS, terdapat Al-Qaeda. Strategi dan prioritas keamanan
ini salah tempat. Untuk alasan-alasan berikut ini, rezim Iran menjadi ancaman
keamanan yang lebih besar bagi dunia, daripada kelompok-kelompok teroris
non-negara seperti ISIS.
Pertama, para pemimpin rezim Iran dan jenderal
militer menikmati legitimasi dari sistem negara-bangsa yang didorong oleh PBB,
walaupun rezim tersebut bukanlah negara demokrasi atau perwakilan dari bangsa
Iran. Hasilnya, intervensi, aksi militer, dan kejahatan terhadap kemanusiaan
yang dilakukan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Pasukan Quds, dan
militan mereka menarik lebih sedikit perhatian karena mereka beroperasi di
bawah “legitimasi” dari sebuah negara yang berdaulat. Para mullah (ulama Iran)
dapat terbebas dari aksi brutal mereka selama hampir empat dekade, karena
mereka memiliki sebuah “pemerintah”.
Kedua, sejarah telah menunjukkan bahwa
kekuatan dan kemampuan para kelompok teroris seperti ISIS tentunya akan
memudar. Satu contoh terkenal adalah Al-Qaeda. Namun meningkatnya dominasi dan kendali
dari rezim Iran di wilayah tersebut akan terus tumbuh jika tidak dihentikan.
Ketiga, Republik Islam tersebut memiliki
pembangunan militer dan militan yang sangat luas, dengan lebih dari 500 ribu
personel aktif. Iran mempekerjakan ratusan ribu tentara bayaran dan milisi.
Keempat, tidak seperti kelompok-kelompok
teroris seperti ISIS dan Al-Qaeda, rezim Iran memiliki rudal balistik yang
sangat kuat, yang telah digunakan untuk melawan negara-negara lain, dimana
baru-baru ini adalah Suriah. Para jenderal IRGC telah berulang kali
membanggakan rudal balistik mereka yang dapat menyerang negara mana pun di
wilayah tersebut. Dengan bantuan dari Korea Utara, rezim Iran berusaha
memproduksi rudal balistik antar-benua.
Kelima, rezim Iran adalah negara
pendukung utama bagi terorisme. Iran mendukung—baik secara militer maupun
finansial—ratusan kelompok militan dan teroris di seluruh dunia. Iran secara
rutin mendirikan kelompok-kelompok teroris. Tidak peduli seberapa banyak
pemerintah lain menghabiskan sumber daya untuk melawan dan memberantas
kelompok-kelompok teroris, rezim Iran akan menciptakan kelompok teroris yang
baru. Ketika sebuah kelompok teroris dibubarkan, Teheran melatih dan mendanai
kelompok lainnya, untuk memajukan agendanya.
Menurut penelitian saya di Harvard, hanya
satu entitas, Iran, seorang diri membantu hampir setengah dari kelompok teroris
di dunia. Rezim Iran berkontribusi terhadap penyerangan teroris di seluruh
dunia. Hal ini berarti bahwa Iran bertanggung jawab atas pertumpahan darah di
banyak negara, dan atas pembantaian korban yang tidak terhitung jumlahnya
akibat terorisme. Iran telah menempatkan mata-mata, pelobi, dan agen di seluruh
dunia, bahkan di Amerika Serikat. Seperti yang disombongkan oleh seorang
jenderal Iran, Iran dapat mengaktifkan kelompok kecilnya di negara mana pun,
untuk menyerang pemerintah negara tersebut. Rezim Iran seperti pabrik raksasa
yang terus menghasilkan kelompok-kelompok teror.
Keenam, Iran mengendalikan dan
mengeksploitasi sumber daya dan kekayaan dari sebuah negara besar dan
menggunakan seluruh pengaruh yang didapatkannya. Para pemimpin Iran tidak perlu
khawatir kekurangan dana, mengingat mereka menguasai sebuah negara yang
memiliki cadangan gas terbesar kedua dan cadangan minyak terbesar keempat di
dunia. Rezim Iran tidak mendistribusikan kembali kekayaan kepada masyarakatnya,
sehingga tingkat kemiskinan masih tinggi.
Perjanjian nuklir telah membantu Teheran
dengan memberikan aliran tambahan dana miliaran dolar. Dana ini digunakan untuk
mendukung kelompok-kelompok teroris dan diktator seperti Bashar Assad.
Ketujuh, pengaruh Iran yang semakin
meluas di Irak, Yaman, Lebanon, Suriah, dan negara-negara lainnya, dapat
menjadi kenyataan permanen jika langkah-langkah yang dibutuhkan tidak diambil.
Coba perhatikan seberapa besar para mullah memperluas kekuatan mereka sejak
mereka menjabat pada tahun 1979. Pada awalnya, mereka hampir tidak memiliki
pengaruh apapun terhadap negara-negara lain. Saat ini, militan mereka ada
dimana-mana. Mereka telah membentuk partai politik yang “sah” yang mencakup
kelompok-kelompok militan Irak dan Lebanon di Parlemen di negara-negara
tersebut. Mereka mengendalikan pembangunan keamanan dan politik di rezim
Suriah. Mereka mengancam hampir setiap negara lain di wilayah Teluk.
Kedelapan, Iran memproduksi
senjata-senjata canggih, dan telah memiliki program senjata nuklir yang
canggih. Rezim Iran tersebut akan terus mencoba untuk mendapatkan senjata
nuklir, terlepas dari apakah mereka memiliki kesepakatan dengan negara lain
atau tidak. Dan yang lebih penting, kesepakatan nuklir baru-baru ini sudah
habis masa berlakunya dalam kurang dari 14 tahun, mencabut pembatasan terhadap
Iran, dan memperbolehkan Teheran untuk meningkatkan proliferasi nuklirnya.
Rezim Iran tersebut melaksanakan
kebijakan jangka panjang. Para pemimpin Iran sangatlah sabar. Walaupun 14 tahun
tampak sebagai periode waktu yang lama bagi negara-negara Barat karena
pemerintahan mereka melakukan pemilihan umum setiap beberapa tahun, namun 14
tahun adalah periode yang singkat bagi rezim Iran.
Kesembilan, Iran adalah ancaman keamanan
siber yang sangat berbahaya. Iran telah sukses menyerang dan meretas keamanan
dan organisasi pemerintah lawan-lawannya. Dalam contoh terbaru, rezim tersebut
menargetkan puluhan anggota Parlemen Inggris.
Kesepuluh, rezim mullah tersebut
melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam skala yang lebih besar
dibandingkan yang dilakukan oleh kelompok teroris non-negara. Seringkali, Iran
menyiksa dan menghukum mati korban, dan hal ini membantu aksi brutalnya
terhadap negara-negara lain. Iran berada di tingkat teratas di dunia dalam hal
hukuman mati terhadap warga negaranya sendiri. Rezim tersebut secara brutal
menyerang kelompok agama dan etnis minoritas. Secara rutin mereka menghancurkan
segala jenis kebebasan, terlibat dalam penyiksaan, dan mengeksekusi mati
anak-anak. Rezim Iran juga berada di tingkat teratas dalam hal pelanggaran hak
asasi manusia, menurut Amnesti Internasional dan Human Rights Watch.
Rezim Iran adalah ancaman keamanan
nasional yang jauh lebih besar dibandingkan kelompok-kelompok teroris seperti
ISIS. Kelompok militan non-negara adalah gejala penyakit; dan rezim Iran adalah
penyakitnya, penguasa dari terorisme dan ekstremisme.
Majid Rafizadeh adalah ilmuwan politik
Iran-Amerika yang mengenyam pendidikan di Harvard. Ia adalah seorang ahli dalam
kebijakan luar negeri Iran dan AS, seorang pebisnis, dan presiden dari Dewan
Amerika Internasional.