Kufah, Sumber Malapetaka Umat
Keutamaan
Negeri (Penduduk) Yaman
Diantara hikmah Allah, Allah melebihkan
sebagian makhluknya di atas sebagian yang lain. Seperti bulan ramadhan
sebaik-baik bulan, hari jumat sebaik-baik hari dalam seminggu, kota suci Makkah
dan Madinah adalah kota yang paling Allah cintai. Semua ini karena hikmah
Allah. Dan Allah memberikan karuniaNya kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
Demikian pula halnya dengan negeri
Yaman, Allah ‘azza wa jalla, telah
memuliakan negeri ini diantara negeri-negeri lainnya di dunia ini, (setelah
Makkah dan Madinah). Penduduknya adalah orang-orang yang lembut hatinya, santun
tutur katanya, dan cepat menerima kebenaran.
Ada beberapa ayat dalan Al Qur’an yang
menerangkan makna ini. Dalam hadis-hadis
Nabi shallallahu’alaihi wasallam, juga dijelaskan hal yang semakna. Mari simak
rinciannya berikut ini.
Dalil dalam Al Qur’an, yang Menunjukkan
Keutamaan Penduduk Yaman
Firman Allah Ta’ala,
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن
يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِى ٱللَّهُ بِقَوۡمٍ۬ يُحِبُّہُمۡ
وَيُحِبُّونَهُ ۥۤ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَـٰفِرِينَ
يُجَـٰهِدُونَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآٮِٕمٍ۬ۚ
ذَٲلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٲسِعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
[pemberian-Nya] lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Maidah 54)
Ada beberapa pendapat ahli tafsir
mengenai makna ayat ini. Ada yang menjelaskan bahwa kaum yang dimaksud dalam
ayat di atas adalah kaum Anshor, ada yang mengatakan ;maksudnya adalah Abu Bakr
As-Sidiq radhiyallahu’anhu, yang di masa kekhilafahan beliau, beliau memerangi
orang-orang yang murtad.
Namun, pendapat yang lebih kuat mengenai
identitas kaum yang disinggung dalam ayat di atas; sebagaimana dijelaskan oleh
Imam al Qurtubi dalam tafsirnya, adalah penduduk negeri Yaman; kaumnya sahabat
Abu Musa al Asy-‘asy’ari radhiyallahu’anhu.
“Turunnya ayat ini; terang Imam Al
Qurtubi, berkenaan dengan kabilah yang
bernama al Asy-‘ari. Dalam riwayat disebutkan: setelah ayat ini turun, beberapa
rombongan kapal dari kabilah al Asy-‘ari dan kabilah-kabilah lainnya dari
negeri Yaman, datang melalui jalur laut. Mereka adalah kaum muslimin yang
tertindas di negerinya pada masa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam masih
hidup. Merekalah yang berjasa dalam penaklukan negeri Irak (melalui perang Al
Qodisiyyah) pada masa kekhilafahan Umar radhiyallahu’anhu.”
“Penafsiran ini, Imam al Qurtubi
melanjutkan penjelasan, adalah penafsiran yang paling shahih mengenai makna
kaum yang disebut dalam ayat di atas” (Tafsir al Qurtubi jilid: 8 hal: 52)
Imam Ibnu Jarir At Thobari rahimahullah
juga menguatkan penafsiran ini. Sebagaimana yang beliau nyatakan dalam tafsir
beliau,
وأولى الأقوال في ذلك عندنا بالصواب، ما روي به
الخبر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم،
أنهم أهل اليمن؛ قوم أبي مويى الأشعري.
“Menurut kami, pendapat yang lebih kuat mengenai penafsiran kaum yang
dimaksudkan dalam ayat adalah sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah riwayat,
yang bersumber dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, bahwa kaum tersebut
adalah penduduk Yaman; kaumnya sahabat Abu Musa al Asy-‘aryi.” (Tafsir At
Thobari, 8/525)
Kemudian, ayat lainnya, yang menerangkan
keutamaan negeri Yaman, adalah firman Allah Ta’ala,
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ
اللَّهِ أَفْوَاجًا
“Apabila telah datang pertolongan Allah
dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan
berbondong-bondong” (QS. An Nashr: 1-2)
Dalam sabdanya, Nabi shallallahu’alaihi
wasallam menjelaskan, bahwa ayat di atas sedang berbicara tentang penduduk
Yaman. Karena mereka adalah orang-orang yang lembut hatinya dan mudah menerima
kebenaran.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan, “Tatkala diturunkan ayat,
” Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia
masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam bersabda,
أتاكم أهل اليمن, هم أرقّ قلوبا, الإيمان يمان و
الفقه يمان و الحكمة يمانية.
“Penduduk negeri Yaman telah datang
kepada kalian. Mereka adalah orang yang paling lembut hatinya. Iman itu ada
pada yaman, Fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada Yaman.” (HR. Imam Ahmad,
dinilai sohih oleh Al-Albani)
Demikian pula dalam riwayat Ibnu Abbas
dijelaskan, “Suatu ketika, saat Nabi berada di Madinah beliau bersabda,
الله أكبر الله أكبر جاء نصر الله و الفتح, و جاء
أهل اليمن : قوم نقية قلوبهم ليّنة طباعهم, الإيمان يمان و الفقه يمان و الحكمة
يمانية.
“Allahu Akbar…. Allahu Akbar (Maha besar
Allah), telah datang pertolongan Allah dan telah datang penduduk yaman. Kaum
yang bersih hatinya, lembut tabiat mereka. Iman itu ada pada yaman, fiqih itu ada pada yaman dan hikmah itu ada
pada yaman.” (HR. Ibnu Hibban, dinilai sohih Syaikh Al-Albani)
Hadis-hadis tentang Keutamaan Negeri
Yaman
Adapun hadis-hadis Nabi, yang menerangkan
kemulian negeri Yaman, banyak. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Nabi mendo’akan barokah untuk penduduk
Yaman.
Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu’alaihi
wasallam berdoa,
اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا
قالوا وفي نجدنا قال اللهم بارك لنا في شامنا اللهم بارك لنا في يمننا
“Ya Allah… berkahilah kami pada negeri
Syam kami. Ya Allah… berkahilah kami pada negeri Yaman kami” (HR. Bukhori dan
Ahmad)
2. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam menerangkan, bahwa penduduk Yaman
adalah umatnya yang paling pertama merasakan segarnya air telaga beliau.
Dari sahabat Tsauban berkata, Rasulullah
shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda,
إني لبعقر حوضي أذود الناس لأهل اليمن أضرب بعصاي
حتى يرفض عليهم
“Sesungguhnya kelak aku akan berada di
samping telagaku. Kemudian Aku akan menghalangi orang-orang yang akan meminum
dari telagaku, agar penduduk Yaman dapat
meminumnya terlebih dahulu. Aku memukul dengan tongkatku, sehingga air telaga
tersebut mengalir untuk mereka.” (HR. Muslim)
Inilah salah satu bentuk karomah untuk
penduduk Yaman. Dimana Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam mendahulukan
mereka dalam hal meminum air dari telaga beliau. Sebagai ganjaran atas baiknya
perilaku mereka dan bersegeranya mereka dalam menerima Islam. Rasulullah
mendahulukan mereka untuk meminum air telaga beliau. Sebagaimana di kehidupan
dunia, mereka membela kehormatan Nabi shallallahu’alaihi wasallam dari
musuh-musuh beliau. (Lihat: Syarah Shohih Muslim 62/15)
3. Mereka adalah sebaik-baik penduduk
bumi.
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ ،
عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ : كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِطَرِيقٍ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ ، فَقَالَ : ” يُوشِكُ أَنْ
يَطْلُعَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ ، كَأَنَّهَا قِطَعُ السَّحَابِ ، أَوْ
قِطْعَةُ سَحَابٍ ، هُمْ خِيَارُ مَنْ فِي الأَرْضِ…
Suatu ketika, cerita Jubair bin Muth’im,
kami bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan antara Makkah dan Madinah. Saat
itu Nabi bersabda,
يُوشِكُ أَنْ يَطْلُعَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ
الْيَمَنِ ، كَأَنَّهَا قِطَعُ السَّحَابِ ، أَوْ قِطْعَةُ سَحَابٍ ، هُمْ خِيَارُ
مَنْ فِي الأَرْض
“Hampir-hampir bangsa Yaman melebihi
kalian. Mereka bak segumpal awan. Mereka adalah sebaik-baik penduduk bumi.”
(HR. Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Al-Baihaqi, dinilai shohih oleh Al-Albani)
4. Penduduk Yaman, tentara Allah di masa
terjadi fitnah.
Abdullah bin Hawalah mengatakan, ” Nabi
shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
سيصير الأمر إلى أن تكونوا جنودا مجندة جند
بالشام و جند باليمن و جند بالعراق عليك بالشام فإنها خيرة الله من أرضه يجتبي
إليها خيرته من عباده فإن أبيتم فعليكم يمنكم و اسقوا من غدركم فإن الله قد توكل
لي بالشام و أهله
“Pada akhirnya umat Islam akan menjadi
pasukan perang, satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan
lagi di Iraq. Hendaklah kalian memilih Syam. Karena ia adalah negeri pilihan
Allah. Allah kumpulkan di sana hamba-hamba pilihan-Nya. Jika tak bisa, hendaklah kalian memilih Yaman dan berilah
minum (hewan kalian) dari kolam-kolam (di lembahnya). Karena Allah menjamin
untukku negeri Syam serta penduduknya.” (HR. Abu Dawud, Imam Ahmad, Al-Hakim,
dan Ibnu Hibban. Dinilai shohih oleh Al-Hakim dan Al-Albani)
5. Penduduk Yaman, orang yang pertama
kali meneladankan salaman.
Anas bin Malik berkata, “Nabi
shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
قد جاء
كم أهل اليمن وهم أول من جاء بالمصافحة
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian
penduduk Yaman. Merekalah pelopor pertama dalam hal berjabat tangan.”
6. Penduduk Yaman, memiliki semangat yang
tinggi dalam mempelajari sunnah.
Sahabat Anas bin Malik menceritakan,
“Suatu hari, beberapa orang dari negeri Yaman datang menemui Rasululloh
shallallahu’alaihi wasallam, seraya berkata,
ابعث معنا رجلاً يعلمنا السنة والإسلام
“Wahai Rasululloh, kirimkanlah untuk kami
seseorang yang akan mengajari kami sunnah dan Islam.”
Lalu Rasulullah menarik tangan Abu
Ubaidah seraya bersabda,
هذا أمين هذه الأمة
“Ini orangnya, dialah penjaga umat ini.”
7. Penduduk Yaman, adalah bangsa yang
gigih menjalani ketaatan kepada Allah.
Dari Abu Sa’id al Khudri
radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan,
“Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
إنه سيأتي قوم تحقرون أعمالكم إلى أعمالهم
“Sesungguhnya akan datang kaum, yang
kalian akan merasa minder jika membandingkan amalan kalian dengan amalan
mereka“.
“Apakah mereka kaum dari kaum Quraisy ya
Rasulullah?” Tanya para Sahabat.
لا و لكن هم أهل اليمن
“Bukan, mereka adalah penduduk Yaman.”
jawab Rasulullah.” (HR. Ibnu Abi Ashim, dishohihkan oleh Imam Muqbil Al-Wadi’i)
8. Iman ada pada Yaman, Hikmah ada pada
Yaman.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau mengatakan, “Tatkala diturunkan ayat,
” Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia
masuk agama Allah dengan berbondong-bondong.” Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam bersabda,
أتاكم أهل اليمن, هم أرقّ قلوبا, الإيمان يمان و
الفقه يمان و الحكمة يمانية.
“Penduduk negeri Yaman telah datang kepada
kalian. Mereka adalah orang yang paling lembut hatinya. Iman itu ada pada
yaman, Fiqih ada pada Yaman, dan hikmah ada pada Yaman.” (HR. Imam Ahmad,
dinilai sohih oleh Al-Albani)
Maksud fikih ada pada Yaman, terang Imam
Nawawi dalam syarah Shahih Muslim, maksudnya, fikih di sini maksudnya ungkapan
tentang kefahaman dalam permasalahan agama. Sebagian fuqoha dan ulama ushul,
memaknai istilah fikih dengan suatu pengetahuan terhadap hukum-hukum syari’at,
yang berkaitan dengan amalan badan, melalui dalil-dalil yang berkaitan dengan
amalan tersebut.
Adapun mengenai makna hikmah, ada
beberapa penafsiran di kalangan para ulama. Penafsiran-penafsiran tersebut,
berkisar pada sifat hikmah (bijaksana). Setelah disaring kembali; lanjut Imam
Nawawi, maka tampak makna hikmah adalah, ilmu yang berkaitan dengan hukum-hukum
syari’at. Yang mencakup pengetahuan tentang Allah ‘azza wa jalla, dengan
kemampuan memandang permasalahan dengan bashiroh (ilmu), jiwa yang beretika,
merealisasikan kebenaran serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
dan menahan diri dari mengikuti hawa nafsu dan segala hal kebatilan. Jadi,
orang yang hakim (bijak), adalah orang yang memiliki sifat-sifat tersebut.
(Lihat: Al Minhaj jilid: 1, hal: 220)
Daftar Pustaka:
Tafsir At Thobari, Imam Abu Ja’far Ibnu
Jarir At Thobari. Tahqiq: Dr. Abdulloh bin Abdulmuhsin At Turki. Terbitan: Dar
‘alam al kutub. Cetakan th 1434 H
Al Jaami’ Li Ahkaamil Qur’an, Imam Al
Qurtubi. Terbitan: Muassasah Ar Risalah, Damaskus. Cetakan pertama, th 1434 H
Al Minhaj Syarah Shohih Muslim bin Al
Hajjaj, Imam Nawawi. Terbitan: Darul Ma’rifah, Beirut. Cetakan ke 19, th 1433
H.
Disusun
Oleh: Ahmad Anshori
Asrama 8, Islamic University in Madinah,
KSA, 21 Jumadal Akhir 1436H
Keutamaan
Yaman (Dari Manakah Fitnah itu Datang?)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mendoakan keberkahan bagi penduduk Yaman, beliau bersabda:
اللهم بارك لنا في شامنا ، اللهم بارك لنا في
يمننا
“Ya Allah berkahilah Syam kami, Ya Allah
berkahilah Yaman kami” [HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya; Kitab Al-Fitan, 8/95]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
ألا إن الإيمان يمان، والحكمة يمانية، وأجد
نَفَسَ ربكم من قبل اليمن
“Ketahuilah, sesungguhnya iman berada di
Yaman dan hikmah (bersama penduduk) Yaman. Aku mendapati Rabb kalian memberikan
jalan keluar (dari kesempitan dan permasalahan) dari arah Yaman” [HR. Ahmad
dalam Al-Musnad no. 10555 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Hadits di atas shahih, Al-Haitsami
rahimahullah berkata:
رواه أحمد ورجاله رجال الصحيح غير شبيب وهو ثقة
“Diriwayatkan oleh Ahmad, para perawinya
merupakan perawi kitab shahih (Al-Bukhari dan Muslim –pen) selain Syubaib, ia
tsiqah” [Majma’ Az-Zawa’id (10/31) no. 16627]
Ibnu Faris rahimahullah berkata:
النَّفس: كل شيء يفرج به عن مكروب
“An-Nafas adalah segala sesuatu yang
menjadi jalan keluar dari kesempitan dan permasalahan” [Maqayis Al-Lughah,
5/369]
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-Utsaimin rahimahullah berkata:
معنى الحديث: أن تنفيس الله تعالى عن المؤمنين
يكون من أهل اليمن
“Makna hadits ini bahwa Allah ta’ala
memberikan jalan keluar bagi orang-orang beriman melalui penduduk Yaman”
[Al-Qawa’id Al-Mutslaa hal. 51]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullah berkata:
وهؤلاء هم الذين قاتلوا أهل الردةوفتحوا الأمصار،
فبهم نَفَّسَ الرحمن عن المؤمنين الكربات
“Mereka (penduduk Yaman -pen) lah yang
memerangi orang-orang murtad, menaklukkan negeri-negeri dan dengan sebab
mereka, Ar-Rahman memberikan jalan keluar bagi orang-orang beriman dari
berbagai kesempitan dan permasalahan” [Majmuu’ Al-Fatawaa, 6/398]
Al-Imam Muslim rahimahullah membuat judul
bab dalam kitab Shahih-nya:
باب تفاضل أهل الإيمان فيه ورجحان أهل اليمن فيه
“Bab Ahlul-iman Memiliki Iman yang
Bertingkat-tingkat dan Kekokohan
Penduduk Yaman dalam Iman” [Shahih
Muslim: Kitab Al-Iman]
Atau dengan ungkapan yang lebih tepat,
judul bab dalam kitab Shahih Muslim yang tercetak sekarang dibuat oleh An-Nawawi
rahimahullah sebagaimana diterangkan oleh guru kami Asy-Syaikh Abdul Muhsin
Al-Abbad hafizhahullah di berbagai majelisnya. Allahua'lam
Kemudian Al-Imam Muslim menyebutkan
riwayat berikut: dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
قد جاء أهل اليمن أرق الناس أفئدة الإيمان يمان
والفقه يمان والحكمة يمانية
“Penduduk Yaman datang kepada kalian,
hati mereka paling lembut diantara manusia. Iman berada di Yaman, fiqih berada
di Yaman dan hikmah (dimiliki oleh penduduk) Yaman” [HR. Al-Bukhari no. 4129,
Muslim no. 52 dan At-Tirmidzi no. 3935]
Al-Baghawi rahimahullah berkata:
هَذَا حَدِيثٌ مُتَّفَقٌ عَلَى صِحَّتِهِ
أَخْرَجَاهُ مِنْ طُرُقٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَة
“Hadits ini telah disepakati
keshahihannya, dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari berbagai jalan dari
Abu Hurairah” [Syarhus Sunnah, 1/957]
Dalam riwayat lain disebutkan:
أتاكم أهل اليمن هم ألين قلوباً وأرق أفئدة،
الإيمان يمان والحكمة يمانية، رأس الكفر قبل المشرق
“Penduduk Yaman datang kepada kalian,
hati mereka paling lembut dan penyayang. Iman berada di Yaman, hikmah (dimiliki
oleh penduduk) Yaman, sedangkan pokok kekufuran berada di arah Timur”
Asy-Syaikh Muhammad Al-Amiin
Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:
"الإيمان
يمان" أي: يتأخر الإيمان بها بعد فقده من جميع الأرض
“Iman berada di Yaman, maknanya iman akan
keluar terakhir dari Yaman setelah iman itu hilang dari seluruh wilayah bumi”
[Adhwa’ul Bayaan, 1/26]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
كان أهل المشرق يومئذ أهل كفر، فأخبر صلى الله
عليه وسلم أن الفتنة تكون من تلك الناحية فكان كما أخبر، وأول الفتن كان من قبل
المشرق فكان ذلك سبباً للفرقة بين المسلمين، وذلك ما يحبه الشيطان ويفرح به، وكذلك
البدع نشأت من تلك الجهة
“Saat itu penduduk Timur merupakan
orang-orang kafir, nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahukan bahwa
fitnah akan datang dari arah sana, maka terjadilah sebagaimana yang diberitakan
oleh nabi. Fitnah pertama datang dari arah timur yang hal tersebut menjadi
sebab perpecahan di antara kaum muslimin. Perpecahan sangat disukai setan dan
membuat setan bergembira. Demikian pula bid’ah-bid’ah muncul dari arah sana.”
[Fathul Bari, 8/98]
Badruddin Al-Ainiy rahimahullah berkata:
إنما أشار عليه الصلاة والسلام إلى المشرق لأن
أهله يومئذ أهل كفر فأخبر أن الفتنة تكون من تلك الناحية، وكذا وقع فكان وقعة
الجمل ووقعة صفين ثم ظهور الخوارج في أرض نجد والعراق وما وراءها من المشرق، وكان
أصل ذلك كله وسببه قتل عثمان بن عفان رضي الله عنه، وهذا علم من أعلام نبوته صلى
الله عليه وسلم
“Alasan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
berisyarat ke arah Timur, karena penduduk Timur saat itu adalah orang-orang
kafir. Nabi memberitahukan bahwa fitnah akan muncul dari arah sana. Demikian
pula di sana lah terjadi perang Jamal, perang Shiffin, munculnya Khawarij di
Najd, Irak, serta berbagai wilayah lain di arah Timur. Pokok dari itu semua
merupakan sebab terbunuhnya Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu. Inilah
diantara bukti dari sekian banyak bukti kenabian beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam. [Umdatul Qari’, 35/156]
Al-Imam Ath-Thabrani rahimahullah
meriwayatkan hadits dengan redaksi yang berbeda, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
جاء الفتح ونصر الله وجاء أهل اليمن
“Penaklukan dan pertolongan Allah telah
datang, penduduk Yaman telah datang.”
Seorang laki-laki bertanya:
يا رسول الله، وما أهل اليمن؟
“Wahai Rasulullah, siapakah penduduk
Yaman?”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
قوم رقيقة قلوبهم لينة قلوبهم، الإيمان يمان
والفقه يمان
“Kaum yang memiliki hati lembut dan
penyayang. Iman berada di Yaman dan fiqih berada di Yaman” [HR. Ath-Thabrani
no. 11903]
Al-Haitsami rahimahullah berkata:
رواه الطبراني في الكبير والأوسط بأسانيد، وأحد
أسانيد رجاله رجال الصحيح
“Ath-Thabrani meriwayatkan hadits itu
dalam Al-Kabiir dan Al-Ausath dengan sanad-sanadnya. Seluruh perawi dalam salah
satu sanadnya adalah perawi kitab Shahih (Al-Bukhari dan Muslim –pen)” [Majma’
Az-Zawa’id, 9/26]
Allahua’lam, semoga bermanfaat
Ditulis oleh Abul-Harits di Madinah, 9
Shafar 1436
Darah hitam syiah (Sejarah Suram Aliran
Syiah Sepanjang Masa)
Pasca wafatnya Hasan Al Askari (yang
dinobatkan sebagai imam ke-11 oleh mereka), Syiah memasuki masa kebingungan
besar yang terkenal dalam sejarah dengan periode hairatusy syiah. Dalam masa
tersebut mereka saling terpecah menjadi banyak firqah (sekte), dan setiap
firqah memoles agamanya semaunya demi mendapat keuntungan politis yang lebih
baik dan konon firqah yang paling terkenal adalah firqah itsna asyariyah (12
imam),
Namun firqah Itsna Asyariah ini bukanlah
satu-satunya di lapangan, di sampingnya juga tumbuh firqah lain yang lebih
berbahaya. Munculnya firqah yang satunya ini pernah menjadi malapetaka bagi
umat Islam. Firqah ini bernama Ismailiyyah.
Syiah Ismailiyah telah sesat terlampau
jauh hingga mayoritas ulama mengeluarkannya dari Islam. Munculnya sekte
Ismailiyah adalah lewat skenario hebat seorang Yahudi yang ingin membuat makar
bagi umat Islam, orang tersebut bernama Maimun Al Qaddah.
Mulanya orang ini menampakkan diri
sebagai muslim dan mendekati Muhammad bin Ismail bin Jafar Ash Shadiq, bahkan
berteman akrab dengannya. Muhammad bin Ismail termasuk ahlul bait, karena
merupakan cucu dari Jafar Ash Shadiq, imam keenam kaum Syiah Itsna Asyariyah.
Ayahnya adalah Ismail, saudara Musa Al Kazhim yang notabene imam ketujuh
menurut Syiah Itsna Asyariyah.
Maimun telah melakukan sesuatu yang luar
biasa, yang menunjukkan betapa jahatnya makar dia terhadap umat Islam. Tujuan
makar tersebut ialah menghancurkan Islam walau sekian abad kemudian setelah
kematiannya! Maimun menamakan anaknya dengan nama anak Muhammad bin Ismail,
yaitu Abdullah. Ia berwasiat kepada sang anak agar kelak menamai anak cucunya
dengan nama-nama anak cucu Muhammad bin Ismail. Hingga suatu ketika nanti kaum
Yahudi tersebut akan mengklaim dirinya sebagai ahlul bait anak cucu Muhammad
bin Ismail bin Jafar Ash Shadiq!
Bahkan tidak sekedar itu, mereka kelak
akan mengklaim bahwa Al Imamah Al Kubra (kepemimpinan terbesar) yang seharusnya
memimpin umat Islam seluruhnya, haruslah dari keturunan Ismail bin Jafar Ash
Shadiq, bukan dari keturunan Musa Al Kazhim bin Jafar Ash Shadiq sebagaimana
yang diklaim oleh Syiah Itsna Asyariyah. Maimun si Yahudi akhirnya mendapatkan
cita-citanya firqah Ismailiyah pun berkembang, dan anak cucunya mulai meracik
pemikiran dan keyakinan sesat mereka yang bertentangan dari A-Z dengan akidah
Islam. Keyakinan terburuk mereka di antaranya ialah bahwa Allah menitis kepada
Imam mereka saat itu, hingga mereka menganggapnya sebagai Ilah.
Mereka juga meyakini adanya reinkarnasi
arwah, alias bahwa arwah yang telah tiada, lebih-lebih arwah para imam akan
hidup kembali di tubuh orang lain yang masih hidup. Mereka meyakini bahwa semua
imam mereka akan kembali ke dunia setelah wafat. Di samping itu mereka juga
sangat liberal dan menganggap halal semua maksiat. Mereka terang-terang
menghujat sahabat, bahkan menghujat Rasulullah yang kepadanya mereka
menisbatkan diri.
Di antara misi terbesar mereka ialah
melakukan pembunuhan tersembunyi terhadap tokoh-tokoh Ahlussunnah wal Jamaah di
dunia Islam, dan kami akan menjelaskan betapa besar sepak terjang mereka
selanjutnya.
Dakwah Ismailiyah dengan segala pemikiran
merusaknya pun semakin marak. Ia tersebar di tengah-tengah kaum muslimin yang
bodoh dan memanfaatkan kecintaan masyarakat terhadap ahlul bait. Mereka
berhasil meyakinkan sejumlah orang bodoh tadi bahwa mereka adalah anak cucu
Rasul (?)! Sejumlah besar orang keturunan Persia juga terlibat dalam dakwah
mereka yang menampakkan keislaman, namun menyembunyikan kemajusian.
Di antara orang Persi tadi adalah Husein
Al Ahwazi, yang tergolong pendiri dan dai Ismaiiliyah paling terkenal. Ia konon
beraktivitas di wilayah Basrah, dan di sana ia berkenalan dengan tokoh yang
sangat jahat dalam sejarah Islam, namanya Hamdan bin Asyats.
Orang terakhir ini asal usulnya masih
diperselisihkan ada yang bilang bahwa ia majusi asal Persia, namun ada yang
bilang dia yahudi asal Bahrain. Hamdan bin Asyats lalu menjuluki dirinya dengan
nama Qirmith, dan seiring dengan berjalannya waktu ia membentuk kelompok khusus
yang dinisbatkan kepadanya. Kelompok ini bernama Qaramithah yang merupakan
cabang dari Ismailiyah meski sebenarnya lebih berbahaya lagi.
Sekte Qaramithah meyakini bahwa harta dan
wanita adalah milik bersama. Mereka menghalalkan semua kemunkaran seperti
pembunuhan, perzinaan, pencurian dan merekalah yang bertindak sebagai perampas,
perampok, dan penyamun. Lalu secara ikut-ikutan, seluruh penyamun dan
pemberontak pun bergabung dengan mereka, hingga mereka menjadi salah satu
firqah yang paling berbahaya dalam sejarah umat Islam.
Semua perkembangan ini dan
perkembangan-perkembangan lain yang belum dijelaskan terjadi di paruh kedua
abad 3 hijriyah. Kemudian setelah itu muncul lagi firqah-firqah besar yang
masing-masing mengaku paling benar. Mereka saling berselisih dalam hal akidah,
prinsip, hukum-hukum dan semuanya. Ketiga firqah tadi; yaitu Syiah Itsna
Asyariyah, Syiah Ismaiiliyah, dan Syiah Qaramithah, sama-sama memusuhi
Ahlussunnah di samping juga saling bermusuhan satu sama lain karena tidak puas
dengan keyakinan pihak lain. Hal ini wajar mengingat ketiganya tumbuh dari hawa
nafsu dan bidah dalam agama.
Sampai periode ini, semua firqah tadi
sekedar gerakan-gerakan yang menimbulkan kekacauan dalam tubuh umat Islam, dan
belum memiliki kekuasaan yang mampu mengatur jalannya sejarah. Tapi seiring
berakhirnya abad ketiga hijriyah dan permulaan abad keempat, kondisi mulai
berubah drastis dan menimbulkan dampak yang sangat berbahaya
Konon yang paling awal mencapai kekuasaan
dari ketiga firqah tadi adalah sekte Qaramithah, mengingat mereka lah yang
paling ganas dan buas. Salah seorang dai mereka yang bernama Rustum bin Husein
berhasil mendirikan daulah Qaramithah di Yaman. Ia lalu menyurati orang-orang
di berbagai tempat dan mengajak mereka kepada akidahnya. Bahkan suratnya ada
yang sampai ke wilayah Maghrib (Maroko & sekitarnya)! Akan tetapi daulah
ini segera lenyap seiring dengan munculnya Qaramithah model lain, yaitu di
Jazirah Arab, tepatnya di wilayah Bahrain (Bahrain tempo dulu bukan kerajaan
Bahrain yg ada sekarang, tapi mencakup sebelah timur Jazirah Arab). Di wilayah
ini berdirilah daulah Qaramithah yang sangat mengancam eksistensi kaum
muslimin. Mereka melakukan pembantaian terhadap jemaah haji, dan yang paling
sadis di antaranya ialah serbuan mereka ke Masjidil Haram saat hari tarwiyah (8
Dzulhijjah) tahun 317 H. Di sana mereka membantai jemaah haji dalam mesjid, dan
mencuri Hajar Aswad setelah menghancurkannya!
Mereka lalu mengirim Hajar Aswad tadi ke
ibukota daulah mereka di daerah Hajar, timur jazirah Arab dan Hajar Aswad tetap
berada di sana selama 22 tahun penuh, hingga akhirnya dikembalikan ke Kabah
tahun 339 H!
Sedangkan sekte Ismailiyah mendapatkan
bumi maghrib sebagai lahan subur mereka. Di sana pemikiran Rustum bin Husein
yang tadinya menguasai Yaman mulai berkembang. Hal itu terjadi lewat seseorang
yang bernama Abu Abdillah Asy Syii. Kita sama-sama tahu bahwa kedua sekte alias
Ismailiyah dan Qaramithah sama-sama menganggap Ismail bin Jafar Ash Shadiq
sebagai imam; karenanya, salah seorang cucu Maimun Al Qaddah yang bernama
Ubeidullah bin Husein bin Ahmad bin Abdillah bin Maimun Al Qaddah mendapat
kesempatan emas untuk mendirikan daulah di Maghrib. Ia berangkat ke Maghrib dan
bersama sejumlah pengikutnya mengumumkan berdirinya daulah Ismailiyah, lalu
menjuluki dirinya dengan nama Al Mahdi. Ia mengaku sebagai imamnya ajaran
Ismailiyah, dan mengaku sebagai anak cucu Ismail bin Jafar Ash Shadiq, dan
mengatakan bahwa imam-imam sebelumnya dari leluhurnya hingga Ismail bin Jafar
Ash Shadiq konon bersembunyi selama ini.
Ia berusaha menarik simpati masyarakat
dengan menamakan daulahnya dengan daulah Fathimiyah, yang secara dusta mengaku
keturunan Fathimah binti Rasulillah! Padahal asal usulnya adalah Yahudi!!
Dakwahnya berkembang pesat memanfaatkan
kebodohan dan simpati masyarakat terhadap hakikat mereka. Mereka mulai
melebarkan sayap kekuasaanya hingga mencakup Afrika Utara. Mereka menyebarkan
berbagai bidah, kemunkaran, dan caci makian terhadap sahabat. Mereka mengatakan
bahwa roh-roh dapat menitis dan reinkarnasi, dsb. Ekspansi daulah ini berhasil
menguasai Mesir pada tahun 359 H, lewat salah seorang panglima mereka yang
bernama Jauhar As Siqilli Al Ismailiy di masa Al Muizz lidienillah Al Ubeidy.
Inilah nama yang tepat untuk mereka: al ubeidy, nisbat kepada Ubeidillah Al
Mahdi; dan bukannya al Fathimiy!
Al Muizz lidienillah Al Ubeidy lalu masuk
ke Mesir dan mendirikan kota Cairo. Ia juga menguasai mesjid Al Azhar demi
menyebarkan faham Syiah Ismailiyah di sana. Ia membantai ulama-ulama
Ahlussunnah dan menampakkan caci makian terhadap para sahabat. Hal itu terus
dilanjutkan oleh imam-imam Ismailiyah setelahnya. Bahkan sebagian dari mereka
lebih gila lagi dengan mengaku sebagai Ilah, seperti Al Haakim biamrillah.
Mereka konon banyak membangun mesjid untuk menyebarkan pemikiran mereka. Mereka
tetap menguasai Mesir, Syam, dan Hijaz selama dua abad, hingga kebusukan mereka
akhirnya dihapus oleh Shalahuddien Al Ayyubi pada tahun 567 H, dan beliau
membebaskan Mesir dari kekuasaan sekte Ismailiyah.
Adapun firqah ketiga yaitu sekte Itsna
Asyariyah, meskipun sarat dengan berbagai macam bidah, mereka relatif lebih
ringan bahayanya dibanding dua firqah sebelumnya. Mereka mengaku beriman kepada
Allah (?) kepada Rasul-Nya (?) dan kepada hari kebangkitan, namun membikin
bidah-bidah dan kemunkaran besar yang menjijikkan dalam agama. Sebagian dai
mereka berhasil merasuki sejumlah keluarga besar di wilayah Persia dan Irak,
hingga akibatnya mereka dapat mencapai kekuasaan di berbagai daerah.
Mereka berhasil merasuki keluarga Bani
Saman yang berasal dari Persia hingga keluarga ini menjadi syiah, dan mereka
konon menguasai banyak wilayah di Persia (Iran yg sekarang). Daulah Bani Saman
ini berlangsung sejak tahun 261 H hingga 389 H, akan tetapi kesyiahan mereka baru
nampak di awal abad keempat hijriyah kira-kira.
Mereka juga merasuki keluarga Bani Hamdan
yang berasal dari Arab, dari kabilah Bani Tighlab yang mulanya menguasai
wilayah Mosul di Irak sejak tahun 317 H hingga 369 H. Kekuasaan mereka terus
berkembang hingga meliputi kota Halab (Aleppo, Suriah) pada tahun 333 hingga
392 H. Sedangkan penetrasi mereka yang paling berbahaya ialah terhadap keluarga
Bani Buwaih yang berasal dari Persia. Mereka berhasil mendirikan sebuah daulah
di wilayah Persia, lalu berkembang hingga akhirnya menguasai khilafah Abbasiyah
tahun 334 H, dengan tetap membiarkan Khalifah Bani Abbas di pusatnya agar tidak
memicu pemberontakan kaum muslimin Ahlussunnah terhadap mereka. Selama lebih
dari seratus tahun penuh mereka menguasai khilafah Abbasiyah, dari tahun 334
hingga 447 H, hingga muncullah orang-orang Turki Seljuk yang bermazhab
Ahlussunnah, dan menyelamatkan Irak dari kekuasaan syiah ini.
Dalam rentang waktu tersebut, kaum syiah
menampakkan betapa besar dendam mereka terhadap ulama-ulama Ahlussunnah dan
khalifah mereka. Mereka bahkan menulis caci-makian terhadap sahabat di
gerbang-gerbang mesjid. Mereka bahkan mencaci Abu Bakar dan Umar secara nyata
dalam khutbah-khutbah mereka, dan ini merupakan periode yang sangat menyedihkan
dalam sejarah kita umat Islam.
Sebagaimana yang kita saksikan, abad
keempat memang murni abad syiah. Kaum Syiah Buwaihiyun berhasil menguasai
sejumlah wilayah Iran dan seluruh wilayah Irak. Sedangkan kaum Samaniyun
menguasai Iran timur, sejumlah wilayah Afghanistan dan timur dunia Islam.
Adapun Hamdaniyun menguasai wilayah antara Mosul hingga Aleppo, dan Qaramithah
menguasai timur Jazirah Arab, dan kadang-kadang sampai ke Hijaz, Damaskus, dan
Yaman. Adapun daulah Ubeidiyyah (yang sering disebut Fathimiyah), maka lebih
liar lagi mereka berhasil menguasai Afrika Utara bahkan mencaplok Palestina,
Suriah dan Lebanon!
Di akhir abad keempat hijriyah, daulah
Qaramithah runtuh. Lalu di pertengahan abad kelima hijriyah (th 447), daulah
Bani Buwaih juga sirna. Sedangkan daulah Ismailiyah Ubeidiyah tetap eksis
hingga pertengahan abad keenam (th 567 H), dan dengan begitu dunia Islam
kembali ke kuasaan Ahlussunnah di seluruh wilayahnya, meskipun dakwah kaum
Syiah Itsna Asyariyah tetap ada di sejumlah wilayah Persia dan Irak, namun
tanpa kekuasaan.
Kondisi tetap seperti itu hingga tahun
907 H, ketika Ismail Ash Shafawi mendirikan daulah Syiah Shafawiyah Itsna
Asyariyah di Iran. Istilah shafawiyah ialah nisbat kepada leluhurnya yang
bernama Shafiyuddin Al Ardabiliy, seorang keturunan Persia yang wafat tahun 729
H. Daulah ini semakin melebarkan kekuasaannya, dan menjadikan kota Tabriz (yg
terletak di barat laut Iran sekarang) sebagai ibukotanya. Daulah Shafawiyah
terlibat perang sengit dengan tetangganya, yaitu Khilafah Turki Utsmani yang
bermazhab Sunni. Kaum Shafawiyyin bahkan bersekutu dengan orang-orang Portugis
untuk melawan Utsmaniyyin dan berhasil menduduki sejumlah wilayah di Irak yang
semula dikuasai Utsmaniyyin. Mereka hampir berhasil menyebarkan faham syiah di
sana, kalau saja Sultan Turki Utsmani yang bernama Saliem I berhasil
mengalahkan mereka dalam sebuah pertempuran besar yang bernama Perang Jaldeiran
tahun 920 H. Sultan Saliem I berhasil memukul telak mereka dan mengusir mereka
dari Irak.
Hari-hari terus berlalu dan perseteruan
berlanjut antara Shafawiyyin dan Utsmaniyyin. Sebagian besar pertempuran mereka
terpusat di bumi Irak, dan hal ini berlanjut selama lebih dari dua abad. Daulah
Shafawiyah berkuasa di Iran sejak tahun 907-1148 H, kemudian jatuh pada pertengahan
abad ke-18 masehi, tepatnya tahun 1735. Akibatnya, Iran terpecah menjadi
beberapa wilayah yang diperebutkan antara Turki Utsmani, Rusia, Afghanistan dan
beberapa panglima perang bawahan Sultan Abbas III, yang merupakan Sultan
terakhir daulah Shafawiyah.
Daulah Utsmaniyah pun mulai memasuki
periode lemahnya ia dikeroyok oleh kaum Eropa dan Rusia, dan hal ini
mengakibatkan lemahnya kekuasaan Utsmani terhadap wilayah barat Iran. Wilayah
ini silih berganti dipimpin oleh banyak pemimpin, namun mereka selalu loyal
kepada orang Barat. Sesekali mereka loyal kepada Inggeris yang menguasai India
dan Pakistan, sesekali kepada Perancis, dan di lain waktu kepada Rusia.
Pada tahun 1193 H/1779 M, Agha Muhammad
Gajar mengambil alih kekuasaan di Iran. Ia berasal dari keturunan Persia dan
bermazhab syiah meski cenderung kepada sekulerisme. Dia tidak mengajak orang
kepada mazhab Itsna Asyariyah dan tidak memerintah dengan ajaran tersebut.
Kekuasaan Iran silih berganti dipegang oleh anak cucunya dengan luas wilayah
yang mengalami pasang-surut. Mereka konon menggunakan gelar Shah, hingga
keluarga ini jatuh saat Reza Pahlevi mengadakan pemberontakan terhadap mereka
tahun 1343 H/1925 M.
Reza Pahlevi lalu mengumumkan dirinya
sebagai Shah Iran atas bantuan Inggeris. Akan tetapi Inggeris lalu
menjatuhkannya tahun 1941 M karena perselisihan di antara mereka. Inggeris
mencopotnya dan menggantinya dengan puteranya yang bernama Muhamad Reza
Pahlevi, yang menjadi penguasa sekuler Iran hingga tahun 1399 H/1979 M. Setelah
itu bangkitlah Revolusi Syiah Itsna Asyariyah yang dipimpin oleh Khomeini untuk
mengembalikan kekuasaan syiah di wilayah Persia (Iran).
Demikianlah kisah kekuasaan syiah atas
dunia Islam sejak munculnya firqah-firqah syiah hingga zaman kita sekarang.
Dari ini semua, jelaslah bagi kita bahwa gerakan-gerakan syiah seluruhnya
muncul dalam bentuk pemberontakan dan konfrontasi terhadap pemerintahan Sunni.
Mereka selalu memakai baju agama dengan mengaku cinta kepada ahlul bait atau
mengaku keturunan ahlul bait. Kita juga menyaksikan bahwa dalam seluruh periode
tadi tidak pernah sekalipun terjadi pertempuran antara firqah-firqah syiah tadi
dengan musuh-musuh Islam; baik terhadap kaum Salibis Rusia, Inggeris, Perancis
dan Portugis, maupun terhadap kaum Tartar (Mongol) dan lainnya. Akan tetapi
yang kita saksikan adalah kerjasama nyata yang terjadi berulang kali antara
syiah dengan musuh-musuh Islam sepanjang sejarah.
Pun demikian, kita tidak menyalahkan
generasi yang sekarang akibat kesalahan leluhur mereka, namun kita
mendiskusikan akidah, pemikiran, dan manhaj mereka yang sama persis dengan
akidah, pemikiran, dan manhaj leluhur mereka. Inilah problem utama dan akar
masalahnya Selama mereka semua meyakini bahwa kepemimpinan harus dipegang oleh
keturunan tertentu, dan meyakini bahwa Imam-imam mereka itu mashum, dan
menghujat Abu Bakar, Umar, Utsman dan seluruh sahabat beserta ummahatul muminin
selama itu semua masih mereka lakukan, maka kita tidak boleh berprasangka baik
kepada mereka. Akan tetapi kita mesti mengatakan bahwa anak cucu masih
mengikuti ajaran leluhurnya
Menurut Anda, bagaimana sikap kita
terhadap syiah? Bagaimana kita harus bermuamalah dengan mereka? Adakah
sebaiknya kita diamkan mereka atau kita jelaskan apa adanya? Apakah sebaiknya
kita acuhkan masalah ini ataukah kita pelajari? Inilah yang akan kita bahas
dalam tulisan berikutnya
Semoga Allah memuliakan Islam dan kaum
muslimin
Penulis: Dr. Ragheb Sirjani
Penerjemah: Abo Hozaifah Al Atsary
Wilayah-Wilayah Ismailiyah
Pertama kali ajaran Ismailiyah muncul
pada tahun 268 H di wilayah Yaman.[24] Dalam
waktu yang relatif singkat, Ismailiyah berhasil membentuk pemerintahan setelah
terpisahnya dari induk Syiah. Ismailiyah berhasil membentuk Dinasti Fathimiyah di Mesir. Setelah terjadi
perpecahan di dalam, kemudian berdiri pemerintahan Nazariyah di Al-Maut. Mereka melakukan
perlawanan serius terhadap Bani Abasiyah dari
timur sampai barat.[25]
Syiah,
dari dahulu hingga kini, dan bagaimana sikap kita terhadap mereka
III.Perkembangan Syiah dari dahulu hingga
sekarang
Setelah Al-Hasan Al-‘Askari (Imam Syiah
ke-sebelas) meninggal (260 H), Syiah pecah menjadi beberapa kelompok, dan
setiap kelompok Syiah memiliki ajaran masing-masing. Dan diantaranya yang
paling terkenal adalah kelompok Syiah Itsna ‘Asyariyah, tetapi ada lagi
kelompok yang paling berbahaya diantara kelompok Syiah, yaitu Syiah
Ismailiyah dan Syiah Al-Qoromitoh.
Syiah Ismailiyah berdiri atas usaha
seorang Rahib Yahudi yang ingin menyesatkan ummat Islam, yaitu Maimun
Al-Qoddah. Dia mengaku bahwa dia adalah seorang muslim, padahal tidak. Dia
selalu bersahabat dengan Muhammad bin Ismail bin Ja’far As-Shidiq.
Maimun memiliki taktik yang sangat picik
dalam menyebarkan Syiah Ismailiyah, diantaranya:
a) Memberi nama anaknya dengan nama
Muhammad (Abdullah), agar suatu saat ummat Yahudi mengklaim bahwa anak Maimun
Al-Qoddah adalah keturunan Muhammad bin Ismail bin Ja’far As-Shodiq (termasuk
keturunan dari Rasulullah).
b) Syiah Ismailiyah mengklaim juga bahwa
yang berhak atas kepemimpinan Daulah Islam harus dari keturunan Ismail Ja’far
As-Shodiq.
c) Banyak dari ajaran Syiah Ismailiyah
dibuat oleh Maimun Al-Qoddah yang sangat menyimpang dari ajaran Islam
sebenarnya.
d) Diantara ajaran menyimpang itu adalah
Syiah Ismailiyah menuhankan Imam mereka.
e) Bukan hanya itu saja, mereka juga
tidak menganggap akan peran sahabat Nabi, bahkan mereka menghina Rasulullah
Saw, tetapi dilain sisi, mereka menyatakan bahwa mereka adalah keturunan Nabi
Saw.
f) Dan yang paling keji dari perbuatan
mereka, dengan membunuh kebanyakan ulama ahli Sunah di beberapa daerah Islam.
Beberapa petinggi Syiah Ismailiyah yang
memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran mereka, yaitu Husein Al-Ahwazy
(dia termasuk pendiri ajaran Syiah Ismailiyah), dan bertugas di Busroh, Irak.
Juga Hamdan bin Asy’at, tapi ada yang mengatakan bahwa dia bukan muslim,
melainkan Majusi Faris (Iran sekarang), dan ada juga yang mengatakan bahwa dia
adalah seorang Yahudi Bahrain. Julukan bagi Hamdan ketika itu “Qurmut”, yang
nanti akan menjadi nama kelompok “Al-Qoromitoh”, cabang dari Syiah Ismailiyah.
Syiah Al-Qoromitoh adalah kelompok yang
paling dekat dengan pencapaian penguasaan atas Daulah, tidak lain karena atas
usaha Rustam bin Husein yang menyebarkan ajaran ini di Yaman, serta membuat
Daulah Qoromitoh di sana. Dari sanalah tersebar ajaran ini ke Magrib dan
Bahrain.
Salah satu perbuatan mereka yang amat
tercela adalah pembunuhan atas jamaah Haji, penghancuran Masjidil Haram, di
hari At-Tarwiyah pada tahun 317 Hijriah, serta pencurian Hajar Aswad dari Ka’bah
ketika itu. Hajar Aswad tersebut ditaruh di Ibukota Syiah Al-Qoromitoh selama
22 tahun, lalu pada tahun 339 Hijriah, dikembalikannya kepada tempat asalnya,
Ka’bah.
Kelompok selanjutnya, Syiah Ismailiyah
yang menjadikan salah satu daerah di Magrib, serta menganggap daerah itu cocok
untuk menyebarkan ajaran mereka, dan pengusungnya Abu Abdillah As-Syi’i. Di
sinilah asal mulanya Daulah Syiah sebenarnya, setelah mengangkat Ubaidillah bin
Al-Husein bin Ahmad bin Abdullah bin Maimun Al-Qoddah menjadi Imam Mahdi bagi
mereka. Bahkan mereka menganggap bahwa para imam sebelum Ubaidillah (keturunan
Ismail bin Ja’far As-Sodiq) terhapus. Lalu mereka membuat Daulah baru dengan nama
“Al-Fatimiyah”, diambil dari Sayyidah Fatimah binti Rasulullah Saw.
Daulah Fatimiyah (Syiah Ismailiyah)
menyebarkan ajarannya dan wilayah kekuasaan ke bagian utara Afrika (Mesir) atas
usaha komandan perang mereka, Jauhar As-Soqli Al-Ismaili di zaman Mu’iz
Al-‘Abidi memimpin Syiah (Seharusnya bukan Daulah Fatimiyah, tapi Daulah
“Al-‘Abidi”). Setelah itu didirikanlah kota Kairo, serta Masjid Azhar, dan dari
sanalah tersebar Syiah Ismailiyah ke seluruh Mesir, Hijaz, dan Syam. Penyebaran
Syiah Ismaliyah pesat sekali, hingga terhapusnya ajaran tersebut di zaman
kekuasaan Solahuddin Al-Ayyubi tahun 567 Hijriah.
Kelompok selanjutnya adalah kelompok
Syiah Itsna ‘Asyar, dari inilah muncul banyak kelompok hingga sekarang, seperti
kelompok Bani Saman (kelompok asli Faris/Iran) yang berkuasa di Iran dari tahun
261 Hijriah hingga 389 Hijriah, dan Bani Hamdan (kelompok asli Arab dari
Kabilah Bani Tagollub) yang berkuasa di Irak dari tahun 317 Hijriah hingga 369
Hijriah, diteruskan dengan kelompok Halab dari tahun 333 Hijriah hingga 392
Hijriah. Dan kelompok setelah itu Bani Bawaih (kelompok asli Faris) yang
berkuasa di Iran pada saat Daulah Abbasiyah tahun 334 Hijriah. Iran ketika itu
berada di bawah naungan Daulah Abbasiyah hingga tahun 447 Hijriah sampai
berganti Daulah As-Salajiqoh As-Sunah. Karena besarnya pengaruh dan kekuasaan
Daulah Sunnah atas negeri Iran yang cukup lama, maka mereka memiliki dendam
atas daulah tersebut sehingga banyak penghinaan atas para sabahat Nabi Saw di
setiap pintu Masjid, dan pelecehan terhadap Abu Bakar dan Umar bin Khatab di
setiap khutbah mereka.
Di penghujung abad ke-empat Hijriah,
hilanglah Daulah Al-Qoromitoh, dan di tahun 447 Hijriah, dan juga lenyapnya
Daulah Bani Bawaih. Sedangkan Ismailiyah Al-Abidiyyun masih bertahan hingga tahun
567 Hijriah, tapi setelah itu hilanglah juga daulah mereka. Selepas itu,
kembalilah Ajaran Islam yang hakiki di beberapa daerah Islam, walaupun masih
ada pengaruh Syiah Itsna ‘Asyariah di Iran dan Irak.
Pada tahun 907 Hijriah, berdirilah
kelompok Syiah Ismail As-Sofi, dan juga dia mendirikan Daulah As-Sofwiyah
As-Syi’iyah Al-Itsna ‘Asyariah di Iran, serta menjadikan kota Tibriz Ibukota
daulah mereka. Pada tahun 920 Hijriah, terjadi peperangan sengit antara Daulah
Islam Utsmaniyah dengan Daulah As-Sofwiyah, dan kemenangan berada pada Daulah
Utsmaniyah atas Irak ketika itu.
Pada tahun 1735 Masehi, jatuhlah Daulah
As-Sofwiyah dan pecah menjadi beberapa kelompok kecil Syiah di Iran.
Sekarang Iran masih dibawah naungan
ajaran Syiah yang diketuai oleh Al-Khumaeni As-Syi’iyah Itsna Asyar.
VI. Cerita Yaman
Yaman adalah salah satu daerah yang
masyarakatnya beriman dan masuk ajaran Islam ketika zaman Rasulullah Saw. Dan
masyarakat Yaman juga memiliki andil besar dalam setiap Futuhul Islamiyyah.
Tidak hanya itu saja, Yaman adalah salah tempat yang menjadi gudang ilmu bagi
kebanyakan pelajar, hingga banyak dari mereka yang belajar kesana, seperti Imam
Ahmad Hanbali.
Pada tahun 199 Hijriah, yaitu pada zaman
Khalifah Al-Ma’mun, ada seorang Syiah Zaidiyah, Muhammad bin Ibrohim Thobathiba
dari Kufah, Irak, yang mengutus anak pamannya, Ibrohim bin Muhammad ke Yaman
agar ajaran mereka tersebar luas.
Dan kita sudah tidak asing lagi dengan
ajaran Syiah Zaidiyah, yang didirikan oleh Zaid bin Husein bin Ali bin Abi
Thalib. Hanya golongan inilah yang tidak melenceng aqidahnya satupun dari ahli
sunnah (ketika itu). Mereka berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadist dalam
sehari-harinya, hanya saja, mereka memiliki pandangan berbeda dalam keutamaan
Khalifah. Karena menurut mereka Ali bin Abi Thalib yang lebih pantas atas khilafah
daripada Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khatab, dan Ustman bin Affan. Tetapi
mereka tetap menghormati ketiga sahabat Nabi Muhammad Saw.
Begitu pula kelompok Syiah Zaidiyah tetap
solat berjamaah dengan ummat muslim lainnya, dan tetap menghormati semua sahabat
Nabi Saw, dan mereka tidak mengikuti satupun dari mazhab Syiah Itsna ‘Asyar.
Bahkan penulis kitab “Nailul Author”, Imam Syaukani, adalah seorang penganut
Syiah Zaidiyah Yaman. [7]
Kita kembali kepada cerita Kholifah
Al-Ma’mun (ketika itu masih zaman Daulah Abbasiyah) yang berhasil melumpuhkan
kekuatan revolusi Syiah Zaidiyah di Kufah (atas prakasa Muhammad bin Ibrohim
Thobathiba), tetapi Kholifah Al-Ma’mun belum berhasil melumpuhkan Syiah
Zaidiyah di Yaman (yang ketika itu diketuai oleh Ibrohim bin Muhammad).
Maka Kholifah Al-Ma’mun melakukan
diplomasi dengan Ibrohim bin Muhammad, untuk membolehkan Syiah Zaidiyah di
Yaman, dengan syarat tetap berada di bawah naungan Daulah Abbasiyah.
Pada tahun 284 Hijriah, Yahya bin Husein
Ar-Rusi bisa mendirikan daulah Zaidiyah di Yaman dikenal dengan “Daulah Bani
Ar-Rusi” (Daulah A’immah), karena ketika itu lemahnya pengaruh dan kekuasaan
daulah Abbasiyah atas daerah kekuasaannya.
Seiring berjalannya waktu, pengaruh Syiah
Ismailiyah yang dahulu tidak ada di Yaman, mulai tersebar dikit demi sedikit,
yaitu di daerah Selatan Yaman. Kita sudah mengenal bahwa ajaran Syiah
Islamiliyah adalah ajaran yang sangat menyimpang dari ajaran Islam. Penyebaran
ini terjadi pada tahun 290 Hijriah, dan ajaran mereka hilang begitu saja dengan
cepat pada tahun 304 Hijriah.
Pada abad ke-5 Hijriah, jatuh
pula Daulah Al-Ya’fariyah (daulah aliran sunni yang berpisah dari
daulah Abbasiyah di Yaman sebelum daulah Bani Ar-Rosi). Dan pada abad itu juga
makin lemahnya pengaruh daulah Zaidiyah. Dari sinilah dilanjuti oleh daulah
An-Najahiyyin (dari tahun 403 Hijriah hingga 555 Hijriah). Begitu pula muncul
beberapa daulah Ismailiyah yang berbahaya, yaitu daulah Bani Solih (dari tahun
439 Hijriah hingga 532 Hijriah). Dan daulah Bani Zari’ (dari tahun 467 Hijriah
hingga 569 Hijriah). Dan juga daulah Bani Hatim (dari tahun 533 Hijriah hingga
569 Hijriah). Dari kesemua daulah Ismailiyah di Yaman berada dibawah naungan
Daulah Abidiyah (Daulah Fathimiyah) di Mesir dan Syam, hingga jatuhnya Daulah
Fathimiyah oleh Solahuddin Al-Ayyubi (pada tahun 567 Hijriah).
d) Sesungguhnya sejarah juga telah
menyatakan, bahwa daulah Syiah sejak dahulu tidak pernah mengusik dan memerangi
non-muslim. Diantaranya:
v Daulah Syiah Al-Bawihiyyah tidak
memerangi daulah Bizantium Nasrani, tetapi malah memerangi daulah Abbasiyah
Sunni.
v Daulah Syiah Al-‘Abidiyah (Daulah
Fatimiyyah) tidak memerangi pasukan salib Kristen di Andalusia Utara, melainkan
membantu mereka dalam memerangi Daulah Abdurrohman An-Nashir Sunni di Andalusia
Selatan.
v Daulah Syiah Al-‘Abidiyah di Mesir tidak
memerangi pasuka salib Kristen ketika terjadi peperangan di Syam, maupun
Palestina. Melainkan membantu mereka dalam memerangi pasukan Daulah
As-Salajiqoh Sunni.
v Daulah Syiah As-Sofwiyyah tidak memerangi
Prancis, Inggris, dan Rusia, melainkan memerangi Daulah Turki Utsmani.
[1] Adalah makalah sederhana yang
disampaikan pada kajian regular Batavia Study Club. Senin, 13 Februari 2012, di
Rumah KPJ, Nasr City, Kairo.
[2] Hamba Allah Swt yang masih tercatat
sebagai mahasiswa al-Azhar Uneversity, tingkat III, Jurusan Aqidah wa
al-Falsafah, fakultas Ushuluddin.
[3] Ketika terjadi musyawarah antara
pihak Ali bin Abi Thalib (beliau mengutus Abu Musa Al-Asy’ari) dan Muawiyah bin
Abi Sufyan (dia mengutus Amru bin ‘Ash) dalam penentuan khilafah.
[4] Kitabul Ilmi ‘an Rasulillah, bab
“Al-Akhdzu bisunah wa ijtinabi al-bida’.”
[5] DR. Rogib Sarjani; “Syiah:Nidhol am
Dholal”; hal. 58; Darul Kutub Al-Misriyyah; cetakan ke-2, tahun 2011.
[6] DR. Rogib Sarjani; “Syiah:Nidhol
am Dholal”; hal. 88; Darul Kutub Al-Misriyyah; cetakan ke-2, tahun 2011.
[7] DR. Rogib Sarjani; “Syiah:Nidhol
am Dholal”; hal. 93; Darul Kutub Al-Misriyyah; cetakan ke-2, tahun 2011.
[8] DR. Rogib Sarjani; “Syiah:Nidhol
am Dholal”; hal. 130; Darul Kutub Al-Misriyyah; cetakan ke-2, tahun 2011.
[9] Surat Al-Anfal, ayat 39
277 H. Munculnya gerakan
Al-Qaramithah beraliran Rafidhah di daerah kufah dibawah kendali Hamdan bin
Asy’ats yang dikenal dengan julukan Qirmith.
278 H. Munculnya gerakan
Al-Qaramithah beraliran Rafidhah di daerah Bahrain dan Ahsa’ yang dipelopori
oleh Abu Sa’id Al-Janabi.
280 H. Munculnya kerajaan Zaidiyah
beraliran Syi’ah di Sha’dah dan Shan’a daerah Yaman, dibawah kepemimpinan
Al-Husein bin Al-Qasim Ar-Rasiy.
297 H. Munculnya kerajaan Ubaidiyin
di Mesir dan Maghrib (Maroko) yang didirikan oleh Ubaidillah bin Muhammad
Al-Mahdi.
317 H. Abu Thahir Ar-Rafidhi
Al-Qurmuthi sampai dan memasuki kota Mekah pada hari tarwiyah (8 Dzulhijjah)
lalu membunuh para jamaah haji di masjidil Haram serta mencongkel hajar Aswad
dan membawanya ke tempat ibadah mereka di Ahsa’. Dan hajar Aswad itu berada
disana sampai tahun 355 H. Kerajaan mereka tetap eksis di Ahsa’ hingga tahun
466 H. Pada tahun ini berdirilah kerajaan Hamdaniyah di Mousul dan Halab
kemudian tumbang pada tahun 394 H.
329 H. Pada tahun ini Allah telah
menghinakan kaum Rafidhah karena pada tahun ini dimulailah Ghaibah Al-Kubra
atau menghilang selamanya. Menurut mereka, imam Rafidhah yang ke-12 telah
menulis surat dan sampai kepada mereka yang bunyinya: “Telah dimulailah masa
menghilangku dan aku tidak akan kembali sampai masa yang diizinkan oleh Allah,
maka barangsiapa yang mengatakan bahwa dia telah berjumpa denganku maka dia
adalah pendusta dan telah tertipu.” Semua ini mereka lakukan dengan tujuan
menghindari akan banyaknya pertanyaan orang-orang awam kepada ulama mereka
tentang keterlambatan Imam Mahdi keluar dari persembunyiannya.
320-334 H. Munculnya kerajaan
Buwaihiyah beraliran Rafidhah di daerah Dailam yang didirikan oleh Buwaih bin
Syuja’. Mereka membuat kerusakan-kerusakan di kota Baghdad, Iraq, sehingga
orang-orang bodoh pada masa itu mulai berani memaki-maki para Sahabat
Radhiyallahu ‘anhum.
339 H. Hajar Aswad dikembalikan ke
Mekkah atas rekomendasi dari pemerintahan Ubaidiyah di mesir.
352 H. Pemerintahan Buwaihiyun
mengeluarkan peraturan untuk menutup pasar-pasar pada tanggal 10 muharram dan
meliburkan semua kegiatan jual beli. Lalu para wanita keluar rumah tanpa
mengenakan jilbab dengan memukul-mukul diri mereka di pasar-pasar. Pada saat
itulah pertama kali dalam sejarah diadakan perayaan kesedihan atas meninggalnya
Husein bin Ali bin Abi Thalib.
358 H. Kaum Ubaidiyun beraliran
Rafidhah menguasai Mesir. Salah satu pemimpinnya yang terkenal adalah Al-Hakim
Biamrillah yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan dan menyeru kepada ajaran
reinkarnasi. Dengan runtuhnya kerajaan ini pada tahun 568 H muncullah gerakan
Druz yang berfaham kebatinan.
402 H. Keluarnya pernyataan
kebatilan nasab Fatimah yang digembar-gemborkan oleh penguasa kerajaan
Ubaidiyah di Mesir dan menjelaskan ajaran mereka yang sesat dan mereka adalah
zindiq dan telah dihukumi kafir oleh seluru ulama’ kaum muslimin.
(saifalbattar/syiahindonesia/arrahmah.com)
Oleh Saif Al
BattarAhad, 21 Rabiul Akhir 1434 H / 24 Februari 2013