Marga Arab Hadramaut
Marga Arab Hadramaut (Fam Arab) merujuk kepada nama keluarga
atau marga yang dipakai oleh keturunan bangsa Arab yang berasal dari
daerah Hadramaut, Yaman. Penamaan marga sendiri dipilih berdasarkan kabilah, tempat asal,
sejarah, kebiasaan, atau sifat serta nama nenek moyang golongan tersebut.
Berdasarkan asalnya, marga Arab Hadramaut umumnya dapat dibagi menjadi dua
golongan:
Golongan pertama yaitu
marga-marga keturunan suku Arab Yaman asli, umumnya mengklaim sebagai keturunan Hadhramaut bin
Gahtan, yang merupakan keturunan Nabi Nuh (Non Ba Alawi)
Tidak
ada bukti ilmiyah, Sejak awal Islam hingga abad 9 H, ada marga-marga (fam)
dikalangan Arab (Pribumi) Yaman seperti yang ada saat ini. Mereka hanya menggunakan lafadz "bin/ibn/Ibnu"
pada nama nasab (silsilah keturunan). Perubahan tersebut karena Konspirasi dan
kolaborasi kastasisasi. Lihat artikel dibawah (adm lamurkha).
Golongan kedua yaitu marga-marga
suku Arab yang hijrah dari Basra, Irak. Golongan ini merupakan keturunan Ahmad bin Isa al-Muhajir (biasa disebut Alawiyyin atau Ba Alawi) serta para pengikutnya yang datang
ke Yaman sekitar tahun 319 H (898 M).
Koloni Arab dari Hadramaut diperkirakan telah datang ke Indonesia
sejak abad ke-13. Sejumlah marga yang di Hadramaut sendiri sudah punah seperti "Basyeiban" dan "Haneman", di Indonesia
masih dapat ditemukan. Hal ini karena keturunan Arab Hadramaut di Indonesia saat ini jumlahnya diperkirakan lebih
besar daripada di tempat leluhurnya sendiri, termasuk Raden kesultanan
Palembang Darussalam merupakan keturunan arab Hadramaut
Daftar di bawah ini memuat beberapa marga
Arab Hadramaut:
Jangan Hilangkan Lafadz
"bin/ibn/ibnu"
pada Namamu,...
Berkata Asy-Syaikh Hamud
At-Tuwaijiry rahimahullah :
Bab 32 dari Bentuk Tasyabbuh dengan
Musuh-musuh Allah.
Menghilangkan lafadz "bin/ibn/Ibnu"
pada nama nasab (silsilah keturunan) Seperti perkataan mereka : Ahmad BIN
Muhammad menjadi Ahmad Muhammad, atau yang semisalnya.(Az Zubair Al Awwàm
seharusnya Az Zubair bin Al 'Awwàm,Adnan Ibrahim seharusnya Adnan bin Ibrahim, 'Àisyah
Shuhaib seharusnya 'Àisyah bintu Shuhaib, dst, -red)
Dan ini merupakan kebiasaan dari bangsa
Eropa sejak berabad-abad lalu, dan telah diikuti oleh orang-orang yang taklid
kepada mereka yang jumlahnya tak bisa dihitung lagi kecuali oleh Allah Ta'ala.
Dan mereka yang terfitnah dengan
bertaklid kepada orang-orang Eropa telah menyelisihi Al-Qur'an dan As-Sunnah
serta kaum muslimin sejak zaman sahabat sampai sekarang.
Adapun bentuk penyelisihan mereka
terhadap Al-Qur'an, sebagaimana telah Allah Ta'ala sebutkan tentang 'Isa bin
Maryam pada beberapa tempat dalam Al-Qur'an dengan 'Isa BIN Maryam, bukan 'Isa
Maryam.
begitupula dengan Maryam bintu 'Imran.
Allah berfirman :
﴿وَمَرْيَمَ
ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا...﴾
[التحريم:
12] الآية
{ dan Maryam Bintu 'Imran yang menjaga
kehormatannya...}
Ayat 12 QS. At Tahrim.
Allah Ta'ala tidak menyebut Maryam 'Imran
tapi Maryam Bintu(i) 'Imran.
dan didalam Shahih Muslim dari Abu
Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Hadits Qudsi Allah
berfirman :
((لا
ينبغي لعبدي أن يقول : أنا خيرٌ من يونس بن متى)).
"Tidaklah pantas bagi hamba-Ku untuk
mengatakan 'saya lebih baik dari Yunus BIN Matta"
Adapun bentuk penyelisihan
terhadap As-Sunnah.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al
Imam Ahmad, At-Tirmidziy dari Muththalib bin Abi Wada'ah rahimahullah berkata :
'Berkata Al 'Abbas ; telah sampai pada beliau sebagian dari apa yang diucapkan
oleh manusia, kemudian berkata ; kemudian beliau naik ke mimbar dan bersabda ;
"Siapa saya ?"
Mereka berkata : "Engkau adalah
Rasulullah, beliau lalu bersabda :
"Saya Muhammad BIN Abdillah BIN
Abdul Muththalib "....Al Hadits.
Berkata At Tirmidziy hadits ini Hasan.
Dan didalam "Al Musnad" dan
"Shahih Bukhari" dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"(Hamba) Yang Mulia anak dari
(hamba) Yang Mulia anak dari (hamba) Yang Mulia anak dari (hamba) Yang Mulia
yaitu ; Yusuf BIN Ya'qub BIN Ishaq BIN Ibrahim -'Alaihim As Shalatu was Salam-
Dan didalam As Shahihain (Shahih Bukhari
& Muslim) dari Mu'adz bin Jabal :
'Aku dibonceng oleh Nabi shallallahu
alaihi wa sallam yang tak ada antara aku dan beliau kecuali semisal dudukan
pelana dan berkata kepadaku :
"Wahai Mu'adz bin Jabal"
Aku berkata : "Labbaika wa sa'daika
yaa Rasulullah" (Saya penuhi panggilanmu dengan senang hati wahai
Rasulullah) kemudian berjalan lagi beberapa waktu, kemudian berkata :
"Wahai Mu'adz bin Jabal"
kemudian aku berkata : "Labbaika wa
sa'daika yaa Rasulullah" (Saya penuhi panggilanmu dengan senang hati wahai
Rasulullah)...
Al Hadits.
Juga didalam As Shahihain (Shahih Bukhari
& Shahih Muslim) dan "Al Musnad" dan "Jàmi'ut
Tirmidziy" dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash radhiyallahu 'anhuma dari
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Ambillah oleh kalian bacaan
Al-Qur'an dari 4 (Empat) orang :
dari 'Abdullah bin Mas'ud, Sàlim maula
Abu Hudzaifah dan Mu'àdz bin Jabal dan 'Ubay bin Ka'ab".
dan hadits-hadits yang serupa seperti
yang saya sebutkan diatas sangatlah banyak, dan tidak pernah diriwayatkan bahwa
Nabi menghilangkan lafadz "Ibn"/"bin" pada nasab, dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, dan telah shahih dari beliau
bahwasanya beliau bersabda : "petunjuk kami menyelisihi petunjuk mereka,
yakni : para musyrikin. Diriwayatkan oleh Al Hakim dalam
"Mustadrak"nya.
Dan bentuk penyelisihan kaum muslimin
sejak dahulu sampai sekarang tidaklah tersembunyi bagi para penuntut ilmu, dan
kaum muslimin tidaklah mengetahui akan penghapusan lafadz "bin/ibn"
pada nasab karena percampuran mereka dengan orang-orang Eropa yang akhirnya
menjadikan fitnah kepada orang-orang yang bodoh dengan bertaklid kepada mereka
dan mengikuti kebiasaan-kebiasaan mereka selangkah demi selangkah.
Sumber :
al-Idhah wat Tabyin lima Waqa’a fihi
al-Aktsarun min Musyabahatil Musyrikin karya Syaikh Hamud at-Tuwajiri hlm
215-218
diterjemahkan secara ringkas dari :
WA SaLaM
Pujian Nabi Terhadap
Penduduk Yaman
Oleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan
MINA (Mi’raj Islamic News Agency), Alumni Al-Ahmar Institute Shana’a Yaman
Pada awal perkembangan Islam masa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, penduduk Yaman berbondong-bondong
masuk Islam, setelah mendengar ada Nabi terakhir di jazirah Arab, di Madinah,
dan mereka berbai’at langsung kepada Rasul.
Nabi melihat mereka berbondong-bondong
masuk Islam, lalu sebagian besar menetap ke Madinah (waktu itu Yatsrib). Mereka
berpindah dari Yaman ke Madinah karena di wilayahnya waktu itu sedang terkena
bencana alam, berupa jebolnya bendungan Ma’arib yang dibangun sejak masa ratu
Balqis ketika kerajaan Saba masih berjaya. Dua suku besar Yaman yang menetap di
Yatsrib adalah suku ‘Aus dan Khazraj
Beberapa sahabat Nabi yang memiliki nasab
(asal-usul) dari Yaman antara lain Mu’adz bin Jabal, Abu Hurairah, Zaid bin
Haritsah, Abdullah bin Rawahah, Syarhabil bin Hasnah, Ubay bin Ka’ab, Abdullah
bin Salam, Ubadah bin Shamit, Dahyah al-Kalbi, Tamim ad-Daari, dan lainnya.
Nabi pun memuji kelembutan hati mereka dalam
kalimat, ”Penduduk negeri Yaman telah datang, mereka adalah orang-orang
yang paling lembut hatinya”. (H.R. Ahmad).
Hal
itulah yang tergambar dari ayat yang kemudian turun, ”Apabila telah datang
pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah
dengan berbondong-bondong”. (Q.S. An-Nashr [110] : 1-2).
Berkata Imam Al-Baghawi di dalam
kitab Syarhus Sunnah ketika menerangkan hadits tentang Yaman, bahwa
yang demikian itu merupakan pujian Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam kepada penduduk Yaman, dikarenakan
mereka adalah kaum yang bersegera dalam beriman kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, dan baiknya keimanan mereka kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bahkan Nabi menyebutnya lagi, “Iman itu ada pada
orang Yaman, hikmah pada orang Yaman dan ketenangan ada pada orang Yaman.”
(H.R. Muslim).
Iman itu ada pada orang Yaman, itu pula
yang kemudian mendasari pendirian Universitas Al-Iman (Jami’at Al-Iman) di
Shana’a, ibukota Yaman, tahun 1993.
Universitas Al-Iman dengan berbagai
jurusan keislaman dan umum, pada tahun 2010, dilaporkan memiliki 6.000
mahasiswa.
Saat ini, sejak pertempuran kota dan
kelompok Houthi menguasai pemerintahan Shana’a, September 2014, kabarnya
Universitas Al-Iman ditutup.
Sahabat ke Yaman
Memperhatikan kesungguhan penduduk Yaman
yang secara berbondong-bondong memeluk Islam. Maka, Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam mengutus beberapa sahabat untuk berdakwah di sana. Di antaranya adalah
‘Ali bin Abi Thalib ke Shana’a (ibu kota Yaman), Mu’adz bin Jabbal ke Taiz
(Yaman Selatan) dan Abu Musa Al-Asy’ari ke daerah Zabid, serta sahabat lainnya
secara bergiliran.
Sesampainya di sana, mereka bersama
penduduk setempat kemudian mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan tempat
belajar Islam. Peninggalan bersejarah masjid-masjid itu hingga kini masih
berdiri dengan kokoh, yaitu Masjid al-Jami’ al-Kabir yang didirikan oleh Ali
bin Abi Thalib, Masjid al-Janad oleh Mu’adz bin Jabbal, serta Masjid Asya’ir oleh
Abu Musa Al-Asy’ari.
Ali bin Abi Thalib saat diutus ke Yaman,
kemudian membangun Masjid al-Jami’ al-Kabir, di wilayah kota Shana’a.
Masjid ini merupakan masjid tertua di
Yaman. Utusan selanjutnya, Nabi mengutus Wabr bin Yuhannas al-Khuzai, untuk
melanjutkan risalah dakwah sahabat sebelumnya, Ali bin Abi Thalib.
Rasul kepada Wabr berpesan agar
melanjutkan menyeru warga Yaman kepada iman kepada Allah. Sekiranya mereka
patuh serta taat, maka ia diminta untuk juga mengajarkan syariat shalat.
Di Yaman, Wabr melanjutkan
pembangunan Masjid al-Jami’ al-Kabir yang dibangun awal oleh Ali bin Abi
Thalib. Selanjutnya bangunan diperluas dan direnovasi oleh Khalifah Bani
Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik.
Menurut warga setempat, masjid ini
berdiri di atas reruntuhan Istana Ghamdan Bangsa Saba’ yang terkenal di
Shana’a.
Pada tahun 2009, Penulis saat mengikuti
studi di Al-Ahmar Institut Shana’a, menyempatkan berkunjung ke masjid tersebut.
Di dalamnya terdapat sederetan Al-Quran ukuran besar, tulisan tangan ulama
terdahulu, untuk dibaca jamaah yang shalat di Masjid itu.
Kompleks bangunan masjid dibuat mengikuti
pola bangunan Masjidil Haram di Mekkah al-Mukarramah. Di tengah-tengahnya
dibuat bangunan segi empat seperti Ka’bah.
Sahabat lainnya, Mu’adz bin Jabbal, yang
masuk Islam pada usia 28 tahun, saat akan diberangkatkan ke Yaman, Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berkenan memberikan petuahnya, melalui
pertanyaan-pertanyaan beliau. Nabi bertanya, “Bagaimana engkau akan menetapkan
hukum jika ada suatu perkara yang engkau hadapi di sana nanti?” Mu’adz
menjawab, “Aku akan menetapkan hukum berdasarkan Kitabullah”. Lanjut Nabi,
“Jika tidak ada dalam Kitabullah?” balas Mu’adz, “Maka aku akan menetapkan
dengan hadits Rasulullah”. Rasulullah bertanya lagi, “Bagaimana jika juga tidak
ada dalam Sunnah Rasulullah?” Mu’adz menjawab, “Aku akan berijtihad dengan
pendapatku dan tidak akan berlebihan”. Setelah itu Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam menepuk dadanya dan bersabda, “Segala puji bagi Allah
yang telah menyelaraskan utusan Rasulullah dengannya, sebagaimana yang diridhai
oleh Rasulullah”.
Rasulullah saat itu mengantar Mu’adz
dengan berjalan kaki sedangkan Mu’adz berkendaraan, dan Nabi pun berkata
kepadanya, ” Sungguh, aku mencintaimu“.
Mu’adz bin Jabal diutus ke wilayah Taiz,
ujung Yaman Selatan, dan mendirikan Masjid al-Janad di sana. Bangunan
masjid ini terletak di antara rumah-rumah penduduk, sehingga tidak terlihat
dari kejauhan. Hanya lorong yang memisahkan masjid dengan bangunan yang lain,
sehingga tidak ada taman atau tempat parkir di sekitarnya.
Masjid Al-Janad atau ada yang membaca
dengan Masjid Al-Jund ditetapkan sebagai bagian dari Kota Budaya di Yaman.
Di masjid ini terdapat perpustakaan yang
menyimpan dokumen-dokumen yang diyakini sebagai milik sahabat Mu’adz bin Jabal.
Sahabat berikutnya adalah Abu Musa
Al-Asy’ari yang aslinya juga dari Yaman, diutus ke daerah Zabid, Yaman Utara,
dan kemudian mendirikan masjid yang disebut dengan Masjid Al-Asy’ari.
Awal masuk Islamnya Abu Musa, adalah
ketika ia berhijrah dari Yaman bersama saudaranya Abu Ruhm dan Abu Amir serta
sekitar 50 kerabat dan kaumnya.
Rombongan Abu Musa naik perahu kayu
hingga tiba di Najasyi, Afrika. Di sana mereka bertemu sahabat Nabi, Ja’far bin
Abu Thalib beserta sahabat-sahabat lainnya, yang juga sedang berhijrah ke sana.
Setelah itu, rombongan pun berhijrah ke
Madinah, setelah mengetahui Nabi berhijrah ke sana. Saat rombongan Abu Musa
sampai di Madinah, Rasul menyambutnya dengan kalimat, “Kalian telah hijrah dua
kali, yaitu hijrah ke Najasyi dan hijrah kepadaku.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda kepada orang-orang Yaman, “Hati mereka halus terhadap Islam”.
Ketika rombongan Yaman bertemu para sahabat
Nabi, mereka saling berjabat tangan, sebuah kebiasaan yang selama ini tidak
ada. Sehingga mulai saat itu, berjabat tangan menjadi sunnah yang diberlakukan
Nabi.
Yaman Kini (ulah endatang)
Kini Yaman dalam kondisi konflik
peperangan, yang berdampak pada kondisi warga sipil dan sekitarnya.
Pemberontakan dan perebutan kekuasaan
yang menjurus kepada perang saudara yang sengit setahun terakhir ini menambah
kesengsaraan hidup rakyat Yaman. Campur tangan pihak-pihak asing baik yang
diminta atau tidak diminta oleh kalangan dalam negeri Yaman justru memperburuk
keadaan. Padahal penduduk negeri Yaman digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam, “Pendukuk Yaman telah mendatangi kalian, mereka memiliki hati
yang sangat lunak dan jiwa yang sangat lembut. Fiqih adalah Yaman dan hikmah
adalah Yaman.” (HR Bukhari).
Kita tentu berharap berbagai pihak
terkait Yaman, tidak mudah terprovokasi pihak-pihak ketiga yang ingin mengail
di air keruh, dengan mengadu domba sesama umat Islam dan bangsa Yaman
serta Arab pada umumnya. Sebab hal itu hanya akan menyebabkan konflik berkepanjangan
yang akhirnya hanya merugikan umat, bangsa Yaman dan kawasan Arab sendiri.
Umat Islam di seluruh dunia juga tentu
tidak ingin peninggalan peradaban Islam di Yaman, khususnya masjid-masjid yang
menandakan peninggalan para sahabat Nabi yang mulia, rusak atau hancur terkena
dampak kekerasan di sana. (T/P4/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Agama Syi’ah Mulai Terbentuk (Terorganisir) Pada
Akhir Abad 3 H, Dengan Baru Memiliki Kitab Rujukan Tersendiri (Aqidah-Fiqih-
Cara Ibadah-Dll), Yang Dibuat 200 Tahun Setelah Ja’far Shadiq Wafat. Sebelumnya
Mereka Masih Sama Dengan Umat Islam (Ahlus Sunnah).
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :
Penduduk Yaman Umatnya Yang “Paling Pertama” Merasakan Segarnya Air Telaga
Beliau. Siapakah Mereka ? Penduduk Asli (Pribumi) Yaman Dan Bukan Aqidah Tanduk
Setan, Syiah Rafidhah, Mu'tazillah, Khawaarij, Thoriqoh-Thoriqoh Ahlul-Bid'ah
Shufiyyah Dan Perusak Aqidah Lainnya Yang Menjamur Di Abad 3 H.
(Mereka yang Terhalang Minum dari Telaga Al
Kautsar)
Subhanallah, Terbukti Dua Karakteristik Ucapan
Rasulullah SAW : Keimanan Ada Pada Penduduk Al Haramain, Yaman Dan Syam Serta
Kelak Sumber Malapetaka (Tanduk Setan) Ada Di 'Iraaq (Najd, Kufah, Basrah Dan
Timur Lainnya). Terbukti Benar : Sekte Sesat-Kejam Syiah Ismailiyah,
Qaramithah, Itsna Asyariyah, Al-Jarudiyah, An-Nushairiyah, Mu'tazillah,
Khawaarij, Thoriqoh-thoriqoh Ahlul-Bid'ah Shufiyyah Dan Kerusakan Aqidah
Lainnya Lahir Dari Sini (Timur) !
[Aqidah Tanduk
Setan (Najd) yang dimaksud Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
menyelisihi Al Qur’an dan Hadits (Shahih dan Sharih), jelas bukan Manhaj
Salafush shalih (Manhaj tiga generasi terbaik setelah Nabi)].
Pujian Luar Biasa Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wa Sallam Kepada Orang-Orang Yaman (Pribumi Asli Yaman), Lurus Aqidahnya
(Ittiba) “Mereka Yang Paling Lembut Hatinya Dan Paling Halus Jiwanya. Iman Itu
Yaman, (Fiqh ‘Pemahaman Agama Yang Baik’ Itu Yaman*) Dan Hikmah Itu Yaman.”
[Hr. Al-Bukhari Dan Muslim]
Pujian Luar Biasa Dari Nabi Kepada Akhlak
(Keimanan) Penduduk Yaman, Namun Pada Abad 3H Dirusak Dengan Berkuasanya Syiah
Ismailiyah (Qaramithah) Dari Kufah Dan Basrah.
Apa Yang Terjadi Di Basrah Dan Sekitarnya Pada
Tahun 260H – 350H?
Negeri Yaman, Surga Para Pencari Ilmu
Keutamaan Yaman (Dari Manakah Fitnah itu
Datang?)
Kufah, Sumber Malapetaka Umat
Uwais Al Qarni : Kecintaannya Kepada Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Serta Zuhud Dan Wara’nya Luar Biasa, Tidak Butuh
Legitimasi (Pencitraan) Dan Eksisitensi Dari Manusia.
Para Ulama Menyebut Daulah Fatimiyah (3H)
Dengan Daulah Ubaidiyah (Ubaidullah Al-Mahdi). Tidak Ada Bukti Ilmiyah (Jahr
Wat Ta’dil) Dari Ulama-Ulama Tsiqah Yang Hidup Diabad Ke 3H-7H Terkait Klaim
Nasab Mereka Kepada Fathimah RA. Daulah Peneror Terkejam (Syi’ah Ismailiyah)
Terhadap Ahlu Sunnah.
[Kenapa Dinasti Fathimiyyun yang besar dan
mengklaim Memiliki Nasab Sampai Fatimah RA, saat ini tidak meninggalkan jejak
keturunannya (terdata)?]
Apakah Fathimiyyun Memiliki Nasab Sampai
Fatimah? Hasil Skenario Hebat Seorang Yahudi Munafiq (Maimun Al Qaddah) Yang
Dekat Dengan Cucunya Ja’far Shadiq (Muhammad Bin Isma’il), Mengkloning Nama
Anaknya (Abdullah) Sama Dengan Nama Cucu Ismail Bin Ja’far Shadiq (Abdullah Bin
Muhammad Bin Ismail Bin Ja’far Shadiq) Dan Seterusnya.
[apakah saat ini
ada Keturunan nabi (Fatimah RA), dari Dinasti Fatimiyyun ? Padahal Kerajaan
Besar dengan bangunan Pendidikan Monumental Al-Azhar].
Continued