http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/03/beberapa-riwayat-tentang-kafirnya-abu.html
١ - عن سعيد ابن المسيب، عن أبيه قال : ما حضرت أبا طالب الوفاة،
جاءه رسول الله صلى الله عليه وسلم، فوجد عنده أبا جهل وعبد الله بن أبي أمية بن
المغيرة، فقال: (أي عم، قل لا إله إلا الله، كلمة أحاج لك بها عند الله). فقال أبو
جهل وعبد الله بن أبي أمية: أترغب عن ملة عبد المطلب، فلم يزل رسول الله صلى الله
عليه وسلم يعرضها عليه، ويعيدانه بتلك المقالة، حتى قال أبو طالب آخر ما كلمهم:
على ملة عبد المطلب، وأبى أن يقول: لا إله إلا الله، قال: قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم: (والله لأستغفرن لك ما لم أنه عنك). فأنزل الله: {ما كان للنبي والذين
آمنوا أن يستغفروا للمشركين}. وأنزل الله في أبي طالب، فقال لرسول الله صلى الله
عليه وسلم: {إنك لا تهدي من أحببت ولكن الله يهدي من يشاء}.
1. Dari Sa’id bin Al-Musayyib,
dari ayahnya ia berkata : Ketika Abu Thaalib hampir mati, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengunjunginya dan beliau mendapati Abu Jahl dan ‘Abdullah
bin Abi Umayyah bin Al-Mughiirah di sisi Abu Thaalib. Nabishallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallaah; satu
kalimat yang aku dapat berhujjah membelamu kelak di hadapan Allah”. Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah berkata : “Wahai
Abu Thaalib, apakah engkau membenci agama ‘Abdul-Muthallib ?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak henti-hentinya mengulangi kalimat tersebut agar Abu
Thaalib mengucapkannya, namun keduanya (Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Umayyah)
juga mengulang apa yang telah mereka katakan sebelumnya. Hingga akhir perkataan
Abu Thaalib saat kematiannya adalah : di atas agama ‘Abdul-Muthallib, dan
menolak untuk mengucapkan Laa ilaaha illallaah. Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallambersabda : “Demi Allah, sungguh aku akan memintakan ampun kepadamu
selama tidak dilarang”. Maka Allah
menurunkan ayat : “Tiadalah sepatutnya
bagi Nabi dan orang-orang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi
orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu kaum kerabat(nya),
sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka jahannam” (QS. At-Taubah : 113). Ayat
ini diturunkan berkenaan dengan Abu Thaalib. Dan Allah berfirman kepada
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya kamu tidak
dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. Al-Qashshash : 56) [Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy no.
4675, 4772; Muslim no. 24; Ahmad 5/433; dan yang lainnya].
٢ -
عن أبي هريرة؛ قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لعمه : "قل: لا إله
إلا الله، أشهد لك بها يوم القيامة" قال: لولا أن تعيرني قريش. يقولون: إنما
حمله، على ذلك، الجزع. لأقررت بها عينك. فأنزل الله: {إنك لا تهدي من أحببت ولكن
الله يهدي من يشاء}.
2. Dari Abu Hurairah, ia
berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam kepada pamannya (Abu
Thaalib) : “Katakanlah : Laa ilaaha illallaah, yang dengan itu aku
bersaksi untukmu kelak di hari kiamat”.
Abu Thaalib berkata : “Seandainya saja orang-orang Quraisy tidak mencelaku
dengan mengatakan : ‘Sesungguhnya dia hanya mengatakan karena akan mati saja’ ;
niscaya aku akan mengikrarkan kalimat itu untuk menyenangkanmu”. Maka Allah
menurunkan ayat :“Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada
orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia
kehendaki” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 25, Abu ‘Awanah 1/15,
At-Tirmidzi no. 3188, dan yang lainnya].
٣ -
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه : أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم، وذكر
عنده عمه أبو طالب، فقال : (لعله تنفعه شفاعتي يوم القيامة، فيجعل في ضحضاح من
النار يبلغ كعبيه، يغلي منه أم دماغه).
3. Dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu,
bahwasannya ia mendengar Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam yang saat itu disebutkan di
sisi beliau perihal pamannya Abu Thaalib, maka beliau bersabda : “Semoga syafa’atku bermanfaat baginya pada hari kiamat.
Karena itu dia ditempatkan di neraka yang paling dangkal. Api neraka mencapai
mata kakinya, yang dengan itu otaknya mendidih” [HR. Al-Bukhari no. 3885 & 6564, Muslim no. 210; dan
yang lainnya].
٤ -
عن العباس بن عبد المطلب رضي الله عنه : قال للنبي صلى الله عليه وسلم : ما أغنيت
عن عمك، فإنه كان يحوطك ويغضب لك؟ قال: (هو في ضحضاح من نار، ولولا أنا لكان في
الدرك الأسفل من النار).
4. Dari Al-‘Abbaas bin
‘Abdil-Muthallib radliyallaahu ‘anhu, ia berkata kepada Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Apakah engaku bisa memberikan sesuatu kepada pamanmu
(Abu Thaalib). Sesungguhnya ia dulu telah melindungimu dan marah untukmu”.
Beliau bersabda : “Ia berada di pinggir
neraka. Seandainya saja bukan karena aku (syafa’atku), niscaya ia berada di
dalam kerak neraka paling dalam”[Diriwayatkan
oleh Al-Bukhariy no. 3883 & 6208 & 6572, Muslim no. 209, dan yang
lainnya].
Adapun hujjah kaum Syi’ah
yang menyatakan bahwa Abu Thaalib tidak kafir dan masuk Islam diantaranya
sebagai berikut :
أخبرنا أبو عبد الله الحافظ قال حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب قال
حدثنا أحمد بن عبد الجبار قال حدثنا يونس بن بكير عن ابن إسحاق قال حدثني العباس
بن عبد الله بن معبد عن بعض أهله عن ابن عباس قال لما أتى رسول الله أبا طالب في
مرضه فقال له أي عم قل لا إله لا الله أستحل لك بها الشفاعة يوم القيامة فقال يا
ابن أخي والله لولا أن تكون سبة عليك وعلى أهل بيتك من بعدي يرون أني قلتها جزعا
حين نزل بي الموت لقلتها لا أقولها إلا لأسرك بها فلما ثقل أبو طالب رئي يحرك
شفتيه فأصغى إليه العباس ليستمع قوله فرجع العباس عنه فقال يا رسول الله قد والله
قال الكلمة التي سألته فقال النبي لم أسمع
Telah mengkhabarkan kepada
kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin ‘Abdil-Jabbaar, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yuunus bin
Bukair, dari Ibnu Ishaaq, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
Al-‘Abbaas bin ‘Abdillah bin Ma’bad, dari sebagian keluarganya, dari Ibnu
‘Abbaas, ia berkata : “Ketika Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam menjenguk Abu Thaalib
saat ia sedang sakit, maka beliau bersabda kepadanya : “Wahai pamanku, katakanlah Laa ilaha illallaah yang dengan
itu aku menghalalkan bagimu syafa’at di hari kiamat”. Abu Thaalib berkata : “Wahai keponakanku, demi Allah
seandainya saja bukan karena celaan yang akan dialamatkan kepadamu dan
keluargamu setelahku dimana aku mengucapkan kalimat itu karena kematian
menghampiriku, niscaya aku akan mengucapkannya untuk membahagiakanmu”. Ketika
kematian hampir menjemputnya, aku melihatnya menggerakkan kedua bibirnya, maka
Al-‘Abbaas pun mendekat untuk mendengarkan apa yang dikatakannya. Al-‘Abbaas
kembali dan berkata : “Wahai Rasulullah, demi Allah, sungguh ia telah kalimat
yang engkau minta tadi”. Nabi bersabda : “Aku tidak
mendengarnya” [Diriwayatkan oleh
Al-Baihaqiy dalam Dalaailun-Nubuwwah, 2/346].
Al-Haafidh Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
أن في السند مبهما لا يعرف حاله وهو قوله " عن بعض أهله "
وهذا إبهام في الاسم والحال، ومثله يتوقف فيه لو انفرد
“Bahwasannya dalam sanadnya
terdapat perawi mubham yang tidak diketahui
keadaannya, yaitu dalam perkataannya : ‘dari sebagian
keluarganya’. Ketidakjelasan ini ada dalam
nama dan keadaannya. Dan yang seperti ini tidaklah bias diterima jika ia
bersendirian” [As-Siiraah An-Nabawiyyah, 2/125].
Selain itu, riwayat tersebut
jelas-jelas bertentangan dengan hadits-hadits di atas yang menyatakan kekafiran
Abu Thaalib, khususnya hadits no. 4.
Al-Haafidh Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
فهذا هو الصحيح برد الرواية التي ذكرها بن إسحاق إذ لو كان قال كلمة
التوحيد ما نهى الله تعالى نبيه عن الاستغفار له. وهذا الجواب أولى من قول من أجاب
بأن العباس ما أدى هذه الشهادة وهو مسلم وإنما ذكرها قبل أن يسلم فلا يعتد بها
“Inilah yang benar (yaitu
hadits no. 4 – Abul-Jauzaa’),
yang membantah riwayat yang disebutkan Ibnu Ishaaq. Seandainya Abu Thaalib
benar-benar mengucapkan kalimat tauhid, niscaya Allah ta’ala tidak akan
melarang Nabi-Nya untuk memintakan ampun baginya. Inilah jawaban yang lebih
utama daripada jawaban yang diberikan pihak mengatakan bahwa Al-‘Abbaas tidak
menyampaikan persaksian tersebut dalam keadaan muslim, karena ia menyebutkan
itu sebelum masuk Islam sehingga (persaksiannya itu) tidak diperhitungkan[1]” [Al-Ishaabah, 7/114].
Oleh karena itu, kualitas
hadits ini adalah munkar.
ومن طريق ابن المبارك عن صفوان بن عمرو عن أبي عامر الهوزني أن رسول
الله صلى الله عليه وسلم خرج معارضاً جنازة أبي طالب وهو يقول: " وصلتك رحم
Dari jalan Ibnul-Mubaarak,
dari Shafwaan bin ‘Amr, dari Abu ‘Aamir Al-Hauzaniy : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam keluar meninggalkan jenazah Abu Thaalib. Beliau bersabda : “Aku telah menyambung silaturahim kepadamu” [Al-Ishaabah, 7/113].
Ibnu Hajar rahimahullah mengomentari :
وأما الثالث وهو أثر الهوزني فهو مرسل ومع ذلك فليس في قوله: "
وصلتك رحم " ما يدل على إسلامه بل فيه ما يدل على عدمه وهو معارضته لجنازته
ولو كان أسلم لمشى معه وصلى عليه.
“Adapun yang ketiga, yaitu atsar Al-Hauzaniy, maka ia mursal. Bersamaan dengan itu,
perkataan beliau ‘Aku telah menyambung silaturahim
kepadamu’ tidaklah menunjukkan keislaman Abu
Thaalib. Bahkan itu menunjukkan tidak islamnya Abu Thaalib karena saat itu
beliau keluar meninggalkan jenazah Abu Thaalib. Seandainya ia telah masuk
Islam, niscaya beliau akan berjalan mengantar jenazahnya dan menyalatkannya” [Al-Ishaabah,
7/114].
ومن طريق عبد الله بن ضميرة عن أبيه عن علي أنه لما أسلم قال له أبو
طالب: الزم ابن عمك.
Dari jalan ‘Abdullah bin
Dlamiirah, dari ayahnya, dari ‘Aliy : Bahwasannya ketika ia masuk Islam, Abu
Thaalib berkata kepadanya : “Tetapilah/ikutilah anak pamanmu (yaitu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam)” [Al-Ishaabah, 7/113].
Dan yang lainnya semakna
riwayat di atas [silakan lihat Al-Ishaabah, 7/113]. Ini pun tidak menunjukkan keislaman Abu Thaalib.
Yang ada hanyalah perintahnya kepada anaknya (‘Aliy – dan di dalam riwayat lain
: Ja’far) untuk menetapi Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam,
sedangkan ia sendiri masih ada dalam agama nenek moyangnya karena takut celaan
kaumnya (sehingga enggan masuk Islam hingga meninggal).
Wallaahu a’lam.