Hasan bin Farhan al Maliki
Saat ini banyak muncul kalangan yang sesat dan menyimpang; kaum liberal, pluralis, sekuler, Khawarij, Murji’ah, Syi’ah dan lain sebagainya. Kalangan sesat tersebut tidak lepas dari para pengusungnya dan ada para pengasongnya. Di antara asongan yang menjajkan aliran sesat dan menyimpang adalah sosok yang mempuyai nama Hasan bin Farhan al Maliki.
Banyak kalangan yang tertipu oleh cara dan gaya berpikir Hasan bin Farhan yang terlihat intelek dan logis cara berpikirnya. Bahkan ada aktifis yang ‘nyunnah’ kemudian bisa berubah dan tertarik dengan gagasan-gagasan. Dengan demikian siapa sebenarnya Hasan bin Farhan yang oleh sebagian dipuja dan dielu-elukan? Sebenarnya para ulama kontemporer sudah membahas dan menjelaskan tentang siapa sebenarnya Hasan bin Farhan. Diantara deretan ulama tersebut adalah Syaikh Hamud bin ‘Uqla as Syu’aibi, Ali bin Khudhair al Khudhair, Dr. Abdullah Faqih dalam Markaz fatwanya dll
Foto : Hasan bin Farhan dan ulama syiah
Berikut ini adalah beberapa point tentang gambaran sosok Hasan bin Farhan:
Banyak melecehkan sahabat nabi;
Membatasi sahabat hanya dari kalangan muhajirin dan Asnhar saja; yaitu para sahabat yang hijrah sebelum Hudaibiyah dan Baeat Ridhwan.
Secara umum para sahabat tidak adil dan dia menyatakan bahwa ini adalah pendapat mayoritas ulama.
Abu Hurairah banyak lupanya dan banyak mengambil riwayat Isroiliat
Abu Sufyan keislamannya diragukan oleh para ulama
Mu’awiyah menggunakan kekerasan dalam meraih kepemimpinan dan banyak melakukan kerusakan
Melecehkan Abdullah bin Umar, Abdullah bin ‘Amr, Abdullah bin Zubair dan lain sebagainya.
Khalid bin Walid, Amr bin ‘Ash, Mughairah bin Syu’bah bukan sahabat dan mereka adalah kalangan yang cinta kedudukan.
Ali bin Abi Thalib lebih berhak menjadi khalifah sesudah nabi karena Ali bin Abi Thalib berasala dari bani Hasyim dan Bani Hasyim merupakan suku yang paling mulia. Selain itu, menurutnya bahwa pemilihan Abu Bakar ada unsur pemaksaan dan kalangan Anshar sebenarnya ingin memilih Ali.
Menolak hadits tentang penetapan sifat Allah dan menuduh kalangan yang menetapkan sifat-sifat tersebut dengan mujassimah dan musyabbihah.
Dalam hal ini ia menyerupai pendapat kalangan Mu’tazilah dan Jahmiyah.
Menyatakan bahwa prinsip-prinsip aqidah Ahlus Sunnah dibuat karena benturan politik dan tidak berdasar pada Al Qur’an, Hadits dan sahabat. Kemudian dia mencontohkan permasalah ‘Al Qur’an Bukan Mkhluq’.
Melecehkan beberapa ulama di antaranya Abdullah bin Ahmad, Ibn Taimiyah, Ibn al Qayyim, Dzahabi, al Barbahari, Ibn Baththah dan lain-lain.
Banyak mencela ulama dari kalangan Hanabilah (yang bermadzhab dengan madzhab Imam Ahmad).
Di antara tuduhannya kepada mereka adalah;
banyak memasukan hal-hal baru dalam masalah akidah
mudah memvonis kafir
keberadaan mereka merupakan teror bagi lawannya
memalsukan hadits dan suka merubah sanad-sanad hadits
membunuh sebagian fuqaha madzhab Imam Syafi’i
menggenalisir kesalahan personal atas madzhab secara keseluruhan
melemahkan (riwayat) kalangan yang bersebrangan dengan mereka
kultus terhadap para guru
para pendahulu madzhab Hanabilah pada abad III dan IV melakukan penyimpangan terhadap Ali bin Abi Thalib
menyatakan bahwa buku-buku Akidah Ahlus Sunnah kebenarannya hanya sedikit dan buku-buku tersebut rusak dan merusak. Kemunduran umat ini dikarenakan adanya buku-buku tersebut.
Banyak melakukan advokasi terhadap kalangan yang menyimpang seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Khawarij, Qaramithah, para Filsuf yang menyimpang dan lain-lain.
Dia kemudian menyatakan bahwa yang dimaksud mayoritas adalah mereka (kalangan sesat tersebut). Para tokoh aliran yang menyimpang seperti Jahm bin Shafwan, Amr bin Ubaid, Ja’d bin Dirham, Washil bin ‘Atha, Ghailan ad Dimasyqi dan lain-lain adalah sama dengan yang dengan nama Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal, Ibn Taimiyah dan lain-lain.
Berani berbohong atas nama ulama.
Menyandarkan suatu pernyataan kepada ulama akan tetapi ulama tersebut tidak pernh menyatakannya.
Tlisan-tulisannya keras dan arogan terhadap Ahlu Sunnah dan lunak serta loyal kepada kalangan Syi’ah.
Sehingg salah satu karyanya ‘Qira’ah Fi Kutub al ‘Aqaid al Madzhab al Hanbai Namudzajan, diterbitkan oleh salah satu enerbit Syi’ah di Indonesia dan diterjemahkan dengan judul ‘Pilih Islam atau Madzhab’.
Meragukan buku-buku tarikh yang ditulis kalangan Ahlu Sunnah.
Dalam persepsinya, buku-buku sejarah tersebut lahir di bawah kendali penguasa pada masa itu. Dia banyak bersandar kepada.
Menuduh motif umat ini berperang hanya mencari keuntungan dunia. Peperangan pada masa Bani Umayah hanyalah dalam rangka dunia, kekuasaan dan penjajahan. Sehingga pada masa bani Umayah lebih tepat disebut dengan penjajahan Bani Umayah.
Tidak konsisten dengan pendapatnya.
Ketika membela Syi’ah kemudian pendapatnya bisa digugurkan kemudian berbalik kadang membela sahabat. Konsep berpikirnya rapuh.
Dan masih banyak penyimpangan-penyimpangan lainnya sehinaga wajar jika Dr. Abdullah Faqih menyatakan bahwa Hasan bin Farhan adalah sosok yang sesat dan jahil.
Dan wajar juga jika Syaikh Hamud al Uqla mengusulkan beberapa saran di antaranya: Dilarang menulis, Dilarang menerbitkan buku-bukunya dan dilarang penyebarannya, Menjauhkannya dari segala hal yang ada kaitannya dengan mengajar, Diajukan ke pengadilan atas dakwaanya terhadap keadilan para sahabat