Sedang hangat dalam dua pekan ini perihal statement kakek[1] Quraish Shihab tentang tidak dijaminnya surga
bagi Nabi shallallaahu ‘alaihi
wa sallam[2]. Ini
menambah daftar statement bermasalah Quraish Shihab dalam masalah agama yang
menyebar ke tengah umat[3].
Quraish Shihab menyatakan ketiadaan jaminan Nabishallallaahu
‘alaihi wa sallam masuk surga
berdalil dengan hadits bahwa tidak ada seorang pun yang masuk surga dengan
amalnya. Perkataan ini mengandung dua kekeliruan pokok, yaitu:
1. Pernyataan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak dijamin masuk surga.
Perkataan ini tidak pernah dikatakan ulama Islam manapun
yang diakui kaum muslimin – kecuali Quraish Shihab sendiri barangkali.
Perkataan ini sangat munkaryang dapat
menyebabkan pengucapnya keluar (murtad) dari Islam. Banyak nash, baik
yang penunjukkannya langsung ataupun tidak langsung, menyatakan Nabishallallaahu
‘alaihi wa sallam telah Allah ta’ala jamin masuk ke dalam surga. Diantaranya:
Allah ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah” [QS. Al-Ahzaab : 21].
Sisi
pendalilan : Jika individu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah ditetapkan sebagai teladan bagi
umatnya yang mengharapkan pahala dan rahmat Allah di akhirat[4] (surga), tentu konsekuensinya beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah individu yang telah dijamin surga.[5]
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
“Sesungguhnya
Kami telah memberikanmu Al-Kautsar” [QS. Al-Kautsar].
Sisi
pendalilan : Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah dijanjikan Allah ta’alamendapatkan Al-Kautsar, dan Al-Kautsar adalah sungai di dalam surga[6]. Jika beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dijanjikan mendapatkan sesuatu di dalam
surga, pasti beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam akan memasukinya.
Dalil dari
hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
وحَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ،
وزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، قَالَا: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ، حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " آتِي بَابَ
الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَأَسْتَفْتِحُ، فَيَقُولُ الْخَازِنُ: مَنْ
أَنْتَ؟ فَأَقُولُ: مُحَمَّدٌ، فَيَقُولُ: بِكَ أُمِرْتُ، لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ
قَبْلَكَ "
Dan telah
menceritakan kepadaku ‘Amru bin An-Naaqid dan Zuhair bin Harb, mereka berdua
berkata : Telah menceritakan kepada kami Haasyim bin Al-Qaasim : Telah
menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Al-Mughiirah, dari Tsaabit, dari Anas
bin Maalik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Aku mendatangi pintu surga pada hari
kiamat. Lalu aku minta dibukakan. Penjaga pintu surga berkata : ‘Siapakah
engkau?’. Lalu aku menjawab : ‘Muhammad’. Lantas ia berkata : ‘Aku
diperintahkan dengan sebabmu, aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelummu”
[Diriwayatkan oleh Muslim no. 197].
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ
سَعِيدٍ، وإِسْحَاق بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ،
عَنِ الْمُخْتَارِ بْنِ فُلْفُلٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ يَشْفَعُ
فِي الْجَنَّةِ، وَأَنَا أَكْثَرُ الأَنْبِيَاءِ تَبَعًا "
Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid dan Ishaaq bin Ibraahiim; Qutaibah
berkata : Telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Al-Mukhtaar bin Fulful,
dari Anas bin Maalik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku adalah orang yang pertama kali memberi syafa'at di surga, dan aku adalah
nabi yang paling banyak pengikutnya” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 196].
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ
زُرَارَةَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ
سَهْلٍ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَنَا
وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا، وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ
وَالْوُسْطَى وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا "
Telah
menceritakan kepadaku ‘Amru bin Ruzaiq : Telah mengkhabarkan kepada kami
‘Abdul-‘Aziiz bin Abi Haazim, dari ayahnya, dari Sahl, ia berkata : Telah
bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku dan orang yang menanggung anak
yatim berada di surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan jari
telunjuk dan jari tengahnya, dan sedikit merenggangkan antara kedunya
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5304].
حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ
أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَلْقَمَةَ
الْمَكِّيِّ عَنْ ابْنِ أَبِي حُسَيْنٍ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ
عَائِشَةَ أَنَّ جِبْرِيلَ جَاءَ بِصُورَتِهَا فِي خِرْقَةِ حَرِيرٍ خَضْرَاءَ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ هَذِهِ
زَوْجَتُكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abd bin Humaid : Telah mengkhabarkan kepada kami
‘Abdurrazzaq, dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin ‘Alqamah Al-Makkiy, dari Ibnu Abi
Husain, dari Ibnu Abi Mulaikah, dari ‘Aaisyah : “Bahwasannya Jibriil datang
kepada Nabi shallallaahu
'alaihi wa sallam bersama gambar Aisyah dalam secarik kain sutera hijau, lalu
berkata : ‘Sesungguhnya ini adalah isterimu di dunia dan akhirat’”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3880; shahih].
Istri di akhirat maksudnya di surga.
Masih banyak hadits-hadits lain yang menjelaskan hal
serupa yang menjelaskan Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam kelak masuk
surga. Ini satu kepastian (jaminan).
2. Berdalil dengan
hadits yang menyatakan amal bukan sebab masuk surga untuk menyatakan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak dijamin surga.
Hadits yang
dimaksud (diantaranya) adalah:
عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَدِّدُوا، وَقَارِبُوا، وَأَبْشِرُوا،
فَإِنَّهُ لَا يُدْخِلُ أَحَدًا الْجَنَّةَ عَمَلُهُ، قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: وَلَا أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ
بِمَغْفِرَةٍ وَرَحْمَةٍ
Dari ‘Aaisyah,
dari Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda : “Beramallah sesuai sunnah (istiqamah) dan berlaku
imbanglah, dan berilah kabar gembira, sesungguhnya seseorang tidak akan masuk
surga karena amalannya”. Para shahabat berkata : “Begitu juga dengan engkau
wahai Rasulullah?”. Beliau bersabda : “Begitu juga denganku, namun Allah
melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadaku” [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhaariy no. 6464 & 6467 dan Muslim no. 2818].
Ini pendalilan yang tidak nyambung[7]. Dalam
konteks apapun, hadits ini tidak bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak mendapat jaminan surga dari Allah ta’ala. Hadits ini hanyalah
memberikan penjelasan bahwa amal shalih semata tanpa disertai rahmat Allah ta’ala tidak menyebabkan pelakunya masuk ke dalam surga.[8] Tidak ada seorang ulama pun – sependek
pengetahuan saya – yang mengatakan dengan dasar hadits ini Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallamtidak dijamin dengan surga.
Bahkan
hadits di atas membantah Quraish Shihab sendiri, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah menegaskan Allah ta’ala melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya
kepadanya. Secara tidak langsung, ini merupakan jaminan dari Allah ta’alaakan kepastian diterimanya amal shalih
Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam dan memasukkannya ke dalam surga.
Sudah
keliru dan tidak nyambung, Quraish Shihab pun melempar pembelaan bahwa
statemennya telah dipelintir, dikutip sepotong dan di luar konteksnya oleh orang yang mengkritiknya.
Di bagian
akhir ceramah, Quraish Shihab memang menyatakan bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam akan diberikan sesuatu yang menjadikan
beliau merasa puas dengan anugerah Tuhan, yang itu dipahami dengan surga.
Memang paradoks. Dari sisi manapun, tidak boleh untuk dikatakan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak mendapat jaminan surga dari Allah ta’ala. Sudah begitu, tidak benar pula cara
pendalilannya.
Sebagai
tambahan : Ada yang perlu dirinci dari pembahasan ini. Selain Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, memang tidak boleh memastikan seseorang
dari kalangan umatnya yang masuk surga atau neraka kecuali ada dalil yang menunjukkannya. Diantara orang yang dipastikan masuk
surga berdasarkan dalil adalah Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, ‘Aliy, Thalhah,
Az-Zubair, Sa’d bin Waqqaash, ‘Abdurrahmaan bin ‘Auf, dan Sa’iid bin Zaidradliyallaahu
‘anhum.[9] Juga ‘Aaisyah, Sa’d bin Mu’aadz[10], dan yang lainnya yang terdapat dalam
nash-nash. Adapun orang-orang yang dipastikan masuk neraka antara lain adalah :
Abu Lahab, Abu Jahl, ‘Abdullah bin Ubay bin Saluul, dan yang lainnya yang
terdapat dalam nash-nash.
Wallaahul-musta’aan.
[abul-jauzaa’
– perumahan ciomas permai – 20072014 – 17:50].
Host: “Nabi Muhammad kan istilahnya sudah
dijamin sebagai manusia yang paling mulia yang masuk surga gitu. Nah, untuk
kita-kita manusia-manusia yang hidup di masa sekarang atau masa depan e masa
yang akan datang gitu... apakah ada kemungkinan untuk bisa mengejar status
seperti itu pak Quraish. Paling tidak ya.... hampir seper-berapanya lah gitu agar
kita merasa yakin......”
Quraish Shihab : “Ya....ya....ya... Satu hal
dulu....tidak benar, saya ulangi, tidak benar bahwa Nabi Muhammad sudah dapat
jaminan surga....ehhh.. Surga itu hak prerogatif Allah.... Ya to. Memang kita
yakin bahwa beliau... (kurang jelas). Kenapa saya katakan begitu, pernah ada
seorang shahabat Nabi kenal orang baik. Terus teman-temannya di sekitarnya
berkata : "Bahagialah engkau akan mendapat surga”. Nabi dengar : “Siapa
yang bilang begitu tadi ?”. Nabi berkata : “Tidak seorang pun yang masuk surga
karena amalnya. Kamu berkata dia baik amalnya jadi dijamin masuk surga”. Surga
hak prerogatif Tuhan. Terus ditanya : “Kamu pun tidak wahi Nabi Muhammad ?”.
(Beliau menjawab) : “Saya pun tidak, kecuali kalau Allah menganugerahkan rahmat
kepada saya”.
Jadi kita berkata dalam konteks surga dan neraka tidak ada yang dijamin
Tuhan kecuali kita katakan bahwa Tuhan menulis
di dalam kitab suci-Nya bahwa yang taat itu akan mendapat surga”.
Host : “Hmmm.... ada ayatnya ya”.
Quraish Shihab : “Ada ayatnya..... Bahwa Nabi
Muhammad akan diberikan sesuatu yang menjadikan beliau itu merasa puas dengan
anugerah Tuhan. Kita pahami itu, surga dan apapun yang beliau kehendaki. Tapi
buat kita, kita, kiyai sebesar apapun, setaat apapun jangan pastikan bahwa dia
masuk surga. Sebaliknya, manusia sedurhaka apapun jangan pastikan bahwa dia
pasti masuk neraka”.
[selesai kutipan transkrip].
Berikut cuplikan videonya:
Video yang lebih lengkapnya (agar tidak disangka ‘memotong’ perkataan
Quraish Shihab) dapat Anda simak berikut (sesi cuplikan video sebelumnya mulai
di menit 19:15) :
[3]
Sebelumnya, Quraish Shihab juga pernah berpetuah ngawur tentang jilbab
sebagaimana cuplikan video berikut:
Perlu ruang khusus untuk mengomentari perkataan ngawur beliau ini.
[5] Ini
seperti analog dalam kehidupan sehari-hari. Seorang bapak berpesan kepada
anaknya : “Contohlah di Budi jika kamu ingin pintar”. Jika Budi bukan orang
yang pintar, maka anjuran bapak tadi sia-sia dan tak bermakna.
حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ الْكَاهِلِيُّ، حَدَّثَنَا
إِسْرَائِيلُ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ، عَنْ عَائِشَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَ: " سَأَلْتُهَا عَنْ قَوْلِهِ تَعَالَى إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، قَالَتْ: " نَهَرٌ أُعْطِيَهُ نَبِيُّكُمْ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَاطِئَاهُ عَلَيْهِ دُرٌّ مُجَوَّفٌ آنِيَتُهُ كَعَدَدِ
النُّجُومِ "
Telah menceritakan kepada
kami Khaalid bin Yaziid Al-Kaahiliy : Telah menceritakan kepada kami Israaiil,
dari Abu Ishaaq, dari Abu ‘Ubaidah, dari ‘Aaisyah radliyallaahu ‘anhaa;
‘Ubaidah berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Aaisyah tentang firman Allah ta’ala : ‘innaa
a’thainaakal-kautsar’ (QS. Al-Kautsar : 1). Ia (‘Aaisyah) menjawab :
“Sungai yang diberikan kepada Nabi kalian shallallaahu
‘alaihi wa sallam. Kedua tepinya terdapat
mutiara yang berlubang. Bejana-bejananya sejumlah bintang di langit”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 4965].
[7]
Sebagaimana hal itu diulang Quraish Shihab dalam klarifikasinya atas
statementnya di atas berikut:
Tentang Tayangan Tafsir al-Mishbah 12 Juli 2014
Kepada yang meminta klarifikasi langsung, berikut jawaban saya:
Uraian tersebut dalam konteks penjelasan bahwa amal bukanlah sebab masuk
surga, walau saya sampaikan juga bahwa kita yakin bahwa Rasulullah akan begini
(masuk surga). Penjelasan saya berdasar hadist
a.l.:
لا يدخل احدكم الجنة بعمله قيل حتى انت يا رسول الله قال حتى
انا الا ان يتغمدني الله برحمنه
“Tidak seorang pun masuk surga karena amalnya. Sahabat bertanya “Engkau pun
tidak?”, beliau menjawab “Saya pun tidak, kecuali berkat rahmat Allah
kepadaku.”
Ini karena amal baik bukan sebab masuk surga tapi itu hak prerogatif Allah.
Uraian di atas bukan berarti tidak ada jaminan dari Allah bahwa Rasul tidak
masuk surga, saya jelaskan juga di episode yang sama bahwa Allah menjamin
dengan sumpah-Nya bahwa Rasulullah SAW akan diberikan anugerah-Nya sampa beliau
puas, yang kita pahami sebagai Surga dan apapun yang beliau kehendaki. Wa la
sawfa yu’thika rabbuka fa tharda. Itu yang saya jelaskan tapi sebagian
dipelintir, dikutip sepotong dan di luar konteksnya. Silakan menyimak ulang
penjelasan saya di episode tersebut. Mudah-mudahan yg menyebarkan hanya karena
tidak mengerti dan bukan bermaksud memfitnah. [M.
Quraish Shihab].
[8]
Silakan baca penjelasan hadits ini pada artikel : Masuk Surga karena Amal (atau
Rahmat Allah) ?.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ عَنْ ابْنِ إِدْرِيسَ
أَخْبَرَنَا حُصَيْنٌ عَنْ هِلَالِ بْنِ يَسَافٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ظَالِمٍ
وَسُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ يَسَافٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
ظَالِمٍ الْمَازِنِيِّ ذَكَرَ سُفْيَانُ رَجُلًا فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ ظَالِمٍ الْمَازِنِيِّ قَالَ سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ زَيْدِ بْنِ
عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ فُلَانٌ إِلَى الْكُوفَةِ أَقَامَ
فُلَانٌ خَطِيبًا فَأَخَذَ بِيَدِي سَعِيدُ بْنُ زَيْدٍ فَقَالَ أَلَا تَرَى إِلَى
هَذَا الظَّالِمِ فَأَشْهَدُ عَلَى التِّسْعَةِ إِنَّهُمْ فِي الْجَنَّةِ وَلَوْ
شَهِدْتُ عَلَى الْعَاشِرِ لَمْ إِيثَمْ قَالَ ابْنُ إِدْرِيسَ وَالْعَرَبُ
تَقُولُ آثَمُ قُلْتُ وَمَنْ التِّسْعَةُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى حِرَاءٍ اثْبُتْ حِرَاءُ إِنَّهُ لَيْسَ
عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ أَوْ صِدِّيقٌ أَوْ شَهِيدٌ قُلْتُ وَمَنْ التِّسْعَةُ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ
وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَطَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ وَسَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ
وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ قُلْتُ وَمَنْ الْعَاشِرُ فَتَلَكَّأَ هُنَيَّةً
ثُمَّ قَالَ أَنَا
Telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Al-‘Alaa’, dari Ibnu Idriis : Telah menceritakan kepada kami
Hushain, dari Hilaal bin Yasaaf, dari ‘Abdullah bin Dhaalim - dan Sufyaan, dari
Manshuur, dari Hilaal bin Yisaaf, dari ‘Abdullah bin Dhaalim Al-Maaziniy.
Sufyan menyebutkan seorang laki-laki yang berada antara dirinya dengan Abdullah
bin Dhaalim Al-Maaziniy - ia berkata : Aku mendengar Sa'iid bin Zaid bin ‘Amru
bin Nufail, ia berkata : Ketika si Fulan tiba di Kuufah, ia lalu berkhutbah.
Maka Sa'id bin Zaid meraih tanganku dan berkata : "Tidakkah kamu lihat orang
dhalim ini ? Aku bersaksi bahwa kesembilan orang itu adalah ahli surga, dan
jika aku bersaksi untuk orang yang kesepuluh, maka aku tidak akan
berdosa". - Ibnu Idriis (perawi) berkata : "Orang-orang Arab
mengatakan : aatsam” - Aku (‘Abdullah bin Dhaalim) bertanya : "Lantas
siapa kesembilan orang itu ?". Ia menjawab : "Rasulullahshallallaahu
'alaihi wa sallam bersabda saat berada di
Hiraa’ : ‘Diamlah wahai Hiraa’ ! Tidaklah ada di atasmu kecuali nabi,
shiddiiq, dan syahiid". Aku lalu bertanya lagi : "Siapa kesembilan
orang itu?". Ia menjawab : "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, ‘Aliy, Thalhah, Az-Zubair,
Sa'd bin Abi Waqqaash, dan 'Abdurrahman bin ‘Auf". Aku bertanya lagi :
"Siapa yang kesepuluh ?". Lalu ia merasa ragu-ragu, namun akhirnya ia
berkata : "Itu adalah aku" [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 4648].
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا فَضْلُ بْنُ
مُسَاوِرٍ خَتَنُ أَبِي عَوَانَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ الْأَعْمَشِ،
عَنْ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، سَمِعْتُ النَّبِيَّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " اهْتَزَّ الْعَرْشُ لِمَوْتِ
سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ
Telah menceritakan kepadaku
Muhammad bin Al-Mutsanna : Telah menceritakan kepada kami Fadhl bin Musaawir
menantu Abu ‘Awaanah : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awaanah, dari
Al-A’masy, dari Abu Sufyaan, dari Jaabir radliyallaahu
‘anhu : Aku mendengar Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “’Arasy terguncang karena kematian Sa’d bin
Mu’aadz” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3803].
Ust Anung
Al-Hamat: Dalil yang Dipakai Quraish Shihab Hadits Shahih, Tapi…
Posted by Asma NovaBring Islam00.50
Menanggapi
pernyataan Quraish Shihab yang menuai kontroversi di sosial media bahwa Nabi
Muhammad SAW tidak mendapat jaminan masuk surga, Direktur Forum Studi
Sekte-sekte Islam (FS3I), Ustadz Anung Al-Hamat menegaskan bahwa dalil yang
digunakan Quraish Shihab adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad,
Bukhari, Muslim, Thabrani, Ibn Hibban, dan lainnya.
Di antara salah satu redaksinya adalah: “Salah seorang di antara kalian tidak akan masuk surga dengan amalnya. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah apakah anda juga demikian? Beliau bersabda: Ya, hingga Allah meliputi dengan rahmat-Nya.
Namun, Hadits ini bukan berarti Rasulullah SAW tidak dijamin masuk surga. Tetapi Beliau SAW ingin menyampaikan bahwa amalan shalih itu merupakan salah satu faktor yang bisa memasukkan seseorang kepada surga. Allah berfirman: “Masuklah kalian ke surga dikarenakan apa yang telah kalian dulu perbuat,” (An-Nahl: 32).
“Dalam mengomentari ayat dan hadits tersebut, Imam Nawawi menyatakan: “Bahwa seseorang masuk surga adalah dikarenakan amal-amalnya kemudian taufiq, hidayah, keikhlasan dan diterimanya adalah atas rahmat Allah. Ulama lain menyatakan bahwa surga itu bertingkat-tingkat. Dan tingkatan surga itu tergantung banyak sedikitnya amal shalih seseorang. Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa faktor yg memasukan seseorang ke surga itu adalah amalan shalih dan amalan shalih itu adalah bagian dari rahmat Allah SWT,” tutur kandidat doktor di bidang pendidikan Islam ini kepada Kiblat.net, Senin, (14/07) malam.
“Jadi saya simpulkan hadits tersebut jangan disalahpahami sebagaimana kalangan Murjiah yang menyatakan amal tidak penting, karena nanti yang memasukkan ke surga adalah rahmat Allah. Justru kita katakan bahwa amal itu merupakan salah satu faktor yang bisa mendatangkan rahmat Allah,” ungkap beliau.
Menurut Ustadz Anung Al-Hamat di dalam Al-Quran kita akan menemukan kata ‘rahmat’ senantiasa diiringi dengan amal atau amal itu syarat mendatangkan rahmat. “Bisa dilihat di dalam Surat Ali Imran: 132, Al-An’am:155, Al-A’raaf; 204, Al Hujurat: 10, Al Baqarah: 218, dll,” pungkasnya.[kiblat/www.tribunislam.com]
Di antara salah satu redaksinya adalah: “Salah seorang di antara kalian tidak akan masuk surga dengan amalnya. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah apakah anda juga demikian? Beliau bersabda: Ya, hingga Allah meliputi dengan rahmat-Nya.
Namun, Hadits ini bukan berarti Rasulullah SAW tidak dijamin masuk surga. Tetapi Beliau SAW ingin menyampaikan bahwa amalan shalih itu merupakan salah satu faktor yang bisa memasukkan seseorang kepada surga. Allah berfirman: “Masuklah kalian ke surga dikarenakan apa yang telah kalian dulu perbuat,” (An-Nahl: 32).
“Dalam mengomentari ayat dan hadits tersebut, Imam Nawawi menyatakan: “Bahwa seseorang masuk surga adalah dikarenakan amal-amalnya kemudian taufiq, hidayah, keikhlasan dan diterimanya adalah atas rahmat Allah. Ulama lain menyatakan bahwa surga itu bertingkat-tingkat. Dan tingkatan surga itu tergantung banyak sedikitnya amal shalih seseorang. Imam Nawawi sendiri menyatakan bahwa faktor yg memasukan seseorang ke surga itu adalah amalan shalih dan amalan shalih itu adalah bagian dari rahmat Allah SWT,” tutur kandidat doktor di bidang pendidikan Islam ini kepada Kiblat.net, Senin, (14/07) malam.
“Jadi saya simpulkan hadits tersebut jangan disalahpahami sebagaimana kalangan Murjiah yang menyatakan amal tidak penting, karena nanti yang memasukkan ke surga adalah rahmat Allah. Justru kita katakan bahwa amal itu merupakan salah satu faktor yang bisa mendatangkan rahmat Allah,” ungkap beliau.
Menurut Ustadz Anung Al-Hamat di dalam Al-Quran kita akan menemukan kata ‘rahmat’ senantiasa diiringi dengan amal atau amal itu syarat mendatangkan rahmat. “Bisa dilihat di dalam Surat Ali Imran: 132, Al-An’am:155, Al-A’raaf; 204, Al Hujurat: 10, Al Baqarah: 218, dll,” pungkasnya.[kiblat/www.tribunislam.com]