Trilogi Kisah Iran dan Daulah Shafawi:
Bersama Kristen Eropa Memerangi Turki Utsmani (2/3)
Tidak berlebihan jika kita katakan berdirinya
Daulah Shafawi di Iran merupakan bencana bagi umat Islam secara umum dan Iran
secara khusus. Iran yang selama 900 tahun merupakan wilayah Sunni yang banyak
menyumbang nilai-nilai peradaban Islam dan mencetak imam-imam besar Ahlussunnah
wal Jamaah semisal Imam Bukhari dan Muslim dalam ilmu hadist, Imam Syibaweih
dan al-Farahidi dalam ilmu gramatika bahasa Arab, al-Biruni dalam ilmu-ilmu
eksak, dll. Namun, dengan berdirinya Daulah Syiah Shafawi di Iran, jejak-jejak
kemajuan yang sudah digariskan oleh ilmuan-ilmuan Islam berubah arah. Arah
kemajuan yang selama ini telah dicapai, berubah menjadi ketidakstabilan karena
gejolak permusuhan dan konflik.
Pemaksaan doktrin Syiah oleh anak keturanan
Shafiyuddin Ishaq al-Ardabili di wilayah Iran yang tatkala itu mayoritas Sunni
membuahkan ketidak-adilan, pertumpahan darah, dan pembantaian.
Jadi, perhatikanlah sejarah Syiah di Iran selama masa
pemerintahan Daulah Shafawiyah (907-1148 H/1507-1735 M). Kebijakan mereka
adalah menindas Ahlussunnah wal Jamaah di wilayah mereka, menampakkan permusuhan
dan peperangan terhadap Turki Utsmani, dan menjalin kerja sama dengan
negara-negara Salib Eropa.
Kebijakan Terhadap Ahlussunnah wal Jamaah
Kebijakan Daulah Shafawi terhadap umat Islam dapat
kita ketahui dengan melihat muamalah mereka terhadap penduduk Kota Tabriz, kota
besar yang mayoritas penduduknya adalah Ahlussunnah wal Jamaah. Ketika pendiri
Daulah Shafawi, Ismail ash-Shafawi, masuk ke Kota Tabriz, maka bagi siapa yang
menyelisihi dan menolak ajaran Syiah, ia akan berhadapan dengan kematian.
Diriwayatkan bahwa jumlah penduduk Tabriz yang terbunuh saat itu lebih dari
20.000 orang dalam keadaan dirusak anggota tubuhnya (al-Khouli, 1981: 51).
Pembantaian terhadap umat Islam oleh Daulah Shafawi
tidak hanya berhenti di Tabriz, setelah menderita kekalahan dari Uzbek di Kota
Mahmud Abad –sebuah daerah dekat dengan Kota Mour-, Ismail ash-Shafawi
melampiaskan kekesalannya dengan membantai penduduk Kota Mour. Ia mengumumkan
ideologi resmi daerah tersebut adalah Syiah dan memaksa penduduk setempat yang
mayoritas Sunni berubah menjadi Syiah. Untuk itu ia mengganti kurikulum di
sekolah-sekolah dengan akidah Syiah dan menyebarkannya di kalangan masyarakat
(Fauzi, ash-Shafawiyun, akhbaraka.net).
Pada masa Syah Abbas I, ia melarang penduduk Iran
untuk menunaikan haji ke Mekah al-Mukaromah dan memaksa penduduknya untuk
berziarah ke makam Imam Ali bin Musa ar-Ridha di kota suci Syiah, Kota Masyhad
di Iran. Kebijakan ini dilakukan agar penduduk Iran tidak masuk ke wilayah
Kerajaan Sunni Turki Utsmani dan membayar visa perjalanan ke kerajaan Sunni
tersebut (Jum’ah, 1980: 101).
Terlalu banyak kisah-kisah intimidasi, pembunuhan, dan
pelanggaran hak-hak asasi yang dilakukan oleh Daulah ash-Shafawi terhadap umat
Islam untuk kita tuliskan satu per satu harus di artikel yang singkat ini.
Cukuplah tiga contoh di atas menjadi pelajaran bagi kita betapa keras
permusuhan Syiah terhadap umat Islam terlebih ketika mereka memegang kekuasaan.
Kerja Sama Daulah Shafawi dengan Eropa
Persekongkolan Daulah Syiah Shafawi dengan orang-orang
Salib telah terjadi sejak mula. Khalifah pertama mereka, Ismail ash-Shafawi
telah menjalin kontak kerja sama militer dengan pemerintah Portugal melalui
Alfonso de Alburqueque. Kerja sama itu berlanjut pada masa Syah Abbas I, bahkan
kerja sama ini memasuki ranah yang lebih sensitif yakni masalah keyakinan. Syah
Abbas I adalah khalifah Shafawi yang pertama yang mengizinkan pembangunan
gereja di wilayahnya, ia juga mengundang para misionaris dari kalangan pendeta
dan biarawan untuk mendakwahkan agama Kristen di wilayahnya. Syah Abbas I
benar-benar memuliakan semua orang Eropa yang datang ke negerinya, termasuk
para pedagang Eropa. Para pedagang ini mendapat perlakuan khusus dengan
dibebaskan dari pajak (Makarios, 2003: 154-156). Sejak saat itu, datanglah
berduyun-duyun para penguasa dan pedagang Kristen Eropa ke tanah Iran.
Ketika dua orang utusan Inggris; Antonio Sherly dan
Robert Sherly, datang ke Iran, Syah Abbas I sangat memuliakannya dan
memerintahkan semua orang di kerjaan Shafawi untuk memuliakan dua orang tamu
dari Inggris ini. Utusan Inggris ini datang ke Iran dalam rangka menjalin kerja
sama militer antara kedua kerajaan ini. Inggris bersedia melatih militer
Shafawi untuk berperang melawan Utsmani. Selain itu Inggris juga menggalang
suara negara-negara Eropa untuk bersekutu dengan Shafawi memerangi Utsmani
(Makarios, 2003: 154-156). Bahkan Iran sendiri mengadakan pendekatan dengan
Paus Roma untuk mencari simpatik negara-negara Kristen Eropa dalam membantu
misinya menghancurkan Turki Utsmani.
Paus Paul V pun mengirim surat kepada Syah Abbas I
sebagai jawaban dan sambutannya atas keinginan Syah Abbas I menaklukkan Turki
Utsmani. Dalam suratnya Paus Paul V menyatakan:
- Betapa inginnya Paus Paul V turut andil dalam
melemahkan Turki Utsmani, dan betapa ia menginginkan mewujudkan hal tersebut.
Paus akan berusha menyatukan raja-raja Kristen agar menjadi satu aliansi dalam
memerangi Turki Utsmani dari arah Barat dan Syah Abbas dari arah Timur.
- Paus akan mengirimkan para insinyur dan ahli militer
ke Iran untuk memperkuat militer Iran.
- Paus meminta agar Iran dan Roma aktif saling
mengirimkan duta-duta mereka terkait permasalahan ini.
- Paus meminta agar Syah Abbas I bersikap lemah lembut
terhadap umat Nasrani di Iran dan selain Iran, tidak menghukum orang Islam yang
murtad ke agama Kristen, dan tidak memaksa orang Kristen masuk ke dalam Islam
(Jum’ah, 1980: 271-272).
Inilah beberapa kerja sama yang dilakukan orang-orang
Syiah Shafawi dengan orang-orang non-Islam untuk menghancurkan simbolisasi
Islam Ahlussunnah wal Jamaah pada abad pertengahan Turki Utsmani. Demikian juga
halnya pada era modern ini, betapa giatnya Iran sebagai simbolisasi Syiah di
dunia menghancurkan simbolisasi Ahlussunnah yaitu Kerajaan Arab Saudi. Mereka
menghancurkan image negeri sunnah ini melalui pemberitaan-pemberitaan negatif
yang membuat umat Islam tidak simpatik bahkan benci terhadap negara Ahlussunnah
ini. Iran juga melakukan tipu daya, tampil seolah-olah merekalah pahlawan Islam
di era modern saat ini dengan lantang melawan Amerika dan Israel walaupun
kenyataannya negara Syiah ini sama sekali belum pernah menuntaskan retorika
mereka dengan peperangan.
Ibnu Taimiyah memberikan paradigma yang baik sekali
tentang sikap Syiah terhadap umat Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Ia mengatakan,
“Rafidhah (Syiah) itu menjadikan orang-orang yang memerangi Ahlussunnah sebagai
teman; mereka bekerja sama dengan Tatar dan Nasrani. Mereka juga menjalin
perdamaian dengan orang-orang Eropa… …Apabila umat Islam menang atas Tatar,
mereka (Syiah) pun berduka dan bersedih. Sebaliknya, kalau Tatar yang menang,
mereka bersuka cita dan bahagia…” (Ibnu Taimiyah, 28: 336-337).
Di tengah bencana dan musibah yang diberikan oleh Syah
Abbas I terhadap dunia Islam, Republik Syiah Iran sekarang ini malah menganggap
tokoh antagonis ini sebagai pahlawan nasional mereka, mengangkat derajat negara
mereka, mewujudkan harapan, dan symbol perlawanan terhadap muslim Sunni.
Penutup
Syiah kembali mengulangi seajrah mereka, bekerja sama
dengan orang-orang yang memusuhi Islam untuk menghancurkan umat Islam. Contoh
nyata adalah apa yang dilakukan oleh negara Irak saat ini dengan pemimpin Syiah
mereka Presiden Nouri al-Maliki.
Pemerintah Irak bersekutu dengan penjajah Amerika
melakukan kejahatan terhadap muslim Sunni di negeri 1001 malam tersebut. Mereka
menghapus pemahaman Sunni di Irak dan memaksakan penduduknya untuk menerima
akidah Syiah, sama persisi seperti yang dilakukan oleh orang-orang Shafawi
terdahulu.
Semoga Allah melindungi negeri kita Indonesia dari
kejahatan orang-orang Syiah, semoga umat ini tidak mudah ditipu dengan
slogan-slogan persatuan yang pada akhirnya adalah penyesalan.
Sumber:
Jum’ah, Badi’ Muhammad. Syah Abbas al-Kabir. Dar
an-Nahdhah al-Arabiyah li Thaba’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi’, 1980
Khouli, Ahmad. Ad-Daulah Ash-Shafawiyah:
Tarikhuha as-Siyasi wa al-Ijtima’I ‘Alaqotuha bi al-Utsmaniyyin. Maktabah
al-Anjalu al-Mishriyah, 1981
Makariyos, Syahin. Tarikh Iran. Kairo: Dar
al-Afaq al-Arabiyah, 2003
http://www.albayan-magazine.com
http://www. akhbaraka.net
Oleh Nurfitri Hadi
Artikel www.KisahMuslim.com
Artikel www.KisahMuslim.com