atau ini link downloadnya / http://ziddu.com/ghsdv ]
http://inilah-bukti-kesesatan-syiah.blogspot.com/2013/07/mengapa-saya-keluar-dari-syiah.html
Buku ini sangat membuat geram penganut ajaran Syiah
dengan mengeluarkan banyak bantahan-bantahan termasuk isyu bahwa Assyayid
Husain Al-Maliki adalah tokoh fiktif atau rekaan, sama halnya dengan tokoh
rekaan ‘Abdullah bin Saba’ penyebar agama Syiah yang dihukum oleh Imam Ali, ra. [bantahan-bantahan tersebut telah diteliti dan isinya sampah/ pemutar balikan fakta/kekalutan]
Buku ini menjadi dasar bagi banyaknya penganut Syiah
yang bertaubat dan kembali ke ajaran yang benar..
Buku yang berjudul asli “Lillahi Tsumma
Li At-Tharikh” ini ditulis oleh mantan ulama kalangan Syiah yang
lahir di Karbala (Iraq). Belajar di kota ilmu (hauzah) di Najaf tempat para ulama menimba
ilmu agama. Ia mendapat gelar mujtahid di kalangan Syiah yaitu dari Sayid
Muhammad Husain Ali Kasyif Al-Ghitha’..yang dengan
demikian pada awalnya ia adalah seorang ulama Syiah yang disegani sebelum
akhirnya mendapat hidayah dan kembali ke jalan yang benar, ahlussunnah (Sunni).
Sayyid Hussain al-Musawi bukanlah
satu nama yang asing di kalangan kaum/agama Syi'ah. Beliau adalah seorang ulama
besar Syi'ah yang lahir di Karbala dan belajar di "Hauzah" sehingga
memperolehi gelaran mujtahid daripada Sayyid Muhammad Hussain Ali Kasyif
al-Ghitha'. Selain itu, beliau juga memiliki kedudukan yang istimewa di sisi ayatollah
Khomeini (tokoh besar imam Syi'ah). Setelah melalui pengembaraan spiritual yang
cukup panjang, akhirnya beliau mendapat hidayah dari Allah. Beliau menemui
begitu banyak sekali kesesatan dan penyimpangan di dalam ajaran Syi'ah yang
selama ini beliau anuti. Beliau pun mengambil keputusan untuk keluar dari
Syi'ah, beliau kembali ke jalan yang benar iaitu jalan Ahlus Sunnah
wal-Jama'ah, dan kemudian beliau menulis buku ini demi membongkar segala
kedustaan puak-puak dan imam-imam Syi'ah. Buku ini adalah sebuah ungkapan jujur
dari seorang bekas tokoh besar Syi'ah yang masih memiliki nama yang gah di
tengah-tengah tokoh Syi'ah lainnya yang hidup mewah bergelumang dengan harta
dan wanita sesuka hati dengan berdalihkan alasan agama secara batil. Kemunculan
buku ini ibarat halilintar yang merobohkan tembok pembohongan kaum Syi'ah
selama ini. Dengannya kelompok Syi'ah diserang keporak-perandaan dan kacau
bilau. Para imam-imam Syi'ah kebingungan untuk menyangkal!
Di antara kesesatan Syiah yang
diungkap Sayyid Husain Al-Musawi adalah berkaitan dengan ajaran dan praktik
nikah mut’ah (kahwin/nikah kontrak: atau sebenarnya adalah zina) yang dilakukan
bukan saja oleh orang-orang Syiah kebanyakan, tetapi juga oleh tokoh-tokoh
besar Syiah. Sayyid Hussain, kerana bukunya inilah kemudian mendapatkan ancaman
bunuh dari kalangan Syiah. Sebelumnya, dia telah difatwa sesat dan menyesatkan
bahkan murtad oleh Husain Bahrululum pada 20 Shafar 1421H di sarang Syiah
terbesar, Najaf. Memang, tokoh-tokoh Syiah yang berusaha meluruskan ajaran
Syiah nyaris semua berakhir tragis. Sayyid Abul Hasan Al-Asfahani, Sayyid Musa
Al-Musawi, Sayyid Ahmad Al-Kasrawi adalah pembesar-pembesar Syiah yang akhirnya
dibunuh kerana berusaha meluruskan ajaran Syiah. Berikut adalah kesaksian
Sayyid Husain Al-Musawi tentang mut’ah yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi
Syiah sekaligus Pemimpin Revolusi Iran, Imam Ayatullah Khomeini, seperti yang
ditulis Sayyid Husain dalam buku tersebut. Berkaitan dengan nikah mut’ah,
Sayyid Husain menulis tentang beberapa kisah dari pembesar Syiah lainnya.
Beliau (penulis) antaranya berkata: “Ketika Imam Khomeini tinggal di Iraq,
kami ulang-alik berkunjung kepadanya. Kami menuntut ilmu daripadanya sehingga
hubungan antara kami dengannya menjadi erat sekali. Suatu waktu disepakati
untuk menuju suatu kota dalam rangka memenuhi undangan, iaitu kota yang
terletak di sebelah barat Mosul, yang ditempuh kurang lebih satu setengah jam
dengan perjalanan menaiki kereta. Imam Khomeini memintaku untuk pergi
bersamanya, maka saya pergi bersamanya. Kami disambut dan dimuliakan dengan
pemuliaan keluarga Syiah yang tinggal di sana. Dia telah menyatakan janji setia
untuk menyebarkan paham Syiah di wilayah tersebut. Ketika berakhir masa
perjalanan, kami kembali. Di jalan saat kami pulang, kami melewati Baghdad dan
Imam hendak beristirahat dari keletihan perjalanan. Maka dia memerintahkan
untuk menuju daerah peristirahatan, di mana di sana tinggal seorang laki-laki
asal Iran yang bernama Sayid Shahib. Antara dia dan imam terjalin hubungan
persahabatan yang cukup kental. Sayid Shahib merasa bahagia dengan kedatangan
kami. Kami sampai ke rumahanya waktu Zuhur, maka dia membuatkan makan siang
bagi kami dengan hidangan yang sangat luar biasa. Dia menghubungi beberapa
kerabatnya dan mereka pun datang. Rumah menjadi ramai dalam rangka menyambut
kedatangan kami. Sayid Shahib meminta kami untuk menginap di rumahnya pada
malam itu, maka imam pun menyetujuinya. Katika datang maktu Isya’ dihidangkan
kepada kami makanm malam. Orang-orang yang hadir mencium tangan Imam dan
menanyakannya tentang beberapa masalah dan imam pun menjawabnya. Ketika tiba
saatnya untuk tidur dan orang-orang yang hadir sudah pada pulang kecuali tuan
rumah, Imam Khomeini melihat anak perempuan yang masih kecil, umurnya sekitar
empat atau lima tahun, tetapi dia sangat cantik. Imam meminta kepada bapa-nya,
iaitu Sayid Shahib untuk menghadiahkan anak itu kepadanya agar dia melakukan
mut’ah dengannya, maka si bapak menyetujuinya dan dia merasa sangat senang.
Lalu Imam Khomeini tidur dan anak perempuan ada di pelukannya, sedangkan kami
mendengar tangisan dan teriaknnya! Yang penting, berlalulah malam itu. Ketika
tiba waktu pergi kami duduk untuk menyantap makan pagi. Sang Imam melihat
kepadaku dan di wajahku terlihat tanda-tanda ketidaksukaan dan pengingkaran
yang sangat jelas, kerana bagaimana dia melakukan mut’ah dengan anak yang masih
kecil, padahal di dalam rumah terdapat gadis-gadis yang sudah baligh, yang
mungkin baginya untuk melakukan mut’ah dengan salah satu di antara mereka,
tetapi mengapa dia melakukan hal itu dengan anak kecil?! Dia berkata kepadaku,
“Sayyid Husain, apa pendapatmu tentang melakukan mut’ah dengan anak kecil?”
Saya berkata kepadanya, “Ucapan yang paling tinggi adalah ucapanmu yang benar
adalah perbuatanmu dan engkau adalah seorang imam mujtahid. Tidak mungkin
bagiku untuk berpendapat atau mengatakan kecuali sesuai dengan pendapat dan
perkataanmu. Perlu dipafami bahawa tidak mungkin bagi saya untuk menentang
fatwamu.” Dia berkata, “Sayid Husain, sesungguhnya mut’ah dengan anak kecil itu
hukumnya boleh, tetapi hanya dengan cumbuan, ciuman dan himpitan peha. Adapun
jima’, maka sesungguhnya dia belum kuat untuk melakukannya.” Imam Khomeini
berpendapat atas kebolehan melakukan mut’ah sekalipun dengan anak yang masih
disusui. Dia berkata, “Tidak mengapa melakukan mut’ah dengan anak yang masih
disusui dengan pelukan, humpitan paha (meletakkan kemaluan di antara dua
pahanya) dan ciuman. (lihat kitabnya berjudul Tahrir al-Wasilah, 1/241, nomor
12).” Naudzubillah tsumma naudzubillah...
Buku ini membahas pertama kali mengenai keberadaan
Abdullah bin Saba’ yaitu tokoh Yahudi (menampakkan diri sebagai seorang Muslim)
yang menyempal dari ajaran Nabi Muhammad -shollallohu ‘alayhi wasallamdan
mempelopori aliran Syiah. Penyimpangan Abdullah bin Saba’ adalah ia menuhankan
Sahabat Ali – Radhiyallohu anhu. Ia juga mencaci maki Abu Bakar, Umar dan
Ustman serta sahabat-sahabat lainnya -Radhiyallohu
anhum serta istri-istri Rasulullah.
Kebanyakan ulama Syiah tidak mengakui keberadaan
Abdullah bin Saba’ dan menyatakan ia hanyalah dongengan kaum Sunni. Namun di
kitab terkenal kaum Syiah yaitu Ashlu Asy-Syi’ah wa Ushuluha hal 40-41 penulis
mendapatkan pernyataan yang menunjukkan keberadaan Abdullah bin Saba’. Misalnya
tertulis di dalamnya, “Adapun Abdullah bin Saba’ yang mereka lekatkan dengan
Syiah, maka seluruh kitab Syiah menyatakan melaknatnya dan berlepas diri
daripadanya….” Bukan itu saja, keberadaan Abdullah Bin Saba’ pun tertulis dalam
kitab-kitab muktabar kaum Syiah seperti riwayat dari Abu Ja’far, Al-Maqmani
dalam Tanqihu Al-Maqal fi Ilmi Rijal, Ibnu Abi al-Hadidi dalam Syarah Nahjul
Balaghah, Sayid Ni’matullah al Jazairi dalam Al- Anwar An-Nu’maniyah dan
seterusnya. Jadi banyak ulama Syiah telah berbohong dengan mengatakan Abdullah
bin Saba’ adalah tokoh reka-reka kalangan Sunni.
Ada kitab-kitab samawi selain al-Qur’an yang diyakini
kaum Syiah diturunkan kepada Nabi Muhammad – Shollallohu ‘alayhi wasallam dan
dikhususkan untuk Imam Ali – Radhiyallohu anhu dan ditulisnya, kitab-kitab ini
disembunyikannya yaitu:
Al-Jamiah
Shahifah An-Namus
Shahifah Al-Abithah
Mushaf Fathimah
Al-Qur’an tersembunyi yang ada pada Ali dan para Imam
sesudahnya (ini berarti yang ada saat ini dianggap tidak asli) Taurat, Injil
dan Zaburdst. hingga 12 kitab.
Ini menunjukkan bahwa mereka mempercayai adanya firman
Allah dalam kitab selain Al-Qur’an
Al-Karim yang ada saat ini. Mereka yang mengikuti
ajaran ini disebut sebagai Syiah Imamiyah mempercayai bahwa mereka mempunyai 12
orang pemimpin, yang pemimpin pertamanya adalah Imam Ali ra. Imam Kedua Belas
yang dikenal dengan nama al-Qasim atau al-Muntazhar diyakini kelak akan: Membunuh
orang Arab.
Menghancurkan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dan
menganggap lebih baik Karbala di Iraq.
Menegakkan hukum keluarga Daud dan Sulaiman. Dari sini
bisa diketahui bahwa nuansa ajaran Yahudi sangat kental dalam ajaran Syiah.
Demikian sekilas isi buku “Mengapa Aku Keluar Dari
Syiah” dimana karena buku ini, melalui fatwa dari ulama Hauzah, penulis buku
ini telah dicabut semua gelar keilmuannya, dimurtadkan dan kalangan Syiah
diharamkan membaca bukunya. Masih banyak yang dibahas dalam buku tersebut
seperti a.l. masalah Khumus (infaq 1/5 dari harta orang Syiah yang diambil oleh
para ulama mereka), kebencian, pengkafiran dan penghalalan darah serta harta
Ahlus Sunnah di mata orang Syiah, caci maki dan hinaan mereka terhadap sahabat
(Abu Bakar, Umar, Utsman Radhiyallohu anhum) serta istri-istri Nabi (Aisyah,
Hafshah), celaan dan fitnah terhadap Rasulullah dalam masalah perkawinan beliau
dengan Zainab mantan istri Zain bin Haritsah dan lain sebagainya.
Wallahu a’lam bishshowab