Al Ameri : Kalau Bukan Karena Dukungan Syiah Iran
, Pemerintahan Baghdad Tentunya sudah Runtuh !
Redaksi
– Rabu, 17 Rabiul Awwal 1436 H / 7 Januari 2015 07:39 WIB
Hadi al-Ameri, seorang
mantan menteri yang merupakan komandan milisi Syiah Badr, mengatakan
dukungan dari Iran dan Jenderal Qassem Suleimani adalah sangat penting
setelah pasukan pemerintah Irak runtuh ketika menghadapi serangan Negara Islam
(IS).
“Kalau bukan karena kerjasama dari Republik Islam Iran
dan Jenderal Suleimani, maka hari ini kita tidak akan menemukan
pemerintahan yang dipimpin oleh Haider al-Abadi di Baghdad,” kata Hadi al-Ameri
pada upacara peringatan tewasnya petinggi militer Iran yang tewas di Irak .
“Itu tidak akan ada (pemerintahan Irak),” katanya ,
menurut kantor berita Isna dan Fars.
Peringatan itu untuk petinggi Garda Revolusi Iran
Mayor Jenderal Hamid Taghavi, yang terbunuh oleh mujahidin IS di kota
Irak Samarra pada bulan lalu.
Suleimani, komandan Pasukan Quds Iran – sayap
Garda Revolusi – juga hadir pada peringatan itu.
Abadi mengambil alih perdana menteri Irak setelah Nuri
al-Maliki, mereka adalah sesama Syiah yang memiliki hubungan dekat dengan rezim
Teheran.
Militer Iran bergerak cepat dengan memasukan pasukan
khususnya dibalik milisi Kurdi Irak dan mendukung pemerintahan Baghdad dengan
penasihat militernya. Dan juga memberikan pelatihan bagi milisi Syiah
untuk hadapi serangan dari Mujahidin Muslim Sunni.
Namun Teheran selalu membantah (berbohong) memiliki
pasukan di lapangan dan menyatakan tidak pernah diundang untuk bergabung dengan
koalisi militer pimpinan AS yang melakukan serangan udara terhadap IS di Suriah
dan Irak.
Terutama Syiah Iran memiliki minat yang kuat dalam membela
Irak, di mana IS menyatakan tujuannya adalah untuk menggulingkan rezim
yang didominasi oleh Syiah. (Arby/Dz)
Penasehat Militer Amerika: Kami Perangi Negara Islam Untuk Lindungi Syiah
Senin,
15 Rabiul Awwal 1436 H / 5 Januari 2015 10:50 WIB
Eramuslim – Penasehat
militer Amerika Serikat, Jenderal Bob Ascalas, memperingatkan bahwa organisasi
Negara Islam (ISIS) dapat berkembang menjadi sebuah negara utuh di tahun 2015,
jika AS dan koalisi internasional tidak bergerak cepat untuk menghancurkan mereka.
Dalam wawancaranya dengan stasiun berita Fox News,
Jenderal Bob Ascalas mengatakan “sudah saatnya Amerika mempertahankan wilayah
kekuasaan Syiah di depan ancaman Negara Islam (ISIS).”
Jenderal Bob menambahkan “setiap harinya kita
mendengar berita kegagalan serangan udara terhadap milisi ISIS yang menjadi
pukulan telak bagi AS dan koalisi internasional. Ini adalah keberhasilan ISIS
dalam mengirimkan pesan kepada dunia bahwa mereka dalam jalan kebenaran dan
mampu mengalahkan teknologi Barat.”
Perlu diketahui bahwa setiap harinya ada ratusan
pemuda Muslim yang ikut bergabung dengan Negara Islam dalam perang melawan
hegemoni Barat terhadap Islam. (Rassd/Ram)
Berikut cuplikan video
tersebut :
Inilah Tokoh Utama Syiah Dibalik Milisi Bersenjata Syiah di Irak, Suriah,
Yaman dan Lebanon
Sabtu,
14 Safar 1436 H / 6 Desember 2014 08:51 WIB
Qassem Suleimani adalah
“Komandan Angkatan Quds, divisi kepanjangan militer asing
Korps Pengawal Revolusi Iran .”
Ali Khedery, yang menjabat sebagai asisten khusus
untuk lima duta besar AS dan penasihat senior tiga kepala Komando Sentral AS
antara 2003 dan 2009, menyoroti peran Qassem Suleimani, seorang komandan
Angkatan Quds, lengan asing Korps Pengawal Revolusi Iran .
Quds mengarahkan milisi sektarian di Irak dan Suriah.
Pada saat yang sama, Qassem Suleimani adalah penasehat utama Hizbullah
di Lebanon dan kelompok pemberontak Huthi di Yaman – dengan kata lain, ia
mengendalikan proxy kekuatan milisi Syiah di seluruh Timur Tengah.
“Qassem Suleimani adalah pemimpin Lebanon, Suriah,
Irak dan Yaman,” kata Khedery. “Irak sesungguhnya tidaklah berdaulat. Irak
sesungguhnya dipimpin oleh Qassem Suleimani, dan atasannya, [Pemimpin Tertinggi
Iran] Ayatollah Ali Khamenei. “
Untuk Amerika, kampanye melawan IS berarti pesawat
tempur AS dan penasihat militer yang bekerja sesungguhnya sejalan secara
paralel dengan misi pesawat Iran dan milisi Syiah di sanan.
“Di Irak, tingkat koordinasi antara militer Amerika
dan Iran adalah poin penting sehingga muncul bahwa Amerika Serikat bekerja
bersama-sama dengan musuh-nya (Iran).”
Pemerintahan Obama, sementara menyangkal koordinasi
apapun dengan Iran , tetapi tampaknya ia tidak keberatan pemberdayaan Iran
karena kedua negara menegosiasikan kesepakatan nuklir yang akan
menyeimbangkan wilayah timur tengah menjadi lebih baik bagi kepenting
mereka…(JL/KH)
Terungkap, Ternyata Ada Kerjasama
Antara Amerika Dan Iran Di Afghanistan
Minggu, 9 November 2014 15:24 WIB
Surat kabar “The Wall Street Journal” mengungkapkan adanya kerjasama antara
Amerika dan Iran di Afghanistan meskipun sanksi internasional telah dikenakan
terhadap Iran atas program nuklirnya, Dalam tahun-tahun terakhir masa
pendudukan Amerika di Afghanistan, Washington berjuang dalam mendukung
perekonomian Afghanistan, dan di sini Washington kerjasama dengan sekutu yang
tidak biasa.
laporan ini menunjukkan bahwa, meskipun tidak ada
hubungan resmi antara kedua negara, namun, unit khusus untuk tugas-tugas darurat
dari Departemen Pertahanan AS yang bekerja di Afghanistan, telah mencoba untuk
bekerja sama dengan Iran dalam mempromosikan proyek-proyek ekonominya di dalam
negeri. Hal itu membuat sanksi yang diberikan pentagon terlihat sangat
pragmatis.
Satuan khusus telah campur tangan dua kali tahun lalu,
untuk mendapatkan izin dari pemerintah AS untuk meminta bantuan dalam
pembentukan pabrik farmasi pertama Iran dan pengembangan empat tambang, menurut
dokumen yang dilihat oleh surat kabar.
Laporan tersebut mengutip perkataan Joseph Katalino,
unit khusus fungsi ekonomi dan proses untuk meningkatkan stabilitas, yang
mengatakan: “Iran tidak dapat diabaikan ketika ia datang ke Afghanistan, ia
adalah mitra penting bagi Afghanistan dari beberapa cara.”
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa hubungan
antara kedua negara ini terlihat seperti es yang mencair antara Presiden Obama
ke Presiden Hassan Rohani dan ini akan menuju pada pembicaraan tentang masalah
nuklir, dan kedua Negara ini berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka, yang
mungkin akan menimbulkan kemarahan dari pihak “Israel” dan Arab Saudi yang
sangat khawatir dengan nuklir Iran.
Surat kabar itu mengingatkan bahwa ada ratusan
perusahaan Iran yang beroperasi di Afghanistan, dan Iran mencoba untuk terus
bersaing dan mengambil inisiatif dari Pakistan. (hr/im)
Secara Rahasia, Obama dan Khamenei Bahas Kerjasama Perangi Negara Islam
Redaksi
– Jumat, 7 November 2014 07:22 WIB
Presiden AS Barack Obama
secara rahasia menulis surat untuk pemimpin tertinggi Syiah Iran untuk
membahas kemungkinan kerjasama dalam memerangi militan Islam
dan kesepakatan nuklir, dilaporkan media AS pada hari Kamis.
Obama mengirim surat bulan lalu untuk Ayatollah Ali
Khamenei dan dijelaskan apa yang disebut sebagai “pertarungan bersama” melawan
Sunni militan Negara Islam, Wall Street Journal mengatakan.
Iran, sebuah negara Syiah, dan Amerika Serikat
secara tampil dipermukaan seolah olah tidak memiliki hubungan diplomatik sejak
tahun 1979 ketika adanya penyerbuan kedutaan Amerika di Teheran dalam
krisis penyanderaan 444 hari.
Tapi ada
dunia semakin menyadari bahwa Iran – dan Washington memainkan peran
politiknya di negara-negara seperti Irak dan Suriah.
Menolak untuk menyangkal
atau mengkonfirmasi laporan itu, juru bicara Gedung Putih Josh Earnest
mengatakan: “Saya tidak dalam posisi untuk membahas korespondensi pribadi
antara presiden dan setiap pemimpin dunia.”
Dalam suratnya, Obama
dikabarkan menekankan kepada Khamenei bahwa setiap kerjasama dalam memerangi
militan ISIS akan tergantung pada kesepakatan nuklir yang komprehensif.
The Journal mengatakan
hal itu diyakini sebagai surat keempat dari Obama untuk Khamenei sejak pemimpin
Amerika mulai menjabat pada tahun 2009.
Menteri Luar Negeri AS
John Kerry akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad
Zarif serta kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Cathy Ashton di Oman pada
hari Minggu untuk putaran baru pembicaraan nuklir. (Arby /Dz)
AS
dan Syiah Ternyata Bersatu, AS Berikan Bantuan Kepada Syiah Hizbullah
Redaksi – Selasa, 29 Zulqa'dah 1435
H / 23 September 2014 06:28 WIB
Mohammed Afif, koordinator
Humas Hizbullah Libanon , dalam wawancara dengan New York Times
mengungkapkan kelompoknya secara tidak langsung menerima bantuan dari
intelijen Amerika dalam memerangi Negara Islam (IS).
Setelah IS menakhlukan kota Arsal Lebanon , AS
telah mengirim senjata baru kepada tentara Lebanon, yang berkoordinasi dengan
Hizbullah. Demikian juga, intelijen AS berkoordinasi dengan Hizbullah .
Afif mengatakan kepada surat kabar Amerika itu bahwa,
“kita perlu membuka halaman baru dengan media dunia, dengan orang-orang
Arab dan internasional,” mengisyaratkan adanya legitimasi internasional
untuk kelompok milisi Syiah Hizbullah dengan pemimpinnya, Hassan
Nasrallah .
Nasrallah baru-baru ini menyatakan kekhawatiran
pergerakan IS(IS) , menyerukan untuk bertempur hidup dan mati , dan
mengatakan pertempuran dengan IS(IS) tidak kalah penting
dibandingkan pertempuran melawan Israel, dan ia memfitnah IS, bahwa
tindakan dan tujuan IS(IS) hanyalah melayani Israel.”
Ali Rizk, seorang analis politik asal Lebanon yang pro
Syiah Hizbullah berbicara dalam siaran di saluran berita Al-Mayadeen, dikutip
oleh New York Times bahwa , “Di dalam pemberitaan yang tampil di dunia
ini seolah olah AS tidak bersekutu dengan organisasi Hizbullah,
“Tapi apa yang terjadi adalah sesuatu yang sama sekali berbeda.”
Ia membenarkan adanya bantuan AS kepada Hizbullah ,
Ali Rizk mengatakan “Hizbullah tidak mewakili ancaman terhadap dunia barat. Hizbullah merupakan
ancaman terhadap Israel, karena Israel merupakan ancaman terhadap Lebanon. Tapi
Hizbullah tidak akan mengancam AS dan Eropa… “
“Sementara Hizbullah
dapat manfaat dari Amerika Serikat, di satu sisi Hizbullah
bersama dengan Iran mendukung Presiden Suriah Syiah Bashar
Assad terhadap pemberontak Sunni . Dengan
adanya potensi ancaman IS(IS), sangat dimungkinkan AS akan bersama
dengan Hizbullah untuk perangi IS(IS),” tambahnya.
Afif menyalahkan Amerika karena dengan mendukung
pemberontak Sunni Suriah, yang sebabkan banyaknya persenjataan AS yang akhirnya
direbut oleh milisi Islam , dan ia mengatakan , “Binatang ini (Mujahidin Sunni)
yang Anda bangkitkan, seperti dalam kasus masa lalu, Anda hanya
menjadikan mereka berbahaya bagi Anda.” (JL/KH)
Jika
Syiah Kuasai Negeri Yaman, Negara Barat Mendiamkan
Redaksi – Selasa, 29 Zulqa'dah 1435
H / 23 September 2014 05:56 WIB
Tanpa ada gangguan oleh
pihak negara barat , memuluskan keberhasilan pemberontakan Syiah atas
pemerintahan Sunni Yaman. Para pendukung pemberontak Syiah Houthi
mengadakan perayaan pada hari Senin atas jatuhnya ibukota Yaman – Sana’a oleh
kelompok Syiah, perayaan itu dilakukan hanya sehari setelah
penandatanganan kesepakatan pembagian kekuasaan untuk mengakhiri krisis di
negara itu.
Koresponden Al Arabiya di Yaman melaporkan pada
hari Senin bahwa Syiah Houthi “menduduki” kediaman petinggi
militer Yaman, Mayjen. Ali Mohsen al-Ahmar yang memimpin tentara elit Divisi 1 Lapis Baja.
“Para pemberontak mengatakan mereka sedang
“mempersiapkan “ledakan” atas rumah tersebut,” tambah koresponden.
Insiden itu terjadi sehari setelah Presiden Yaman Abd
Rabbu Mansour Hadi menandatangani kesepakatan dengan pemberontak Syiah Houthi
untuk mengakhiri krisis di negara Arab itu.
Kesepakatan yang dibuat , menetapkan bahwa pemerintah
saat ini harus segera mengundurkan diri dan diganti dengan pemerintahan
baru , kesepakatan itu ditandatangani di hadapan Utusan Khusus PBB
untuk Yaman , Jamal Benomar, yang mengatakan presiden akan menunjuk
penasihat politik Houthi sebagai bagian kepemimpinan negara dari perjanjian
itu.
Kekerasan di Yaman mencapai puncaknya pada hari minggu
, setelah pemberontak Syiah Houthi menguasai pos-pos strategis, termasuk
markas pemerintah dan militer.
Bahkan, para pemberontak mengendalikan kompleks
polisi militer, kantor berita Yaman mengatakan.
Para pejabat Yaman memperkirakan bahwa lebih dari 100
orang tewas dalam pertempuran tersebut , yang sebagian besar terkonsentrasi di
kota Sanaa utara.(Arby/Dz)