Terkuak, Perdagangan Narkoba Diduga Sengaja Untuk Merusak Generasi
Bangsa, Bukan Untuk Bisnis
Peredaran narkotika di Indonesia kian
menggeliat. Pakar Hukum Pidana, Eva Achjani Zulfa, menyebut motivasi peredaran narkotika bukan sekadar mengincar keuntungan
bisnis.
"Kekhawatiran
kita yaitu adalah kejahatan untuk merusak dan mematikan anak bangsa ke depan," ujar Eva, dalam
Bincang Pagi Metro Tv, Kamis (5/3/2015).
Sambung dia, bila dibandingkan dengan beragam
upaya kejahatan lain seperti perdagangan manusia, jelas menunjukan perdagangan
manusia lebih menguntungkan dengan risiko yang lebih sedikit.
"Kalau mau diperbandingkan dengan
trafficking, lebih menguntungkan trafficking dan risikonya juga jauh lebih
kecil dari pada narkoba," bebernya.
Dia menegaskan bahwa
kejahatan narkoba adalah jenis kejahatan massal yang terorganisir secara luar
biasa.
Sementara itu, Kepala Bagian
Humas Badan Narkotika Nasional (BNN), Kombes Slamet Pribadi, menuturkan, bahwa
peredaran narkotika ke Indonesia dimaksudkan untuk mengubah prilaku anak bangsa
ke hal negatif.
"Dari
empat juta jiwa pemakai narkotika, itu rata-rata pemakainya berumur 10 sampai
49 tahun. Ini artinya, orang yang berumur 10 sampai 59 tahun akan diubah
prilakunya," ungkapnya.
Sambung dia, para produsen narkotika ingin
mengubah prilaku sosial di Indonesia bukan sekadar keuntungan bisnis.
"Yang
tadinya usia 10 tahun akan jadi usia produktif nantinya, apa jadinya saat masa
produktif nanti hancur karena narkoba," ungkapnya.
Sekjen Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat),
Ashar Suryobroto, menambahkan, dibutuhkan komitmen seluruh petugas aparat
penegak hukum, serta lingkungan sekitar untuk bisa menyelamatkan bangsa
Indonesia dari bahaya narkotika.
"Ini
pembusukan bangsa. Kalau kita diamkan, ini jadi pembusukan bangsa. Ini (usia
produktif) adalah kelompok usia produktif yang kelak menjadi pemimpin. Memang
mau punya pemimpin yang nyabu dulu sebelum rapat," tegasnya.
Oleh karena itu, pelaksanaan eksekusi mati
terpidana narkoba mestinya segera dilakukan agar tidak menjadi bencana
narkotika. Tapi hukuman mati bukan satu-satunya alat, yang paling penting
adalah pencegahan dari rumah dan lingkungan lebih dulu, guna menjadi pagar
untuk generasi bangsa ke depan. "Selamatkan, start from home,"
pungkasnya.
Selasa, 20 Januari 2015 | 16:26
Sehari, Lima
Ton Narkoba Dikonsumsi di Indonesia
Dua narapidana (napi) yang mendekam di Lembaga
Pemasyarakatan (LP) Cipinang, dan seorang napi LP Nusa Kambangan, diketahui
menjadi pengendali penyelundupan dan peredaran gelap narkotika jenis sabu dari
India (sumber: Suara Pembaruan)
Jakarta - Indonesia menghadapi kondisi
darurat narkoba. Diperkirakan, jumlah pengguna narkoba di Tanah Air telah
menembus 5 juta orang. Jika diasumsikan seorang pecandu mengonsumsi 1 gram
narkoba per hari, maka ada sedikitnya 5 ton narkoba yang diperdagangkan di
Indonesia setiap harinya.
Oleh karena itu, pemerintah tidak akan mundur
dalam perang terhadap narkoba, termasuk mengeksekusi mati siapa pun, baik warga
negara Indonesia maupun warga asing, yang terbukti mengedarkan narkoba. Seiring
dengan langkah penegakan hukum itu, pemerintah juga fokus pada upaya
rehabilitasi para pecandu, dengan menyiapkan anggaran Rp 1 triliun.
Demikian pemaparan Menteri Luar (Menlu) Negeri
Retno LP Marsudi, Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly, dan Jaksa
Agung HM Prasetyo, saat pertemuan dengan pimpinan media massa, di Kantor
Kementerian Koordinasi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Selasa (20/1).
Menlu menegaskan ancaman serius narkoba di
Indonesia. Secara geografis, posisi Indonesia sangat strategis dalam mata
rantai perdagangan narkoba di dunia.
“Kalau dulu Indonesia menjadi tempat transit
narkoba, kini sudah menjadi destinasi utama. Bahkan dilihat dari skala
perdagangannya, posisi Indonesia mungkin nomor tiga di bawah Kolombia dan
Meksiko. Ini mengerikan,” tandasnya.
Dia memaparkan sejumlah data, di antaranya
jumlah pengguna yang diperkirakan mencapai 5 juta orang. “Jumlah ini setara
jumlah penduduk Selandia Baru,” ungkapnya.
Dari jumlah itu, sekitar 1,2 juta pengguna
sudah sangat akut, sehingga tidak memungkinkan untuk direhabilitasi. Dampak
dari konsumsi narkoba, sekitar 40-50 warga Indonesia meninggal setiap hari.
“Artinya 1.200-1.500 orang meninggal setiap bulan, atau sekitar 14.000 pengguna
narkoba di Indonesia meninggal setiap tahun. Ironisnya, 10% kasus kematian
narkoba di dunia ada di Indonesia,” tuturnya.
Jika diasumsikan 5 juta pecandu mengonsumsi 1
gram narkoba per hari, maka sedikitnya ada 5 ton narkoba yang diperdagangkan
setiap hari.
“Di ASEAN nilai transaksi narkoba mencapai Rp
110 triliun per tahun. Dari jumlah itu, 43% ada di Indonesia. Ini menjelaskan
mengapa Indoensia kini pasar yang sangat potensial bagi perdagangan narkoba di
dunia,” tandasnya.
Kalau motivasinya ekonomi, “kelompok mana” yang
paling memungkinkan menjadi dalangnya, paling diuntungkan dan “berambisi menguasai “ Geo Politik
dan Geo Demografi muslim Indonesia ? barang bukti hasil tangkapan dari bandar narkob sangat-sangat kecil sekali, sisanya siapa yang supply dan "pergerakan tidak terungkap"? di kolombia dan meksiko perang terhadap "mafia Narkotika" sangat prontal/besar2n serta melibatkan militer. Tokoh2 Muslim, Para Ulama, Intelekual Muslim yang masih punya Nurani , apa yang harus anda lakukan dan apa yang anda ributkan/gaduhkan selama ini ? kehancuran umat Islam Indonesia pasti berimplikasi kepada keluarga kita. Wallahu A'lam Bishawab