Monday, March 2, 2015

Out Of Topics : skala perdagangan narkoba , posisi indonesia no.3 didunia setelah Kolombia dan Meksiko, dengan 5 juta pengguna !!

Terkuak, Perdagangan Narkoba Diduga Sengaja Untuk Merusak Generasi Bangsa, Bukan Untuk Bisnis

Peredaran narkotika di Indonesia kian menggeliat. Pakar Hukum Pidana, Eva Achjani Zulfa, menyebut motivasi peredaran narkotika bukan sekadar mengincar keuntungan bisnis.
"Kekhawatiran kita yaitu adalah kejahatan untuk merusak dan mematikan anak bangsa ke depan," ujar Eva, dalam Bincang Pagi Metro Tv, Kamis (5/3/2015).

Sambung dia, bila dibandingkan dengan beragam upaya kejahatan lain seperti perdagangan manusia, jelas menunjukan perdagangan manusia lebih menguntungkan dengan risiko yang lebih sedikit.

"Kalau mau diperbandingkan dengan trafficking, lebih menguntungkan trafficking dan risikonya juga jauh lebih kecil dari pada narkoba," bebernya.

Dia menegaskan bahwa kejahatan narkoba adalah jenis kejahatan massal yang terorganisir secara luar biasa.

Sementara itu, Kepala Bagian Humas Badan Narkotika Nasional (BNN), Kombes Slamet Pribadi, menuturkan, bahwa peredaran narkotika ke Indonesia dimaksudkan untuk mengubah prilaku anak bangsa ke hal negatif.
"Dari empat juta jiwa pemakai narkotika, itu rata-rata pemakainya berumur 10 sampai 49 tahun. Ini artinya, orang yang berumur 10 sampai 59 tahun akan diubah prilakunya," ungkapnya.

Sambung dia, para produsen narkotika ingin mengubah prilaku sosial di Indonesia bukan sekadar keuntungan bisnis.

"Yang tadinya usia 10 tahun akan jadi usia produktif nantinya, apa jadinya saat masa produktif nanti hancur karena narkoba," ungkapnya.

Sekjen Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat), Ashar Suryobroto, menambahkan, dibutuhkan komitmen seluruh petugas aparat penegak hukum, serta lingkungan sekitar untuk bisa menyelamatkan bangsa Indonesia dari bahaya narkotika.

"Ini pembusukan bangsa. Kalau kita diamkan, ini jadi pembusukan bangsa. Ini (usia produktif) adalah kelompok usia produktif yang kelak menjadi pemimpin. Memang mau punya pemimpin yang nyabu dulu sebelum rapat," tegasnya.

Oleh karena itu, pelaksanaan eksekusi mati terpidana narkoba mestinya segera dilakukan agar tidak menjadi bencana narkotika. Tapi hukuman mati bukan satu-satunya alat, yang paling penting adalah pencegahan dari rumah dan lingkungan lebih dulu, guna menjadi pagar untuk generasi bangsa ke depan. "Selamatkan, start from home," pungkasnya.

Selasa, 20 Januari 2015 | 16:26      
Sehari, Lima Ton Narkoba Dikonsumsi di Indonesia

Dua narapidana (napi) yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, dan seorang napi LP Nusa Kambangan, diketahui menjadi pengendali penyelundupan dan peredaran gelap narkotika jenis sabu dari India (sumber: Suara Pembaruan)
Jakarta - Indonesia menghadapi kondisi darurat narkoba. Diperkirakan, jumlah pengguna narkoba di Tanah Air telah menembus 5 juta orang. Jika diasumsikan seorang pecandu mengonsumsi 1 gram narkoba per hari, maka ada sedikitnya 5 ton narkoba yang diperdagangkan di Indonesia setiap harinya.
Oleh karena itu, pemerintah tidak akan mundur dalam perang terhadap narkoba, termasuk mengeksekusi mati siapa pun, baik warga negara Indonesia maupun warga asing, yang terbukti mengedarkan narkoba. Seiring dengan langkah penegakan hukum itu, pemerintah juga fokus pada upaya rehabilitasi para pecandu, dengan menyiapkan anggaran Rp 1 triliun.
Demikian pemaparan Menteri Luar (Menlu) Negeri Retno LP Marsudi, Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yasonna Laoly, dan Jaksa Agung HM Prasetyo, saat pertemuan dengan pimpinan media massa, di Kantor Kementerian Koordinasi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Selasa (20/1).
Menlu menegaskan ancaman serius narkoba di Indonesia. Secara geografis, posisi Indonesia sangat strategis dalam mata rantai perdagangan narkoba di dunia.
“Kalau dulu Indonesia menjadi tempat transit narkoba, kini sudah menjadi destinasi utama. Bahkan dilihat dari skala perdagangannya, posisi Indonesia mungkin nomor tiga di bawah Kolombia dan Meksiko. Ini mengerikan,” tandasnya.
Dia memaparkan sejumlah data, di antaranya jumlah pengguna yang diperkirakan mencapai 5 juta orang. “Jumlah ini setara jumlah penduduk Selandia Baru,” ungkapnya.
Dari jumlah itu, sekitar 1,2 juta pengguna sudah sangat akut, sehingga tidak memungkinkan untuk direhabilitasi. Dampak dari konsumsi narkoba, sekitar 40-50 warga Indonesia meninggal setiap hari. “Artinya 1.200-1.500 orang meninggal setiap bulan, atau sekitar 14.000 pengguna narkoba di Indonesia meninggal setiap tahun. Ironisnya, 10% kasus kematian narkoba di dunia ada di Indonesia,” tuturnya.
Jika diasumsikan 5 juta pecandu mengonsumsi 1 gram narkoba per hari, maka sedikitnya ada 5 ton narkoba yang diperdagangkan setiap hari.
“Di ASEAN nilai transaksi narkoba mencapai Rp 110 triliun per tahun. Dari jumlah itu, 43% ada di Indonesia. Ini menjelaskan mengapa Indoensia kini pasar yang sangat potensial bagi perdagangan narkoba di dunia,” tandasnya.

Kalau motivasinya ekonomi, “kelompok mana” yang paling memungkinkan menjadi dalangnya, paling diuntungkan  dan “berambisi menguasai “ Geo Politik dan Geo Demografi muslim Indonesia ? barang bukti hasil tangkapan dari bandar narkob  sangat-sangat  kecil sekali, sisanya siapa yang supply dan "pergerakan tidak terungkap"? di kolombia dan meksiko perang terhadap "mafia Narkotika" sangat prontal/besar2n serta melibatkan militer. Tokoh2 Muslim, Para Ulama, Intelekual Muslim yang masih punya Nurani , apa yang harus anda lakukan dan apa yang anda ributkan/gaduhkan  selama ini ? kehancuran umat Islam Indonesia pasti berimplikasi kepada keluarga kita. Wallahu A'lam Bishawab