Syubhat: Wahhabi, jangan membawa nama Sunni untuk menghujat umat lain
yang tidak sependapat dengan pemikiran antum! Wahabi atau Salafi
sama saja. Modalnya cuma bisa bahasa Arab saja! Hanya orang-orang wahabi atau
salafi yang doyan makan hadits Abu Hurairah. Sampai yang tidak mau make hadits
Abu Hurairah dianggap sesat. Di NU ada tradisi tawassul, begitupula di Syi’ah.
Jadi masih ada persamaan. Cuma Wahabi atau Salafi yang tidak memperbolehkan.
Beginilah kalau kenalnya cuma sama Bapak
Kucing (Abu Hurairah). Mengapa Abu Hurairah tidak diganti saja
dengan julukan yang lebih baik. Masa orang hebat julukannya lucu. Katanya
sahabat Nabi, tapi kenapa bisa mendapat gelar seperti itu? Ana yakin itu hanya
cerita fiktif dari Wahabi.
Jawab: Saya sangat
senang dengan keterus terangan ini, karena hal itu semakin memperjelas akhlaq
Anda yang sebenarnya di hadapan manusia. Sebagaimana telah menjadi jelas bagi
mereka tentang keyakinan menyimpang Anda terhadap para sahabat Radhiallahu
‘Anhu.
Saya akan menjawab Anda dengan sesuatu yang tidak Anda bayangkan, sebuah
jawaban yang dengan izin Allah akan mengejutkan Anda. Anda ingin mengelabui
manusia dengan klaim Anda bahwa Syi’ah dan NU itu sama, hanya karena mereka
membolehkan tawassul. Baiklah, pertama, Anda lupa bahwa kami juga membolehkan
tawassul, akan tetapi tawassul yang masyru’, bukan tawassul yang dilarang (yang
tidak ada dalilnya dari al-Qur`an dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam).
Sebenarnya bukan ini masalahanya. Permasalahan yang
sesungguhnya adalah klaim Anda yang mengesankan bahwa Anda sama dengan NU. Maka
apakah bisa kita pahami dengan ungkapan itu bahwa NU melecehkan Abu Hurairah
Radhiallahu ‘Anhu sebagaimana Anda dan Syi’ah melecehkannya Radhiallahu ‘Anhu?
Apakah bisa kita pahami bahwa NU mencaci para sahabat Radhiallahu ‘Anhu dan
berkeyakinan akan kemurtadan dan kekafiran mereka?
Apakah NU menuduh zina Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, dan bahwa dia
ada di dalam neraka?
Apakah NU tidak mengakui kekhilafahan Abu Bakar, Umar, dan ‘Utsman?
Apakah NU meyakini para imam syi’ah dan bahwa mereka semua ma’shum?
Apakah NU meyakini bolehnya nikah mut’ah dan mengamalkannya?
Apakah NU meyakini al-Mahdi al-Muntazhar yang bersembunyi di goa sejak lebih
dari seribu tahun yang lalu?
Apakah NU meyakini kakufuran orang yang tidak mengimani imam-imam mereka?
Apakah NU meyakini bahwa al-Qur`an ini telah diubah-ubah?
Apakah NU mengikuti madzhab Ja’fari bukan madzhab Syafi’i? Begitu seterusnya,
pertanyaan ini bisa memanjang…! Dan jawabannya sama, TIDAK. Sekarang para
pembaca bisa mengetahui dengan sederhana apakah NU sama dengan Anda (wahai
orang Syi’ah) ataukah tidak?
Adapun pelecehan Anda dan menghina sahabat yang mulia, Abu Hurairah Radhiallahu
‘Anhu, maka itu saya hadiahkan kepada saudara-saudara kami di MUI, biar mereka
yang menjawab.
Anda mengklaim bahwa yang memberi nama Abu Hurairah itu adalah Wahhabi, padahal
nama tersebut telah ada 1200 tahun sebelum dakwah Muhammad bin ‘Abdil Wahhab.
Dia diberi nama demikian karena dia memiliki seekor kucing kecil yang
menyertainya sejak kecil. Dan adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
memanggilnya dengan nama itu. Para sahabat dan tabi’in, serta orang-orang
datang setelah mereka, termasuk di antara mereka adalah Imam syafi’i, dan ulama
ahli hadits, berikut seluruh ulama telah menukil nama tersebut. Maka apakah
mereka semua adalah Wahhabi?! Saya memohonkan hidayah kepada Allah untuk
Anda.
Syubhat: Shalawat hanya
untuk Nabi dan keluarganya saja, tidak berlaku untuk para sahabat Nabi. Allah
memerintahkan untuk bershalawat kepada Nabi dan keluarganya, bukan shalawat
yang terputus model Wahhabi.
Jawab: Pertama,
apakah kebencian Anda kepada para sahabat akan menambah derajat Anda di sorga?!
Kedua, adapun berkenaan dengan perkara shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam, maka Anda telah menjerumuskan diri Anda sendiri pada sebuah
kesalahan besar. Anda telah menjadikan seluruh kaum muslimin Wahhabi, karena
shalawat mereka yang terputus menurut Anda.
Kesalahan kedua, bahwa orang yang bershalawat kepada Nabi dengan shalawat yang
terputus adalah Syi’ah itu sendiri, bukan ahlussunnah wal jama’ah. Anda
sekalian hanya bershalawat saja dan tidak bersalam kepada Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan di
dalam al-Qur`an agar kita bershalawat dan bersalam kepada beliau Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)
Pada ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan kepada
orang-orang yang beriman untuk bershalawat dan salam kepada Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam saja. Oleh karena itulah kaum muslimin pada setiap tempat
bershalawat dan salam kepada beliau. Sementara Anda sekalian hanya bershalawat
tanpa salam kepada beliau. Maka tampaklah perselisihan Anda dengan perintah
Allah yang ditujukan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin.
Adapun klaim Anda, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar kita
bershalawat kepada Nabi dan keluarga beliau, maka sesungguhnya saya bertanya
kepada Anda, dimana hal itu disebutkan di dalam al-Qur`an? Kemudian saya
bertanya kepada Anda, dan juga kepada ulama Syi’ah, seandainya keluarga Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada pada tempat yang berlebihan seperti itu
menurut Anda sekalian, lantas mengapa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
berfirman:
اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ وَآلِهِ أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّواعَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi dan keluarganya. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan keluarganya serta
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”?!
Adapun klaim Anda, bahwa tidak boleh bershalwat kepada selain Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, maka ini menyelisihi nash-nash al-Qur`an yang mulia dan
sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang shahih. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ
“Dialah yang bershalawat (memberi rahmat) kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), …” (QS. Al-Ahzab: 43)
Dia Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
“Mereka Itulah yang mendapat (shalawat) keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka …” (QS. Al-Baqarah: 157)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَسَكَنٌ لَّهُمْ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan bershalawatlah (mendoalah)
untuk mereka. Sesungguhnya shalawat (doa) kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa
bagi mereka.” (QS. At-Taubah: 103)
Dan telah datang dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh al-Bukhari
dan Muslim dari Abdullah bin Abi Aufa, dia berkata:
النَّبِىُّ إِذَا أَتَاهُ قَوْمٌ بِصَدَقَتِهِمْ قَالَ « اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ فُلاَنٍ » . فَأَتَاهُ أَبِى بِصَدَقَتِهِ ، فَقَالَ « اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى آلِ أَبِى أَوْفَى »
“Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika datang
kepada beliau suatu kaum dengan membawa shadaqah mereka, beliau bersabda,
‘Allahumma shalli ‘ala Ali Fulan (ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keberkahan
kepada keluarga Fulan)’. Maka datanglah bapakku kepada beliau dengan membawa
shadaqahnya, maka beliau bersabda, ‘Allahmumma shalli ‘ala Ali Abi Aufa (Ya
Allah limpahkanlah rahmat dan keberkahan kepada keluarga Abu Aufa)’. (HR. al-Bukhari Muslim)
Dari Jabir bin ‘Abdillah, dia berkata
امْرَأَةً قَالَتْ لِلنَّبِىِّ : صَلِّ عَلَىَّ وَعَلَى زَوْجِى. فَقَالَ النَّبِىُّ «صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكِ وَعَلَى زَوْجِكِ »
‘Bahwasannya ada seorang wanita berkata kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ‘Bershalawatlah kepada saya dan suami saya.’
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Shallallahu ‘alaiki wa ‘alaa
zaujiki (Mudah-mudahan shalawat (limpahan rahmat dan keberkahan) Allah tercurah
atasmu dan suamimu).’ (HR. Abu Dawud, ad-Darimi, Ahmad, Ibnu
Hibban, dan lainnya dengan sanad shahih)
Syubhat: Jangan karena kekuasaan dan harta lalu keluarga Nabi diabaikan.
Yang paling mengerti tentang sunnah Nabi adalah keluarga Nabi sendiri, bukan
orang lain atau sahabat. Cinta keluarga Nabi adalah wajib bagi umat Islam.
Sahabat hanya berlaku bagi orang-orang Wahabi fanatik.
Jawab: Anda dan orang-orang Syi’ah selain Anda telah sampai kepada
suatu kebodohan yang Anda tidak tahu bahwa jika Anda meragukan keadilan dan
amanah para sahabat, maka Anda telah meragukan apa yang telah mereka nukil
untuk kita, baik berupa al-Qur`an maupun sunnah. Jika tidak, maka siapa yang
telah mengumpulkan al-Qur`an, serta menjaga sunnah? Bukankah mereka itu adalah
para sahabat Radhiallahu ‘Anhu? Jadi, akal ini tidak bisa menerima bahwa orang
yang kita ragukan keadilannya akan dapat berbuat amanah terhadap firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kemudian, apa bisa kita pahami dari ucapan Anda bahwa para sahabat tidak
memiliki kedudukan sama sekali bagi kaum muslimin secara umum termasuk di
antara mereka adalah para ulama Indonesia? Anda tidak mengetahui bahwa dengan
klaim tersebut, Anda telah menjadikan seluruh kaum muslimin, sama saja
Indonesia atau selainnya adalah Wahhabi. Bahkan Anda tidak tahu bahwa Anda, dan
pemilik pertanyaan yang lalu telah menampakkan Wahhabi dengan tampilan yang
indah. Yaitu bahwa mereka adalah orang-orang yang mencintai para sahabat, serta
membela mereka dan ummahatul mukminin. Mereka membela
al-Qur`an, menegaskan bahwa al-Qur`an terjaga dari tahrif (perubahan),
pengurangan, dan penambahan. Mereka berpegang teguh dengan sunnah nabi yang
shahih. Mereka memuliakan keempat imam, dan para salafus shalih, ya mereka
adalah Wahhabi. Maka jika setiap orang yang membela sahabat adalah Wahabi
menurut Anda, maka jadilah Imam Syafi’i Rahimahullah, Imam Nawawi Rahimahullah,
Imam Ibnu Hajar Rahimahullah, Imam al-Bukhari Rahimahullah, Imam Muslim
Rahimahullah, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah, dan seluruh imam-imam besar selain
mereka adalah Wahhabi.
Wahai para pembaca Qiblati yang budiman,
Anda bisa memperhatikan, dari sela-sela penyampaian syubhat orang-orang Syi’ah
tersebut, bahwa itu adalah syubhat-syubhat yang naïf, dan bahwa pemilik syubhat
itu adalah jahil, tidak memiliki walau sedikit ilmu. Kebodohan mereka terhadap
Islam, dan aqidah ahlussunnah telah memudahkan orang-orang yang menyimpang
menanamkan kebencian dan penghinaan kepada para sahabat di hati mereka. Mereka
pun mengambil manfaat dari kekerdilah akal mereka, serta menjadikan mereka
menghadapi masyarakat dengan pemikiran baru mereka, sementara mereka
bersembunyi di tempat yang gelap dengan tujuan untuk membuat fitnah di antara
umat Islam. Kami memohon kepada Allah, agar menjauhkan kaum muslimin dari
keburukan tersebut, dan mengakhiri akhir kehidupan kita dengan kebaikan.
Syubhat: Istri Nabi jahat
akan mendapatkan siksa dua kali lipat. Inilah hikmah ibu tiri itu jahat. Lebih
jahat lagi ibu kota perantau. Cintailah ibu kandung (wajib), kasihan yang punya
ibu tiri jahat. Ibu tiri jahat koq dicintai, sementara ibu kandung dijahati
(anak durhaka), cinta buta, lagi mengingkari sejarah.
Jawab: Inilah satu buah
dari sekian buah pengajaran orang-orang syi’ah kepada generasinya di Indonesia.
Inilah buah diizinkannya para mahasiswa untuk belajar di negeri syi’ah. Inilah
buah diizinkannya pencetakan buku-buku kedengkian dan kebencian. Inilah buah
diberikannya kebebasan kepada para da’i syi’ah untuk menghembuskan racun-racun
mereka pada tubuh manusia Indonesia yang berbudi dan beradab.
Penanya atau pemilik syubhat yang merana ini, telah menjadi satu korban sebuah
dakwah terorganisir untuk merusak manusia. Dengan satu kilo beras, dua kilo
gula, sedikit minyak dan sejumlah mi isntan atau dengan beasiswa atau modal
usaha atau melancong ke luar negri mereka membeli agama penanya dan banyak yang
lain. Lalu mereka menyia-nyiakan agama dan dunia mereka. Seandainya Anda
bertanya kepada orang seperti penanya ini akan rincian pokok-pokok ajaran
ahlussunnah waljama’ah, dia tidak akan tahu karena kebodohan terhadap agamanya.
Hanya saja dia itu adalah buah dari permusuhan jiwa, dan terabaikannya akal yang
telah berlumut padanya dan lainnya. Hingga sampai pada tingkatan mencaci dan
melaknat para sahabat radhiyallahu
‘anhum. Na’udzu
billah min dzalik.
Para penyokong pikiran rusak di Indonesia dan lainnya ini tidak akan tenang
hingga menebarkan kebencian dan permusuhan di antara manusia. Lalu mereka
menyebarkan kerusakan di tengah-tengah umat; mencaci para sahabat, mengklaim
telah dipalsukannya al-Qur`an (ditambah dan dikurangi oleh para sahabat Nabi),
dan menyebarkan perzinaan atas nama kawin mut’ah.
Semua ini mereka lakukan hingga Mahdi al-Muntazhar mereka keluar, dimana dia
tidak akan keluar kecuali setelah tersebarnya kerusakan, dan kezhaliman di tengah-tengah
manusia, menyebarnya kerusakan di umat ini sesuai dengan periwayatan mereka.
Jadi, mereka itu berpahala atas menyebarnya kerusakan mereka. Maka termasuk
kemaslahatan mereka adalah merusak umat, dan menyia-nyiakannya. Semua itu
mereka lakukan agar Mahdi khayalan yang tidak ada wujudnya- versi mereka- cepat
keluar.
Orang seperti penanya (penanggap) yang dungu ini, tidak mengetahui bahwa
ucapannya adalah sebuah kekufuran, dan mengeluarkannya dari agama, karena dia
telah mendustakan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mensucikan Ummul
Mukminin Aisyah dalam kitab-Nya, dan menjadikannya sebagai bacaan suci yang
dibaca hingga hari kiamat.
Sesungguhnya permasalahan kita, bukanlah bersama orang-orang sederhana seperti
ini, akan tetapi permasalahan kita adalah bersama dengan orang-orang yang
membangun kesesatan dan kekufuran kepada Allah di dalam akal-akal mereka.
Sesungguhnya saya heran, bagaimana kami telah meminta ulama mereka untuk ikut
masuk dalam dialog damai di majalah kita ini, tetapi tidak ada seorang pun dari
mereka yang maju. Yang demikian itu -menururut keyakinan kami- karena mereka
mengetahui bahwa perlawanan mereka terhadap kami adalah sebuah kerugian. Karena
kami adalah ahlul haq dan mereka adalah ahlul batil.
Saya tahu, bahwa tidak ditemukan seorang ulama pun dari mereka di Indonesia.
Yang ada hanyalah orang-orang yang mengaku punya ilmu. Saya katakan kepada
mereka untuk meminta bantuan kepada orang-orang yang mereka sukai di luar
Indonesia, saat itu –dengan izin Allah- kami akan mengobati dada orang-orang
mukmin.
Andai saja orang-orang yang jahil itu berfikir, mengapa ustadz-ustadz mereka
tidak berani untuk mengadakan dialog ilmiah melalui majalah ini? Demi Allah,
yang telah menciptakan langit tanpa tiang, kami akan membuktikan pada semua orang
bahwa mereka tidak memiliki ilmu yang benar.
Terakhir, saya katakan kepada penanya/ pemilik syubhat yang polos tersebut,
carilah orang yang bisa menghadapi kami dalam dialog, kami akan berterima
kasih. (AR)*
Sumber: http://qiblati.com/jawaban-syubhat-syiah.html