Teks terjemahan wawancara
eksklusif bersama Syaikhul Mujahidin Zahran Alloush, Komandan Jaisyul Islam
kepada Al-Souria Net (Tertanggal publikasi 19 Mei 2015).
Dalam wawancara ini beliau menyoroti antara lain:
-Semakin kuatnya pengaruh Iran di dalam rezim
Suriah. Zahran Alloush mengungkapkan bahwa andil pengambilan keputusan utama di
Suriah kini ada di tangan Iran, seperti kasus pembunuhan terhadap pejabat
senior rezim baru-baru ini dilakukan atas perintah dari Teheran,
-Bagaimana rencana jangka panjang dan rekonstruksi
Suriah setelah tumbangnya Assad, atau visi manajemen stabilitas sebuah negara,
-Menjelaskan terkait tuduhan pelanggaran hak asasi
manusia yang dialamatkan kepada Mujahidin,
-Serta menyoroti isu ISIS yang dianggap merajalela
di Suriah,
Berikut ini adalah teks lengkap dari wawancara
(Translate by ES):
Al-Souria Net (SN): Beberapa
waktu yang lalu, Jaisyul Islam menyiarkan klip video yang menunjukkan sebuah
parade pasukan militer di Ghouta timur. Video tersebut menunjukkan kemampuan
militer di lokasi yang berjarak hanya beberapa kilometer dari istana Presiden
Basyar al-Assad. Pesan apa yang ingin anda sampaikan?
Zahran Alloush (ZA): Kami ingin mengatakan bahwa
pasukan kami berada di pinggiran ibukota Damaskus. Yang dilatih, terorganisir
dan beroperasi dalam kerangka kerja terstruktur secara lembaga. Kami memiliki
kekuatan yang dapat membuat kami berdiri untuk menghadapi rezim Assad, sehingga
pasukannya yang dibantu milisi Iran dan Lebanon tidak akan dapat mengakses
wilayah Ghouta. Rezim harus sadar bahwa kontrol atas Damaskus tidak seperti di
dulu, pada saat ini, hanya beberapa kilometer lagi dari istana Presiden,
Jaisyul Islam melindungi warga sipil di daerah yang dikepung, dan kekuatan kami
akan selalu siap menghadapi rezim.
SN: Apakah Anda beranggapan
bahwa Jaisyul Islam telah berhasil menciptakan 'keseimbangan teror' bagi
ibukota Damaskus, dalam arti bahwa kalian memberikan efek gentar terhadap rezim?
ZA: Hari ini, rezim benar-benar yakin bahwa mereka
tidak dapat meremehkan kekuatan kami maupun faksi jihad lain di Damaskus.
Berulang kali rezim mencoba menyerbu Ghouta, dan sampai sekarang masih
berlangsung, namun berkat pertolongan Allah kita mampu menghadapi pasukan
mereka dan menyebabkan kerugian besar bagi mereka. Kami percaya bahwa kami
berhasil memberikan pukulan telak untuk rezim dan menurunkan citra rezim di
mata pendukungnya. Sebagai contoh, ketika kami menargetkan serangan ke markas
besar keamanan di ibukota Damaskus. Pasukan rezim dikerahkan, dan lalu lintas
di kota menjadi lumpuh sebagian, terutama ketika kami mengumumkan jam malam.
Jelas rezim malu ketika kami memukul pasukan mereka, dan satu-satunya cara
mereka untuk membalas itu adalah dengan menembaki dan membantai warga sipil.
SN: Komandan Ahrar Syam, Abu
Jaber abu-Sheikh, memposting gambar pertemuan Anda dengan dia beberapa hari
yang lalu, bagaimana hubungan antara Anda dan Harakah Ahrar Syam?
ZA: Ada koordinasi antara Jaisyul Islam dan
saudara-saudara kami dari Harakah Ahrar Syam, kami berada di front yang sama
dan melawan musuh yang sama. Saya ingin menunjukkan bahwa koordinasi kami tidak
hanya dengan Harakah Ahrar Syam, tapi juga dengan faksi lain yang melawan
pasukan rezim.
SN: Ketika berbicara tentang
jatuhnya rezim Assad, ada kekhawatiran bahwa tahapan pasca Assad mungkin
ditandai dengan terjadinya kekacauan di seluruh negeri. Apakah Anda memiliki
rencana (antisipasi) untuk mengendalikan kekacauan dan menjaga entitas negara
Suriah?
ZA: Ya, sekarang kami telah menerapkan rencana
tersebut di Ghouta timur. Peradilan telah banyak membantu kami untuk
mengamankan wilayah tersebut dan mencegah kekacauan. Situasi saat ini di Ghouta
timur lebih stabil daripada situasi di Damaskus. Tidak ada penculikan atau
pencurian di wilayah kami. Karena posisi Jaisyul Islam di pinggiran ibukota
Damaskus, misi kami sebagai faksi militer senior adalah untuk menjaga keamanan
dan stabilitas, dan visi kami ini tidak hanya untuk di Damaskus, tetapi juga di
semua wilayah Suriah berkoordinasi dengan fraksi lain. Rencana kami didasarkan
pada perlindungan fasilitas umum dan properti warga. Kami juga memiliki visi
prosedur keamanan yang mencegah terjadinya tindakan yang dapat menyebarkan
teror dan ketakutan di antara warga, merusak properti serta kehidupan mereka.
Penjagaan lembaga negara merupakan prioritas bagi kami, karena lembaga-lembaga
ini adalah milik rakyat, dan salah satu alasan perjuangan kita melawan rezim
adalah untuk memperbaiki lembaga-lembaga ini. Kami sekarang memiliki pengalaman
di Ghouta timur dalam mempertahankan lembaga-lembaga negara yang kita beri
perlindungan, dan kami akan bekerja untuk memberikan keamanan dan stabilitas
lembaga-lembaga yang akan memimpin fase berikutnya di Suriah.
SN: Apakah Jaisyul Islam
berniat untuk menjadi bagian inti dari tentara Suriah setelah jatuhnya Assad?
ZA: Ya, kami memiliki keinginan untuk menjadi
bagian dari tentara Suriah yang misinya untuk melindungi negara dan warga
negaranya. Tentara harus menjadi bagian dari pembentukan militer yang
mendedikasikan kemampuannya untuk rakyat, bukan untuk membunuh mereka seperti
yang kriminal Basyar al-Assad lakukan ketika rakyat Suriah memberontak
melawannya. Tentara Suriah selanjutnya adalah mereka yang mengangkat senjata
melawan rezim, ketika rezim membunuh dan menembak warga sipil dengan berbagai
jenis senjata.
SN: Apakah Jaisyul Islam
memiliki visi tentang bagaimana untuk mengontrol penyebaran senjata setelah
jatuhnya rezim, terutama senjata di tangan warga sipil?
ZA: Kontrol senjata pertama tergantung pada
penyediaan jaminan keamanan, dan keamanan tergantung pada kontrol senjata. Kami
memiliki pengalaman ini sekarang di timur Ghouta, di mana kami telah mendirikan
komando tunggal kepolisian. Kantor di komando ini ditujukan untuk mengontrol
pendaftaran, transfer dan penggunaan senjata. Pengalaman ini dapat dilanjutkan
ke daerah lain di bawah kendali Jaisyul Islam, bahkan setelah penggulingan
rezim.
SN: Ada kekhawatiran bahwa
kubu militer akan memerintah Suriah setelah jatuhnya rezim, akankah Jaisyul
Islam campur tangan dalam urusan sipil?
ZA: Kami sekarang berjuang untuk melindungi warga
sipil terhadap kriminalitas rezim. Keberhasilan pemerintahan di negara manapun
memerlukan upaya yang terkoordinasi antara lembaga sipil dan militer, dan
Jaisyul Islam akan memberikan perlindungan serta dukungan kepada otoritas sipil
untuk melaksanakan tugas-tugas mereka di Suriah setelah jatuhnya rezim. Para
pejuang di daerah yang dibebaskan telah membuktikan kemampuan mereka untuk
mengelola urusan sipil melalui lembaga sipil. Warga sipil sendiri telah
mengelola pemerintahan sendiri di banyak wilayah, sementara faksi militer
menyediakan perlindungan yang diperlukan.
SN: Ada analisis dan
spekulasi mengenai kunjungan Anda ke Turki. Bisakah Anda menjelaskan kepada
kami, mengenai alasan di balik kunjungan ini?
ZA: Kunjungan ini adalah untuk membahas berbagai
permasalahan di Suriah dari banyak sisi, dan pertemuan-pertemuan masih akan
terus berlangsung. Kami berharap hasil kunjungan selanjutnya akan membawa
keberhasilan.
SN: Isu 'Razan Zeitouneh'
adalah salah satu isu paling sensitif yang berkaitan langsung dengan Jaisyul
Islam, karena beberapa orang menuduh Jaisyul Islam terlibat langsung dalam
menghilangnya Razan Zeitouneh, tetapi pada saat yang sama Anda menyangkal hubungan
dengannya. Dapatkah Anda menjelaskan hal ini kepada kami?
ZA: Razan Zeitouneh menghilang di daerah di mana
Jaisyul Islam tidak ada disana. Ketika Razan Zeitouneh diculik di kota Douma
pada bulan November 2013, Jaisyul Islam tidak di kota tersebut, dimana kami
memiliki saksi dan bukti untuk menguatkan ini. Tidak ada pejuang dari Jaisyul
Islam berada di kota pada saat itu. Ada faksi lain yang hadir pada waktu itu,
dan Razan Zeitouneh diculik dari pusat wilayah yang dikelilingi oleh kantor
pusat empat faksi ini.
SN: Beberapa kritikus
berbicara tentang penjara yang dioperasikan oleh Jaisyul Islam, dan mengatakan
bahwa pelanggaran HAM telah terjadi di dalamnya, apa tanggapan Anda atas
tuduhan ini?
ZA: Tidak ada pelanggaran HAM di penjara Jaisyul
Islam. Kami telah berkontribusi terhadap penciptaan peradilan terpadu, dan kami
telah sepakat dengan pengadilan untuk melepaskan sebanyak mungkin tahanan.
Lembaga hukum tidak mampu untuk menangani seluruh terdakwa, jadi kami membawa
mereka ke pengadilan untuk persidangan sebelum melepas mereka.
SN: Bulan lalu kita
menyaksikan pertempuran sengit di kamp pengungsi Yarmouk antara -yang disebut
sebagai- "Negara Islam" (ISIS) dan faksi oposisi -termasuk Jaisyul
Islam- apakah anda masih khawatir dengan kehadiran I**S di wilayah ibukota dan
sekitarnya?
ZA: Saya memperkirakan bahwa I**S tidak akan
memiliki pengaruh di Damaskus dan sekitarnya, karena keberadaan mereka
berdasarkan ke-Ghuluw-an, yang tidak diterima secara sosial di sini. Jaisyul Islam
dan fraksi lain akan terus berjuang melawan I**S tanpa ampun. Kami telah
mengusir mereka dari al-Qaboun dan Barzeh di wilayah Damaskus. Ini bertepatan
dengan kampanye berkelanjutan kami untuk mendeteksi sisa-sisa kekuatan I**S di
Ghouta timur, dan kami membuat kemajuan dalam hal ini. I**S tidak memiliki masa
depan di Suriah karena, seperti yang saya sebutkan, mereka adalah sebuah
organisasi berdasarkan ke-Ghuluw-an dan darah, dimana pandangannya berbeda jauh
dengan masyarakat Suriah. Jumlah penyimpangan yang dilakukan I**S semakin
banyak, dan semakin banyak faksi menunjukkan kesediaannya untuk melawan mereka.
Seperti yang sudah diketahui bahwa rakyat Suriah berada di baris terdepan dalam
melawan I**S, sebelum ekspansi mereka.
SN: Bagaimana situasi yang
dihadapi rezim Assad saat ini?
ZA: Rezim Assad telah berubah menjadi koalisi
milisi. Iran kini adalah penguasa sebenarnya dalam pengambilan keputusan di
Suriah. Banyak pejabat senior rezim dibunuh oleh Iran dan anteknya di wilayah
kekuasaan Assad. Rezim sekarang dalam keadaan terlemah sejak awal revolusi
Suriah, dan Basyar al-Assad hanyalah komandan milisi yang profesional dalam
melakukan tugas pembunuhan, perampokan dan pertumpahan darah. Keberadaan Assad
kini dihubungkan dengan keberadaan milisi tersebut yang menerima pukulan telak
dari para Mujahidin. Tanpa dukungan dari Rusia, Iran dan milisi Hezbollah
(Hizbullat), maka tidak akan ada rezim Assad. Tapi berapa lama dukungan ini
akan terus berlanjut? Sekutu rezim akan mencapai titik dimana mereka menyadari
bahwa mereka harus meninggalkan Assad dalam rangka untuk menghindari kerugian
yang lebih besar. Ini sudah mulai tampak pada lebih dari satu front.
SN: Akankah tahun 2015 saksi
kemenangan revolusi Suriah?
ZA: Pengharapan kami kepada Allah tak ada
habisnya, dan banyak tanda-tanda besar sudah nampak, insya Allah.
SN: Apakah Anda memiliki visi
mekanisme strategis untuk mengontrol perbatasan Suriah setelah jatuhnya rezim?
ZA: Ya, ini adalah prioritas. Kami akan bekerja
dalam koordinasi dan kerja sama dengan seluruh faksi dan negara-negara tetangga
untuk melindungi perbatasan sehingga tidak menjadi ancaman bagi tetangga kita,
seperti yang rezim Basyar al-Assad melakukan selama bertahun-tahun terakhir
(bahkan sebelum revolusi), dimana ia ingin meyakinkan negara-negara tetangga
bahwa keamanan mereka bergantung pada keamanan rezimnya. Kita semua tahu bahwa
selama berlangsung krisis pada rezim, memungkinkan ekstremis memasuki Suriah,
dan memfasilitasi gerakan mereka.
*dari fb Risalah News