Syi’ah kufah memanggil Husain dengan
berjanji bahwa mereka akan berbai’at kepada Husain, ternyata justru mereka
membunuh Husain radhiyallahu anhu. Disebutkan dalam kitab syi’ah “Al-Irsyad”
milik pendeta mereka “Asy-Syaikh Al-Mufiid”:
وكتبوا إليه: بسم الله الرحمن الرحيم، للحسين بن
علي من شيعته من المؤمنين والمسلمين. أما بعد: فحي هلا، فإن الناس ينتظرونك، لا
رأي لهم غيرك، فالعجل العجل، ثم العجل العجل، والسلام
“Dan mereka menulis kepada Husain:
Bismillahirrahmanirrahiim. Untuk Husain bin Ali dari syi’ahnya, dari kaum
mu’minin dan muslimin. Amma ba’du: Segera bergegaslah, sesungguhnya orang-orang
sudah menunggumu. Mereka tidak memiliki pendapat kecuali engkau. Maka
segeralah, segeralah. Wassalam” (Al-Irsyad milik Al-Mufid 2/38)
وكتب شبث بن ربع وحجار بن أبجر ويزيد بن الحارث
بن رويم و عروة بن قيس، وعمرو بن الحجاج الزبيدي و محمد بن عمرو التيمي: أما بعد:
فقد اخضر الجناب وأينعت الثمار، فإذا شئت فاقدم على جند لك مجند، والسلام
“Dan Syibts bin Rib’i dan Hajjar bin
Abjar dan Yazid bin Al-Harits bin Ruaim dan Urwah bin Qais dan ‘Amr bin
Al-Hajjaj Az-Zabidi, dan Muhammad bin Amr At-Taimiy, mereka menulis: Amma
ba’du: Taman-taman telah menghijau dan buah-buah telah matang, dan jika engkau
berkehendak maka datanglah untuk menyambut pasukanmu yang telah disiapkan”
(Al-Irsyad milik Al-Mufid 2/38)
Ketika Husain datang kepada mereka dalam
rangka menyambut undangan Syibts bin Rib’i, dan lainnya dari syi’ah Kufah,
ternyata mereka siap untuk membunuh Husain. Dan mereka pura-pura tidak tahu
dengan surat yang mereka tulis.
Disebutkan dalam kitab yang sama, Husain
radhiyallahu anhu berkata:
يا شبث بن ربعي، يا حجار بن أبجر، يا قيس بن
الاشعث، يا يزيد بن الحارث، ألم تكتبوا إلي أن قد أينعت الثمار واخضر الجناب،
وإنما تقدم على جند لك مجند ؟ ! " فقال له قيس بن الاشعث: ما ندري ما تقول
“Wahai Syibts bin Rib’i, wahai Hajjar bin
Abjar, Wahai Qais bin Al’Asy’ats, wahai Yazid bin Al-Harits, bukankah kalian
telah mengirim surat untukku “bahwasanya buah-buah telah matang dan taman-taman
telah menghijau dan datanglah untuk menyambut pasukanmu yang besar yang telah
disiapkan ?!” Maka Qais bin Al-Asy’ats mengatakan: “Aku tidak tahu apa yang
engkau katakan” (Al-Irsyad 2/98)
Dan diantara mereka pula ada Syamr bin
Dzii Al-Juusyan, dia adalah syi’ah Ali yang ikut berperang bersama Ali
radhiyallahu anhu pada peperangan Shiffin dan dia adalah orang yang mengundang
Husain, namun setelah itu justru dia yang memerangi dan membunuh Husain.
Disebutkan dalam Al-Amali miliki
Ash-Shaduq:
فبلغ عبيد الله بن زياد أن عمر بن سعد يسامر
الحسين (عليه السلام) ويحدثه ويكره قتاله، فوجه إليه شمر بن ذي الجوشن في أربعة
آلاف فارس
“Maka sampailah berita kepada Ubaidullah
bin Ziyad bahwasanya Umar bin Sa’d berbicara kepada Husain alaihissalam, dan
dia mengatakan bahwasanya dia tidak ingin membunuh Husain. Maka Syamr bin Dzii
Al-Juusyan pergi memerangi Husain dengan 4000 pasukan berkuda” (Al-Amali milik
Ash-Shaduq hal. 220)
Dan Syamr bin Al-Jusyaan termasuk orang
yang membawa kepala Husain dan para kawanan beliau.
Ketika mereka akan membunuh Husain dan
pura-pura tidak tahu dengan surat yang mereka tulis, maka Husain mengeluarkan
bukti-bukti dari surat yang mereka tulis.
Disebutkan dalam Al-Irsyad milik
Al-Mufiid :
فكان رأيكم الآن غير ما أتتني به كتبكم وقدمت به
علي رسلكم، انصرفت عنكم ". فقال له الحر: أنا والله ما أدري ما هذه الكتب
والرسل التي تذكر، فقال الحسين عليه السلام لبعض أصحابه: " يا عقبة بن سمعان،
أخرج الخرجين اللذين فيهما كتبهم إلي " فأخرج خرجين مملوءين صحفا فنثرت بين
يديه
“Sekarang pikiran kalian telah berubah,
tidak seperti apa yang datang dari surat-surat kalian dan tidak seperti apa
yang datang dari utusan-utusan kalian kepadaku. Maka Al-Hurr berkata: Saya demi
Allah tidak tahu apa yang terjadi pada surat-surat dan utusan tersebut yang
engkau sebut. Maka Husain berkata kepada sebagian kawannya: “Wahai ‘Uqbah bin
Sam’an keluarkan 2 kantong yang di dalamnnya adalah surat-surat mereka yang
datang kepadaku. Maka ‘Uqbah mengeluarkan 2 kantong yang penuh dengan lembaran
maka lembaran-lembaran tersebut terserakkan dihadapannya” (Al-Irsyad milik
Al-Mufid 2/80)
Ketika Husain tetap diingkari, maka
Husain berdoa melaknat para syi’ah yang telah berkhianat kepadanya.
Husain radhiyallahu anhu berdoa melaknat
syiah yang telah mengkhianati beliau :
اللهم إن متعتهم إلى حين ففرقهم فرقا واجعلهم
طرائق قددا ولا ترض عنهم الولاة أبدا فإنهم دعونا لينصرونا فعدوا علينا فقتلونا
“Ya Allah, jika engkau membiarkan mereka
hidup beberapa waktu, maka cerai beraikanlah mereka dengan benar-benar
berpecah. Dan jadikanlah mereka menjadi beberapa jalan. Dan jadikan para
pemimpin ridha terhadap mereka selama-lamanya. Sesungguhnya mereka memanggil
kami dengan berjanji untuk menolong kami, tapi justru mereka memusuhi kami dan
membunuh kami” (Al-Irsyad Al-Mufid 2/110-111)
Al-Hurr yang benar-benar tidak tahu surat
yang ditulis, maka Al-Hurr seketika berpihak kepada Husain.
Dan Al-Hurr berkata kepada para pasukan:
أدعوتم هذا العبد الصالح حتى إذا جاءكم أسلمتموه
وزعمتم انكم قاتلو أنفسكم دونه ثم عدوتم عليه لتقتلوه أمسكتم بنفسه وأخذتم بكظمه
وأحطتم به من كل جانب لتمنعوه التوجه في بلاد الله العريضة حتى يأمن ويأمن أهل
بيته فصار كالأسير في أيديكم لا يملك لنفسه نفعا ولا ضرا وحلأتموه ونساءه وصبيته
وأصحابه عن ماء الفرات الجاري
“Apakah kalian memanggil hamba shalih ini
sampai dia datang kepada kalian kemudian kalian memusuhinya untuk kalian bunuh
dan kalian tahan dirinya dan kalian mengurungnya dari setiap penjuru sampai
kalian mencegahnya untuk sampai kepada negara Allah yang luas sehingga dia bisa
aman dan ahlu baitnya (keluarganya) bisa aman. Akan tetapi kalian jadikan dia
seperti tawanan di tangan kalian yang dia tidak memiliki manfaat dan madharrat
untuk dirinya. Dan kalin tahan dia dan istri-istrinya dan anak-anaknya dan kawanannya
dari air sungai Effrat yang mengalir” (A’yaan Asy-Syi’ah 4/613)
Ketika Husain bin Ali radhiyallahu anhuma
telah terbunuh akibat pengkhianatan orang-orang syi’ah Kufah, maka mulailah
orang-orang syi’ah pura-pura menangis (dan di zaman ini sering kita lihat acara
sandiwara mereka di hari kematian Husain radhiyallahu anhu).
Maka Ali bin Husain (yang dikenal dengan
Zainal Abidin) berkata:
ان هؤلاء يبكون علينا فمن قتلنا غيرهم
“Mereka menangis meratapi nasib kami,
tapi siapa lagi yang membunuh kami kecuali mereka?” (Al-Ihtijaj milik
Ath-Thabarsi 2/29)
Ali bin Husain marah kepada syi’ah yang
pura-pura menangis, maka Ummu Kultsum pun juga marah kepada syiah yang
pura-pura menangis.
صه يا أهل الكوفة تقتلنا رجالكم وتبكينا نساؤكم
فالحاكم بيننا وبينكم الله يوم فصل القضاء
“Diamlah wahai penduduk Kufah. Para suami
kalian membunuh kami. Dan istri-istri kalian malah menangis meratapi nasib kami
?! Maka hakim antara kami dan kalian adalah Allah pada hari kiamat nanti”
(Bihar Al-Anwar 45/115)
Inilah riwayat-riwayat tentang kisah
tragedi terbunuhnya Husain r.a. dimana riwayat-riwayat tersebut diambil dari
kitab-kitab syi'ah sendiri.
Lalu siapakah mereka itu ?
Mereka yang terlibat pembunuh Husain r.a.
adalah antara lain :
1. Syabats bin Rib’iy, Al Ijliy
memasukkannya dalam kitab Ma’rifat Ats Tsiqat dan mengatakan :
شبث بن ربعي من تميم هو كان أول من أعان على قتل
عثمان رضي الله عن عثمان وهو أول من حرر الحرورية واعان على قتل الحسين بن علي
Syabats bin Rib’iy dari Tamiim, ia adalah
orang pertama yang membantu dalam pembunuhan Utsman [radiallahu ‘anhu], dan
orang pertama yang melepaskan [dari] Al Haruuriyah dan membantu dalam
pembunuhan Husain bin ‘Aliy [Ma’rifat Ats Tsiqat Al Ijliy 1/448 no 714]
Ibnu Hajar menyebutkan bahwa ia termasuk
salah satu perawi hadis dalam kitab Sunan Abu Dawud [Tahdziib At Tahdziib 3/131
no 3203]. Diantara ulama yang memujinya adalah Ibnu Hibban memasukkannya dalam
Ats Tsiqat seraya berkata “yukhti’u” [Ats Tsiqat Ibnu Hibban 4/371].
Kemudian Ibnu Abi Hatim berkata :
شبث بن ربعى روى عن على وحذيفة روى عنه محمد بن
كعب وسليمان التيمى سمعت ابى يقول ذلك وسألته عنه فقال: حديثه مستقيم لا اعلم به
بأسا، والذى روى انس عنه يقال ليس هو هذا
Syabats bin Rib’iy meriwayatkan dari
‘Aliy dan Hudzaifah, telah meriwayatkan darinya Muhammad bin Ka’ab dan Sulaiman
At Taimiy. Aku mendengar ayahku mengatakan hal itu. Dan aku bertanya kepadanya
tentangnya maka ia berkata “hadisnya lurus tidak ada masalah padanya, ia adalah
orang yang Anas telah meriwayatkan darinya, dan dikatakan bukan orang ini. [Al
Jarh Wat Ta’dil Ibnu Abi Hatim 4/388 no 1695]
2. Umar bin Saad bin Abi Waqqas, Al Ijliy
berkata :
عمر بن سعد بن أبي وقاص مدني ثقة كان يروي عن
أبيه أحاديث وروى الناس عنه وهو الذي قتل الحسين قلت كان أمير الجيش ولم يباشر
قتله
‘Umar bin Sa’d bin Abi Waqaash orang
madinah yang tsiqat, ia meriwayatkan dari ayahnya hadis-hadis dan orang-orang
telah meriwayatkan darinya, ia adalah orang yang membunuh Husain. [Al
Haitsamiy] aku berkata “ia pemimpin pasukan dan tidak secara langsung
membunuhnya” [Ma’rifat Ats Tsiqat 2/166-167 no 1343].
Ibnu Hajar menyebutkan bahwa ‘Umar bin
Sa’d termasuk perawi hadis kitab Sunan Nasa’iy dan menyatakan tentangnya bahwa
ia seorang yang shaduq. [Taqriib At Tahdziib Ibnu Hajar no 4937].
3. Sulaiman bin Shurad Al Khuzaa’iy dan
dia adalah sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] bahkan meriwayatkan
hadis dalam kutubus sittah. Ibnu Sa’d ketika menuliskan biografinya mengatakan
:
وشهد مع علي بن أبي طالب عليه السلام الجمل وصفين
كان فيمن كتب الى الحسين بن علي أن يقدم الكوفة فلما قدمها أمسك عنه ولم يقاتل معه
Dan dia bersama ‘Aliy bin Abi Thalib
[‘alaihis salaam] pada perang Jamal dan perang Shiffiin, dia termasuk diantara
orang yang menulis surat kepada Husain bin ‘Aliy agar datang ke Kufah, maka
ketika Beliau datang ia menahan darinya dan tidak berperang
bersamanya…[Thabaqat Ibnu Sa’d 5/196 no 855]
Ibnu Hajar menyebutkan dalam kitabnya
Tahdziib At Tahdziib bahwa Sulaiman bin Shurad adalah sahabat Nabi dan termasuk
perawi kutubus sittah [Shahih Bukhariy, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan
Nasa’iy, Sunan Ibnu Majah, Sunan Tirmidzi].
4.
Al Musayyab bin Najabah Al Kuufiy
المسيب بن نجبة كوفي روى عن حذيفة وعلي وعنه أبو
إسحاق السبيعي وأبو إدريس المرهبي قال أبو حاتم عن أبيه يقال إنه خرج مع سليمان بن
صرد في طلب دم الحسين بن علي فقتلا سنة خمس وستين
Al Musayyab bin Najabah Al Kuufiy
meriwayatkan dari Hudzaifah dan ‘Aliy, telah meriwayatkan darinya Abuu Ishaaq
As Sabii’iy, Abuu Idriis Al Murhibiy. Abu Hatim berkata dari ayahnya dikatakan
bahwa ia keluar bersama Sulaiman bin Shurad untuk menuntut darah Husain bin
‘Aliy maka keduanya terbunuh tahun 65 H [Tahdziib At Tahdziib Ibnu Hajar 6/280
no 7889]
Ibnu Hibban memasukkan Musayyab bin
Najabah Al Fazaariy dalam kitabnya Ats Tsiqat [Ats Tsiqat Ibnu Hibbaan 5/437]
dan Ibnu Hibban dalam kitab Masyaahiir ‘Ulamaa’ Al Amshaar berkata :
المسيب بن نجبة الفزاري من جلة الكوفيين قتله
عبيد الله بن زياد يوم الخازر سنة سبع وستين
Al Musayyab bin Najabah Al Fazaariy
termasuk diantara orang-orang Kufah yang mulia, Ubaidillah bin Ziyaad
membunuhnya di hari Khaazar tahun 67 H [Masyaahiir ‘Ulamaa’ Al Amshaar hal 134
no 819]
Sulaiman bin Shurad Al Khuzaa’iy dan Al
Musayyab bin Najabah Al Kuufiy dikenal sebagai Syi’ah ‘Aliy. Adz Dzahabiy
menyebutkan hal ini dalam kitabny Tarikh Al Islaam :
وقد كان سليمان بن صرد الخزاعي، والمسيب بن نجبة
الفزاري وهما من شيعة علي ومن كبار أصحابه خرجا في ربيع الآخر يطلبون بدم الحسين
Dan sungguh Sulaiman bin Shurad Al
Khuzaa’iy dan Musayyab bin Najabah Al Fazaariy keduanya termasuk Syi’ah ‘Aliy
dan termasuk sahabat utamanya, keduanya keluar pada bulan Rabii’ul Akhir untuk
menuntut darah Husain…[Tarikh Al Islam Adz Dzahabiy 2/602]
5. Syamr bin Al-Jusyaan
6. Orang-orang yang melakukan ritual
ratapan dan tangisan pertama kali. Ketika Husain bin Ali radhiyallahu anhuma
telah terbunuh akibat pengkhianatan orang-orang syi’ah Kufah, maka mulailah
orang-orang syi’ah pura-pura menangis (dan di zaman ini sering kita lihat acara
sandiwara mereka di hari kematian Husain radhiyallahu anhu).
Maka Ali bin Husain (yang dikenal dengan
Zainal Abidin) berkata:
ان هؤلاء يبكون علينا فمن قتلنا غيرهم
“Mereka menangis meratapi nasib kami,
tapi siapa lagi yang membunuh kami kecuali mereka?” (Al-Ihtijaj milik
Ath-Thabarsi 2/29).
Inilah antara lain nama personal yang
terlibat dalam pembunuhan Husain r.a., diantara mereka ada shahabat Rasulullah
saw, dan alhamdulillah mereka sudah bertaubat dengan cara menuntut darah
Husain, hingga mereka terbunuh.
Diantara mereka ada pula putra-putra
shahabat Rasulullah saw yang keadaan mereka adalah tsiqat.
Ada pertanyaan yang terlontar : bagaimana
mungkin pembunuh bisa dipuji dengan tsiqat ?
Maka jawaban yang paling bagus adalah
terdapat dalam kisah Nabi Musa a.s., dimana beliau pernah pula melakukan
pembunuhan, walaupun demikian hal tersebut tidak menghalangi Alloh swt untuk
mengangkat beliau sebagai Nabi-Nya.
Dan yang terakhir, diantara pembunuh
Husain r.a. adalah nenek moyang dari orang-orang yang melakukan ritual ratapan
dan tangisan di Karbala.
Siapa yang melakukan ritual tersebut ?
Jawaban pastinya adalah : SYI'AH.
Kesimpulannya adalah : bahwa tidak salah
bila dikatakan bahwa SYI'AH ikut berperan serta dalam pembunuhan Husain r.a.
Pembunuh
Husain Radhiallahu'anhu Menurut Kitab Syi’ah
Juni 2015 01:56:28
Sebuah kesaksian atas pembunuhan Husain
bin Ali yang kontroversial dikalangan Suni, ternyata telah disaksikan banyak
orang Syiah, bahwa pembunuh itu masih satu almamater dengan Syiah. Tuduhan
tuduhan Syiah yang ditujukan pada sunni, tertolaklah sudah dengan argumen Syiah
sendiri tentang kematian Husain di Karbala. Sebagaimana yang umum di baca,
bahwa Padang Karbala tempat pelaksanaan eksikusi Husain [cucu Nabi] yang
dilakukan Suni, sebagaimana tertulis di kitab kitab mereka. tetapi dalam kitab
mereka juga ada yang membuat kesaksian dengan menulis sejarah dan penjelasan
sekitar pembunuh Husain. Ada dua sejarawan ahli dari kalangan Syiah, Mullah
Baqir al-Majlisi Dan Qadhi Nurullah Syusytari menulis siapa sebenarnya pembunuh
Husain. Dalam dua buku Sejarah yang berbeda, Majalisu al-Mu’minin danJilaau
al-‘Uyun disebutkan: bahwa kematian Husain itu nyata dilakukan oleh Pentolan Syiah, atas rekayasa yang dibuat bersama.
PENGAKUAN PARA PEMBUNUH HUSAIN RADHIYALLAHU ‘ANHU Syiah Kufah telah mengakui
bahwa merekalah yang membunuh Husain radhiyallahu anhu. Pengakuan Syiah
pembunuh-pembunuh Husain radhiyallahu anhu ini diabadikan oleh ulama-ulama Syiah
yang merupakan rujukan dalam agama mereka seperti Baqir al-Majlisi, Nurullah
Syusytari, dan lain-lain di dalam buku mereka masing-masing. Mullah Baqir
al-Majlisi, seorang ulama rujukan Syiah menulis, “Sekumpulan orang-orang Kufah
terkejut oleh satu suara ghaib. Maka berkatalah mereka, “Demi Tuhan! Apa yang
telah kita lakukan ini tak pernah dilakukan oleh orang lain. Kita telah
membunuh “Penghulu Pemuda Ahli Surga” karena Ibnu Ziyad anak haram itu. Di sini
mereka mengadakan janji setia di antara sesama mereka untuk memberontak
terhadap Ibnu Ziyad tetapi tidak berguna apa-apa.” (Jilaau al-‘Uyun, halaman
430). Qadhi Nurullah Syusytari pula menulis di dalam bukunya Majalisu
al-Mu’minin bahwa setelah sekian lama
(lebih kurang 4 atau 5 tahun) Husain radhiyallahu ‘anhu terbunuh, pemuka
orang-orang Syiah mengumpulkan kaumnya dan berkata, “Kita telah memanggil
Husain radhiyallahu anhu dengan memberikan janji akan taat setia kepadanya,
kemudian kita berlaku curang dengan membunuhnya. Kesalahan kita sebesar ini tidak
akan diampuni kecuali kita berbunuh-bunuhan sesama kita.” Dengan itu
berkumpullah sekian banyak orang Syiah di tepi Sungai Furat sambil mereka
membaca ayat (artinya), “Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang telah menjadikan
kamu dan bunuhlah dirimu. Itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang
menjadikan kamu.” (QS. Al-Baqarah: 54). Kemudian mereka berbunuh-bunuhan sesama
mereka. Inilah golongan yang dikenali dalam sejarah Islam dengan gelar
“at-Tawwaabun.” Sejarah tidak lupa dan tidak akan melupakan peranan Syits bin
Rab’i di dalam pembunuhan Husain radhiyallahu anhu di Karbala. Tahukah Anda
siapa itu Syits bin Rab’i? Dia adalah seorang Syiah tulen, pernah menjadi duta
Ali radhiyallahu anhu di dalam peperangan Shiffin, dan senantiasa bersama
Husain radhiyallahu ‘anhu. Dialah juga yang menjemput Husain radhiyallahu anhu
ke Kufah untuk mencetuskan pemberontakan terhadap pemerintahan pimpinan Yazid,
tetapi apakah yang telah dilakukan olehnya? Sejarah memaparkan bahwa dialah
yang mengepalai 4.000 orang bala tentara untuk menentang Husain radhiyallahu
anhu, dan dialah orang yang mula-mula turun dari kudanya untuk memenggal kepala
Husain radhiyallahu anhu. (Jilaau al-Uyun dan Khulashatu al-Mashaaib, hal. 37).
Masihkah ada orang yang ragu-ragu tentang Syiah-nya Syits bin Rab’i dan
tidakkah orang yang menceritakan perkara ini ialah Mullah Baqir al-Majlisi,
seorang tokoh Syiah terkenal? Secara tidak langsung hal ini berarti pengakuan
dari pihak Syiah sendiri tentang pembunuhan itu. Lihatlah pula kepada Qais bin Asy’ats,
ipar Husain radhiyallahu anhu, yang tidak diragukan tentang Syiahnya tetapi apa
kata sejarah tentangnya? Bukankah sejarah menjelaskan kepada kita bahwa itulah
orang yang merampas selimut Husain radhiyallahu anhu dari tubuhnya selepas
pertempuran? (Khulashatu Al Mashaaib, halaman 192). KESAKSIAN AHLUL BAIT YANG
SELAMAT DALAM TRAGEDI KARBALA Pernyataan saksi-saksi yang turut serta di dalam
rombongan Husain sebagai saksi-saksi hidup di Karbala, yang terus hidup selepas
peristiwa ini, juga membenarkan bahwa Syiahlah pembunuh Husain dan Ahlul Bait.
Termasuk pernyataan Husain radhiyallahu anhu sendiri yang sempat direkam oleh
sejarah sebelum beliau terbunuh. Husain radhiyallahu anhu berkata dengan
menujukan kata-katanya kepada orang- orang Syiah Kufah yang saat itu tengah
siaga bertempur melawan beliau, “Wahai orang-orang yang curang, zalim, dan
pengkhianat! Kamu telah menjemput kami untuk membela kamu di waktu kesempitan,
tetapi ketika kami datang untuk memimpin dan membela kamu dengan menaruh
kepercayaan kepadamu, maka sekarang kamu justru menghunuskan pedang dendammu
kepada kami dan kamu membantu musuh-musuh di dalam menentang kami.” (Jilaau
al-Uyun, halaman 391). Beliau juga berkata kepada Syiahnya, “Binasalah kamu!
Bagaimana mungkin kamu menghunuskan pedang dendammu dari sarung-sarungnya tanpa
adanya permusuhan dan perselisihan yang ada di antara kamu dengan kami? Mengapa
kamu akan membunuh Ahlul Bait tanpa adanya sebab?” (Jilaau al-Uyun, halaman
391). Ali Zainal Abidin putra Husain radhiyallahu anhu yang turut serta di
dalam rombongan ke Kufah dan terus hidup selepas terjadinya peristiwa itu, juga
berkata kepada orang-orang Kufah lelaki dan perempuan yang meratap dengan
mengoyak-ngoyak baju mereka sambil menangis, dalam keadaan sakit beliau dengan
suara yang lemah berkata kepada mereka, “Mereka ini menangisi kami. Bukankah
tidak ada orang lain yang membunuh kami selain mereka?” (Al-Ihtijaj karya At
Thabarsi, halaman 156). Pada halaman berikutnya Thabarsi, seorang ulama Syiah
terkenal menukilkan kata-kata Imam Ali Zainal Abidin kepada orang-orang Kufah.
Kata beliau, “Wahai manusia (orang-orang Kufah)! Dengan nama Allah aku
bersumpah untuk bertanya kepada kamu, ceritakanlah! Tidakkah kamu sadar bahwa
kamu mengirimkan surat kepada ayahku (mengundangnya datang), kemudian kamu
menipunya? Bukankah kamu telah memberikan perjanjian taat setia kamu kepadanya?
Kemudian kamu membunuhnya, membiarkannya dihina. Celakalah kamu karena amalan
buruk yang telah kamu dahulukan untuk dirimu.” LAKNAT DAN KUTUKAN AHLUL BAIT
ATAS SYIAH-NYA Husain radhiyallahu anhu mendoakan keburukan untuk golongan
Syiah yang sedang berhadapan untuk bertempur dengan beliau, “Ya Allah! Tahanlah
keberkatan bumi dari mereka dan cerai-beraikanlah mereka. Jadikanlah hati-hati
pemerintah terus membenci mereka karena mereka menjemput kami dengan maksud
membela kami tetapi sekarang mereka menghunuskan pedang dendam terhadap kami.”
(Jilaau Al Uyun, halaman 391). Ternyata, nasib Syiah yang sentiasa diuber-uber
di beberapa daerah dan negara-negara Islam di sepanjang sejarah membuktikan
terkabulnya kutukan dan laknat Sayyidina Husain di medan Karbala atas Syiah.
Beliau juga berdoa, “Binasalah kamu! Tuhan akan membalas bagi pihakku di dunia
dan di akhirat… Kamu akan menghukum diri kamu sendiri dengan memukul pedang-pedang
di atas tubuhmu dan mukamu akan menumpahkan darah kamu sendiri. Kamu tidak akan
mendapat keberuntungan di dunia dan kamu tidak akan sampai kepada hajatmu.
Apabila kamu mati, kelak sudah tersedia adzab Tuhan untukmu di akhirat. Kamu akan menerima azab yang akan
diterima oleh orang-orang kafir yang paling dahsyat kekufurannya.” (Mullah
Baqir Majlisi – Jilaau Al Uyun, halaman 409). Peringatan hari Asyura pada
tanggal 10 Muharram oleh orang-orang Syiah, di mana mereka menyiksa badan
dengan memukuli tubuh mereka dengan rantai, pisau, dan pedang sebagai bentuk
berkabung yang dilakukan oleh golongan Syiah, sehingga mengalir darah dari
tubuh mereka sendiri juga merupakan bukti diterimanya doa Husain radhiyallahu
anhu. Upacara ini dengan jelas dapat dilihat hingga sekarang di dalam
masyarakat Syiah. Zainab, saudara perempuan Husain radhiyallahu anhu yang terus
hidup selepas peristiwa itu juga mendoakan keburukan untuk golongan Syiah
Kufah. Katanya, “Wahai orang-orang Kufah yang khianat, penipu! Kenapa kamu menangisi
kami sedangkan air mata kami belum kering karena kezalimanmu itu. Keluhan kami
belum terputus oleh kekejamanmu. Keadaan kamu tidak ubah seperti perempuan yang
memintal benang kemudian diuraikannya kembali. Kamu juga telah mengurai ikatan
iman dan telah berbalik kepada kekufuran… Adakah kamu meratapi kami, padahal
kamu sendirilah yang membunuh kami? Sekarang kamu pula menangisi kami. Demi
Allah! Kamu akan banyak menangis dan sedikit tertawa. Kamu telah membeli
keaiban dan kehinaan untuk kamu. Tumpukan kehinaan ini sama sekali tidak akan
hilang walau dibasuh dengan air apapun.” (Jilaau Al Uyun, halaman 424). Saksi bisu sejarah, yang
sengaja dicampakan oleh Syiah sendiri, padahal mengandung bukti bukti dan keterangan
atau hujjah yang kuat dalam hal kasus pembunuhan "Husain". Itu
menjadi sandaran kalau Husain memang digunakan sebagai tumbai untuk membesarkan
Syiah. Sehingga populasi syiah di dunia ini besar, karena berhasil menanamkan
sentimen terhada pembaca, padahal hanya gurauan fiktif Syiah untuk menggiring
umat Islam terlepas dari agamnya.