Agar Anda memahami tentang
ideologi Ar Raj’ah langsung dari buku mereka yang tepercaya, saya akan sebutkan
untuk Anda ucapan Syaikh sekte Syi’ah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin An
Nu’man, yang lebih dikenal di kalangan mereka dengan sebutan “Syaikh Al Mufid”
dalam bukunya yang berjudul: “Al Irsyad Fi Tarikh Hujajillah ‘Alal ‘Ibaad”. Buku ini dicetak di Iran dengan cetakan kuno, tidak disebutkan
tahun terbitnya, dan dicetak dengan tulisan tangan Muhammad bin Ali Muhammad
Hasan (Demikian disebutkan dalam buku aslinya, mungkin benarnya ialah: Muhammad
Ali bin Muhammad Hasan) Al Kalbabakati:
Al Fadhl bin Syazan meriwayatkan dari
Muhammad bin Ali Al Kufi dari Wahb bin Hafsh dari Abu Bashir, ia menuturkan:
Abu Ja’far (yaitu Ja’far As Shodiq) berkata: Akan diseru dengan nama Al Qaim
(maksudnya: Imam mereka ke-12 yang mereka yakini telah lahir lebih dari sebelas
abad silam, dan ia belum mati, karena ia akan bangkit dan mengadili), akan
diseru dengan namanya pada malam 23 dan ia akan bangkit pada hari ‘Asyura (tgl
10 Muharram), dan seakan-akan sekarang ini aku dapat melihat ia pada hari
kesepuluh bulan Muharram sedang berdiri antara Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim,
Malaikat Jibril berada di sebelah kanannya sambil menyeru: Berbaiatlah untuk
Allah. Maka kaum Syi’ah berbondong-bondong dari segala penjuru dunia yang telah
dipendekkan untuk mereka hingga akhirnya mereka semua dapat membai’atnya.
Disebutkan dalam sebagian riwayat bahwa ia akan berjalan dari Mekkah hingga
tiba di Kuffah dan ia singgah di kota Nejef kita ini, kemudian ia dari kota
tersebut mengutus pasukannya ke berbagai penjuru dunia.
Al Hajjal
juga meriwayatkan dari Tsa’labah dari Abu Bakar Al Hadhrami dari Abu Ja’far‘alaihi salam (yaitu Muhammad Al
Baqir) ia berkata: Seakan-akan aku menyaksikan Al Qa’im ‘alaihi salam sedang berada di Najef kota Kuffah, ia datang dari kota Mekkah
dengan diiringi oleh 5000 malaikat, Malaikat Jibril di sebelah kanannya,
Malaikat Mikail di sebelah kirinya, sedangkan kaum mukminin di depannya, dan
beliau mengutus pasukannya ke berbagai negeri.
Abdul
Karim Al Ju’fi juga menuturkan, aku pernah berkata kepada Abu Abdillah (yaitu
Ja’far As Shodiq) berapa lama Al Qaim ‘alaihi salam akan menguasai dunia?
Beliau menjawab: Tujuh tahun, hari-harinya akan menjadi panjang, sampai-sampai
satu tahun kepemimpinannya sama halnya dengan sepuluh tahun biasa, sehingga
lama kepemimpinanya sama dengan tujuh puluh tahun yang biasa kalian alami. Abu
Bashir bertanya kepadanya: Semoga aku menjadi tebusanmu, bagaimana cara Allah
memanjangkan tahun? Ia menjawab: Allah memerintahkan al falak agar berhenti dan
tidak banyak bergerak, dengan cara inilah hari dan tahun menjadi panjang. Bila
masa kebangkitannya telah tiba, umat manusia selama bulan Jumadil Akhir dan
sepuluh hari dari bulan Rajab akan ditimpa hujan lebat yang tidak pernah
dialami oleh manusia, kemudian Allah menumbuhkan kembali daging dan badan kaum
mukminin dalam kuburan mereka, seakan-akan sekarang ini, aku sedang menyaksikan
mereka membersihkan tanah dari rambut-rambut mereka.
Abdullah
bin Al Mughirah juga meriwayatkan dari Abu Abdillah (yaitu Ja’far As Shodiq)‘alaihissalaam ia menuturkan: Bila Al
Qaim dari keturunan (nabi) Muhammad telah bangkit, ia akan membangkitkan 500
orang dari orang-orang Quraisy, kemudian ia akan memenggal leher mereka,
kemudian ia akan membangkitkan 500 lainnya, kemudian memenggal leher mereka
juga, kemudian membangkitkan 500 lainnya, hingga ia melakukan hal itu sebanyak
6 kali. Aku pun bertanya: apakah jumlah mereka mencapai sebanyak ini? (Ia
merasa keheranan akan hal itu, karena Khulafa’ Ar Rasyidin, Dinasti Umawiyyah,
Abbasiyah dan seluruh penguasa umat Islam hingga zaman Ja’far As Shadiq tidak
sampai sebanyak itu, juga tidak sampai satu persennya) Ja’far As Shodiq
menjawab: Ya, dari mereka dan juga dari pengikutnya. Dan pada riwayat lain:
Sesungguhnya kekuasaan kita adalah kekuasaan terakhir, tidaklah ada satu marga
pun dari mereka melainkan pernah menjadi penguasa, agar mereka tidak berkata
bila telah menyaksikan perilaku kita: Bila kami berkuasa niscaya kami akan
berlaku seperti perilaku mereka.
Dipetik dari:
Mungkinkah Syi’ah dan Sunnah
Bersatu ?
Penulis: Syaikh Muhibbuddin Al Khatiib
Alih Bahasa: Ustadz Muhammad Arifin Badri, MA