BERTINDAK sebagai
kekuatan oportunis, Iran masuk ke dalam krisis Yaman. Militer Iran meyakinkan
diri bahwa mereka bisa menambahkan kekuatan untuk pasukan Syiah Houthi yang
ingin berkuasa di Yaman.
Keterlibatan ini telah
menyeret Iran ke dalam situasi yang kompleks dengan sedikit atau tanpa
pengetahuan tentang bagaimana sesuatu bekerja atau tidak di Yaman. Apapun hasil
dari percobaan yang dilakukan Iran, hanya 1 hal yang pasti: “Strategi Iran di
Yaman telah gagal.” Ada dua alasan untuk kegagalan itu.
Lama-lama, fantasi ini
akan memudar dan menjadi catatan kaki dalam sejarah, AS dan negara-negara
demokrasi Eropa mungkin tidak mendukung kebijakan yang dirancang untuk
menyerahkan Timur Tengah untuk para pimpinan Syiah dan sekutu mereka yang
kebanyakan merupakan mantan KGB di Moskow.
Alasan kegagalan Iran
di Yaman berikutnya adalah salinan menyedihkan strategi Iran kepada Lebanon,
yang ternyata tak berlaku untuk Yaman. Skema Iran di Lebanon telah bekerja,
setidaknya sejauh ini, karena faktor yang berbeda di Yaman.
Lebanon merupakan
negara kecil yang menutupi hanya 10.400 Km persegi. Dan dengan demikian relatif
mudah untuk mengontrol dengan kekuatan kecil. Sedangkan Yaman, meliputi area
seluas 527.000 Km persegi. Meliputi berbagai medan mencakup pegunungan, padang
pasir, pantai dan pulau-pulau.
Lebanon memiliki
penduduk sekitar 5,6 juta terkonsentrasi di dan sekitar wilayah Beirut yang
lebih besar dan daerah perkotaan selusin. Penduduk Yaman hampir 27 juta, namun,
tersebar di wilayah yang sangat luas dengan perkiraan 7.000 desa dan sejumlah
pemukiman semi-urban dari perbatasan Rub’al Khali ke Laut Merah.
Mereka yang mengenal
Aden akan tahu bahwa baik Houthi maupun kelompok bersenjata lainnya, termasuk
sisa-sisa Tentara Nasional, tidak memiliki sumber daya lebih untuk menguasai
kota seluas itu. Bahkan, pada akhir 1960-an Inggris harus mengerahkan lebih
dari 50.000 tentara untuk mengendalikan Aden, namun pada akhirnya tidak
berhasil.
Masih ada perbedaan
lain antara Lebanon dan Yaman. Di Lebanon, Iran menikmati dukungan dari
tetangga terbesarnya seperti Suriah. Dalam kasus Yaman, ada tetangga yang siap
untuk bertindak sebagai penghancur dominasi Iran, yakni Arab Saudi dan Oman
yang tidak ingin menyaksikan terulangnya skenario Lebanon.
Perbedaan utama
lainnya adalah bahwa masyarakat Syiah di Lebanon telah memiliki hubungan
sejarah dengan Iran akan kembali hampir 5 abad. Syiah Lebanon selalu dekat
dengan Iran, program untuk menata dan memperkuat komunitas Syiah dimulai dengan
mengirim misionaris Syiah, yang dipimpin oleh Moussa Sadr dan didukung dengan
sumbangan oleh pemerintah Iran. Iran di bawah Shah memiliki 2.400 tentara di
Lebanon selatan, seolah-olah untuk melindungi Syiah dari pejuang PLO Yasser
Arafat.
Komunitas Kristen
Lebanon juga bersimpati kepada Iran karena menjadi oposisi bersama untuk
menyaingi pan-Arabisme yang dipimpin oleh Nasser dan gerakan Ba’ath.
Sedangkan di Yaman,
presentasi baru-baru ini seperti masyarakat Zaidi – sekitar 42 persen dari
populasi – seperti Syiah ini tidak mencerminkan realitas seperti yang dirasakan
di Iran. Bahkan ulama Syiah Iran menganggap Zaidi sebagai sempalan dari Syiah
yang sebenarnya.
Hal ini mengakibatkan
Iran tak akan berhasil membantu milisi Syiah Houthi yang terus berusaha untuk
menguasai Yaman. Belum lagi dengan bantuan kekuatan Koalisi Teluk yang dipimpin
oleh Saudi untuk membela Sunni Yaman. Tentu saja kekuatan militer Koalisi Teluk
juga mumpuni. Iran dan Syiah Houthi hanya akan mengalami 1 kenyataan di Yaman,
yaitu ‘kegagalan.’